Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Pendidikan”
Disusun
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, Makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Pendidikan
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Pendidikan, makalah ini
dimaksudkan agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang Pendidikan dan Pasar Tenaga
Kerja. Kami menyadari selaku penyusun yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN............................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengembalian Investasi Pendidikan..............................................................5
2.2. Masalah Metodologi Pengembalian Investasi Pendidikan..............................................6
2.3. Pola Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan...........................................................7
2.4. Kontroversi Pengembalian Investasi Pendidikan............................................................8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................10
3.2. Saran............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat dan ilmu
pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil bagian dalam kemajuan dunia. Tidak hanya itu,
melalui pendidikan, sikap dan tindak tanduk manusia dibentuk. Melalui pendidikan pula,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan sering dianggap sebagai penentu utama keberhasilan ekonomi dan sosial seseorang.
Investasi di bidang pendidikan memberikan keuntungan baik langsung maupun tidak langsung
Begitu banyaknya sumber daya yang dicurahkan untuk investasi di bidang pendidikan baik yang
dilakukan oleh orang tua maupun pemerintah, maka dirasa penting untuk mengevaluasi apakah
pengembalian investasi pendidikan juga dapat membantu dalam evaluasi kebijakan pendidikan
yang luas dengan tantangannya adalah untuk menentukan cara terbaik untuk mengalokasikan
sumber daya yang langka di berbagai jenis pendidikan. Investasi yang dilakukan seseorang
dalam bidang pendidikan akan membawa sejumlah manfaat yang kembali pada dirinya sendiri
1.3. Saran
PEMBAHASAN
Pengembalian investasi adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu
investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau
hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset,
Investasi Pendidikan Tidak Memiliki Jangka Waktu Berbeda dengan investasi materi yang
memiliki jangka waktu, investasi pendidikan merupakan investasi dengan jangka sepanjang masa
untuk seseorang. Seseorang yang sudah berinvestasi pendidikan, maka akan terbentuk karakter
dan pola pikir yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak berinvestasi pendidikan.
Investasi pendidikan juga akan mendukung seseorang untuk memiliki perkembangan lebih
bagus.
modal dengan cara mengalokasikan biaya untuk penyelenggaraan pendidikan serta mengambil
keuntungan dari sumber daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan. Metode fungsi
pendapatan “dasar” adalah karena Mincer (1974) dan melibatkan perhitungan regresi kuadrat
terkecil semi-log menggunakan logaritma natural pendapatan sebagai variabel dependen, dan
tahun sekolah dan tahun potensi pengalaman pasar tenaga kerja dan kuadratnya sebagai variabel
independen.
Menurut Hendajany, dkk. (2016: 44) keuntungan secara ekonomi dari investasi seseorang
pada pendidikan sering disebut dengan tingkat pengembalian investasi pendidikan ( return to
education ). Tingkat pengembalian ( rate of return ) merupakan keuntungan atau kerugian dari
suatu investasi dalam periode tertentu yang diwujudkan melalui persentase kenaikan
dibandingkan dengan biaya investasi awal dalam dunia pendidikan. Blundell, dkk. (2001)
menyatakan tiga sisi yang berbeda dalam mendefinisikan return dari pendidikan, yaitu return
pribadi ( private return ), return sosial ( social return ), dan return produktivitas tenaga kerja
( labour productivity return ). Selain itu terdapat tiga kategori manfaat atau return dari
pendidikan tinggi, yaitu private financial return, private non-financial return, dan social return.
Fersterer dan Winter-Ebmer (2003) menggunakan data mikro tahun 1981–1997 untuk
menemukan bukti perkembangan yang cenderung turun dari return pendidikan. Rata-rata return
menurun dari 10% pada tahun 1981 menjadi 7,4% pada tahun 1997 untuk pria, sedangkan untuk
wanita dari 11,4% menjadi 8%. Penurunan ini bukan disebabkan oleh perubahan dalam kerangka
sampel atau penurunan kerelaan seseorang mengungkapkan pendapatannya dalam survei, tetapi
Purnastuti, dkk. (2013) menemukan bukti bahwa nilai tingkat kembali membesar seiring naiknya
(Psacharopoulos, 1981, 1985, 1994, 2006). Purnastuti, dkk. (2013) menemukan pola return yang
berbeda antara pria dan wanita untuk tingkat SMA. Pria pada tingkat SMA memiliki return yang
tinggi untuk sekolah umum dibandingkan sekolah kejuruan, sementara wanita sebaliknya. Nilai
tingkat pengembalian dari tahun 1993 hingga 2007 sebagian besar mengalami penurunan kecuali
untuk tingkat universitas (pria dan wanita sama-sama meningkat), tingkat SMP (wanita
Berdasarkan penelitian Hendajany, dkk. (2016:55) model dengan dataset per tahun
maupun dataset pool, estimasi nilai tingkat pengembalian investasi pendidikan mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan estimasi nilai tingkat pengembalian investasi
pendidikan semakin membaiknya kualitas pendidikan para pekerja Indonesia. Sesuai dengan
pernyataan Silles (2007) bahwa tren return yang menurun menunjukkan kualitas pendidikan para
pekerja semakin membaik. Bukti empiris ini didukung dengan meningkatnya rata-rata tahun
pendidikan dalam data IFLS, dan meningkatnya APS di setiap provinsi di Indonesia berdasarkan
data BPS. Isu gender dalam ketenaga kerjaan masih dirasakan, yang terbukti dengan besarnya
perbedaan pendapatan sekitar 35% lebih tinggi untuk pria dibandingkan wanita. Estimasi tingkat
pengembalian investasi pendidikan memberikan nilai yang lebih tinggi pada dataset wanita
dibandingkan pria. Tren penurunan dari tingkat pengembalian investasi pendidikan terjadi lebih
besar untuk pria dibandingkan wanita sampai dengan tahun 2007. Hal menarik terjadi di tahun
2014, yaitu penurunan terbesar yang terjadi pada wanita. Kondisi ini menunjukkan bahwa wanita
sudah memiliki pendidikan yang setara dengan pria. Tingkat pengembalian investasi pendidikan
antar-provinsi menunjukkan angka yang berbeda. Hal ini menunjukkan bervariasinya kualitas
pendidikan pekerja dan pendapatan para pekerja antar-provinsi. Meskipun seluruh provinsi
cenderung mengalami penurunan tingkat pengembalian, namun besarannya berkisar antara 13%
dua metode dasar yang berbeda, yang secara teori setidaknya, harus memberikan hasil yang
sangat mirip: (a) metode “penuh” atau “rumit”, dan (b) Metode “fungsi pendapatan”, yang
memiliki dua varian.. 'Memahami metode estimasi adalah penting untuk menginterpretasikan
pola tingkat keuntungan. Metode yang diadopsi oleh berbagai penulis sering ditentukan oleh sifat
dari data yang tersedia. Metode terperinci ini sama dengan bekerja dengan profil pendapatan-
umur yang terperinci berdasarkan tingkat pendidikan dan menemukan tingkat diskonto yang
menyamakan aliran manfaat pendidikan dengan aliran biaya pendidikan pada titik waktu
tertentu. Aliran manfaat tahunan biasanya diukur dengan keuntungan pendapatan lulusan dari
tingkat pendidikan di mana tingkat keuntungan dihitung, dan pendapatan sekelompok lulusan
dari tingkat pendidikan yang lebih rendah. Aliran biaya terdiri dari penghasilan yang hilang dari
individu saat di sekolah (diukur dengan pendapatan rata-rata lulusan tingkat pendidikan yang
berfungsi sebagai kelompok kontrol) dalam perhitungan keuntungan pribadi, ditambah dengan
biaya sumber daya sebenarnya dari sekolah dalam perhitungan tingkat keuntungan sosial.
memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan tingkat kehidupan, kualitas manusia dan
Proses belajar mengajar menjamin masyarakat yang terbuka (yaitu masyarakat yang
serta menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya).
Sistem pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagai pembangunan dan hasil-hasil
persediaan pengetahuan dan penemuan metode serta teknik baru yang berkelanjutan.
Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita mendapatkan segala faktor yang dibutuhkan
masyarakat kecuali tenaga kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor pendidikan
akan meningkatkan pendapatan perkapita dalam sektor tersebut, kecuali bila struktur
Tingkat keuntungan sosial, di sisi lain, dapat digunakan untuk menetapkan prioritas untuk
keuntungan dari sumber daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan. Metode fungsi
pendapatan “dasar” adalah karena Mincer (1974) dan melibatkan perhitungan regresi kuadrat
terkecil semi-log menggunakan logaritma natural pendapatan sebagai variabel dependen, dan
tahun sekolah dan tahun potensi pengalaman pasar tenaga kerja dan kuadratnya sebagai variabel
independen.
Pengertian pendapatan menurut Pratiwi (2015:23) adalah suatu hasil yang diterima yang
diterima seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerjayang berupa, uang maupun
barang yang diterima atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu Dalam spesifikasi fungsi
pendapatan semi-log ini koefisien pada tahun sekolah dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan
swasta rata-rata untuk satu tahun tambahan pendidikan, terlepas dari tingkat pendidikan yang
mengacu pada tahun sekolah ini. Metode fungsi penghasilan “diperpanjang” dapat digunakan
untuk memikirkan keuntungan ke pendidikan di berbagai tingkat dengan mengubah tahun-tahun
yang berkelanjutan dari variabel sekolah menjadi serangkaian variabel dummy yang mengacu
pada penyelesaian siklus sekolah utama, yaitu pendidikan primer, sekunder dan tersier, atau
Referensi pada drop out dari level ini, atau bahkan untuk berbagai jenis kurikulum (katakanlah,
kejuruan versus umum) dalam suatu yang diberikan tingkat pendidikan. Setelah menyesuaikan
fungsi penghasilan yang mencakup hal-hal seperti itu, tingkat keuntungan pribadi ke berbagai
tingkat pendidikan dapat diturunkan dengan membandingkan koefisien variabel dummy yang
berdekatan.
yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi terhadap tabungan dan investasi.
rendah.
Pendiskontoan (kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah dan
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga
bank) profil penghasilan-bersih aktual adalah metode yang paling tepat (di antara yang tercantum
dari riwayat pendapatan awal individu. 'Tetapi metode ini sangat haus dalam hal data – seseorang
harus memiliki jumlah pengamatan yang cukup dalam sel tingkat usia-pendidikan yang diberikan
untuk membangun profil pendapatan usia yang “berperilaku baik”, yaitu noncrossing dan cekung
ke sumbu horizontal). Ini masih merupakan kemewahan dalam banyak penyelidikan empiris,
karena itu para peneliti menggunakan metode yang tidak terlalu menuntut data.
2.3. Pola Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan
masyarakat, peningkatan alokasi sumber daya yang dilakukan oleh pemerintah maupun orang tua
akan semakin besar. Inverstasi di bidang pendidikan semakin gencar dicurahkan di berbagai
belahan dunia. Dengan semakin berkembangnya investasi pendidikan, maka semakin besar pula
risiko tingkat pengembalian yang memadahi. Oleh karena itu investasi pendidikan dirasa penting
untuk menentukan tingkat pendidikan mana yang dibutuhkan investasi secara berkelanjutan.
Dengan demikian langkah selanjutnya pemerintah dapat menentukan bagaimana cara yang tepat
dalam mengalokasi sumber daya yang ada dan untuk siapa sumber daya tersebut dialokasikan.
pendidikan kejuruhan atau perguruan tinggi. Hal ini tentunya dilakukan untuk meningkatkan
Dalam melihat tingkat pengembalian investasi pendidikan, diperlukan beberapa variabel yang
presentase yang menurun. Hal demikian menjadikan pendapatan per kapita masyarakat suatu
negara akan menurun. Hal ini dapat dijelaskan pada Purnastuti, dkk (2015) melalui model
Mincerian Earning Fuction dimana dalam model tersebut menjelaskan pengaruh pendidikan
terhadap pendapatan atau upah. Dalam model ini dijelaskan bahwa seseorang dengan tingkat
sekolah yang berbeda akan mendapatkan pendapatannya berbeda pula. Hal inilah yang
mendasari bahwa pendapatan per kapita berpengaruh pada tingkat pengembalian investasi
pendidikan karena sebagian besar masyarakat berasumsi bahwa pengambilan tingkat pendidikan
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam Purnastuti, dkk (2015) menyatakan bahwa
semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan. Dalam hal ini tahun
pendidikan menjadi tolok ukur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan Mincer (1974), selain faktor pendidikan formal, “on job training” juga akan
pendidikan yang memanfaatkan hal tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar acuan dalam
Jenis kelamin
Gender disini adalah perbedaan tingkat pengembalian investasi Megasari (2016) menjelaskan
bahwa sebenarnya pendapatan rata-rata antara laiki-laki dengan perempuan akan semakin
dibandingkan laki-laki. Jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang ada maka pengaruh
peningkatan pendapatan pada laki-laki adalah pada jenjang sekolah menengah kejuruhan.
Perusahaan-perusahaan yang mempersyaratkan gender akan cenderung mencari jenjang karir
yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Dalam pengaturan kebijakan pendidikan harus
benar-benar diperhatikan agar pengalokasian sumber daya tidak menjadi terbuang, dalam arti
Psacharopoulos (1994) menjelaskan bahwa sering kali muncul keraguan dari kejuruan
pendidikan ekonomi. Hal ini muncul karena dalam penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa pengembalian pada jalur akademik mencapai angka yang lebih tinggi dibandingkan
kejuruhan sekolah. Hal ini sejalan dengan banyaknya minat peserta didik untuk mendaftarkan
Padahal dengan keterampilan yang dimilikinya melalui pendidikan kejuruhan maka pendapatan
yang diterima akan lebih besar. Bahkan lebih lanjut dijelaskan menurut perkiraan mereka yang
paling konservatif, tingkat pengembalian ke pelatihan bisa sekitar 2O%, jika 50% populasi orang
Yaitu dari pertanian ke industri, konsumsi energi, pencapaian tujuan, dan lain sebagainya.
Dalam teori human capital juga disebutkan bahwa pendidikan sangat familiar dikaitkan dengan
pekerjaan atau dapat berfungsi sebagai ukuran dalam menentukan kontribusi antara pendidikan
Disisi lain kontroversi mengenai pendidikan yaitu menurut survei yang dilakukan oleh HSBC
serta dilansir dari situs resmi Forum Ekonomi Dunia (WEF), Indonesia berada di peringkat 13
sebagai salah satu daftar negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia.
Rata-rata biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh orang tua di Indonesia adalah
sebesar US $20.000. Hal ini juga berdasarkan atas survey yang di dapat bahwa para orang tua
Asia memiliki kepedulian akan masa depan anaknya sekitar 80% keatas yang mana survey
tersebut juga tidak berbeda jauh dengan kepedulian para orang tua diseluruh dunia untuk
mengeluarkan dana bagi anaknya guna mendapatkan pendidikan yang layak yaitu sebesar 87%
(Sebayang, 2018). Dari data tersebut jika dikalkulasikan sesuai ilmu ekonomi, pendidikan
Indonesia yang begitu mahal tersebut akan mengancam tingkat pertumbuhan ekonomi negara
apabila pada realisasi biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan tidak sebanding
dengan feedback yang akan diterima. Misalnya seseorang menempuh pendidikan hingga jenjang
yang lebih tinggi akan tetapi setelah lulus belum juga mendapatkan pekerjaan alias menganggur
atau ada pula yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi pendapatan perkapitanya sangat rendah.
Pada kenyataannya, terdapat satu hipotesis yang banyak diperdebatkan pada tahun 1970-an
mengacu pada “ screening atau screening,” yang menyatakan bahwa perbedaan pendapatan
mungkin disebabkan oleh kemampuan unggul yang dimiliki oleh orang yang lebih
Pada interaksi antara pendidikan, pendapatan dan kemampuan, Chou dan Lau (1987)
memperkenalkan matriks p rogresif Raven sebagai proksi kemampuan genetik dalam fungsi
produksi pertanian di Thailand, yang mana dalam hal ini ada pengaruh antara pendidikan
terhadap produktivitas pertanian. Namun jika melihat data dari AS tidak ada pengaruh yang
signifikan antara kemampuan terhadap pendapatan. Dan setelah dilakukan beberapa observasi
literatur diperoleh kesimpulan bahwa kompleksitas masalah ekonometrik dan teoritis seputar hal-
hal penting seperti kemampuan, pendidikan, dan pendapatan sangat sulit diperoleh menjadi suatu
kesimpulan yang tegas mengenai ukuran bahkan sulit dapat menghindari arah yang bias. Inti
permasalahannya adalah bahwa korelasi positif yang universal dan tak terbantahkan antara
mempengaruhi pendapatan hanya dapat dijawab dengan data eksperimental yang dihasilkan
dengan mengekspos orang-orang yang berbeda secara acak ke berbagai jumlah pendidikan.
Kemudian dengan hasil menggunakan eksperimen alami untuk menilai pengaruh bias selektivitas
pendidikan yang berbeda (untuk mengendalikan perbedaan kemampuan genetik). Namun dari
hasil yang diperoleh tidak menemukan bias dalam perkiraan pengembalian ke sekolah. Justru
sebaliknya, mereka menemukan bahwa kesalahan pengukuran dalam perbedaan sekolah yang
untuk investasi dalam pendidikan. Eksperimen alami yang kedua mengacu pada fakta bahwa
banyak anak muda di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an menerima lebih banyak sekolah
daripada negara lain. Eksperimen alami ketiga berasal dari undang-undang kehadiran sekolah
wajib. Di Amerika Serikat, mereka yang lahir pada awal tahun kalender mulai sekolah pada usia
yang lebih tua dibandingkan dengan mereka yang dilahirkan kemudian pada tahun yang sama,
dan karenanya dapat meninggalkan sekolah setelah menyelesaikan pendidikan yang lebih sedikit.
Dengan membandingkan kedua kelompok ini, Angrist dan Krueger (1991) menemukan tingkat
pengembalian investasi dalam pendidikan yang sangat mirip dengan yang diperkirakan secara
konvensional.
menjadi “cawan suci” dan batas penelitian. Krueger (1992) meneliti pengaruh kualitas sekolah
Kualitas diukur dengan rasio siswa-guru, rata-rata jangka waktu dan upah relatif guru. Mereka
sekolah. Misalnya, penurunan ukuran kelas dari 30 menjadi 25 murid per guru dikaitkan dengan
peningkatan 0,4 poin persentase dalam pengembalian ke pendidikan. Dalam makalah lain, Card
dan Krueger (1992b) menemukan bahwa peningkatan kualitas pendidikan yang diterima orang
kulit hitam menjelaskan 20% dari penyempitan pendapatan hitam-putih di Amerika Serikat
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengembalian investasi pendidikan adalah proses di mana seseorang atau keluarga berinvestasi
dalam pendidikan mereka atau pendidikan anak-anak mereka dengan harapan bahwa investasi ini
akan menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah
sebagai berikut:
modal manusia yang penting untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Dengan
kerja yang lebih terampil dan produktif, yang pada gilirannya akan mendukung
2) Faktor Kunci dalam Peningkatan Gaji: Tingkat pendidikan seseorang seringkali memiliki
semakin besar kemungkinan mereka mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih
tinggi. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan potensi
sekolah, buku, dll.) maupun tidak langsung (biaya kesempatan yang hilang karena waktu
4) Peran Faktor-faktor Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti kondisi pasar tenaga kerja,
investasi pendidikan. Investasi dalam keterampilan yang sesuai dengan tren pasar tenaga
ketidakpastian. Tidak ada jaminan bahwa tingkat pendidikan tertentu akan selalu
menghasilkan pengembalian investasi yang positif. Itu bisa dipengaruhi oleh berbagai
6) Investasi dalam Pendidikan sebagai Investasi jangka Panjang: Penting untuk diingat
beberapa kasus, manfaat ekonomi dari investasi dalam pendidikan mungkin tidak
Dalam kesimpulan, pengembalian investasi pendidikan dapat sangat signifikan dalam mengubah
Saran terkait pengembalian investasi pendidikan dapat melibatkan berbagai aspek, baik untuk
individu maupun pemerintah. Berikut adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan:
perencanaan keuangan yang bijak sejak dini. Ini termasuk merencanakan anggaran untuk
masa depan.
b) *Pemilihan Program Pendidikan yang Tepat*: Memilih program pendidikan yang sesuai
Pemilihan program yang relevan dengan pasar tenaga kerja dapat menghasilkan
pelatihan dan sertifikasi yang lebih singkat dan khusus jika sesuai dengan tujuan karier
Anda. Terkadang, investasi dalam kursus atau pelatihan tertentu dapat memberikan
d) *Pendanaan yang Dapat Diakses*: Selidiki opsi pendanaan seperti beasiswa, program
bantuan keuangan, atau pinjaman pendidikan dengan suku bunga yang wajar. Pastikan
untuk memahami syarat dan ketentuan, serta implikasi jangka panjang dari pinjaman
pendidikan.
keterampilan Anda agar tetap kompetitif di pasar tenaga kerja yang berubah-ubah.
f) *Dukungan Pemerintah*: Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam
berkualitas.
g) *Penyadaran Risiko dan Return*: Sebelum berinvestasi dalam pendidikan yang mahal,
penting untuk memahami risiko dan ekspektasi pengembalian secara realistis. Ini dapat
seperti kepemimpinan, komunikasi, dan pemecahan masalah juga sangat berharga dalam
pendidikan Anda.
apakah Anda berada pada jalur yang benar untuk mencapai tujuan finansial Anda.
j) *Kesadaran akan Tren Pekerjaan*: Selalu ikuti tren dalam industri atau sektor yang Anda
minati. Perubahan dalam permintaan tenaga kerja atau teknologi dapat memengaruhi
Saran-saran ini dapat membantu individu membuat keputusan yang lebih baik terkait investasi
pendidikan mereka, dengan tujuan mencapai pengembalian investasi yang optimal dalam jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Blundell, R., Dearden, L., & Sianesi, B. 2001. Memperkirakan Pengembalian Pendidikan:
Model, Metode dan Hasil. London: Pusat Ekonomi Pendidikan London School of Economics.
Fersterer, J., & Winter-Ebmer, R. 2003. Apakah Kembalinya Pendidikan Austria Menurun
Seiring Waktu?. Ekonomi Tenaga Kerja , 10(1), 73–89.
Hendajany, N., Widodo, T., & Sulistyaningrum, E. 2016. Perkembangan Tingkat Pengembalian
Investasi Pendidikan Antar-Provinsi: Survei Kehidupan Keluarga Indonesia 1993–2014. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia , 17(1), 44-57.
Jhingan, ML, 2012 . Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan . Jakarta: PT Raja Grafindo.
Purnastuti, L. Wahyuni, D. dan Mustofa. 2015. Prosiding Seminar Nasional: Tingkat Analisis
Pengembalian Investasi Pendidikandi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Purnastuti, L., Miller, PW, & Salim, R. 2013. Menurunnya Tingkat Kembali ke Pendidikan:
Bukti bagi Indonesia. Buletin Kajian Ekonomi Indonesia , 49(2), 213–236. (Online).
Sebayang, R. 2018. RI Masuk Daftar Negara Biaya Pendidikan Termahal di, (Online).
Silles, MA 2007. Kembalinya Pendidikan di Inggris . Jurnal Ekonomi Terapan, 10(2), 391–413.
(Online).
Sunaryo, W. 2017. Bunga Rampai Ekonomi Pendidikan 2017. Bogor: Yayasan Warkat Utama.
Widiansyah, A. 2017. Peran Ekonomi dalam Pendidikan dan Pendidikan dalam Pembangunan
Ekonomi . Jurnal Cakrawala . Jilid 17 (Nomor 2): 209 (Online).