Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PENGEMBALIAN INVESTASI PENDIDIKAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Pendidikan”

Dosen Pengampu : Dr. Arwilldayanto, S.Pd, M.Pd

Disusun

Fitrawati Putri Pakaya (131422088)

Wilke Igirisa (131422104)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, Makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Adapun tujuan

penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Pendidikan

“Pengembalian Investasi Pendidikan”.

Selain bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Pendidikan, makalah ini

dimaksudkan agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang Pendidikan dan Pasar Tenaga

Kerja. Kami menyadari selaku penyusun yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan

makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya

kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang

akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca

pada umumnya.

Gorontalo, 07 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN............................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................V

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengembalian Investasi Pendidikan..............................................................5
2.2. Masalah Metodologi Pengembalian Investasi Pendidikan..............................................6
2.3. Pola Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan...........................................................7
2.4. Kontroversi Pengembalian Investasi Pendidikan............................................................8

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................10
3.2. Saran............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa

depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat dan ilmu

pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil bagian dalam kemajuan dunia. Tidak hanya itu,

melalui pendidikan, sikap dan tindak tanduk manusia dibentuk. Melalui pendidikan pula,

disiplin, pola hidup bersih, dan kejujuran manusia ditanamkan.

Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan manusia-manusia yang memiliki

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa.

Pendidikan sering dianggap sebagai penentu utama keberhasilan ekonomi dan sosial seseorang.

Investasi di bidang pendidikan memberikan keuntungan baik langsung maupun tidak langsung

bagi individu yang menerima pendidikan dan masyarakat sekitarnya.

Begitu banyaknya sumber daya yang dicurahkan untuk investasi di bidang pendidikan baik yang

dilakukan oleh orang tua maupun pemerintah, maka dirasa penting untuk mengevaluasi apakah

pendidikan menghasilkan tingkat pengembalian (return to schooling) yang memadai. Analisis

pengembalian investasi pendidikan juga dapat membantu dalam evaluasi kebijakan pendidikan

yang luas dengan tantangannya adalah untuk menentukan cara terbaik untuk mengalokasikan

sumber daya yang langka di berbagai jenis pendidikan. Investasi yang dilakukan seseorang

dalam bidang pendidikan akan membawa sejumlah manfaat yang kembali pada dirinya sendiri

maupun pada lingkungan sekitarnya.


1.2 Rumusan Masalah

1. Mendeskripsikan pengertian pengembalian investasi pendidikan?

2. Apa masalah metodologi pengembalian investasi pendidikan?

3. Mengdeskripsikan Bagaimana pola tingkat pengembalian investasi pendidikan?

4. Bagaimana kontroversi pengembalian investasi pendidikan?

1.3. Saran

1. Mengetahui pengertian pengembalian investasi pendidikan

2. Mengetahui masalah metodologi pengembalian investasi pendidikan

3. Mengetahui pola tingkat pengembalian investasi pendidikan

4. Mengetahui kontroversi pengembalian investasi pendidikan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengembalian Investasi Pendidikan

Pengembalian investasi adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu

investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau

hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset,

modal, pokok, basis biaya investasi.

Investasi Pendidikan Tidak Memiliki Jangka Waktu Berbeda dengan investasi materi yang

memiliki jangka waktu, investasi pendidikan merupakan investasi dengan jangka sepanjang masa

untuk seseorang. Seseorang yang sudah berinvestasi pendidikan, maka akan terbentuk karakter

dan pola pikir yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak berinvestasi pendidikan.

Investasi pendidikan juga akan mendukung seseorang untuk memiliki perkembangan lebih

bagus.

Menurut Widiansyah (2017:209) Investasi dalam pendidikan merupakan penanaman

modal dengan cara mengalokasikan biaya untuk penyelenggaraan pendidikan serta mengambil

keuntungan dari sumber daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan. Metode fungsi

pendapatan “dasar” adalah karena Mincer (1974) dan melibatkan perhitungan regresi kuadrat

terkecil semi-log menggunakan logaritma natural pendapatan sebagai variabel dependen, dan

tahun sekolah dan tahun potensi pengalaman pasar tenaga kerja dan kuadratnya sebagai variabel

independen.
Menurut Hendajany, dkk. (2016: 44) keuntungan secara ekonomi dari investasi seseorang

pada pendidikan sering disebut dengan tingkat pengembalian investasi pendidikan ( return to

education ). Tingkat pengembalian ( rate of return ) merupakan keuntungan atau kerugian dari

suatu investasi dalam periode tertentu yang diwujudkan melalui persentase kenaikan

dibandingkan dengan biaya investasi awal dalam dunia pendidikan. Blundell, dkk. (2001)

menyatakan tiga sisi yang berbeda dalam mendefinisikan return dari pendidikan, yaitu return

pribadi ( private return ), return sosial ( social return ), dan return produktivitas tenaga kerja

( labour productivity return ). Selain itu terdapat tiga kategori manfaat atau return dari

pendidikan tinggi, yaitu private financial return, private non-financial return, dan social return.

Fersterer dan Winter-Ebmer (2003) menggunakan data mikro tahun 1981–1997 untuk

melihat perkembangan tingkat pengembalian pendidikan di Austria. Fersterer dan Winter-Ebmer

menemukan bukti perkembangan yang cenderung turun dari return pendidikan. Rata-rata return

menurun dari 10% pada tahun 1981 menjadi 7,4% pada tahun 1997 untuk pria, sedangkan untuk

wanita dari 11,4% menjadi 8%. Penurunan ini bukan disebabkan oleh perubahan dalam kerangka

sampel atau penurunan kerelaan seseorang mengungkapkan pendapatannya dalam survei, tetapi

karena turunnya pengembalian pendidikan terutama pada tingkat universitas. Sedangkan

Purnastuti, dkk. (2013) menemukan bukti bahwa nilai tingkat kembali membesar seiring naiknya

tingkat pendidikan, hal ini berlawanan dengan bukti-bukti penelitian sebelumnya

(Psacharopoulos, 1981, 1985, 1994, 2006). Purnastuti, dkk. (2013) menemukan pola return yang

berbeda antara pria dan wanita untuk tingkat SMA. Pria pada tingkat SMA memiliki return yang

tinggi untuk sekolah umum dibandingkan sekolah kejuruan, sementara wanita sebaliknya. Nilai

tingkat pengembalian dari tahun 1993 hingga 2007 sebagian besar mengalami penurunan kecuali
untuk tingkat universitas (pria dan wanita sama-sama meningkat), tingkat SMP (wanita

meningkat), dan tingkat SMA.

Berdasarkan penelitian Hendajany, dkk. (2016:55) model dengan dataset per tahun

maupun dataset pool, estimasi nilai tingkat pengembalian investasi pendidikan mengalami

penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan estimasi nilai tingkat pengembalian investasi

pendidikan semakin membaiknya kualitas pendidikan para pekerja Indonesia. Sesuai dengan

pernyataan Silles (2007) bahwa tren return yang menurun menunjukkan kualitas pendidikan para

pekerja semakin membaik. Bukti empiris ini didukung dengan meningkatnya rata-rata tahun

pendidikan dalam data IFLS, dan meningkatnya APS di setiap provinsi di Indonesia berdasarkan

data BPS. Isu gender dalam ketenaga kerjaan masih dirasakan, yang terbukti dengan besarnya

perbedaan pendapatan sekitar 35% lebih tinggi untuk pria dibandingkan wanita. Estimasi tingkat

pengembalian investasi pendidikan memberikan nilai yang lebih tinggi pada dataset wanita

dibandingkan pria. Tren penurunan dari tingkat pengembalian investasi pendidikan terjadi lebih

besar untuk pria dibandingkan wanita sampai dengan tahun 2007. Hal menarik terjadi di tahun

2014, yaitu penurunan terbesar yang terjadi pada wanita. Kondisi ini menunjukkan bahwa wanita

sudah memiliki pendidikan yang setara dengan pria. Tingkat pengembalian investasi pendidikan

antar-provinsi menunjukkan angka yang berbeda. Hal ini menunjukkan bervariasinya kualitas

pendidikan pekerja dan pendapatan para pekerja antar-provinsi. Meskipun seluruh provinsi

cenderung mengalami penurunan tingkat pengembalian, namun besarannya berkisar antara 13%

hingga 8%. Provinsi DKI Jakarta memiliki return terkecil.


2.2. Masalah Metodologi Pengembalian Investasi Pendidikan

Perkiraan profitabilitas investasi dalam pendidikan dapat dicapai dengan menggunakan

dua metode dasar yang berbeda, yang secara teori setidaknya, harus memberikan hasil yang

sangat mirip: (a) metode “penuh” atau “rumit”, dan (b) Metode “fungsi pendapatan”, yang

memiliki dua varian.. 'Memahami metode estimasi adalah penting untuk menginterpretasikan

pola tingkat keuntungan. Metode yang diadopsi oleh berbagai penulis sering ditentukan oleh sifat

dari data yang tersedia. Metode terperinci ini sama dengan bekerja dengan profil pendapatan-

umur yang terperinci berdasarkan tingkat pendidikan dan menemukan tingkat diskonto yang

menyamakan aliran manfaat pendidikan dengan aliran biaya pendidikan pada titik waktu

tertentu. Aliran manfaat tahunan biasanya diukur dengan keuntungan pendapatan lulusan dari

tingkat pendidikan di mana tingkat keuntungan dihitung, dan pendapatan sekelompok lulusan

dari tingkat pendidikan yang lebih rendah. Aliran biaya terdiri dari penghasilan yang hilang dari

individu saat di sekolah (diukur dengan pendapatan rata-rata lulusan tingkat pendidikan yang

berfungsi sebagai kelompok kontrol) dalam perhitungan keuntungan pribadi, ditambah dengan

biaya sumber daya sebenarnya dari sekolah dalam perhitungan tingkat keuntungan sosial.

Menurut Widiansyah dalam Komaruddin (1991: 14) fungsi investasi, pendidikan

memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan tingkat kehidupan, kualitas manusia dan

pendapatan nasional, terutama dalam hal-hal berikut:

 Proses belajar mengajar menjamin masyarakat yang terbuka (yaitu masyarakat yang

selalu bersedia untuk mempertimbangkan gagasan-gagasan dan harapan-harapan baru

serta menerima sikap dan proses baru tanpa harus mengorbankan dirinya).
 Sistem pendidikan menyiapkan landasan yang tepat bagai pembangunan dan hasil-hasil

naik (jaminan melekat untuk pertumbuhan masyarakat modern yang berkesinambungan).

Investasi pendidikan dapat mempertahankan keutuhan dan secara konstan menambah

persediaan pengetahuan dan penemuan metode serta teknik baru yang berkelanjutan.

 Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita mendapatkan segala faktor yang dibutuhkan

masyarakat kecuali tenaga kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor pendidikan

akan meningkatkan pendapatan perkapita dalam sektor tersebut, kecuali bila struktur

sosial yang hidup dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan.

 Tingkat keuntungan sosial, di sisi lain, dapat digunakan untuk menetapkan prioritas untuk

investasi pendidikan masa depan.

Menurut Widiansyah (2017:209) Investasi dalam pendidikan merupakan penanaman modal

dengan cara mengalokasikan biaya untuk penyelenggaraan pendidikan serta mengambil

keuntungan dari sumber daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan. Metode fungsi

pendapatan “dasar” adalah karena Mincer (1974) dan melibatkan perhitungan regresi kuadrat

terkecil semi-log menggunakan logaritma natural pendapatan sebagai variabel dependen, dan

tahun sekolah dan tahun potensi pengalaman pasar tenaga kerja dan kuadratnya sebagai variabel

independen.

Pengertian pendapatan menurut Pratiwi (2015:23) adalah suatu hasil yang diterima yang

diterima seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerjayang berupa, uang maupun

barang yang diterima atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu Dalam spesifikasi fungsi

pendapatan semi-log ini koefisien pada tahun sekolah dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan

swasta rata-rata untuk satu tahun tambahan pendidikan, terlepas dari tingkat pendidikan yang

mengacu pada tahun sekolah ini. Metode fungsi penghasilan “diperpanjang” dapat digunakan
untuk memikirkan keuntungan ke pendidikan di berbagai tingkat dengan mengubah tahun-tahun

yang berkelanjutan dari variabel sekolah menjadi serangkaian variabel dummy yang mengacu

pada penyelesaian siklus sekolah utama, yaitu pendidikan primer, sekunder dan tersier, atau

Referensi pada drop out dari level ini, atau bahkan untuk berbagai jenis kurikulum (katakanlah,

kejuruan versus umum) dalam suatu yang diberikan tingkat pendidikan. Setelah menyesuaikan

fungsi penghasilan yang mencakup hal-hal seperti itu, tingkat keuntungan pribadi ke berbagai

tingkat pendidikan dapat diturunkan dengan membandingkan koefisien variabel dummy yang

berdekatan.

Menurut Jhingan (2012: 33-36) rendahnya produktivitas menyebabkan rendahnya pendapatan

yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi terhadap tabungan dan investasi.

Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, sehingga tingkat produktivitas menjadi

rendah.

Pendiskontoan (kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah dan

mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga

bank) profil penghasilan-bersih aktual adalah metode yang paling tepat (di antara yang tercantum

di atas) untuk meramalkan keuntungan ke pendidikan karena memperhitungkan bagian penting

dari riwayat pendapatan awal individu. 'Tetapi metode ini sangat haus dalam hal data – seseorang

harus memiliki jumlah pengamatan yang cukup dalam sel tingkat usia-pendidikan yang diberikan

untuk membangun profil pendapatan usia yang “berperilaku baik”, yaitu noncrossing dan cekung

ke sumbu horizontal). Ini masih merupakan kemewahan dalam banyak penyelidikan empiris,

karena itu para peneliti menggunakan metode yang tidak terlalu menuntut data.
2.3. Pola Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan

Semakin berkembangnya zaman yang membuat pendidikan semakin mendapat tempat di

masyarakat, peningkatan alokasi sumber daya yang dilakukan oleh pemerintah maupun orang tua

akan semakin besar. Inverstasi di bidang pendidikan semakin gencar dicurahkan di berbagai

belahan dunia. Dengan semakin berkembangnya investasi pendidikan, maka semakin besar pula

risiko tingkat pengembalian yang memadahi. Oleh karena itu investasi pendidikan dirasa penting

untuk dievaluasi sehingga kemungkinan penurunan tingkat pengembalian investasi pendidikan

akan semakin berkurang.

Sebenarnya tingkat pengembalian investasi pendidikan dapat dimanfaatkan pemerintah

untuk menentukan tingkat pendidikan mana yang dibutuhkan investasi secara berkelanjutan.

Dengan demikian langkah selanjutnya pemerintah dapat menentukan bagaimana cara yang tepat

dalam mengalokasi sumber daya yang ada dan untuk siapa sumber daya tersebut dialokasikan.

Apakah pemerintah memerlukan investasi di jenjang sekolah dasar, sekolah menegah,

pendidikan kejuruhan atau perguruan tinggi. Hal ini tentunya dilakukan untuk meningkatkan

tingkat ekonomi dalam bidang pendidikan.

Dalam melihat tingkat pengembalian investasi pendidikan, diperlukan beberapa variabel yang

menjadi dasar penentuan kebijakan pengambilan oleh pemerintah. Psacharopoulos (1994)

menyatakan bahwa variabel tersebut mencakup:

 Pendapatan per kapita negara

Pengembalian investasi pendidikan di sekolah swasta maupun di sekolah negeri menemukan

presentase yang menurun. Hal demikian menjadikan pendapatan per kapita masyarakat suatu

negara akan menurun. Hal ini dapat dijelaskan pada Purnastuti, dkk (2015) melalui model
Mincerian Earning Fuction dimana dalam model tersebut menjelaskan pengaruh pendidikan

terhadap pendapatan atau upah. Dalam model ini dijelaskan bahwa seseorang dengan tingkat

sekolah yang berbeda akan mendapatkan pendapatannya berbeda pula. Hal inilah yang

mendasari bahwa pendapatan per kapita berpengaruh pada tingkat pengembalian investasi

pendidikan karena sebagian besar masyarakat berasumsi bahwa pengambilan tingkat pendidikan

tertentu akan berdampak pada pendapatannya.

 Pengalaman kerja atau tahun pendidikan

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam Purnastuti, dkk (2015) menyatakan bahwa

semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan. Dalam hal ini tahun

pendidikan menjadi tolok ukur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini diperkuat

oleh pernyataan Mincer (1974), selain faktor pendidikan formal, “on job training” juga akan

mempengaruhi pendapatan seorang pekerja.

Masyarakat dengan keinginan memiliki pendapatan yang tinggi berbondong-bondong untuk

menempuh pendidikan tinggi pula yang akhirnya membuat munculnya investor-investor

pendidikan yang memanfaatkan hal tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar acuan dalam

perhitungan pengembalian investasi pendidikan.

 Jenis kelamin

Gender disini adalah perbedaan tingkat pengembalian investasi Megasari (2016) menjelaskan

bahwa sebenarnya pendapatan rata-rata antara laiki-laki dengan perempuan akan semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan.perempuancenderung lebih kecil

dibandingkan laki-laki. Jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang ada maka pengaruh

peningkatan pendapatan pada laki-laki adalah pada jenjang sekolah menengah kejuruhan.
Perusahaan-perusahaan yang mempersyaratkan gender akan cenderung mencari jenjang karir

yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Dalam pengaturan kebijakan pendidikan harus

benar-benar diperhatikan agar pengalokasian sumber daya tidak menjadi terbuang, dalam arti

lain yaitu pemberdayagunaan yang sekaligus berperan sebagai tindakan peningkatan

pengembalian dari pendidikan.

 Kurikulum sekolah menengah

Psacharopoulos (1994) menjelaskan bahwa sering kali muncul keraguan dari kejuruan

pendidikan ekonomi. Hal ini muncul karena dalam penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan

bahwa pengembalian pada jalur akademik mencapai angka yang lebih tinggi dibandingkan

kejuruhan sekolah. Hal ini sejalan dengan banyaknya minat peserta didik untuk mendaftarkan

diri di sekolah menengah umum dibandingkan kejuruhan.

Padahal dengan keterampilan yang dimilikinya melalui pendidikan kejuruhan maka pendapatan

yang diterima akan lebih besar. Bahkan lebih lanjut dijelaskan menurut perkiraan mereka yang

paling konservatif, tingkat pengembalian ke pelatihan bisa sekitar 2O%, jika 50% populasi orang

dewasa di negara itu terpelajar.


2.4. Kontroversi Pengembalian Investasi Pendidikan

Yaitu dari pertanian ke industri, konsumsi energi, pencapaian tujuan, dan lain sebagainya.

Dalam teori human capital juga disebutkan bahwa pendidikan sangat familiar dikaitkan dengan

pekerjaan atau dapat berfungsi sebagai ukuran dalam menentukan kontribusi antara pendidikan

dengan pertumbuhan ekonomi.

Disisi lain kontroversi mengenai pendidikan yaitu menurut survei yang dilakukan oleh HSBC

serta dilansir dari situs resmi Forum Ekonomi Dunia (WEF), Indonesia berada di peringkat 13

sebagai salah satu daftar negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia.

Rata-rata biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh orang tua di Indonesia adalah

sebesar US $20.000. Hal ini juga berdasarkan atas survey yang di dapat bahwa para orang tua

Asia memiliki kepedulian akan masa depan anaknya sekitar 80% keatas yang mana survey

tersebut juga tidak berbeda jauh dengan kepedulian para orang tua diseluruh dunia untuk

mengeluarkan dana bagi anaknya guna mendapatkan pendidikan yang layak yaitu sebesar 87%

(Sebayang, 2018). Dari data tersebut jika dikalkulasikan sesuai ilmu ekonomi, pendidikan

Indonesia yang begitu mahal tersebut akan mengancam tingkat pertumbuhan ekonomi negara

apabila pada realisasi biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan tidak sebanding

dengan feedback yang akan diterima. Misalnya seseorang menempuh pendidikan hingga jenjang

yang lebih tinggi akan tetapi setelah lulus belum juga mendapatkan pekerjaan alias menganggur

atau ada pula yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi pendapatan perkapitanya sangat rendah.

Pada kenyataannya, terdapat satu hipotesis yang banyak diperdebatkan pada tahun 1970-an

mengacu pada “ screening atau screening,” yang menyatakan bahwa perbedaan pendapatan
mungkin disebabkan oleh kemampuan unggul yang dimiliki oleh orang yang lebih

berpendidikan, dan bukan karena pendidikan ekstra mereka.

Pada interaksi antara pendidikan, pendapatan dan kemampuan, Chou dan Lau (1987)

memperkenalkan matriks p rogresif Raven sebagai proksi kemampuan genetik dalam fungsi

produksi pertanian di Thailand, yang mana dalam hal ini ada pengaruh antara pendidikan

terhadap produktivitas pertanian. Namun jika melihat data dari AS tidak ada pengaruh yang

signifikan antara kemampuan terhadap pendapatan. Dan setelah dilakukan beberapa observasi

literatur diperoleh kesimpulan bahwa kompleksitas masalah ekonometrik dan teoritis seputar hal-

hal penting seperti kemampuan, pendidikan, dan pendapatan sangat sulit diperoleh menjadi suatu

kesimpulan yang tegas mengenai ukuran bahkan sulit dapat menghindari arah yang bias. Inti

permasalahannya adalah bahwa korelasi positif yang universal dan tak terbantahkan antara

pendidikan dan pendapatan dapat berguna dalam berbagai cara.

Menurut Ashenfelter (1991) pertanyaan mengenai apakah pendidikan benar-benar

mempengaruhi pendapatan hanya dapat dijawab dengan data eksperimental yang dihasilkan

dengan mengekspos orang-orang yang berbeda secara acak ke berbagai jumlah pendidikan.

Kemudian dengan hasil menggunakan eksperimen alami untuk menilai pengaruh bias selektivitas

terhadap pengembalian pendidikan dilakukan secara sama/bertahan dengan menerima jumlah

pendidikan yang berbeda (untuk mengendalikan perbedaan kemampuan genetik). Namun dari

hasil yang diperoleh tidak menemukan bias dalam perkiraan pengembalian ke sekolah. Justru

sebaliknya, mereka menemukan bahwa kesalahan pengukuran dalam perbedaan sekolah yang

dilaporkan sendiri mengakibatkan kesalahpahaman besar dari estimasi pengembalian investasi

untuk investasi dalam pendidikan. Eksperimen alami yang kedua mengacu pada fakta bahwa

banyak anak muda di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an menerima lebih banyak sekolah
daripada negara lain. Eksperimen alami ketiga berasal dari undang-undang kehadiran sekolah

wajib. Di Amerika Serikat, mereka yang lahir pada awal tahun kalender mulai sekolah pada usia

yang lebih tua dibandingkan dengan mereka yang dilahirkan kemudian pada tahun yang sama,

dan karenanya dapat meninggalkan sekolah setelah menyelesaikan pendidikan yang lebih sedikit.

Dengan membandingkan kedua kelompok ini, Angrist dan Krueger (1991) menemukan tingkat

pengembalian investasi dalam pendidikan yang sangat mirip dengan yang diperkirakan secara

konvensional.

Masalah pengembalian investasi dalam kualitas daripada kuantitas pendidikan terus

menjadi “cawan suci” dan batas penelitian. Krueger (1992) meneliti pengaruh kualitas sekolah

terhadap pengembalian pendidikan menggunakan data sensus AS pada tahun 1980.

Kualitas diukur dengan rasio siswa-guru, rata-rata jangka waktu dan upah relatif guru. Mereka

menemukan bahwa orang-orang yang dididik di negara bagian dengan sekolah-sekolah

berkualitas tinggi menunjukkan pengembalian yang lebih tinggi ke tahun-tahun tambahan

sekolah. Misalnya, penurunan ukuran kelas dari 30 menjadi 25 murid per guru dikaitkan dengan

peningkatan 0,4 poin persentase dalam pengembalian ke pendidikan. Dalam makalah lain, Card

dan Krueger (1992b) menemukan bahwa peningkatan kualitas pendidikan yang diterima orang

kulit hitam menjelaskan 20% dari penyempitan pendapatan hitam-putih di Amerika Serikat

selama tahun 1960 – 1980.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengembalian investasi pendidikan adalah proses di mana seseorang atau keluarga berinvestasi

dalam pendidikan mereka atau pendidikan anak-anak mereka dengan harapan bahwa investasi ini

akan menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah

sebagai berikut:

1) Investasi Pendidikan sebagai Modal Kemajuan: Investasi pendidikan dianggap sebagai

modal manusia yang penting untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Dengan

meningkatkan tingkat pendidikan penduduknya, sebuah negara dapat menciptakan tenaga

kerja yang lebih terampil dan produktif, yang pada gilirannya akan mendukung

pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

2) Faktor Kunci dalam Peningkatan Gaji: Tingkat pendidikan seseorang seringkali memiliki

korelasi positif dengan penghasilannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin besar kemungkinan mereka mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih

tinggi. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan potensi

pengembalian investasi melalui peningkatan pendapatan.

3) Perhitungan Pengembalian Investasi: Untuk mengukur pengembalian investasi

pendidikan, seseorang perlu mempertimbangkan biaya pendidikan, baik langsung (biaya

sekolah, buku, dll.) maupun tidak langsung (biaya kesempatan yang hilang karena waktu

yang dihabiskan untuk pendidikan). Pengembalian investasi kemudian dihitung dengan


membandingkan total biaya dengan perkiraan peningkatan pendapatan yang dihasilkan

dari pendidikan tersebut.

4) Peran Faktor-faktor Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti kondisi pasar tenaga kerja,

sektor ekonomi, dan perubahan teknologi juga dapat memengaruhi pengembalian

investasi pendidikan. Investasi dalam keterampilan yang sesuai dengan tren pasar tenaga

kerja saat ini dapat menghasilkan pengembalian yang lebih besar.

5) Risiko dan Ketidakpastian: Investasi pendidikan juga melibatkan risiko dan

ketidakpastian. Tidak ada jaminan bahwa tingkat pendidikan tertentu akan selalu

menghasilkan pengembalian investasi yang positif. Itu bisa dipengaruhi oleh berbagai

faktor, termasuk perubahan dalam kebijakan pendidikan atau ekonomi.

6) Investasi dalam Pendidikan sebagai Investasi jangka Panjang: Penting untuk diingat

bahwa pengembalian investasi pendidikan cenderung menjadi jangka panjang. Dalam

beberapa kasus, manfaat ekonomi dari investasi dalam pendidikan mungkin tidak

langsung terlihat, tetapi akan berkembang seiring waktu.

Dalam kesimpulan, pengembalian investasi pendidikan dapat sangat signifikan dalam mengubah

kehidupan seseorang dan menguntungkan perekonomian secara keseluruhan. Namun, keputusan

untuk berinvestasi dalam pendidikan harus dipertimbangkan secara cermat, dengan

memperhitungkan biaya, manfaat, dan faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi

pengembalian investasi tersebut.


3.2. Saran

Saran terkait pengembalian investasi pendidikan dapat melibatkan berbagai aspek, baik untuk

individu maupun pemerintah. Berikut adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan:

a) *Perencanaan Keuangan yang Bijak*: Individu dan keluarga perlu melakukan

perencanaan keuangan yang bijak sejak dini. Ini termasuk merencanakan anggaran untuk

pendidikan, mengidentifikasi sumber-sumber pendanaan seperti tabungan, beasiswa, dan

pinjaman pendidikan, serta mempertimbangkan pengeluaran dan potensi penghasilan

masa depan.

b) *Pemilihan Program Pendidikan yang Tepat*: Memilih program pendidikan yang sesuai

dengan minat dan kemampuan dapat meningkatkan peluang pengembalian investasi.

Pemilihan program yang relevan dengan pasar tenaga kerja dapat menghasilkan

pengembalian yang lebih baik.

c) *Pertimbangkan Pilihan Alternatif*: Selain pendidikan formal, pertimbangkan juga

pelatihan dan sertifikasi yang lebih singkat dan khusus jika sesuai dengan tujuan karier

Anda. Terkadang, investasi dalam kursus atau pelatihan tertentu dapat memberikan

pengembalian yang cepat.

d) *Pendanaan yang Dapat Diakses*: Selidiki opsi pendanaan seperti beasiswa, program

bantuan keuangan, atau pinjaman pendidikan dengan suku bunga yang wajar. Pastikan

untuk memahami syarat dan ketentuan, serta implikasi jangka panjang dari pinjaman

pendidikan.

e) *Peningkatan Keterampilan*: Kontinuasi pembelajaran sepanjang karier juga penting.

Pertimbangkan untuk mengikuti kursus atau pelatihan tambahan untuk meningkatkan

keterampilan Anda agar tetap kompetitif di pasar tenaga kerja yang berubah-ubah.
f) *Dukungan Pemerintah*: Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam

meningkatkan pengembalian investasi pendidikan dengan menyediakan akses pendidikan

yang terjangkau, program beasiswa, dan pembangunan infrastruktur pendidikan yang

berkualitas.

g) *Penyadaran Risiko dan Return*: Sebelum berinvestasi dalam pendidikan yang mahal,

penting untuk memahami risiko dan ekspektasi pengembalian secara realistis. Ini dapat

membantu individu membuat keputusan yang lebih informasional.

h) *Pengembangan Keterampilan Lunak*: Selain keterampilan teknis, keterampilan lunak

seperti kepemimpinan, komunikasi, dan pemecahan masalah juga sangat berharga dalam

dunia kerja. Pertimbangkan untuk mengembangkan keterampilan ini sepanjang

pendidikan Anda.

i) *Evaluasi Berkelanjutan*: Selama dan setelah menyelesaikan pendidikan, evaluasi

pengembalian investasi secara berkala. Ini dapat membantu Anda mengidentifikasi

apakah Anda berada pada jalur yang benar untuk mencapai tujuan finansial Anda.

j) *Kesadaran akan Tren Pekerjaan*: Selalu ikuti tren dalam industri atau sektor yang Anda

minati. Perubahan dalam permintaan tenaga kerja atau teknologi dapat memengaruhi

pengembalian investasi Anda.

Saran-saran ini dapat membantu individu membuat keputusan yang lebih baik terkait investasi

pendidikan mereka, dengan tujuan mencapai pengembalian investasi yang optimal dalam jangka

panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Blundell, R., Dearden, L., & Sianesi, B. 2001. Memperkirakan Pengembalian Pendidikan:
Model, Metode dan Hasil. London: Pusat Ekonomi Pendidikan London School of Economics.

Fersterer, J., & Winter-Ebmer, R. 2003. Apakah Kembalinya Pendidikan Austria Menurun
Seiring Waktu?. Ekonomi Tenaga Kerja , 10(1), 73–89.

Hendajany, N., Widodo, T., & Sulistyaningrum, E. 2016. Perkembangan Tingkat Pengembalian
Investasi Pendidikan Antar-Provinsi: Survei Kehidupan Keluarga Indonesia 1993–2014. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia , 17(1), 44-57.

Jhingan, ML, 2012 . Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan . Jakarta: PT Raja Grafindo.

Megasari, DN dan Purnastuti, L. 2016. Disparitas Gender Dalam Tingkat Pengembalian


Investasi Pendidikan Di Jawa Barat. Jurnal Ekonomia. 12 (1). 23-31. (Online),
(https://media.neliti.com/media/publications/76669-ID-disparitas-gender-dalam-tingkat-
pengemba.pdf ) . Diakses tanggal 27 Agustus 2019

Pratiwi,P. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Tenaga Kerja Di


Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi: Yogyakarta

Psacharopoulos, G. 1994. Pengembalian Investasi dalam Pendidikan: Pembaruan Global. Jurnal


Perkembangan Dunia, 22 (9), 1325-1343.

sains/artikel/abs/pii/0305750X94900078. Diakses tanggal 2 September 2019.

Purnastuti, L. Wahyuni, D. dan Mustofa. 2015. Prosiding Seminar Nasional: Tingkat Analisis
Pengembalian Investasi Pendidikandi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Purnastuti, L., Miller, PW, & Salim, R. 2013. Menurunnya Tingkat Kembali ke Pendidikan:
Bukti bagi Indonesia. Buletin Kajian Ekonomi Indonesia , 49(2), 213–236. (Online).

Sebayang, R. 2018. RI Masuk Daftar Negara Biaya Pendidikan Termahal di, (Online).

Silles, MA 2007. Kembalinya Pendidikan di Inggris . Jurnal Ekonomi Terapan, 10(2), 391–413.
(Online).

Sunaryo, W. 2017. Bunga Rampai Ekonomi Pendidikan 2017. Bogor: Yayasan Warkat Utama.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional . 2003. Jakarta: Depdiknas.

Widiansyah, A. 2017. Peran Ekonomi dalam Pendidikan dan Pendidikan dalam Pembangunan
Ekonomi . Jurnal Cakrawala . Jilid 17 (Nomor 2): 209 (Online).

Anda mungkin juga menyukai