Anda di halaman 1dari 20

STATISTIK INFRENSIAL : KORELASI PARSIAL

Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah
Statistik Ekonomi dan Bisnis : Inferensial Program Studi Ekonomi Syariah Pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone
Oleh:

ANDI DIAH HERAWATI


01183061
NURUL AZIZAH
01183069
HASNIDAR
01183075
HIKMA
01183081
SAHRAINI
01183087

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Statistik
Ekonomi dan Bisnis : Inferensial dalam bentuk makalah. Makalah ini disusun
penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Statistik Ekonomi dan Bisnis:
Inferensial mengenai “Korelasi Parsial”.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam membuat tugas ini dengan memotivasi penulis
dalam menyusunnya:

1. Ibu Rahma Hidayati Darwis, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Statistik Ekonomi dan Bisnis : Inferensial yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis.
2. Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
sedikit maupun banyak telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulisan tugas dalam bentuk makalah ini salah satu sarana yang sangat baik
sebagai bahan pembelajaran mengenai korelasi parsial sehingga mahasiswa dapat
memahami tentang materi korelasi parsial.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik pembaca yang
bersifat membangun agar dalam penulisan makalah dapat menjadi lebih baik di
kemudian hari.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bone, 16 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar belakang.........................................................................................1

B. Rumusan masalah....................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Pengertian................................................................................................3

B. Derajat Keeratan Hubungan Dalam Uji Korelasi....................................4

C. Persyaratan Uji Korelasi Parsial untuk Analisis data..............................4

D. Contoh Soal Uji Korelasi Parsial Dalam Penelitian................................5

BAB III PENUTUP...........................................................................................16

A. Kesimpulan.............................................................................................16

B. Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tempo dulu statistika hanya digunakan untuk menggambarkan keadaan

dan menyelesaikan problem-problem kenegaraan saja seperti perhitungan

banyaknya penduduk, pembayaran pajak, mencatat pegawai yang masuk dan

keluar, membayar gaji pegawai, dll. Namun, di era globalisasi ini hampir semua

bidang menggunakan statistik bergantung pada masalah yang dijelaskan oleh

nama statistik itu sendiri. Statistika berfungsi sebagai sarana mengembangkan

cara berpikir    secara logis, lebih dari statistika mengembangkan berpikir secara

ilmiah untuk merencanakan (forcasting) penyelidikan, menyimpulkan dan

membuat keputusan yang teliti dan meyakinkan. Baik disadari atau tidak,

statistika merupakan bagian esensial dari latihan profesional dan menjadi landasan

dari kegiatan-kegiatan penelitian.

Statistika ialah sebuah konsep dalam bereksperimen, menganalisa data yang

bertujuan untuk mengefensiesikan waktu, tenaga dan biaya dengan memperoleh

hasil yang optimal. Berdasarkan definisinya statistika merupakan ilmu yang

mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis,

menginterpretasi, dan mempresentasikan data.

Adapun bagian dari statistika yaitu korelasi parsial (partial correlation) yang

berarti suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua

variabel atau lebih yang salah satu atau variabel X konstan atau dikendalikan.

1
2

Ada kalanya kita ingin mempelajari hubungan sebuah peubah tak bebas
dengan sebuah peubah bebas disertai dengan persyaratan sejumlah peubah bebas
lain ada dalam keadaan tertentu. Ini berarti kita ingin mengontrol sejumlah faktor
(peubah bebas) dan melihat bagaimana kelakuan factor tertentu berhubungan
dengan peubah tak bebas untuk mempelajari hal seperti ini, diperlukan teknik baru
yang dikenal dengan nama korelasi parsial.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan korelasi persial?
2. Bagaimana derajat keeratan hubungan dalam uji korelasi?
3. Bagaimana syarat-syarat uji korelasi parsial dalam analisis data?
4. Bagaimana cara pemecahan uji korelasi parsial?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui korelasi parsial.
2. Untuk mengetahui derajat keeratan hubungan dalam uji korelasi.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat uji korelasi parsial dalam analisis data.
4. Untuk mengetahui cara pemecahan uji korelasi parsial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Korelasi parsial adalah korelasi antara peubah tak bebas dengan sebuah
peubah bebas sementara sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada
pertautan dengannya, sifatnya tertentu atau tetap. Ini berarti, jika peubah tak bebas
Y ada dalam pertautan dengan peubah bebas X 1 , X 2 , … , X k , maka yang akan
dipelajari sekarang adalah korelasi antara Y dengan X i (satu diantara
X 1 , X 2 , … , X k ) sementara lainnya ialah X 1 , X 2 , … , X i−1 , X i +1 , … , X k , keadaannya
tetap atau dikontrol. Alat yang dipakai untuk mempelajari hal seperti demikian,
adalah koefisien korelasi parsial, yang biasa dilambangkan oleh r yi .12… (i−1 )( i+1) … k.
Karena kita dapat memilih X i sebanyak k kali di antara X 1 , X 2 , … , X k , maka
akibatnya ada k buah koefisien korelasi parsial. Untuk k = 2, jadi peubah
bebasnya X 1 dan X 2 , maka koefisien korelasi parsialnya adalah r y 1.2 dan r y 2.1.

Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud


mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara variable independen atau
variable tak bebas dan dependen atau variable bebas, dimanasalah satu variabel
independennya dibuat tetap / dikendalikan. Jadi korelasi parsial merupakan angka
yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variable atau lebih,
setelah satu variabel yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variable tersebut
tetap/ dikendalikan1.

Secara umum uji korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan


antar variabel yang diteliti (yakni hubungan antara variabel X dengan variabel Y).
Korelasi atau hubungan yang terbentuk antar variabel ini dapat bersifat hubungan
positif ataupun hubungan negatif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien
korelasi dari hasil analisis apakah bernilai plus (+) atau minus (-). Jika plus (+)
maka hubungan yang terbentuk antar variabel bersifat positif. Sementara jika

1
Wahyu Yuli Handayanii, “Makalah Korelasi Parsial”, dalam
https://id.scribd.com/document/321722592/Makalah-Korelasi-Parsial, 16 November 2020
4

koefisien korelasi bernilai minus (-) maka artinya hubungan yang terbentuk antar
variabel tersebut adalah hubungan negatif. Hubungan positif bermakna bahwa jika
variabel X mengalami peningkatan maka variabel Y juga akan mengalami
peningkatan. Sementara hubungan negatif bermakna bahwa jika variabel X
mengalami penurunan maka variabel Y akan mengalami peningkatan2.
B. DERAJAT KEERATAN HUBUNGAN DALAM UJI KORELASI
Dalam bukunya ( V. Wiratna Sujarweni. 2014. SPSS untuk penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hal-127) Keeratan hubungan atau koefisien
korelasi antar variabel dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Nilai koefisien korelasi 0,00 sampai 0,20 berarti hubungan sangat lemah.
2. Nilai koefisien korelasi 0,21 sampai 0,40 berarti hubungan lemah.
3. Nilai koefisien korelasi 0,41 sampai 0,70 berarti hubungan kuat.
4. Nilai koefisien korelasi 0,71 sampai 0,90 berarti hubungan sangat kuat.
5. Nilai koefisien korelasi 0,91 sampai 0,99 berarti hubungan kuat sekali.
6. Nilai koefisien korelasi 1,00 berarti hubungan sempurna.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi sebagai berikut:
1. 0,00    -   0,199    = sangat rendah
2. 0,20    -   0,399    = rendah
3. 0,40    -   0,599    = sedang
4. 0,60    -   0,799    = kuat
5. 0,80    -   1,000    = sangat kuat3
C. PERSYARATAN UJI KORELASI PARSIAL UNTUK ANALISIS
DATA
Asumsi dasar atau persyaratan yang harus terpenuhi ketika kita menggunakan
uji korelasi parsial untuk menganalisis data penelitian adalah sebagai berikut :
1. Masing-masing variabel penelitian menggunanakan data berskala rasio
atau interval.

2
Sahid Raharjo, “Cara Uji Korelasi Parsial dengan SPSS serta Interprestasi lengkap”,
dalam https://www.spssindonesia.com/2019/01/cara-uji-korelasi-parsial-dengan-spss.html?m=1,
16 Novemer 2020
3
V. Wiratna Sujarweni, SPSS untuk penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press), hal-127.
5

2. Karena uji korelasi parsial merupakan bagian dari statistik parametrik


maka data penelitian harus berdistribusi normal.

D. CONTOH SOAL UJI KORELASI PARSIAL DALAM PENELITIAN


Seorang dosen ingin mengetahui apakah ada hubungan antara IQ (Intelligence
Quotient) dengan nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) mahasiswa dengan
Motivasi Berprestasi sebagai variabel Kontrol. Guna keperluan penelitian ini
maka dosen tersebut mengumpulkan data-data yang dibutuhkan menggunakan
kuesioner untuk 12 orang sampel atau responden penelitian. Adapun tabulasi data
penelitian yang dimaksud dapat anda lihat pada tabel berikut ini :

Langkah-Langkah Cara Uji Korelasi Parsial dengan SPSS

Tahapan-tahapan analisis data dalam uji korelasi parsial ini dimulai dari
memasukkan atau menginput data penelitian ke program SPSS, selanjutnya
6

melakukan uji normalitas data terlebih dahulu, baru kemudian melakukan analisis
data dengan uji korelasi parsial.

1. Langkah pertama buka lembar kerja baru SPSS, lalu klik Variable View,
selanjutnya anda cukup mengisi pada kolom Name, Decimals, Label, dan
Measure, sementara untuk pilihan yang lain biarkan tetap default. Tampak
di layar SPSS sebagaimana gambar bawah ini.

2. Jika sudah, langkah berikutnya klik Data View, lalu masukkan data IQ,
IPK dan Motivasi ke-12 orang responden tersebut sesuai dengan judul
kolom yang ada di layar SPSS.
7

Karena persyaratan atau asumsi dasar yang harus terpenuhi dalam


penggunaan uji korelasi parsial ini adalah data berdistribusi normal, maka terlebih
dahulu kita akan melakukan uji normalitas untuk variabel IQ, IPK dan Motivasi.
Adapun caranya sebagai berikut ini.

1. Dari menu utama SPSS klik menu Analyze >> Descriptive Statistics >>
Explore…
8

2. Maka muncul kotak dialog “Explore” selanjutnya masukkan semua


variabel penelitian ke kotak Dependent List: kemudian pada bagian
“Display” pilih Both, setelah itu klik Plots…
9

3. Maka muncul kotak dialog “Explore Plots” lalu beri tanda ceklist (v) pada
Normality plots with tests, selanjutnya klik Continue, kemudian klik Ok

4. Maka akan mucul output SPSS, kita cukup perhatikan pada tabel output
“Tests of Normality” tampak dilayar seperti gambar di bawah ini.

Pembahasan Uji Normalitas untuk Uji Korelasi Parsial dengan SPSS

Untuk mengetahui apakah variabel IQ, IPK dan Motivasi yang digunakan
dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak, maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui teori tentang dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas.
10

Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai


berikut.

 Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05, maka variabel tidak berdistribusi
normal.
 Jika nilai Signifikansi (Sig.) > 0,05, maka variabel berdistribusi normal.

Berdasarkan tabel output SPSS “Tests of Normality” di atas, diketahui bahwa


nilai Sig. dalam uji normalitas Shapiro-Wilk adalah sebagai berikut.

 Nilai IQ Sig. adalah sebesar 0,932


 Nilai IPK Sig. adalah sebesar 0,152
 Nilai Motivasi Sig. adalah sebesar 0,066

Karena nilai signifikansi (Sig.) untuk semua variabel penelitian di atas > 0,05
maka dapat disimpulkan variabel IQ, IPK dan Motivasi adalah berdistribusi
normal. Dengan demikian, asumsi dasar atau persyaratan dalam uji korelasi
parsial sudah terpenuhi.

Catatan: metode Shapiro-Wilk dipakai untuk sampel < 50. Sementara metode
Kolmogorov-Smirnov dipakai untuk sampel > 50.

Melakukan Uji Korelasi Parsial dengan SPSS

1. Selanjutnya kita akan melakukan Uji Korelasi Parsial dengan SPSS,


caranya klik menu Analyze >> Correlate >> Partial… Tampak dilayar.
11

2. Muncul kotak dialog “Partial Correlations” Selanjutnya, masukkan


variabel IQ dan IPK ke kotak Variables: kemudian masukkan variabel
Motivasi ke kotak Controlling for, pada bagian “Test of Significance”
pilih Two-tailed dan beri tanda ceklist (v) untuk Display actual
significance level, lalu klik Options…
12

3. Muncul kotak dialog “Partial Correlations: Options”, kemudian pada


bagian “Statistics” berikan tanda ceklist (v) untuk Means and standard
deviations dan Zero-order correlations. Selanjutnya pada bagian
“Missing Values” aktifkan pilihan Exclude cases pairwise, lalu klik
Continue

4. Kemudian klik Ok untuk mengakhiri perintah. Maka muncul Output SPSS


dengan judul “Partial Corr” selanjutnya tinggal interpretasikan saja tabel
output tersebut.

Interpretasi Output Uji Korelasi Parsial dengan SPSS

Tabel Output “Descriptive Statistics”


13

Tabel output SPSS di atas, memberikan informasi kepada kita tentang


ringkasan nilai statistik deskriptif atau gambaran data untuk ketiga variabel (IQ,
IPK dan Motivasi) mencakup Mean atau nilai rata-rata, Std. Deviation (Standar
Deviasi), dan N atau jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel Output “Correlations”

Tabel output SPSS ini memberikan informasi mengenai hubungan yang


terbentuk antar variabel sebelum dan sesudah dimasukkannya variabel kontrol
dalam analisis korelasi. Untuk memaknai tabel output Correlations di atas, maka
ada 3 tahapan yang harus kita lalui, yaitu: (1) Menentukan rumusan hipotesis
penelitian. (2) Melihat teori tentang dasar pengambilan keputusan dalam uji
korelasi parsial. (3) Manafsirkan hasil analisis dan membuat kesimpulan.

Rumusan Hipotesis Penelitian dalam Uji Korelasi Parsial

 H0: Hubungan antara IQ dengan IPK dengan Motivasi sebagai variabel


kontrol tidak signifikan.
 Ha: Hubungan antara IQ dengan IPK dengan Motivasi sebagai variabel
kontrol signifikan.

Dasar Pengambilan Keputusan dalam Uji Korelasi Parsial Sig. (2-tailed)


14

 Jika nilai Significance (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
 Jika nilai Significance (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Pembahasan Output Uji Korelasi Parsial dengan SPSS

Tabel output pertama “-none-a” menunjukkan nilai korelasi atau hubungan


antara variabel IQ dengan IPK sebelum dimasukkannya variabel kontrol
(Motivasi) dalam analisis. Dari output di atas diketahui nilai koefisien korelasi
(Correlations) sebesar 0,832 (positif) dan nilai Significance (2-tailed) adalah
0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara IQ dengan IPK mahasiswa tanpa adanya variabel kontrol
(Motivasi). Sementara nilai Correlations sebesar 0,832 ini masuk dalam kategori
hubungan sangat kuat.

Tabel output kedua “Motivasi” menujukkan nilai korelasi atau hubungan


antara variabel IQ dengan IPK setelah memasukkan Motivasi sebagai variabel
kontrol dalam analisis. Dari tabel output di atas terlihat bahwa terjadi penurunan
15

nilai koefisien korelasi (Correlations) menjadi 0,626 (bernilai positif dan kategori
hubungan kuat) dengan nilai Significance (2-tailed) sebesar 0,039 < 0,05, maka
H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa hubungan antara IQ dengan IPK
dengan Motivasi sebagai variabel kontrol adalah signifikan (nyata).

Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan pembahasan dalam uji korelasi parsial di atas diketahui bahwa


kehadiran variabel motivasi berprestasi sebagai variabel kontrol akan memberikan
pengaruh terhadap hubungan antara variabel IQ dengan variabel IPK. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel IQ (Intelligence Quotient)
bukanlah satu-satunya variabel yang menentukan nilai IPK mahasiswa, karena ada
variabel lain juga yang berhubungan dengan nilai IPK yaitu variabel Motivasi
berprestasi.

Catatan: selain mengacu pada nilai Significance (2-tailed) dari output SPSS,
pengambilan keputusan dalam uji korelasi parsial ini dapat pula berdasarkan pada
perbandingan nilai nilai koefisien korelasi (Correlations) atau r hitung dengan
nilai r table pearson product moment.4

Sahid Raharjo, “Cara Uji Koorelasi Parsial dengan SPSS Serta Interprestasi Lengkap”
4

dalam https://www.spssindonesia.com/2019/01/cara-uji-korelasi-parsial-dengan-spss.html?m=1,
16 November 2020
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Korelasi parsial adalah korelasi antara peubah tak bebas dengan sebuah
peubah bebas sementara sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada
pertautan dengannya. Koefisien korelasi parsial yang biasa dilambangkan oleh
r yi .12 …(i−1 )( i+1) … k dapat dipilih X i sebanyak k kali di antara X 1 , X 2 , … , X k , maka
akibatnya ada k buah koefisien korelasi parsial. Secara umum uji korelasi
bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel yang diteliti (yakni
hubungan antara variabel X dengan variabel Y). Korelasi atau hubungan yang
terbentuk antar variabel ini dapat bersifat hubungan positif ataupun hubungan
negatif.

Keeratan hubungan atau koefisien korelasi antar variabel dapat


dikelompokkan sebagai berikut :
1. Nilai koefisien korelasi 0,00 sampai 0,20 berarti hubungan sangat lemah.
2. Nilai koefisien korelasi 0,21 sampai 0,40 berarti hubungan lemah.
3. Nilai koefisien korelasi 0,41 sampai 0,70 berarti hubungan kuat.
4. Nilai koefisien korelasi 0,71 sampai 0,90 berarti hubungan sangat kuat.
5. Nilai koefisien korelasi 0,91 sampai 0,99 berarti hubungan kuat sekali.
6. Nilai koefisien korelasi 1,00 berarti hubungan sempurna.

B. SARAN

Pembahasan tentang korelasi parsial perlu dikembangkan lebih lanjut. Kita


harus tahu dan paham tentang koefisien korelasi parsial sederhana dan koefisien
korelasi parsial untuk menguji keberartian koefisien korelasi parsial .Untukitu,
alangkah lebih baik jika penguasaan materi tentang korelasi parsial tersebut benar-
benar dimaksimalkan. Agar nantinya dalam menentukan koefisien korelasi parsial
dan menguji keberartian korelasi parsial dapat dilakukan dengan lebih mudah.
17

DAFTAR RUJUKAN

Raharjo, Sahid. “Cara Uji Korelasi Parsial dengan SPSS serta Interprestasi

lengkap”, dalam https://www.spssindonesia.com/2019/01/cara-uji-

korelasi-parsial-dengan-spss.html?m=1, 16 Novemer 2020

Sujarweni, V. Wiratna. SPSS untuk penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press).

Handayanii, Wahyu Yuli, “Makalah Korelasi Parsial”, dalam

https://id.scribd.com/document/321722592/Makalah-Korelasi-Parsial, 16

November 2020

Anda mungkin juga menyukai