Anda di halaman 1dari 211

Diolah Oleh

TIM Manajemen dan Administrasi Sekolah


FKIP Unsri
Ikbal Barlian, Kodri Madang, Elly, Sigit

MANAJEMEN
DAN

ADMINISTRASI
SEKOLAH
2018
BAB I
SEKAPUR SIRIH
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI SEKOLAH

1.1 PENDAHULUAN

Membicarakan manajemen dan administrasi di sekolah saling


keterkaitan diantara keduanya. Kenapa demikian, di satu sisi
manajemen adalah semua kegiatan pengelolaan terhadap semua
kegiatan yang ada di sekolah, dengan adanya pengelolaan terhadap
semua kegiatan di sekolah, kegiatan sekolah dapat menjadi lebih
terarah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai di
sekolah yang bersangkutan. Di sisi lain administrasi adalah semua
hal yang membantu terlaksananya proses manajemen.

1.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya dalam melaksanakan


kegiatan-kegiatan mengenai manajemen dan administrasi yang harus
dilakukan oleh masing-masing pemangku jabatan yang ada di
sekolah

1.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat membedakan antara manajemen dan


administasi;
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tugas-tugas manejemen dan
admnistrasi, manajemen, serta administrasi dari masing-masing
pemangku jabatan di sekolah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patokan pengembangan sekolah
sebagai lembaga dengan akreditasi tertinggi dengan menerapkan
‘8 Standar Nasional Pendidikan’.

“Negara sekalipun akan runtuh apabila tidak


didukung oleh manajemen dan administrasi
yang baik” (Spencer).
Contoh berikut keterkaitan antara manajemen dan
administrasi di sekolah seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 1
Keterkaitan Kegiatan Manajemen dan Administrasi di Sekolah

No Kegiatan Manajemen (Dikuti) Administrasi


1 Guru Guru
2 Siswa/kesiswaan Siswa/kesiswaan
3 Umum. Keuangan dan Umum. Keuangan dan
perlengkapan/ sarana dan perlengkapan/saraana dan
prasarana prasarana
4 Kepustakaan Kepustakaan
5 Laboratorium Laboratorium
6 Dstnya

Manajemen tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak


didukung oleh administrasi yang baik.
Agar lebih jelas keterkaitan manajemen dengan administrasi
sekolah dapat kita lihat pada khirarki struktur organisasi sekolah
berikut ini.

Kepala
Sekolah

Wakil Bidang Wakil Bidang Wakil Bidang


Kurikulum Kesiswaan Keuangan dan
Perlengkapan Tata
Usaha

Guru Mata
Pelajaran
Guru BK Wali Kelas Laboran
Pustakawan

Siswa

Keterangan:
Garis komando/perintah/atasannya

Terjadi proses manajemen dan administrasi di


lingkupnya

Gambar. 1 Struktur Organisasi Sekolah

Berdasarkan struktur organisasi sekolah di atas, kita dapat


menjelaskan keterkaitan manajemen dan organisasi, seperti pada
tabel berikut ini:

N Manaje- Manajemen Administrasi Manajemen


o men dan Saja dan
Administr Administrasi
asi
1 Kepala Mengatur kerja Membuat Setiap kegiatan
Sekolah Bawahan: Program Kerja
1. Wakasek, Kepala
2. Tata Usaha Sekolah
3. Guru - Tahunan
(pendidik - Lima
dan tenaga tahunan
kependidik Program ini
an) sinkron
dengan
Program
bawahan
2 Wakasek Mengatur kerja Membuat Setiap adanya
Bidang guru mata Program Kerja kegiatan
Kurikulum pelajaran bidang
kurikulum
untuk
dipersiapkan
guru
3 Wakasek Mengatur kerja Membuat Setiap adanya
bidang semua yang program kerja kegiatan
Keuangan berhubungan dan rancangan
dan dengan anggaran
Perlengkap keuangan dan pendapatan dan
an perlengkapan belanja.
4 Wakasek Mengatur kerja Membuat Setiap adanya
bidang guru BK dan Program Kerja, kegiatan
Kes/iswaan Wali kelas dan Aturan sebagai
OSIS pedoman guru
BK, wali kelas
dan OSIS
5 Wali Kelas Mengatur Membuat Setiap adanya
Keafikan Kelas, Program Kerja kegiatan
menetapkan Kelas
Personil Kelas
6 Guru Mata Mengatur Membuat Setiap adanya
Pelajaran kegiatan -Prota kegiatan,
mengajar sesuai -Prosem termasuk
jadwal dan -Silabus mengajar
kurikulum -RPP dll.
7 Guru Mendisplinkan Membuat Setiap adanya
Bimbingan diri Program kegiatan
dan Karir Pembinaan
Siswa Siswa
bermasalah dan
tidak
bermasalah
7 Kepala Mengatur Membuat Setiap adanya
Tata Usaha kelancaran program, kegiatan
semua proses contoh-contoh,
admnistrasi menyediakan
dokumen
peraturan2
8 Laboran Mendisiplinkan Membuat SOP Setiap adanya
diri kegiatan
9 Kepala Buku tamu Merekap daftar Setiap hari kerja
Pustaka hadir kunjungan
1 Keamanan Lingkungan Recek Setiap hari kerja
0 dan sekolah lingkungan
Kebersihan sekolah

Memaknai tabel di atas, memberikan pemahaman bahwa:


1. Manajemen adalah ilmu yang digunakan untuk peng-
administrasian kebutuhan sekolah yang baik
2. Administrasi adalah pelayanan intensif yang diberikan oleh
manajemen sekolah terhadap lingkungan masyarakat sekolah

Setelah mengetahui kegiatan manajemen dan administrasi


sekolah dari masing-masing pemangku jabatan di sekolah, “kenapa
di sebut pemangku jabatan bukan pemegang jabatan, karena segala
sesuatu yang dipangku memerlukan perilaku kerja yang lebih ekstra,
sedangkan pemegang, tentunya sudah tahu sendiri beda antara
memegang saja dan memegang sambil memangku, walaupun
keduanya bisa lepas.
Sering muncul pertanyaan untuk apakah semua kegiatan
manajemen dan administrasi sekolah itu dilakukan?.
Untuk menjawabnya bahwa terdapat dua kegiatan besar
yang harus dicapai oleh sekolah, yaitu:
1. Pengembangan SDM di sekolah, siswa, guru, tenaga
kependidikan lainnya.
2. Pengembangan lembaga sekolah itu sendiri.

Pengembangan sumber daya manusia, meliputi pengembang-


an siswa minimal untuk mencapai ‘standar kompetensi lulusan’ atau
pencapaian prestasi di bidang sains jenjang kabupaten kota, provinsi
nasional dan internasional, seni dan olahraga jenjang kabupaten kota,
provinsi dan nasional, bagi guru dan kepala sekolah, laboran,
pustakawan meraih guru berprestasi nasional, yang dapat menambah
kewibawaan sekolah di mata sekolah lainnya. Lalu.
Pengembangan sekolah sebagai lembaga, patokan apa yang
harus kita ambil, karena patohan pengembangan lembaga sekolah
difokuskan pada jenjang akreditasi tertinggi (D, C, B, A), tentunya
sekolah dapat diarahkan menjadi sekolah dengan level akreditasi
tertinggi, yaitu akreditasi A, semua kegiatan sekolah pada level
apapun tingkat akreditasinya akan berusaha mencapai sekolah
dengan akreditasi A. Sekolah dengan status Akreditasi D dapat
lompat ke Akreditasi A, begitupun Sekolah dengan status Akreditasi
C dapat lompat ke Akreditasi A, Sekolah dengan status Akreditasi B
dapat lompat ke Akreditasi A Sekolah dengan status Akreditasi A
tetap bertahan di Akreditasi A. Lalu apa saja yang menjadi patokan
akreditasi sekolah, yang menjadi patokan untuk mengejar akreditasi
tertinggi berpatokan pada terpenuhinya “8 standar nasional
pendidikan”. Berarti wajar bila sekolah yang memiliki pendanaan
yang kuat dapat lompat dari akreditasi D Sekolah dengan status
Akreditasi D dapat lompat ke Akreditasi A yang baru berdiri setahun
bisa melompat ke akreditasi A.
Pengembangan sekolah berikutnya, selain tetap memper-
tahankan akreditasi A, juga dapat berprestasi menjadi sekolah sehat
nasional; sekolah berwawasan wiyata mandala nasional. Semuanya
ini bisa dicapai apabila proses manajemen dan administrasinya
terlaksana dengan baik. Dengan memaknai hal-hal di atas berarti
proses manajemen dan administrasi begitu pentingnya dan sangat
menentukan keberhasilan pengembangan SDM di sekolah dan
pengembangan sekolah sebagai lembaga.

Tugas:

1. Jelaskan hubungan antara manajemen dan administrasi sekolah !


2. Jelaskan pentingnya penerapan 8 Standar Nasional Pendidikan di
sekolah !
3. Jelaskan perbedaan antara manajemen dan administrasi sekolah !
BAB II
PENGERTIAN MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI
SEKOLAH

2.1 PENDAHULUAN

Hampir di dalam setiap kegiatan, khususnya kegiatan usaha,


tidak terlepas dari kerja sama beberapa orang yang dapat bergabung
di dalam suatu tim kerja. Setiap orang yang terlibat di dalamnya
saling mendukung walaupun peran yang dimainkannya berbeda.
Oleh karena itu, demi tercapainya tujuan suatu kegiatan, akan ada
kegiatan pengorganisasian ataupun pengelolaan. Tentu di dalamnya
ada seorang atau beberapa orang pemimpin.
Pada dasarnya, manajemen merupakan kegiatan pemimpin
dalam menggerakkan sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu dengan memanfaatkan sarana dan prasarana secara efektif
dan efisien.
Dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu.
Berkaitan dengan hal ini, Shrode (1972) mengatakan bahwa
“Manajemen dapat dipandang sebagai seperangkat kegiatan atas
proses untuk mengkoordinasikan dan menginterpretasikan
penggunaan sumber-sumber dalam mencapai tujuan organisasi
(produktivitas) dengan menggunakan orang-orang melalui teknik
dan informasi dalam saluran organisasi”. Oleh karena itu, seorang
pemimpin harus mengetahui dan menguasai pekerjaan agar lebih
mudah menggerakkan orang-orang. Namun, seorang pemimpin tidak
cukup hanya mengetahui dan menguasai pekerjaan, tetapi lebih dari
itu. Ia harus tahu caranya, dalam hal ini “seni” menggerakkan
orang-orang. Salah satu cara dalah dengan mengenal secara
mendalam pribadi bawahannya. James A.F. Stoner (1986)
menyatakan bahwa “Manajemen adalah seni untuk melaksanakan
suatu pekerjaan melalui orang-orang”. Agar rangkaian kegiatan
dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik, seorang manajer
harus menerapkan prinsip manajemen. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi seseorang di dalam
organisasi;
2. Pelimpahan wewenang biasanya dari atasan ke bawahan;
3. Disiplin atau kepatuhan;
4. Kesatuan perintah dan tertib (penempatan sesuatu sesuai tempat
dan waktu);
5. Kesatuan arah;
6. Pengutamaan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi;
7. Pemberian upah/jasa;
8. Keadilan dan kebebasan;
9. Kestabilan staf dan semangat korps;
10. Pemusatan (mengurangi peran bawahan dalam pengambilan
keputusan);
11. Hirarki (adanya garis wewenang yang jelas dalam struktur
organisasi).

2.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya manajemen administrasi


sekolah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah yang harus
dilakukan oleh masing-masing pemangku jabatan yang ada di
sekolah

2.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat membedakan antara manajemen dan administasi


sekolah
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tugas-tugas manejemen dan
admnistrasi, manajemen, serta administrasi dari masing-masing
pemangku jabatan di sekolah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tugas dari masing-masing
pemangku jabatan dalam manajemen dan administrasi sekolah

1. Pengertian Manajemen secara Umum

Berdasarkan etimologis, kata manajemen dalam bahasa


Inggris adalah manage yang artinya mengelola atau mengurus,
mengendalikan, mengusahakan serta memimpin
(Jojopayrol.com.blog diakses 21 Maret 2018). dari bahasa
Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutama
dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa
latin manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur (Wikipedia diakses 21 Maret
2018).
Ilmu manajemen itu sendiri telah ada sejak ribuan tahun yang
lalu. dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida
tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun.
Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya
seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan
para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama
tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan. Penduduk Venesia
mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan
banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini.
Fase-fase evolusi pemikiran manajemen berdasarkan Daniel
Wren adalah sebagai berikut: a) pemikiran awal, b) era manajemen
sains, c) era manusia sosial, dan d) era modern.

a. Pemikiran awal

Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam


ilmu manajemen.
1) Ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi
klasik, The Wealth of Nation. Tahun 1776 dalam bukunya itu,
ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh
organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu
perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan
berulang. Teori Smith menyebutkan bahwa dengan
pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja,
(2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas,
dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat
menghemat tenaga kerja.
2) Terjadinya Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri
menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan
tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan
produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang
disebut "pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-
manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu
mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya
persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan,
mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga
ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
b. Era manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah diawali oleh Frederick Winslow Taylor
dalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada
tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai
"penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen
Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya
teori manajemen modern.[3]
Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh
munculnya pemikiran-pemikiran baru seperti
1) Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt.
Menyumbangkan ide bahwa seharusnya seorang mandor harus
mampu mendidik anak buahnya untuk bersifat rajin
(industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik
untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt
chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol
pekerjaan.
2) Frank dan LillianGilbreth berhasil menciptakan micromotion,
sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan
oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini digunakan untuk
menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.
3) Henri Fayol industriawan perancis pada awal abad ke 20
mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan
mengendalikan.[10] Gagasan Fayol ini dikenal dengan teori
administratif, yaitu teori mengenai apa yang seharusnya
dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk
praktik manajemen yang baik itu kemudian mulai digunakan
sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada
pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga
sekarang.[3] Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip
manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi
inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
4) Max Weber ahli sosiologi jerman menggambarkan suatu tipe
ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk
organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang
didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci,
dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber
menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada
dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut
dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori
tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok
besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi
banyak organisasi besar sekarang ini.
5) Patrick Blackett ditahun 1940-an melahirkan ilmu riset operasi,
yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan
teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan
"manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk
menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di
bidang logistikdan operasi. Pada tahun 1946,
6) Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen
pada tahun 1946 menerbitkan salah satu buku paling awal
tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of
the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred
Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan
penelitian tentang organisasi.

c. Era manusia sosial


Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku
(behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era
manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan
luas sampai tahun 1930-an.
1) Hawthorne merupakan orang yang mengawali munculnya
mahzab perilaku melalui serangkaian studi penelitian yang
dikenal sebagai eksperimen Hawthorne. Eksperimen Hawthorne
dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik
Hawthorne milik Western Electric Company Works di Cicero,
Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh
berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap
produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa
ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat,
maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja
dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok,
serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan
bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan
penentu utama perilaku kerja individu.
2) Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan
pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal
setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada
tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang
mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik
tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas
seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi
dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan
kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus
didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme.
Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya
memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
3) Chester Barnard pada tahun 1938 menulis buku berjudul The
Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori
organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain
memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif
pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotomi "efektif-
efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif
individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal
sebagai sistem terpadu yang menjadikan kerja sama, tujuan
bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal, sementara
itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan
pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard
juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" yang
didasarkan pada gagasan bahwa atasan hanya memiliki
kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.
d. Era modern
Era modern ditandai dengan hadirnya konsep manajemen
kualitas total (total quality management—TQM) pada abad ke-20
yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling
terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph
Juran (lahir 1904).
1) Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan
permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan
pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya
meningkatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah
reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan,
(1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan,
sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan
yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas
meningkat; (3) pangsa pasar meningkat karena peningkatan
kualitas dan penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan
meningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah
pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana
untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
2) Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan
karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh
manajemen. Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi
manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan
peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk
memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk.
Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi dan
diimplementasikan.
Berkembangnya Teori-teori Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth
berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap
gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang
dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang
sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat
diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga
Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama
tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam,
memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga
mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap. Skema
tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang
lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka
terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang
bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang
pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk
eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia
menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan
yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari
18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia
mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan
saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku
dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
 Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik
kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi,
atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen mengambil
keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para
manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian
sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat
digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien;
model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model)
membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan
lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi
matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang
Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan
statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan
militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok
perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids."[12] Para perwira yang
bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an
ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk
memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
 Klasifikasi
Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:
 Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai
dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan
manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
 Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran
manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan
kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen
memahami manusia.
 Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika
dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut
aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan
sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
 Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada
masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk
mengembangkan teorinya.
 Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen
berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker
pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran
hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan
karyawan.
 Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu
memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai
kepuasan pelanggan atau konsumen.

a. Pengertian Manajemen Sekolah

Menurut James Jr. manajemen sekolah adalah


pendayagunaan sumber-sumber manusiawi bagi penyelenggaraan
sekolah secara efektif. Manajemen sekolah merupakan suatu usaha
bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi
yang efisien dan daya guna yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan di sekolah. Ali Imron berpendapat bahwa manajemen
pendidikan adalah proses penataan kelembagaan pendidikan dengan
melibatkan sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun
yang bersifat non manusia guna mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Tujuan manajemen sekolah adalah tujuan yang dikehendaki
harus jelas, operasional tujuan semakin mudah dan cepat, program-
program yang disusun untuk mencapai tujuan yang ditentuan.
Program tersebut harus menyeluruh dan ada koordinasi terhadap
komponen yang melaksanakan program sekolah. Proses manajemen
sekolah dimulai dari perencanaan, diteruskan dengan
pengorganisasian, penggerakkan, dan kemudian pengawasan. Proses
tersebut berjalan secara siklik karena begitu proses akhir
(pengawasan) telah dilalui, kembali lagi ke proses (perencanaan).
Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh
menyimpang dari konsep dan sesuai dengan objek yang ditangani
serta tempat organisai itu berbed. Sebagai bagian dari suatu ilmu,
seharusnya manajemen itu tidak boleh menyimpang dari konsep
manajemen yang sudah ada. Namun varias bisa terjadi akibat kreasi
dan inovasi pemangku jabatan. Variasi ini berkaitan dengan objek
yang ditangai dan tempat.
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integrsal yang
tidak dapat dipisahkan dari prose pendidikan secara keseluruhan,
karena dengan adanya manajemen yang baik maka tujuan
pendidikan dapat diwijudkan dengan optimal, efektif, dan efisien.

2. Pengertian Administrasi

Kata “ Administrasi ” berasal dari bahasa latin yang terdiri


dari atas kata ad dan ministate, kata ad mempunyai arti “KE” atau
“KEPADA”, dan ministate yang berarti melayani, membantu atau
mengarahkan, jadi kata “Administrasi dapat disatukan sebagai suatu
kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau
mengatur semua kegiatan didalam mencapai suatu tujuan.
Pendidikan adalah usaha sadar atau suatu aktifitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan
seumur hidup dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung
dalam kelas tetapi pada diluar kelas, pendidikan bukan bersifat
formal saja tetapi mencakup pula non formal. Setelah kita melihat
pengertian dari dua unsur di atas maka kita akan mengambil
pengertian menurut M. Ngalim purwanto, bahwa yang dimaksud
dengan Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan
dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personal, sepiritual, ataupun
material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.

a. Pengertian Administrasi Sekolah

Fungsi dan peran administrasi sekolah jika dihubungkan


dengan administrasi pendidikan maka bisa diartikan bahwa hal ini
merupakan upaya peningkatan efektifitas unsur-unsur pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Adapun proses
administrasi sekolah itu meliputi fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, koordinasi, komunikasi, supervisi, kepengawasan
pembiayaan, dan evaluasi.
Ruang lingkup yang tercakup di dalam administrasi
pendidikan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Administrasi material, yaitu kegiatan administrasi yang
menyangkut bidang-bidang materi/benda-benda seperti:
ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, dan lain-lain.
b) Administrasi personel, mencakup didalamnya administrasi
personel guru dan pegawai sekolah, dan juga administrasi
peserta didik.
c) Administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya
penyusunan kurikulum, pembinaan kurikulum, pelaksanaan
kurikulum, seperti pembagian tugas mengajar pada guru-guru,
penyusunan silabus, dan sebagainya. (Tsauri, 2007:13-16)

Tugas:

1. Jelaskan pengertian manajemen dan administrasi menurut para


ahli. Minimal 3!
2. Jelaskan pentingnya penerapan manajemen dan administrasi yang
baik dalam menjalankan organisasi sekolah!
3. Jelaskan manajemen dan administrasi sekolah yang sesuai dengan
standar pendidikan nasional!
Daftar Pustaka

Modul Ekonomi PLPG 2017


https://id.m.wikipedia.org

BAB III
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI
SEKOLAH

3.1 PENDAHULUAN

Fungsi manajemen menurut para ahli sebenernya memiliki


kesamaan namun, terdapat perbedaan istilah di dalamnya
diantaranya yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :
N Henry James
Eiji Ogawa GR Terry
o Fayol Stoner
1 Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
(Planning) (Planning)
2 Pengimple- Pengorganisasi Pengorganisasi Pengorganisasi
mentasian an an an
(Organizing) (Organizing)
3 Pemberian Penggerakan Memimpin
perintah (Actuating) (Leading)
(Commanding) menggerakkan
dan
mengarahkan
4 Pengendalia Pengendalian Pengendalian Pengendalian
n kegiatan (controlling) (Controlling) (controlling)

N Ernest Dale Koonts dan S.P. Siagian


o O’Donnel
1 Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan
(Planning) (Planning) (Planning)
2 Pengorganisasi Pengorganisasi Pengorganisasi Pengorganisasi
an an an an
(Organizing) (Organizing) (Organizing)
3 Penyusunan Penyusunan Pemotivasian Memimpin
Staff (Staffing) Staff (Staffing) (Motivating) (Leading)
4 Pengarahan Pengarahan ------ ------
(Directing) (Directing)
5 Innovasi --------- ------ ------
(Innovation)
6 Pelaporan -------- ------- ------
(Reforting)
7 Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian
kegiatan (Controlling) (Controlling)
8 ------ ------ Evaluasi ------
(Evaluation)

3.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya fungsi-fungsi manajeemen


dan administrasi sekolah dalam menggerakkan kegiatan sekolah

3.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya fungsi-fungsi


manajemen dan administrasi sekolah
2. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan fungsi-fungsi
manajemen dan administrasi sekolah

A. Fungsi-fungsi Manajemen

Dari kesemuanya sebenarnya sama mengacu pada (Planning,


Organizing, Actuating, dan Controlling), perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi
manajemna yang utama adalah POAC tersebut dapat dijabarkan
sebagi berikut:

1. Planning ( perencanaan )
Perencanaan dalam hal ini dilakukan untuk mengambil
keputusan untuk melakukan sebuah proses atau kegiatan dalam
mencapai tujuan yang akan dilakukan. Perencanaan yang baik adalah
perencanaan yang memiliki tujuan yang jelas, kontinyu, stabil,
flesibel, jelas,dan sederhana.
Perencanaan berawal dari misi, misi dilakukan karena ingin
mencapai sebuah tujuan, sebuah tujuan biasanya ingin mencapai
hasil yang yang diinginkan, maka diperlukanlah langkah– langah
atau strategi yang diambil, setelah itu kita dapat melanjutkan dengan
mengukur target, sehingga nantinya kita akan menemukan cara yang
efektif untuk mencapai kesuksesan dan kembali kepada tujaun ayng
akan kita capai. Aktivitas perencanaan meliputi mulai dari
menganalisis situasi, analisis situasi ini menyangkut bagaimana kita
mengantisispasi masa depan, antisipasi yang dilakukan akan dibuat
pada hal perencanaan, selain antisipasi, dari sisni akan muncul
strategi – strategi dalam rangka antisipasi tersebut.
Dalam penyusunan perencanaan kita memerlukan jawaban
dari apa (apa yang dikerjakan, sumber dana, sumber daya, serta
sarana dan prasarana apa yang dibutuhkan), dimana (dimana
kegiatan akan dilaksanakan, agar dalam proses manajemen tercakup,
keefisienan, kenyamanan, kemudahan transportasi, dan karyawan),
kapan (kapan kegiatan akan dilangsungkan), bagaimana (bagaimana
cara kerja kegiatan yang akan dilangsungkan), siapa (siapa saja yang
bertanggung jawab, siapa saja yang melaksanakan, dan siapa
pimpinan, dan yang terkahir yaitu mengapa (mengapa semua
keputusan yang tertera dalam beberapa pertanyaan di atas diambil,
harus memiliki alasan yang jelas, yang tidak lain tidak bukan adalah
untuk mencapai tujuan).
Tugas dari perencanaan antara lain :
1) Membuat target.
2) Membuat rencana kegiatan yang dibutuhkan untuk pencapaian
target.
3) Mengatur urutan pelaksanaan.
4) Menyusun anggaran biaya.
5) Membuat SOP mengenai pelaksanaan pekerjaan.

2. Organizing (pengorganisasian)

Dalam pengorganisasian nantinya akan dibentuk sebuah


struktur organisasi. Sesuai dengan yang diceritakan di awal bahwa
nantinya sesorang akan ditempatkan pada posisi sesuai dnegna
keahlian dan porsi masing–masing. Dalam pengorganisasian ini
nantinya akan menyangkut pada tanggung jawab mereka .Tahapan
kedua setelah perencanaan ini, tujuannya adalah untuk
menyelesaikan perencanaan yang begitu banyak, sehingag
memebutuhkan banyak tenaga kerja. Dari tenaga kerja inilah
nantinya akan timbullah sebuah kerja sama. Kerja sama ini nantinya
akan membentuk sebuah kekuatan untuk meningkatkan mutu
sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif.
Pengorganisasian adalah membagi kegiatan besar menjadi
kegiatan kecil. Caranya dengan membagi setiap tugas supaya bisa
secara mudah meraih tujuan dari sebuah perusahaan.
Kegiatan menghubungkan serta mengatur pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan secara efisien dan efektif dengan cara sebagai
berikut:
1) Desain struktur organisasi.
2) Tentukan job description setiap jabatan untuk meraih sasaran
organisasi.
3) Mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang, menetapkan
tanggung jawab dari hasil yang sudah dicapai.
4) Membedakan antara atasan dan staff.

3. Actuating (pelaksanaan)

Merupakan realisasi dari tahap satu dan tahap kedua yaitu


perencanaan dan pengorganisasian. Dalam pelaksanaan ini nantinya
akan terbentuk upaya untuk menggerakkan dan mengarahkan tenaga
kerja sehingga tenaga kerja nantinya akan terdorong untuk
melakukan pekerjaan dengan baik.
Dalam actuating ini menyangkut tentang fungsi
kepemimpinan, fungsi komunikasi, dan fungsi motivasi. Fungsi
kepemimpinan disini berguna dalam ketika kita melakukan upaya
untuk mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujaun yang ingin
dicapai, yang fungsinya nanti sebagai penggerak dan pemberi arahan
dalam suatu kegiatan, fungsi motivasi sendiri adalah sebagai
dorongan untuk melakukan sesuatu. Fungsi dari actuating sendiri
adalah bagaimana karyawan dapat memupuk rasa tanggung jawab,
selain itu juga karyawan dapat mengikuti perintah dari pimpinan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, timbullah nanti kesetiaan
dalam bekerja.
Fungsi pengarahan dan implementasi mempunyai tugas
sebagai berikut:
1) Mengimplementasikan sebuah proses pembimbingan, ke-
pemimpinan, dan pemberian motivasi bagi tenaga kerja.
2) Memberikan tugas yang teratur mengenai pekerjaan.
3) Menjelaskan kebijakan yang sudah ditetapkan.

4. Controlling (pengawasan)

Berguna untuk mengukur produktivitas dari tahap satu


sampai tahap ketiga. Semua tahap dan fungsi manajemen yang
dilakukan tidak akan efektif apabila tidak dilakukan pengendalian
ataupun pengawasan. Fungsi manajeman ini sendiri memiliki tujuan
agar proses menajemen nantinya akan mencapai tujuan dari
perusahaan tersebut. Apabila semua fungsi dari manajemen
dijalankan maka tujuan perusahaan pun akan berjalan dengan baik
dan diharapkan akan memaksimalkan laba dari perusahaan tersebut.
Pengendalian dapat terjadi pada hal positif dan hal negatif.
Dalam hal positif misalnya pengendalian ini mengarah pada apakah
tujuan yang diinginkan perusahaan sudah tercapai ataukah belum,
sudah dilakukan secara efisien ataupun masih dalam tahap menuju
tercapainya tujuan, Sedangkan pengawasan negatif adalah jaminan
adanya hal – hal yang tidak diinginkan, seperti kerugian, atau
kendala yang tidak diinginkan, maka dengan adanya pengwasan kita
bisa menghindari adanya hal – hal yang tidak diinginkan.
Cara melakukan pengendalian atau pengawasan bukan hanya
melihat atau mengontrolnya dari jauh namun dapat dilakukan dengan
cara observasi langsung turun ke lapangan, observasi melalui data
atau informasi harian, mingguan ataupun bulanan, melakukan
pengecekan data, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dana
sudah diturunkan sesuai dengan kebutuhan atau malah sebaliknya.
Selanjutnya yaitu pengawasan dapat dilakukan dengan meminta
laporan. Laporan bukan hanya laporan yang tertulis saja melainkan
juga laporan secara lisan, untuk mengetahui kebenaran laporan yang
ditulis, yang terakhir bisa dilakukan dengana cara melakukan audit
pada bidang kepegawaian, logistic maupun finansialnya.
Bukan hal mudah apabila kita mengambil keputusan untuk
menentukan kebijakan operasional tanpa menganalisis laporan
akuntasi ini. Sehingga proses yang demikian yang dilakukan secara
tersebut dapat dipertanggung jawabkan yaitu tercapainya tujuan.
Itulah beberapa pengertian manajemen menurut beberapa ahli,
dimana mereka sepakat menyebutkan bahwasanya manajemen itu
tidak akan lepas dari 4 hal penting yakni POAC, planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Bisa disimpulkan
bahwasan pada dasarnya manajemen merupakan sebuah proses
dimana semua aspek bekerjasama dengan baik dan diatur sedemikian
rupa dengan pengawasan serta evaluasi yang baik sehingga
terciptalah sebuah tindakan yang mampu mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama.
B. Fungsi-Fungsi Administrasi
Administrasi sekolah merupakan aspek yang penting dalam
pendidikan. Administrasi sekolah merupakan keseluruhan proses
yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan personil
sekolah untuk mendidik peserta didik. Jadi administrasi ini
ditunjukkan kepada pendidikan peserta didik secara tidak langsung.
Selain memiliki tujuan, administrasi sekolah juga mempunyai
beberapa fungsi, yakni administrasi pendidikan memiliki fungsi
sebagai (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) penyusunan, (4)
pengarahan, (5) pengkoordinasian, (6) pelaporan, (7) penganggaran,
(8) pergerakan, (9) pengawasan, dan (10) penilaian.

1) Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan sekolah merupakan fungsi yang sangat
penting dari administrasi, karena fungsi ini memang berperan banyak
dalam hal memberi petunjuk pada pelaksanaan pendidikan, acuan
untuk memonitor kemajuan dan pelaksanaan program sekolah
kriteria dalam penilaian untuk mengetahui ada tidaknya hambatan
atau bahkan penyimpangan dan dapat menjadi media inovasi. Dalam
fungsi terkandung kegiatan menetapkan tujuan, mengambil
keputusan mengadakan peramalan atau perkiraan, dan memprakarsai
strategi pelaksanaan. Lalu dapat dinyatakan perencanaan adalah
menetapkan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai dan alat
(sarana) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu. Di dalam
setiap perencanaan ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu
faktor tujuan dan faktor sarana, baik sarana personel maupun
material. Langkah-langkah perencanaan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b) Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan
dilakukan.
c) Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.
d) Menentukann tahap dan rangkaian tindakan.
e) Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan
dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.

Dalam menyusun perencanaan ada syarat-syarat berikut yang


perlu diperhatikan:
a) Perncanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
b) Bersifat sederhana, realistis dan praktis.
c) Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan
rangkaian tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
d) Memiliki fleksibilitas sehingga mudah disesuaikan dengan
kebutuhan serta kondisi dan sewaktu-waktu.
e) Terdapat perimbangan antara bermacam-macam bidang yang
akan digarap dalam perencanaan itu, menurut urgensi masing-
masing.
f) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya, dan waktu serta
kemungkinan pengguunaan sumber-sumber daya dan dana yang
tersedia dengan sebaik-baiknya.
g) Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi
pelaksanaan.
Perencanaan (planning) adalah aktivitas memikirkan dan
memilih rangkaian tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya
maksud-maksud dan tujuan pendidikan.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi administrasi yang kedua adalah pengorganisasian,


yang berarti upaya membina dan memapankan hubungan antar
kegiatan dan faktor fisik yang harus dilakukan dan diperlukan,
mengkoordinasikan sumber yang ada, pimpinan mendesain struktur
formal bagi tugas dan hubungan kewenangan yang akan menjamin
efektifitas dalam pencapaian tujuan. Pengorganisasian merupakan
aktivitas menyusun dan membentuk hubungan kerja antara orang –
orang sehingga terwujud satu kesatuan usaha dalam mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.didalam pengorganisaian
terdapat adanya pembagian tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab secara terinci menurut bidang-bidang dan bagian-
bagian,sehingga terciptalah hubungan-hubungan kerja sama yang
harmonisdan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain ialah
bahwa pembagian tugas,wewenang, dan tanggung jawab ,
hendaknya disesuaikan dengan pengalaman, bakat, minat,
pengetahuan, dan kepribdian masing-masing orang yang diperlukan
dalam menjalankan tugas-tugas tersebut.
Fungsi organisasi dapat diartikan bemacam-macam:
1) Organisasi dapat diartikan sebagai memberi struktur, terutama
dalam penyusunan/penempatan personal, pekerjaan-pekerjaan,
material, dan pikiran-pikiran didalam struktur itu.
2) Oganisasi dapat pula ditafsirkan sebagai penetapan hubungan
antara orang –orang.
3) Organisasi dapat juga diartikan semata-mata mengingat
maksudnya, yakni, sebagai alat untuk mempersatukan usaha-
usaha menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan.

3) Pengoordinasian (Coordinating)

Koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, material,


pikirna-pikiran, teknik-teknik dan tujuan-tujuan kedalam hubungan
yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.

4) Komunikasi

Komunikasi dalam setiap bentuknya adalah suatu proses


yang hendak mempengaruhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam
struktur organisasi.

5) Supervisi
Supervisi sebagai fungsi administrasi sekolah berarti
aktivitas-aktivitas untuk menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat
yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tuujuan
sekolah. Secara singkat dapat disimpulkan. Bahwa fungsi atau tugas
supervisi ialah sebagai berikut:
1) Menjalankan aktiivitas untuk mengetahui situasi administrasi
pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan disekolah dalam segala
bindang.
2) Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptaan
situasi pendidikan di sekolah
3) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan.

6) Kepegawaian (Staffing)

Masalah selajutnya yang perlu diperhatikan didalam kegiatan


kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar
selalu bekerja giat, kesejahteraan pegawai( jasmani-maupun rohani),
insentif daan penghaargaan atas jasa-jasa mereka, konduite dan
bimbingan untuk lebih maju, adanya kesempatan untuk memperbaiki
diri, masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.
7) Pembiayaan (Budgeting)
Setiap kebuutuhan organisasi, baik personel maupun material,
semua memerlukan adanya biaya. itulah sebabnya maka masalah
pembiayaan harus sudah mulai dipikirkan sejak pembuatan planning
sampai dengan pelaksanaannya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam fungsi pembiayaan itu ialah:
1) Perencanaan tentang berapa biaya yang diperlukan
2) Dari mana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh
3) Bagaimana penggunaannya
4) Siapa yang akan melaksanakanya
5) Bagaimanapembukuan dan pertangguugjawabannya
6) Bagaimana pengawasannya

8) Penilaian (Evaluating)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi sekolah adalah aktivitas
untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang
dilakukan didalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil
sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan. Setiap kegiatan, baik yang
dilakukan oleh unsur pimpinan maupun oleh bawahan, memerlukan
adanya evaluasi. Evaluasi mengetahui berhasil atau tidaknya suatu
program, diperlukan adanya penilaian atau evaluasi. Tiap penilaian
berpegang pada rencana tujuan yang hendak dicapainya, atau dengan
kata lain setiap tujuan merupakan kriteria penilaian. Oleh karen itu
penilaian terhadap pekerjaan seorang guru dalam usaha mendidik
dan mengajar murid–muridnya, tidak dapat disamakan dengan
penilaian terhadap pekerjaan tukang menjahit dalam membuat
pakaian langganannya, atau pekerjaan arsitek dalam membangun
sebuah gedung.

Daftar Pustaka

https://dosen ekonomi. com/ilmu-ekonomi/manajemen/fungsi-


manajemen-menurut-para-ahli.
BAB IV
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN

4.1 PENDAHULUAN
Manajemen sebagai suatu proses sosial, meletakkan bobotnya
pada interaksi manusia. baik manusia yang berada di dalam maupun
di luar lembaga-lembaga formal, atau yang berada di atas maupun di
bawah posisi operasional seseorang. Selain itu juga manajemen
pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
Manusia sebagai makluk sosial ada kecenderungan untuk
berorganisasi dan bekerja sama. Dalam kehidupan bersosial tersebut
past ada tujuan yang hendak dicapai, ada rencana cara pencapaian
tujuan, ada pemimpin (manajer) yang bertanggung jawab atas
keberhasil pencapaian tujuan. Sehingga manajemen dibutuhkan
untuk mengatur, membimbing dan memimpin semua orang dan
menjalankan usaha yang sedang dikerjakan agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen memiliki unsur unsur yang sangat diperlukan agar
berjalan sesuai rencana, setelah semua unsur tersebut terpenuhi maka
fungsi dari manajemen yang telah dijalankan akan kita dapatkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya seperti
planing, organizing, actuating, dan controling.
4.2 LINGKUP BAHASAN
Membahas tentang pentingnya dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan adanya unsur unsur yang harus dipenuhi di dalam
menjalankan manajemen dan dapat menerapkan di kehidupan sehari-
hari.. Apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka akan
mengganggu jalannya manajemen dan menunda tujuan yang akan
dicapai.
4.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian unsur-unsur


manajemen
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan unsur-unsur manajemen
menurut para ahli
3. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur manajemen secara
umum

A. Pengertian Unsur-Unsur Manajemen


Manajemen sering juga diartikan sebagai suatu proses
pemberian pimpinan dan bimbingan serta fasilitas - fasilitas dalam
suatu kegiatan kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam kegiatan manajemen
selalu memerlukan fasilitas - fasilitas atau sarana - sarana, serta alat -
alat kerja yang juga disebut sebagai unsur - unsur manajemen.
Unsur - unsur manajemen lebih dikenal dengan istilah "6M"
dalam manajemen atau "The Six M's in Management". Unsur - unsur
ini merupakan bagian terpenting dan mutlak harus ada manajemen,
baik dalam rangka proses pencapaian tujuan secara keseluruhan atau
pencapaian tujuan dari masing - masing pelaksanaan fungsi
manajemen.
Unsur-unsur Manajemen Menurut Para Ahli
1. Menurut Fremont E. Kast menyebutkan adanya dua unsur dasar
manajemen, yaitu :
- Men
- Materials
2. Menurut O.F. Peterson memberikan definisi atas manajemen
sebagai “the use of men, materials and money to echieve a
common goal” (penggunaan sekelompok orang, material serta
uang untuk mencapai tujuan bersama). Dari definisi tersebut
nampak adanya 3 (tiga) unsur dasar manajemen, yaitu :
- Men
- Materials
- Money
3. Menurut George R. Terry mengemukakan bahwa unsur dasar
(basic elements) yang merupakan sumber yang dapat digunakan
(available resources) untuk mencapai tujuan dalam manajemen
adalah :
- Men
- Money
- Machines
- Methods
- Materials

Selain kelima unsur di atas terdapat unsur yang keenam dari


manajemen yaitu “market”. Unsur-unsur manajemen tersebut
biasanya dikenal dengan istilah “6 M didalam manajemen” (The Six
M’s in Management).

B. Unsur-Unsur Manajemen Secara Umum


Ada beberapa unsur-unsur manajemen yang perlu Anda
ketahui yaitu:

1. Human (Manusia)
Sarana utama setiap manajer adalah mencapai tujuan yang
sudah ditentukan oleh manusia terlebih dahulu. Tanpa ada manusia,
seorang manajer tidak akan dapat mencapai tujuannya. Dalam
kegiatan manajemen faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Titik pusat dari manajemen adalah manusia, sebab manusia membuat
tujuan dan dia pulalah yang melakukan proses kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya itu. Tanpa tenaga kerja
tidak akan ada proses kerja. Hanya saja manajemen itu sendiri tidak
akan timbul apabila setiap orang bekerja untuk dirinya sendiri saja
tanpa mengadakan kerjasama dengan yang lain. Manajemen timbul
karena adanya orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. misalnya dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan. Sarana manusia ini dalam organisasi biasa
disebut Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas SDM sangat
menentukan keberhasilan organisasi, karena manajemen tidak akan
mungkin dapat mencapai tujuannya tanpa ada manusia.
2. Money (Uang)
Untuk melakukan berbagai kegiatan perusahaan diperlukan
adanya uang. Uang digunakan untuk membayar gaji karyawan,
membeli peralatan dan bahan-bahan. Ada hal paling penting adalah
Anda harus mampu menggunakannya secara efektif supaya tujuan
tercapai dengan menggunakan biaya yang rendah. Uang diperlukan
pada setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuannya. Terlebih
dalam pelaksanaan manajemen ilmiah, harus ada perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap faktor uang karena segala sesuatu
diperhitungkan secara rasional yaitu memperhitungkan berapa
jumlah tenaga yang harus dibayar, berapa alar-alat yang dibutuhkan
yang harus dibeli dan berapa pula hasil yang dapat dicapai dari suatu
investasi.
3. Materials (Bahan)
Material adalah faktor pendukung utama di dalam proses
produksi. Material juga mempengaruhi kelancaran proses produksi.
Apabila tidak ada bahan, maka proses produksi tidak bisa berjalan.
Bahan-bahan yang diperlukan misalnya adalah bahan baku dan juga
bahan pembantu untuk menunjang proses produksi. Material
digunakan sebagai proses produksi dalam suatu perusahaan atau
organisasi, dapat terdiri dari bahan baku, bahan setengah jadi,
maupun barang jadi, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana Contohnya yaitu pada perusahaan pakaian. Perusahaan
pakaian akan membutuhkan bahan-bahan seperti kain, benang,
kancing baju, dan sebagainya untuk menghasilkan pakaian. Bahan
mentah tersebut akan diproses secara efisien dan efektif. Pada
umumnya perusahaan membeli bahan baku dari pihak lain, misalnya
supplier, dengan harga yang termurah.
4. Machines (Mesin)
Mesin merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang
dapat mempermudah pekerjaan manusia. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat menyebabkan
penggunaan mesin semakin meningkat. Penggunaan mesin dalam
kegiatan perusahaan dapat membuat proses produksi atau kegiatan
yang terkait dengan tujuan organisasi lebih efisien.Saat ini teknologi
sudah maju, sehingga perusahaan-perusahaan dapat menggunakan
mesin-mesin yang canggih dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Dalam setiap organisasi, peranan mesin-mesin sebagai alat pembantu
kerja sangat diperlukan. Mesin dapat meringankan dan memudahkan
dalam melaksanakan pekerjaan. Hanya yang perlu diingat bahwa
penggunaan mesin sangat tergantung pada manusia, bukan manusia
yang tergantung atau bahkan diperbudak oleh mesin. Mesin itu
sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang menemukannya,
sedangkan yang menemukan adalah manusia. Mesin dibuat adalah
untuk mempermudah atau membantu tercapainya tujuan hidup
manusia.
5. Methods (Metode)
Metode adalah cara untuk melakukan agar berdaya guna dan
berhasil guna. Metode kerja yang tepat dapat memperlancar jalannya
usaha. Agar kegiatan yang dilakukan dapat efektif dan efisien maka
diperlukan berbagai alternatif metode untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan
cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang
tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.
Pemilihan metode yang tepat akan menentukan tercapainya tujuan.
Masing - masing metode memiliki daya guna dan hasil guna yang
berbeda. Untuk melakukan kegiatan supaya berdaya guna serta
berhasil guna, Anda dihadapkan pada pilihan berbagai alternatif
metode untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, pilihlah metode
yang benar guna mencapai tujuan. . Dengan cara kerja yang baik
akan memperlancar dan memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Tetapi
walaupun metode kerja yang telah dirumuskan atau ditetapkan itu
baik, kalau orang yang diserahi tugas pelaksanaannya kurang
mengerti atau tidak berpengalaman maka hasilnya juga akan tetap
kurang baik. Oleh karena itu hasil penggunaan/penerapan suatu
metode akan tergantung pula pada manusia.
6. Market (Pasar)
Pasar merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
memasarkan hasil produksi dari suatu kegiatan usaha. Penguasaan
pasar untuk menyebarkan hasil produksi agar sampai ke tangan
konsumen merupakan unsur yang menentukan dalam kegiatan
manajemen pada umumnya. Bagi suatu perusahaan, pemasaran
produk yang dihasilkan sudah barang tentu sangat penting bagi
kelangsungan proses produksi dari perusahaan itu sendiri. Proses
produksi suatu barang akan berhenti apabila barang-barang yang
diproduksi itu tidak laku atau tidak diserap oleh konsumen. Oleh
karena itu penguasaan pasar untuk mendistribusikan hasil-hasil
produksi agar sampai kepada konsumen merupakan hal yang
menentukan dalam aktivitas manajemen. Adapun dalam administrasi
Negara, yang menjadi pasar adalah masyarakat (publik) secara
keseluruhan, sedangkan yang menjadi produknya adalah berupa
pelayanan dan jasa (service). Apabila rakyat atau masyarakat telah
merasakan pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemerintahnya maka
rakyat akan pula memberikan kerjasama dengan sebaik-baiknya atau
dengan perkataan lain mendukungnya sehingga pemerintahan dapat
berjalan dengan stabil.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://googleweblight.com/i?u=http://yuraannisa.blogspot.com/2
013/10/makalah-unsur-dan-fungsi-
manajemen.html?m%3D1&hl=id-ID

2. http://googleweblight.com/i?u=http://mastertugasmakalah.blogs
pot.com/2017/03/unsur-unsur-
manajemen.html?m%3D1&grqid=gUk8zMz3&s=1&hl=id-ID

3. http://googleweblight.com/i?u=http://gazzaminuta.blogspot.com
/2014/03/unsur-dan-fungsi-
manajemen.html?m%3D1&grqid=eGoe5ipa&s=1&hl=id-ID
BAB V
ORGANISASI DAN STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

5.1 PENDAHULUAN

Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah


mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar
mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manuasia, baik
secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan
untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana,
terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu.
Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada beberapa aspek
antara lain: jenis, tingkat dan sifat sekolah yang bersangkutan.
Susunan organisasi sekolah tertuang dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan kebudayaan tentang susunan organisasi dan tata
kerja jenis sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2). Dalam struktur
organisasi terlihat hubungan dan mekanisme kerja antara kepala
sekolah, guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah serta pihak lain
di luar sekolah.
Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Ia diharapkan mampu meningkatkan iklim
sekolah yang kondusif bagi terlaksanannya proses belajar mengajar
yang efektif, dan mengaktuaklisasikan sumber daya yang ada di
sekolah seoptimal mungkin dalam menunjang proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, setiap kepala sekolah harus menguasai
kemampuan organizational pendidikan yang efektif.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah perlu melakukan
pendekatan terhadap strategi global sebagai suatu tuntutan untuk
dapat mengelola sebuah organisasi sekolah secara berhasil.
Memimpin sebuah organisasi sekolah yang produktif berarti
mengetahui dan memahami perilaku individu di dalam organisasi
sekolah tempat kerja para guru dan seluruh staf yang terlibat, dan
menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan
organisasi sekolah. Peranan utama kepala sekolah sebagai pemimpin
organisasi ( organizational leader ) adalah mengerahkan seluruh staf
sekolah untuk bekerja sama sebagai sebuah tim dalam rangka
melaksanakan program pertumbuhan dan peningkatan bagi seluruh
siswa agar secara akademik berhasil. Sehubungan dengan itu,
tantangan utama kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi adalah
bagaimana dia dapat memadukan antara kepentingan organisasi
sekolah dan berbagai potensi, minat dan bakat para anggotanya
sebagai asset demi kemajuan sekolah.
5.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya organisasi dan struktur organisasi di


sekolah untukmencapai tujuan dan sasaran sekolah secara lancar dan
menciptakan citra profesional sekolah.

5.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian organisasi dan


struktur organisasi di sekolah
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan struktur organisasi
disekolah
3. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya suatu organisasi
dan struktur organisasi di sekolah

Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau


susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur
organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing
kesatuan serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kestuan
tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak
dapat lepas dari organisasi negara. Untuk organisasi ini Mulyani A.
Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi makro dan mikro.
Organisasi pendidikan makro adalah organisasi pendidikan dilihat
dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi
pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan Dan
Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah
organisasi pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit
yang ada pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara
langsung proses belajar mengajar. Struktur disetiap sekolah atau
lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah terdapat
sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena
disebabkan kekurangan tenaga atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan
dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk
sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu
disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika
berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa
menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi
masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai
mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli:
Organization is the form of every human association for the
attainment of comon purpose (James D. Oony)
An organization as a system of cooperative activities of two or more
persons (Chester I. Barnard)
Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
organisasi adalah sebuah bentuk atau sistem yang terdiri dari
sekelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi
karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya
di bidang pendidikan.

A. Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah


Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan
yang menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam
keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di
dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh
peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja
tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung
jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan
menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata
lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk
organisasi kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:
1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan
tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak
dan kekuasaan sekecil apa pun karena hanya berkedudukan sebagai
pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan
kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana
diperintahkan. Saluran perintah dan penyampaian tanggung jawab
dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke
bawah dan sebaliknya.
2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi
habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit
memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijakan sepanjang
tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan
tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas,
sehingga pimpinan berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung
jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan
kekuasaan yang dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan
pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi
dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab
dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil
tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja
sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja masing-
masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi
wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4. Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)
Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar
fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas
yang memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat
dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan
pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-
masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang
teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara khusus.
B. Tujuan Organisasi

Setiap orang di dalam organisasi secara alamiah memiliki


tujuan pribadi yang tidaklah sama persis. Tujuan akhir dari sebagian
besar orang adalah memperoleh penghasilan. Para anggota
organisasi memiliki tujuan mengerjakan pekerjaan dengan baik, naik
pangkat, berinteraksi dengan anggota organisasi lain dalam suasana
yang menyenangkan atau menjalin hubungan persahabatan
Tujuan organisasi dan karyawan sering kali seiring.Yaitu
melakukan pekerjaan dengan baik dan naik pangkat. Langkah
anggota organisasi berupa konsisten si mendukung tujuan organisasi
yaitu meningkatkan tujuan akhir secara bertahap lebih jelas dan
dapat diukur keberhasilannya. Pada umumnya tujuan akhir
organisasi tercantum dalam visi dan misi organisasi sedangkan
sasaran atau tujuan tujuan kecil dibahas dalam rapat organisasi.
Menurut Simon (1997) bahwa tugas mewujudkan sasaran organisasi
berada pada orang orang di tingkat paling bawah dari organisasi.
Demikian juga pada seseorang paling dibawah dari struktur
organisasi tidak boleh diabaikan karena mereka para anggota level
bawahlah yang menentukan keberlangsungan dan tercapainya tujuan
organisasi.

C. Ciri Ciri Organisasi

Berdasarkan tujuan dan pengertian organisasi diatas, dapat


diambil beberapa ciri ciri yang merupakan batasan yang jelas dan
gambaran tentang bagaimana organisasi itu dan apa yang membuat
dikatakan sesuatu itu sebuah organisasi.
a. Kumpulan manusia
Organisasi sudah tentulah bercirikan beranggotakan oleh lebih
dari dua manusia dikarenakan hanya manusia yang mampu
membuat secara sadar tujuannya sendiri. Ciri ini juga sama halnya
dengan ciri kelompok.
b. Tujuan bersama
Tujuan bersama merupakan ciri utama organisasi yang
membedakan dengan kelompok. Bahkan salah satu pengertian
organisasi diatas menjelaskan bahwa tujuan organisasi harusnya
diumumkan dan disuarakan oleh pemimpin atau yang diakui
sebagai orang yang pantas didengar. Akan tetapi tidak bisa
disangkal bahwa tiap anggota pasti memiliki tujuan tujuan pribadi
yang tidak persis sama dengan anggota lainnya, akan tetapi
mereka berkumpul dikarenakan tujuan organisasi tersebut
merupakan bagian dari tujuan tujuan mereka dala hidup dan
bahkan saat tujuan organisasi belum tercapai, pencapaian mereka
terhadap tujuan pribadi sudah hampir terpenuhi. Organisasi yang
sangat kompak dan erat adalah yang memiliki tujuan yang sama
dengan tiap anggotanya apalagi anggota mereka yang berada di
tataran bawah. Contohnya organisasi seperti perusahaan bisnis
yang menghasilkan keuntungan untuk memperkaya diri mereka
dan memberi makan dan hidup kepada para anggota. Semua
anggota jelas memiliki tujuan yang sama sehingga akan terus
mendorong mereka untuk bekerja sama dengan keras dan kokoh.
Contoh yang lain adalah organisasi minat dan bakat seperti Klub
Catur atau Pers Mahasiswa.
c. Kerja sama
Tentu saja, organisasi memiliki ciri ini, kerja sama. Tidaklah
pantas bila sebuah kumpulan manusia yang memiliki tujuan yang
sama tidak bekerja sama. Ini tak ada bedanya dengan kelompok
apabila tidak adanya kerja sama
d. aturan- aturan
Aturan aturan biasanya dibuat setelah organisasi terbentuk.
Aturan aturan ini merupakan ciri organisasi formal yang bertujuan
mengatur setiap anggota agar tujuan dan kerja sama terjalin
dengan kapasitas yang efisien, efektif dan bertanggung jawab.
Dengan adanya aturan aturan, tidak akan anggota yang merasa
tercederai karena aturan aturan tersebut dibahas bersama.
e. Pembagian tugas
Dalam sebuah organisasi yang formal, pembagian tugas sesuai
kapasitas dan kemampuan anggota sangatlah penting untuk
mencapai tujuan organisasi dan mempermudah pencapaian tujuan
para anggota organisasi secara pribadi. Dengan adanya
pembagian tugas yang diatur oleh aturan aturan akan tercipta
kerja sama yang epik dan solid dalam nuansa profesionalisme
demi mencapai tujuan bersama dan tujuan pribadi demi
keberlangsungan dan kejayaan organisasi.
D. Struktur Organisasi
Umumnya, organisasi formal memiliki struktur yang nyata
dan jelas yang tersusun atas ketua atau pemimpin, bendahara,
sekertaris serta anggota. Untuk organisasi yang lebih kompleks lagi,
akan ada wakil ketua dan wakil sekertaris serta bendahara serta
banyak koordinator dalam tiap anggota yang terbagi menjadi
beberapa divisi sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Kemudian.
Kemudian, dalam organisasi yang bersifat lebih kompleks
sesuai dengan teori manajemen yang ada, terbagi atas beberapa tugas
sesuai dengan fungsi fungsi manajerial seperti pemimpin, supervisor
manajer, manajer, anggota dan seterusnya.
Struktur organisasi dapat juga memiliki hubungan koordinasi
kesamping dengan beberapa badan yang setingkat dengan mereka
yang berfungsi sebagai pengawas kerja kerja organisasi. Dalam
organisasi mahasiswa, ada namanya Dewan atau Majelis
Permusyawaratan yang mengawasi kerja kerja mereka dan
mewadahi kebutuhkan anggota yang tidak masuk dalam struktural
pengurus badan eksekutif.

E. Elemen struktur organisasi


Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh
para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain:

Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas


dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan
tersendiri.

 Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan


pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa
proses, produk, geografi, dan pelanggan.
 Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang
membentang dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan
menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
 Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh
seorang manajer secara efisien dan efektif.
 Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh
mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu
titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari
sentralisasi.
 Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam
organisasi dibakukan.

F. Wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah

Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka


sebaiknya kita juga harus tahu apa saja wewenang dan tanggung
jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang dan
tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi
sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang
bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada
kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan.
Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada
dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber,
yaitu teori formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan.
Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau
pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat
masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum diturunkan dari
tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance theory
of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh
kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan
dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver ).
Chester Barnard mengatakan bahwa seseorang bersedia
menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati
oleh bawahan maka diperlukan adanya:
1. Kekuasaan (power)
Kekuasaan (power) yaitu kemampuan untuk melakukan hak
tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan.
Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang
formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian
orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut
dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi,
respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Macam-macam kekuasaan:
1. Kekuasaan balas jasa (reward power) berupa uang, suaka,
perkembangan karier dan sebagainya yang diberikan untuk
melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang
dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan
sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan perintah,
3. Kekuasaan sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai
intern karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai
pemimpinnya.
4. Kekuasaan pengendalian informasi ( control of information
power ) berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain,
ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang
dibutuhkan.
5. Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi
orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
6. Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu
pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab
(responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang
timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya.
Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan
tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk
diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan
besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan
kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan
diambil. Pengaruh (influence) yaitu transaksi dimana seseorang
dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai
dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul
karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan
informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih
baik.
Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas,
dapat disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah
adalah hak dari organisasi sekolah untuk memerintah orang lain
untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban dari
organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat
tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam
organisasi sekolah:
Kepala sekolah
Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain :
 Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja
sekolah
 Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan
Pembelajaran Kurikulum/Program
 Mengembangkan SDM
 Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan
kependidikan
 Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar
 Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan
keuangan
 Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi
 Menetapkan Program Kerja Sekolah
 Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi
 Melegalisasi dokumen organisasi
 Memutuskan mutasi siswa
 Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga
kependidikan
 Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah
 Memberi pembinaan warga sekolah
 Memberi penghargaan dan sanksi
 Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan

Komite sekolah
Wewenang dan Tangung jawab, antara lain:
 Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan di
sekolah.
 Mengawasi kebijakan sekolah.

Kepala Tata usaha


Wewenang dan tanggung jawab tata usaha, antara lain :
 Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.
 Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
 Mengurus administrasi kepegawaian.
 Mengurus administrasi kesiswaan.
 Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
 Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
 Menyusun administrasi lainnya.
 Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada
kepala sekolah secara berkala.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum


Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
 Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program
 Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan
Kurikulum/Program
 Memantau pelaksanaan Pembelajaran
 Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum
 Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan
 Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
 Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran
 Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran
 Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru
 Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru
 Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan
 Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program
Pembelajaran
 Memverifikasi Kurikulum
 Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try
out kelas 3

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan


Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
 Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru )
 Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik
(MOS)
 Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS
 Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua
bentuk beasiswa
 Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan,
keamanan, dan kekeluargaan)
 Membina program kegiatan OSIS
 Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus Osis
 Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata
tertib siswa
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba
 Mengkoordinasikan ekstrakurikuler
 Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar

Ketua program keahlian


Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
 Mengkoordinasikan tugas guru dalam pembelajaran
 Mengkoordinasikan pengembangan bahan ajar
 Memetakan kebutuhan sumber daya untuk pembelajaran
 Memetakan dunia industri yang relevan
 Mengkoordinasikan program praktik kerja industri
 Melaksanakan ujian produktif
 Menginventarisasi fasilitas pembelajaran program keahlian
 Melaporkan ketercapaian program kerja
 Melakukan langkah-langkah efisien dan efektif guna
kelancaran pembelajaran di program keahlian
 Memberi masukan penilaian kinerja pendidik
 Memberi sanksi kepada siswa yang melanggar tata tertib.
 Mengusulkan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan
 Mengusulkan kebutuhan bahan dan peralatan pembelajaran
 Mengusulkan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan program keahlian

Guru
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
 Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan
pelajaran sesuai dengan bidang studi
 Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
 Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
 Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan
memeriksa hasil tugas itu untuk dinilai.
 Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan
laporan kepada kepala sekolah, wali kelas, dan guru BP.
 Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa
untuk memberikan bimbingan pelajaran kepada siswa yang
cerdas, siswa yang kurang cerdas, dan siswa yang membandel.
 Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan
mengisi daftar nilai siswa.
 Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.

Siswa
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
 Menuntut ilmu sebaik-baiknya
 Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya
 Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan oleh pihak
sekolah

G. Partisipasi Dalam Organisasi Sekolah


Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi
dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun
secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar
dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi
pada organisasi yang bersangkutan.Dengan berpartisipasi setiap
individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus
dilakukan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan
mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti
keterlibatan jasmaniah semata.Partisipasi dapat diartikan sebagai
keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang
dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi:

1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan


sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental
dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan
kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa
terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu
kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut
merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota.
Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of
belongingness”
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu
sebagai berikut[1]:

1. Pikiran (psychological participation)


2. Tenaga (physical partisipation)
3. Pikiran dan tenaga
4. Keahlian
5. Barang
6. Uang
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan
efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .

 Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang


dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang
disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung
informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa
diperlukan peran serta.
 Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini
diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar
tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan
menimbulkan efek negatif.
 Subjek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan
organisasi di mana individu yang bersangkutan itu tergabung
atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
 Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi,
dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup
pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan
kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh
komunikator.
 Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan
komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang
sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta
pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
 Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan
peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
 Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan
hendaknya didasarkan pada kebebasan dalam kelompok, artinya
tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat
menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa
pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prisnsip
bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.

H. Pendekatan-pendekatan organisasi sekolah

a. Peningkatan Mutu Pendidikan

Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika menyampaikan


makalahnya pada seminar nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan
(2005) dengan mengutip hasil penelitian yang dilakukan David
Chapman dan Don Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan
Alexander terhadap 11 penelitian diberbagai negara serta Woessman
menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi mutu hasil
pendidikan secara signifikan.
Rangkuman hasil penelitian itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Komponen Faktor Kunci
1. Guru/tenaga pendidik
– lama mengajar di kelas
– lamanya persiapan mengajar
– pemilihan metode mengajar
– memberikan pekerjaan rumah
– pengalaman
– tingkat pendidikan
2. Buku
– digunakan untuk belajar
– jumlah jam membaca di rumah
– digunakan untuk pekerjaan rumah
– penggunaan lembar kerja
3. Laboratorium
– efektivitas penggunaan laboratorium
4. Manajemen
– kreasi meningkatkan akuntabilitas
– kreasi mengoptimalkan sumber daya
– membagi informasi
– pemberdayaan dan komitmen
– mobilisasi masyarakat
– struktur organisasi yang mendukung
– kepemimpinan sekolah
Melalui hasil penelitian tersebut kita selayaknya membangun
pendidikan untuk mencerdaskan dan memberadapkan bangsa sesuai
arah pembangunan nasional untuk mentransformasikan peradaban
Indonesia agraris menuju peradaban industrial yang canggih, elok,
dan unggul.

b. Perencanaan Pembangunan Pendidikan


Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992), bahwa
perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan
dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biya pendidikan
dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam
bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk pengembangan potensi
sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak
didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Permasalahan yang dihadapi pendidikan nasional kita pada
umumnya sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan rendah
2. Dinamika struktur penduduk belum terakomodasi
3. Kesenjangan tingkat pendidikan
4. Fasilitas pendidikan belum memadai
5. Kualitas pendidikan rendah
6. Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
7. Anggaran rendah
Bila demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh
pendidikan, maka kebijakan yang ditempuh dalam merencanakan
pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan yaitu:
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
2. Peningkatan mutu dan relevansi
3. Governance dan akuntabilitas

I. Pentingnya Organisasi Sekolah


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur
atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang
dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan
hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak
dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan
tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola
kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan
tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk
mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan
kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang
baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita
mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah,
kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan
baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang
bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi
di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan
dalam struktur organisasi sekolah ia duduki.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui
apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas
karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk
satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan
lain-lain sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya
“roda” pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah
yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana
kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi
aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif
yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan
murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa
Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan
organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh
dilupakan.
J. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam
Menyusun Organisasi Sekolah

a. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat
dibedakan atas :
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda
antara anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya :
di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan
(Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas
rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang
adalah pemerintah dan Departemen P dan K tidak atau belum
mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang
tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai
pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur
organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi
bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang
ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian
pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah
(OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan
sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan
pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas
yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari
sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang
mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan
perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin
bervariasi susunan organisasinya.
b. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah
umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah
yang program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam
untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan
yang dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang
pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau
keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum
dan tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah
yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan
organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai
berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator)
praktikum, sedangkan pada sekolah umum tidak. Pada sekolah
kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan
alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
c. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah murid, jumlah
kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang
memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi
syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah
yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan
struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah murid tentu
saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik
yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang
pendidikan.
d. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan dan
mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah
dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang
kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan
programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di
kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa
sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat
sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih akrab
diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar
sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani,
masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri,
dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini
terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti
menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam
penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu
diperhatikan.

K. Peranan Masing-masing Personal Organisasi Sekolah

Peranan dari masing-masing Personal organisasi sekolah


antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah dan Peranannya.

Kepala Sekolah berperan dalam dan bertugas sebagai


edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator (EMASLIM).
Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan
mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian,
mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan
dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha
pembinaan sekolah.
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala
sekolah memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala
sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan model
pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan
mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di
atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam
peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut :
• Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk
menambah wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
agar giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan
diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk
memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan
meningkatkan prestasinya.
• Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara
memotivasi guru dan siswa.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu
mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan
visi, misi, dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah mampu
menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik,
konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam
memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang
memuaskan stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Semua
peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan dari hati ke hati.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan yang
membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan
kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan
erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan
administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.
Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di
atas ke dalam tugas-tugas operasional.
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat
(1993) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang
dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor
mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya
menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan
tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan
mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa
kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus
yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat
dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian
kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya
yang: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko
dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai
inovator, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin
dari caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif,
delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan,
disiplin, adaptable, dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah
mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas
bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri,
yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving
class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga
dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru
yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
belajar.
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja,
disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber
Belajar (PSB).
h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi
melalui dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan
informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila jabatan atau otoritas
formal dalam organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih
melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi
ketika kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang
yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan
khusus yang dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan
mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi
kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi
kepala sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang
berlaku. Prosedur dan peraturan tersebut dirancang dan ditentukan
oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya
manusia. Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang
berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat
dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat
keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam
pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku;
memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan
sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki mempunyai atasan
langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan
mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier.
2. Komite Sekolah.
Komite Sekolah memiiki peranan dalam membina dan
menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung
penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
3. Kepala Urusan Tata Usaha.
Kepala Urasan Tata Usaha berperan dalam menyusun
program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan
siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha
sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun
dan penyajian data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata
usaha.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum berperan dalam
menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal
pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria kenaikan/ketidak-
naikan/kelulusan, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba
akademis, dan MGMP.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berperan dalam
menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan
dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima
beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan
kegiatan kesiswaan secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana berperan dalam
menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana,
mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola
pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan
urusan sarana dan prasarana secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berperan dalam
mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang
tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah,
lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan
hubungan masyarakat secara berkala.
8. Koordinator BP.
Koordinator Bimbingan dan Penyuluhan memiliki peran
memberikan nasehat untuk mengatasi kesulitan belajar siswa/siswi,
mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan
siswa/siswi pada asaat proses belajar mengajar berlangsung,
mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan jasmani,
kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah
mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber
dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.
9. Dewan guru,
Dewan Guru memiliki peran dalam mendidik, membimbing
dan mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di
sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap siswa
dan siswi.
Berikut adalah pembagian tugas dan Struktur Organisasi SMU
Negeri 14 Jakarta. Disusun sedemikian rupa berdasarkan tujuan
organisasi (kelembagaan) yang berfokus pada misi dan visi sekolah
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kepala Sekolah: bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua
pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan
dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-
pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, bertugas membuat
perencanaan dan mengkoordinasikan pembagian tugas guru-guru per
catur wulan, merekap daya serap dan target pencapaian kurikulum
per catur wulan dan per tahun pelajaran, serta segala kegiatan yang
berhubungan dengan urusan kurikulum dan pengajaran bidang intra-
kurikuler.
Wakil Kepala sekolah Bidang Kesiswaan, bertugas membuat
perencanaan penerimaan siswa baru kelas I, mutasi siswa kelas II
dan III dan pendaftaran ulang siswa. Membina dan membimbing
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan mengkoordinasikan
semua yang berkaitan dengan kegiatan siswa di bidang ekstra-
kurikuler.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan,
bertugas mengkoordinasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan
pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang-barang
inventaris/non inventaris baik fisik maupun non-fisik milik sekolah.
Kepala Tata Usaha, bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan
yang berkaitan dengan administrasi sekolah, meliputi penyusunan
program tahunan, kepegawaian, keuangan, pelaporan, inventaris dan
kesiswaan.

Daftar Pustaka

1. Anonim. SMU Negeri 14 Jakarta. [online] Tersedia


http://smanegeri14jakarta.tripod.com/str_org.html
2. Aditya Media.Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Kelas sebagai
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. [online] diakses
25 April 2011. http://ermapoenya. blogspot.com/2010/07/
manajemen-lembaga-dan-organisasi.html
3. Marlina. 2010. Struktur Organisasi. [online] tersedia. 25 April
2011.http://marlinafis.blogspot.com/2010/04/sistem-dan-
struktur-organisasi-sekolah.html
4. Pmancoffeemix. 2010. Kurikulum Organisasi Sekolah. [online]
tersedia. 25 April 2011. http://pmancoffeemix. wordpress.com/
2010/12/18/kurikulum-tentang-organisasi-sekolah/
5. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Pendidikan dan
Pelatihan Pengorganisasian Sekolah. [online] diakses. 25 April
2011.http://www.google.com/pengorganisasian sekolah 1
6. http://crisayu.blogspot.com/2011/05/organisasi-sekolah.html
7. Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San
Francisco, Toronto, London:Singarimbun, Masri dan Sofyan
Efendi. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York:
Random House.
8. Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
9. Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi
keenam. International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill
Book Company Inc.
10. Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan
Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994).
11. WS, Winkel. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.
Jakarta : Gramedia.
12. Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku
Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.
13. Knight, K. 1976. "Matrix Organization: A Review," Journal of
Management Studies.
14. Mohrman, S. A. 1995. Designing Team-Based
Organizations, San Fransisco: Jossey Bass.
15. Kaeter, M. 1993. (Inggris)"The Age of the Specialized
Generalist," Training, Desember.
16. Davis, D. D. 1995. (Inggris)"Form, Function and Strategy in
Boundaryless Organization," The Changing Nature of Work,
San Fransisco: Jossey Bass.
17. Pennings, J. M. 1992. (Inggris) Research in Organizational
Behavior, vol. 14, Greenwich, CT: JAI Press.
BAB V
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

5.1 PENDAHULUAN
Membahas tentang pentingnya Manajemen berbasis sekolah
agar sekolah mampu mencapai prestasi yang gemilang dengan
memberdayakan seluruh sumber daya yang ada pada sekolah tertentu.
Kemampuan memanajemen segala sumber daya yang ada baik itu
sumber daya berupa material, finansial, tenaga kerja, dan sumber
daya yang lain nya sehingga sekolah bisa terkelola dan terstruktur
dengan baik tergambar dari prestasi yang tercapai. Otonomi dalam
pendidikan perlulah dilaksanakan dalam menjawab tuntutan
persaingan global dan dalam menyesuaikan sistem pendidikan
dengan perkembangan zaman serta kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah daerah otonomi daerah ini merupakan implementasi dari
azas desentralisasi yang telah diterapkan.
Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah ini maka
mulai dari wilayah provinsi hingga kota/kabupaten akan mengurusi
sendiri urusan daerahnya. Setiap daerah tersebut akan memiliki
wewenang, hak, dan tanggung jawab sendiri untuk mengurus rumah
tangganya sesuai dengan batasan dan kewenangan yang diberikan
oleh pemerintah pusat.
Otonomi daerah ini diharapkan dapat mengefisienkan
pelayanan publik di masyarakat sehingga dalam penerapannya
masyarakat menjadi lebih dekat dengan pemerintah.Salah satu
bidang yang didesentralisasikan adalah bidang pendidikan, dimana
dalam penerapan di sekolah disebut Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).

Manajemen Berbasis Sekolah ini merupakan kebijakan dalam


sistem penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah yang dilakukan
secara mandiri.Sistem ini memberikan peluang bagi sekolah untuk
mengatur pengelolaan sekolahnya secara demokratis, professional,
dan dinamis. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan
pendidikan, mutu sekolah dan peningkatan efisiensi masyarakat.
5.2 LINGKUP BAHASAN
Membahas mengenai latar belakang, konsep, karakteristik,
implementasi manajemen berbasis sekolahdan dampaknya , urusan-
urusan yang menjadi tanggung jawab sekolah,

5.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan latar belakang manajemen


berbasis sekolah
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep manajemen berbasis
sekolah
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik MBS
4. Mahasiswa dapat mengetahui urusan-urusan yang menjadi
kewenangan tanggung jawab sekolah
5. Mahasiswa dapat mengetahui implementasi MBS dalam
bidang pendidikan
6. Mahasiswa dapat menjelaskan dampak penerapan MBS
7. Mahasiswa dapat menjelaskan kegiatan selama perkuliahan
MBS

A. Latar Belakang Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam era otonomi daerah, pendidikan perlu dikelola dengan


memperhatikan kepentingan sekolah itu sendiri untuk berkembang
secara optimal dan mandiri.Oleh karena itu, MBS merupakan pilihan
yang tepat untuk dilakukan oleh pemerintah daerah.
Definisi komprehensif mengenai MBS yang dikemukakan
oleh Malen sebagaimana dikutip Ibtisam Abu Duhou adalah suatu
perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk
desentralisasi yang mengidentifikasikan sekolah itu sendiri sebagai
unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan
pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya
pendidikan dapat didorong dan ditopang
Selanjutnya, Candoli mendefinisikan MBS, sebagai suatu
cara untuk memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab
atas apa saja yang terjadi pada anak menurut jurisdiksinya dan
mengikuti sekolahnya. Konsep ini menegaskan bahwa ketika sekolah
itu sendiri dibebani dengan pengembangan total program
kependidikan yang bertujuan melayani kebutuhan anak dalam
mengikuti sekolah, personil sekolah akan mengembangkan program
yang lebih meyakinkan karena mereka mengetahui kebutuhan belajar
siswa.
Definisi tentang MBS menegaskan bahwa konsep tersebut
mengacu pada manajemen sumber daya di tingkat sekolah dan bukan
di suatu sistem atau tingkat yang sentralistik. Melalui MBS, sekolah
diberi pengawasan lebih besar atas arah yang akan dicapai oleh
organisasi sekolah tersebut. Pengawasan atas anggaran dianggap
merupakan inti dari MBS.
Terkait erat dengan kebijaksanaan anggaran adalah
pengawasan atas penetapan peran, penggajian, dan pengembangan
staf.Pada ekstrim lainnya, beberapa sekolah diberi pengawasan atas
kurikulum sebagai bagian dari MBS. Di sini suatu kurikulum
berbasis sekolah berarti bahwa masing-masing sekolah memutuskan
bahan-bahan ajar apa akan digunakan, dan juga model pelaksanaan
spesifik. Para staf menentukan beberapa kebutuhan pengembangan
profesional mereka sendiri, serta beberapa struktur di mana proses
pendidikan akan dikembangkan.
MBS ditawarkan sebagai salah satu alternatif jawaban
pemberian otonomi daerah di bidang pendidikan, mengingat prinsip
dan kecenderungannya yang mengembalikan pengelolaan
manajemen sekolah pada pihak-pihak yang dianggap paling
mengetahui kebutuhan riel sekolah.
Oleh karena itu, jika kita semua sedang gencar berbicara
tentang reformasi pendidikan, maka dalam konteks MBS, tema
sentral yang diangkat adalah isu desentralisasi. Desentralisasi dalam
pengertian sebagai pengalihan tanggung jawab pemerintahan pusat
dalam hal perencanaan, manajemen, penggalian dana, dan alokasi
sumberdaya ke pemerintah daerah.Terkait dengan desentralisasi,
MBS dikembangkan untuk membangun sekolah yang efektif.Hanya
saja konsep desentralisasi model MBS mengacu pada sekolah swa-
manajemen (self managingschool) bukan pada penyelenggara
sekolah mandiri (self governing school).
Respon yang muncul atas MBS bermacam-macam.Depdiknas
merumuskan pengertian MBS sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Dengan otonomi yang lebih besar, sekolah memiliki
kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga
sekolah lebih mandiri.Maksud yang sama dikemukakan oleh Miarso
yang menyatakan bahwa arti pengelolaan berbasis sekolah ini adalah
pelimpahan wewenang pada lapis sekolah untuk mengambil
keputusan mengenai alokasi dan pemanfaatan sumber-sumber
berdasarkan aturan akuntabilitas yang berkaitan dengan sumber
tersebut.
Asumsi kebijakan manajemen berbasis sekolah adalah bahwa
dengan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab yang
meningkat ke sekolah, serta proporsi dana lebih besar dalam
mendukung pencapaian tujuan kebijakan sesuai dengan serangkaian
garis pedoman kebijakan yang lebih eksplisit dan meletakkan
strategi manajemen prestasi yang terartikulasi di atas perencanaan
tersebut, maka hal tersebut akan memudahkan dan mendorong
peningkatan efektivitas dan efisiensi pendidikan publik.
Hal ini berarti bahwa tugas manajemen sekolah ditentukan
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah itu sendiri.Oleh
karena itu, anggota pengelola sekolah (dewan direktur, pengawas,
kepala sekolah, guru, orang tua, siswa dan seterusnya) memiliki
otonomi dan tanggung jawab lebih besar dalam mengelola kegiatan
pendidikan di sekolah.
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efesiensi, mutu dan
pemeratan pendidikan.Peningkatan efesiensi diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat
dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui
partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan
propesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai control,
serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana yang
kondusif.
Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) tak lepas dari kinerja pendididkan di suatu Negara
berdasarkan system pendidikan yang ada sebelumnya. Diantara
tahun 1960-an hingga 1970-an berbagai inovasi dilakukan melalui
pengenalan kurikulum baru dan pendekatan metode pengajaran baru
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasilnya
tidak memuaskan. Demikian juga di banyak Negara lain seperti
Kanada, Amerika, Australia, Inggris, Perancis, Selandia Baru, dan
Indonesia.
Sebelum berbagai inovasi yang diterapkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan difokuskan pada lingkup kelas,
seperti perbaikan kurikulum, profesionalisme guru, metode
pengajaran, dan system evaluasi, dan kesemuanya itu kurang
memberikan hasil yang memuaskan. Bersamaan dengan berbagai
upaya itu, pada tehun 1980-an terjadi perkembangan yang
menggembirakan di bidang manajemen modern, yaitu atas
keberhasilan penerapannya di bidang industry dan organisasi
komersial. Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang
kemudian diadopsi untuk diterapkan di dunia pendidikan.Sejak saat
itulah masyarakat mulai sadar bahwa untuk meningkatkan kualitas
pendidikan perlu melompat atau keluar dari lingkup pengajaran di
dalam kelas secara sempit ke lingkup organisasi sekolah. Oleh
karena itu, diperlukan reformasi system secara structural dan gaya
manajemen sekolah.
Setelah adanya kesadaran itu muncullah berbagai gerakan
reformasi seperti gerakan sekolah efektif yang mencari dan
mempromosikan karakteristik sekolah-sekolah efektif. Ada gerakan
sekolah mandiri, yang menekankan otonomi penggunaan sumber
dana sekolah. Ada yang memfokuskan pada desentralisasi otoritas
dari kantor pendidikan pusat kepada aktivitas-aktivitas yang
dipusatkan disekolah seperti pengembangan kurikulum berbasis
sekolah, bimbingan siswa berbasis sekolah, dan sebagainya. Gerakan
reformasi yang menggunakan pendekatan berbeda-beda tersebut
kemudian melahirkan model-model MBS.
Di Indonesia, latar belakang munculnya MBS tidak jauh
berbeda dengan Negara-negara maju yang terlebih dahulu
menerapkannya. Perbedaan yang mencolok ialah lambatnya
kesadaran para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia.
Bayangkan saja di banyak Negara gerakan reformasi pendidikan
model MBS ini sudah terjadi pada tahun 1970-an dan disusul banyak
Negara pada tahun 1980-an, namun di Indonesia baru dimulai 30
tahun kemudian. Hal ini tidak terlepas dari system otoriter selama
orde baru. Semua diatur dari pusat, yaitu di Jakarta baik dalam
penentuan kurikulum sekolah, anggaran pendidikan, pengangkatan
guru, metode pembelajaran, buku pelajaran, alat peraga hingga jam
sekolah maupun jenis upacara yang harus dilaksanakan di sekolah.
Selama bertahun-tahun upaya perbaikan pendidikan selalu
dilaksanakan dengan cara tambal sulam, karena belum ada upaya
yang maksimal dari birokrat pendidikan di atas sana. Dengan
demikian, dapat dirumuskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) muncul karena beberapa alasan.Pertama, terjadinya
ketimpangan kekuasaan dan kewenangan yang terlalu terpusat pada
atasan yang mengesampingkan bawahan.Kedua, kinerja pendidikan
yang tidak kunjung membaik bahkan cenderung menurun di banyak
Negara.Ketiga, adanya kesadaran para birokrat dan desakan dari para
pecinta pendidikan untuk merestrukturisasi pengelolaan pendidikan.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang mana selama ini masih
dirasa masih kurang, diantaranya dengan membuat program
progaram antara lain “aku anak sekolah” dan dana bantuan
operasional. Program tersebut diharapkan mampu menjunjung
kualitas maupun kuantitas pendidikan di Indonesia, akantetapi
karena pengelolaannya masih terpusat dan kaku, program tersebut
tidak dapat memberikan dampak positif.Dugaannya adalah masalah
manajemen yang belum sesuai.Hingga munculah suatu pemikiran
atau gagasan baru dalam pengelolaan pendidikan yang memberi
kebijakan kepada masing masing sekolah untuk mengatur dan
melaksanakan berbagai kebijakan dari pemerintah.Pemikiran inilah
yang disebut dengan manajemen berbasis sekolah (MBS).
BPPN dan Bank Dunia (1999) dalam Mulyasa, memberi
pengertian bahwa MBS merupakan bentuk alternatif sekolah dalam
program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh
otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam
kerangka kebijakan nasional. Sedangkan Depdikbud dalam ,
mengemukakan MBS adalah suatu penawaran bagi sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi
para peserta didik. Mulyasa (2002) mengemukakan Manajemen
Berbasis Sekolah adalah pradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan
masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah kebijakan pemerintah
yang diberikan masing-masing sekolah untuk mengelola dan
mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai dengan
karakteristik di daerahnya masing-masing dan keikutsertaan
masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
B.Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mendiri oleh
sekolah dengan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan
sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dalam sejarahnya, konsep manajemen berbasis sekolah
muncul pertama kali di Amerika Serikat.Saat itu, banyak masyarakat
yang memprotes tentang penyelenggaraan pendidikan yang ada pada
saat itu.Karena sistem pendidikannya dianggap kurang sesuai dengan
harapan peserta didik untuk mudah saat terjun ke dunia usaha.Selain
itu, sistem pendidikan yang ada juga dianggap kurang memberikan
hasil yang maksimal terkait kemampuan untuk bersaing di dunia
usaha secara kompetitif.Akibatnya muncullah konsep manajemen
berbasis sekolah yang merupakan wujud dari reformasi pendidikan
yang ada saat itu dengan melakukan pemberdayaan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional.(Sagala, 2004 dalam
Laili, 2011).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada bagian penjelasan pasal 51 ayat 1; “Manajemen
berbasis sekolah atau madrasah adalah bentuk otonomi manajemen
pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala
sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah atau
madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”. (Laili, 2011)
Jadi, manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk
manajemen dimana pemerintah memberikan otonomi atau tanggung
jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk dapat
merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga
di sekolah sekaligus masyarakat sekitar secara mandiri dan terbuka.

Tujuan dari penerapan manajemen berbasis sekolah : (Satory dalam


Laili, 2011)

1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan inisiatif sekolah dalam


memberdayakan dan mengelola potensi serta sumber daya yang
ada.
2. Meningkatkan partisipasi warga di sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan.
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab pihak sekolah kepada murid,
pemerintah, orang tua/wali murid, dan masyarakat sekitar
tentang kualitas sekolah.
4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah untuk
mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan.

Dalam prinsipnya, MBS ini akan mendapatkan kewenangan


dalam mengatur pengayaan kurikulum dalam berbagai bentuk.
Misalnya, dalam mata pelajaran menambahkan subpokok materi
yang dianggap perlu serta memberikan perhatian yang lebih terhadap
pengembangan minat dan bakat peserta didik.

C. Karakteristik MBS:

1. Menghasilkan output, yaitu prestasi pendidikan serta manajemen


sekolah yang efektif dan efisien.
2. Proses belajar mengajarnya berkualitas dan efektif.
3. Kepala sekolah berperan penting dalam menggerakkan,
mengoordinasikan dan menyelaraskan seluruh sumber daya
pendidikan yang tersedia.
4. Lingkungan belajar yang nyaman, tertib dan aman sehingga
manajemen sekolah lebih efektif.
5. Melakukan analisa kebutuhan sumber daya mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengembangan hingga evaluasi kerja
serta mengatur imbalan jasa agar tenaga kependidikan dan
pendidik mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
6. Keterbukaan pihak sekolah kepada publik dalam menunjukkan
hasil dari program kerja yang telah dilaksanakan.
7. Pengelolaan anggaran secara terbuka dan administrative sesuai
dengan kebutuhan riil sekolah dalam rangka meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan (Sagala dalam Laili,
2011).

MBS merupakan kebijakan yang menyerahkan kewenangan


kepada pihak sekolah dalam mengambil keputusan, tanggung jawab
dan akuntabilitas atas resiko dari keputusan yang diambil.Seluruh
pihak yang terlibat dalam manajemen berbasis sekolah haruslah
mementingkan manfaat terhadap prestasi belajar.

MBS bermakna desentralisasi yang ditujukan kepada pihak


sekolah terkait dengan penyelenggaraan kerangka kerja yang
ditetapkan oleh pusat terkait dengan kebijakan, tujuan, standar,
kurikulum dan akuntabilitas.Pemerintah menginginkan terjadi
perubahan signifikan di dalam sekolah yang dapat mengakibatkan
hasil belajar siswa menjadi meningkat di segala situasi atau
transformasi sekolah.
Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada
tingkat sekolah, maka MBS menyediakan layanan pendidikan yang
komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dimana
sekolah itu berada. Ciri-ciri (karakteristik) MBS bisa dilihat dari
sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja
organisasi sekolah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses
belajar-mengajar dan sumber daya sebagaimana digambarkan dalam
tabel berikut:
Organisasi Proses Sumber Daya Sumber
Sekolah Belajar- Manusia Daya dan
Mengajar Administra
si
 Menediakan  Meningkat  Memberdaya  Mengidenti
Manajemen/organi kan kualitas kan staf dan fikasi
sasi kepemimpinan belajar siswa menempatkan sumber
transformasional personel yang daya yang
dalam mencapai dapat melayani diperlukan
tujuan sekolah keperluan dan
siswa mengalokas
ikan sumber
daya
tersebut,
sesuai
dengan
D. Urusan-urusan Yang Menjadi Kewenangan Tanggung Jawab
Sekolah
Secara umum, pergeseran dimensi-dimensi pendidikan dari
manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah
telah diuraikan pada Butir A. Secara lebih spesifik, pertanyaannya
adalah: “Urusan-urusan apa sajakah yang perlu menjadi
kewenangan dan tanggungjawab sekolah”? Pada dasarnya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urutan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah kabupaten/Kota harus
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dengan demikian, desentralisasi urusan-urusan pendidikan harus
dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.Perlu
dicatat bahwa desentralisasi bukan berarti semua urusan di
limpahkan ke sekolah.Artinya, tidak semua urusan di
desentralisasikan sepenuhnya ke sekolah, sebagian urusan masih
merupakan kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan sebagian urusan lainnya
diserahkan ke sekolah. Berikut adalah urusan-urusan pendidikan
yang sebagian menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah,
yaitu:

1. proses belajar mengajar,


2. perencanaan dan evaluasi program sekolah,
3. pengelolaan kurikulum,
4. pengelolaan ketenagaan,
5. pengelolaan peralatan dan perlengkapan,
6. pengelolaan keuangan,
7. pelayanan siswa,
8. hubungan sekolah-masyarakat, dan pengelolaan kultur sekolah.

Penjelasan atas kewenangan dan tanggung jawab sekolah di atas


sebagai berikut:
a. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.
Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode, dan teknik-
teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik
guru, dan kondisi nyata sumberdaya yang tersedia di sekolah. Secara
umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan pengajaran yang
dipilih harus pro-perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan daya kreasi, inovasi dan eksperimentasi peserta
didik untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan
baru.Pembelajaran dan pengajaran kontekstual, pembelajaran
kuantum, pembelajaran kooperatif, adalah contoh-contoh yang
dimaksud dengan pembelajaran yang pro-perubahan.
b. Perencanaan dan Evaluasi
Sekolah diberi kewenangan untuk menyusun rencana
pengembangan sekolah (RPS) atau school-based plan sesuai dengan
kebutuhannya.Kebutuhan yang dimaksud, misalnya, kebutuhan
untuk meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi, dan efisiensi
sekolah.Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan
pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi sekolah.Berdasarkan hasil
analisis kebutuhan tersebut, kemudian sekolah membuat rencana
peningkatan pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi sekolah.
Untuk itu, sekolah harus melakukan evaluasi, khususnya
evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi internal dilakukan
oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk
mengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan.
Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri.Evaluasi diri harus
jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi
yang sebenarnya.
c. Pengelolaan Kurikulum
Saat ini telah terjadi desentralisasi sebagian pengelolaan
kurikulum dari pemerintah pusat ke sekolah melalui Permendiknas
22/2006, 23/2006, dan 24/2006.Pengelolaan kurikulum yang
dimaksud dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).Pemerintah Pusat hanya menetapkan standar dan sekolah
diharapkan mengoperasionalkan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat.Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat
beragam.Dalam kondisi seperti ini, sekolah dipersilakan memilih
cara-cara yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing.Sekolah
dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memperkuat,
memperluas, mendiversifikasi) kurikulum, namun tidak boleh
mengurangi standar isi yang telah tertuang dalam Permendiknas
22/2006. Selanjutnya sekolah berhak mengembangkan KTSP ke
dalam silabus, materi pokok pembelajaran, proses pembelajaran,
indikator kunci kinerja, sistem penilaian, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Sekolah dibolehkan memperkaya mata pelajaran yang
diajarkan, artinya, apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang
harus, yang seharusnya, dan yang dapat diajarkan. Demikian juga,
sekolah dibolehkan mendiversifikasi kurikulum, artinya, apa yang
diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras
dengan karakteristik peserta didik. Selain itu, sekolah juga diberi
kebebasan untuk mengembangkan muatan local dan pengembangan
diri.
d. Pengelolaan Ketenagaan (Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan,
perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward
and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga
kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya.)
dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut
pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang
sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.
e. Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh
sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga
pengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah
yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan,
kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat
erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar mengajar.
f. Pengelolaan Keuanagan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian/penggunaan
uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah.Hal ini juga didasari
oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami
kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengalokasian/penggunaan
uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah.Sekolah juga harus
diberi kebebasan untuk melakukan “kegiatan-kegiatan yang
mendatangkan penghasilan” (income generating activities), sehingga
sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.
g. Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,
pengembangan/ pembinaan/pembimbingan, penempatan untuk
melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, hingga
sampai pada pengurusan alumni, sebenarnya dari dahulu memang
sudah didesentralisasikan.Karena itu, yang diperlukan adalah
peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
h. Hubungan Sekolah-Masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan
dari masyarakat terutama dukungan moral dan finansial.Dalam arti
yang sebenarnya, hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah
didesentralisasikan.Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan
adalah peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-
masyarakat.
i. Pengelolaan Kultur Sekolah
Kultur sekolah (pisik dan nir-pisik) yang kondusif-akademik
merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar
yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan/ekspektasi
yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-
kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities)
adalah contoh-contoh kultur sekolah yang dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa. Kultur sekolah sudah merupakan
kewenangan dan tanggungjawab sekolah sehingga yang diperlukan
adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstentif.

E. Implementasi MBS dalam Bidang Pendidikan


Dalam penerapan MBS ini perlu diadakan pelatihan kepada
pihak-pihak yang bersangkutan mengenai dinamika dalam kelompok,
bagaimana cara dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
komunikasi antar pribadi, teknik presentasi, dan penanganan konflik.
Empat faktor penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi
MBS yaitu:
a. Kekuasaan yang dimiliiki sekolah. Besarnya kekuasaan sekolah
tergantung bagaimana MPS dapat mengimplementasikan
pemberian kekuasaan secara utuh seperti dituntut MBS tidak
mungkin dilaksanakan sekaligus, tetapi memerlukan proses
transsisi dari manajemen terpusat.
b. Pengetahuan dan ketrampilan sekolah, warga sekolah perlu
memiliki pengetahuan untuk meningkatkan prestasi, memahami
dan melaksanakan berbagai teknik, untuk itu sekolah harus
memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia
c. Sistem informasi, informasi yang jelas untuk monitoring,
evaluasi dan akuntabilitas sekolah, informasi yang amat penting
untuk dimiliki sekolah antara lain berkaitan dengan kemampuan
guru, peserta didik serta visi dan misi sekolah.
d. Sistem penghargaan., sekolah yang melaksanakan MBS perlu
menyusun sistem penghargaan bagi warganya yang berprestasi,
untuk mendorong karirnya. Oleh karena itu, sistem penghargaan
yang dikembangkan harus besifat proporsional, adil dan
transparan.

Syarat dalam penerapan MBS sebagai berikut :

1. MBS perlu mendapatkan dukungan dari seluruh staf sekolah.


2. MBS perlu diterapkan secara bertahap agar kemungkinan
berhasil lebih baik.
3. Diperlukan waktu kurang lebih 5 tahun untuk dapat menerapkan
MBS secara berhasil.
4. Kantor dinas beserta staf sekolah perlu pelatihan penerapan
MBS serta harus menyesuaikan diri dengan peran dan saluran
komunikasi yang baru.
5. Perlu disediakan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan
waktu untuk saling bertemu dengan antar staf secara teratur.
6. Pemerintah pusat dan daerah harus memberikan wewenangnya
kepada kepala sekolah kemudian selanjutnya membagikan
wewenang ini kepada guru dan orang tua atau wali murid.

Sedangkan menurut JC Tukiman Taruna (dalam Laili, 2011),


implementasi MBS secara ideal mensyaratkan sebagai berikut :

1. Peningkatan mutu manajemen sekolah yang dapat dibuktikan


melalui keuangan, transparansi, tanggung-gugat (akuntabilitas)
dan perencanaan partisipatif.
2. Peningkatan pembelajaran yang dilakukan melalui PAKEM
(Pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan).
3. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui intensitas
kepedulian masyarakat terhadap sekolah.

Ilustrasi Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas di dalam Good


Goverence MBS. Partisipasi adalah kemampuan warga langsung dan
tidak langsung untuk mengerti dan bersuara atau mempengaruhi
proses pengambilan keputusan (politis). Partisipasi mulai dari tingkat
rendah (a) berbagi informasi, (b) konsultasi, lalu ketingkat yg lebih
tinggi, (c) kolaborasi berbagai peran dalam pengambilan keputusan
dan sumberdaya, dan (d) pemberdayaan memberikan wewenang
untuk pengambilan keputusan dan sumberdaya.

Transparansi adalah kemampuan rakyat/warga untuk (a)


memperoleh dan mengerti informasi tentang pelayanan SD/MI,
proses penyusunan anggaran dan penetapan keputusan biaya; dan (b)
memantau atau mengidentifikasikan secara tepat siapa sebenarnya
pembuat keputusan serta apa peran mereka dalam pengambilan
keputusan.

Akuntabilitas berarti kewajiban pembuat keputusan untuk (a)


tanggap atas warga perihal kebutuhan mereka; dan (b) kemampuan
warga untuk meminta pertanggungjawaban pembuat kebijakan atas
janji mereka.
Contoh dari MBS sendiri yaitu adanya beberapa bantuan yang
diberikan oleh lembaga bantuan Australia (AusAID), sehingga pada
tahun 2004 program tersebut telah berkembang ke 40 kabupaten di 9
propinsi dengan 1479 SD/MI. Replikasi program juga telah
dilaksanakan oleh pemerintah pusat (Depdiknas) di 30 propinsi di
Indonesia di bawah lambang “MBS”. Juga, USAID – lembaga
bantuan dari pemerintah Amerika Serikat juga telah
mengembangkan program MBS sejenis di Jawa Timur dan Jawa
Tengah yaitu Managing Basic Education (MBE), serta pada tahun
2004 model MBS juga dilaksanakan di tiga kabupaten Jawa Timur
dengan dukungan Indonesia – Australia Partnership in Basic
Education (IAPBE). Mulai tahun 2005, USAID juga memberikan
bantuan untuk model MBS ini di 7 propinsi di Indonesia melalui
program Decentralized Basic Education (DBE).

F. Dampak Penerapan MBS

Penerapan MBS secara spesifik diintifikasi oleh Gunawan, 2010


(dalam Laili, 2011) :

1. Memberikan peluang kepada tenaga pendidik dan kependidikan


yang kompeten untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan
dalam peningkatan pembelajaran.
2. Memberi peluang kepada seluruh pihak dalam sekolah untuk
ikut andil dalam pengambilan keputusan yang penting.
3. Memunculkan kreativitas dalam merencanakan program
pembelajaran.
4. Memberdayakan kembali sumber daya pendidikan yang ada
dalam mendukung tujuan yang dikembangkan sekolah.
5. Membuat rencana anggaran yang realistik sesuai kebutuhan
karena harus bersifat terbuka dan memenuhi tanggung jawab
penggunaan biaya sekolah.
6. Meningkatkan motivasi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam mengembangkan keahlian manajemen dan
kepemimpinanya.
MBS menyebabkan kepala dinas, pejabat atau staf pusat serta
jajarannya berperan sebagai fasilitator pengambilan keputusan di
sekolah. Pemerintah pusat hanya berperan dalam menetapkan
standar pendidikan nasional yang mencakup standar fasilitas, standar
kompetensi, standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dan
sebagainya.

Dalam menerapkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah, hal ini


disesuaikan dengan keadaan di daerahnya.Standar tersebut
diterapkan dengan mempertimbangkan ciri khas dan potensi dari
wilayah tersebut sehingga pemerintah tidak mengekang kreativitas
dan inovasi dari setiap sekolah.

Dalam kebanyakan model MBS, setiap sekolah akan mendapatkan


anggaran pendidikan sejumlah tertentu yang masuk akal sesuai
kebutuhan yang diperlukan. Kebutuhan ini berupa pelaksanaan
supervisi pendidikan di daerahnya misalnya biaya transportasi,
administrasi.Alokasi anggaran yang diberikan ke setiap sekolah
dipertimbangkan berdasarkan jumlah dan jenis murid di setiap
sekolah.

Hambatan dalam penerapan MBS :

1. Kurang berminat untuk ikut terlibat dalam pengelolaan MBS

Beberapa orang tidak menginginkan tugas tambahan diluar tugas


pekerjaan yang telah mereka lakukan. Karena sebagian orang
beranggapan dengan adanya penerapan MBS maka hanya akan
menambah beban. Pihak sekolah menjadi lebih banyak
menggunakan watunya untuk mengatur perencanaan dan
anggaran.Akibatnya pihak sekolah kurang memiliki waktu untuk
memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Serta tidak
semua guru mau untuk ikut andil dalam proses penyusunan anggaran.

2. Tidak efisien
Pengambilan keputusan dalam sistem kerja MBS dilakukan secara
partisipatif sehingga menimbulkan frustasi dan kebanyakan
memakan waktu yang lebih lamban jika dibandingkan dengan cara
yang sentralis.

3. Memerlukan pelatihan khusus

Pihak pihak sekolah yang ikut andil dalam MBS sebagian ternyata
belum berpengalaman dalam menerapkan model MBS
ini.Kebanyakan pihak yang ikut andil ternyata tidak memiliki
keahlian dan kemampuan terkait hakikat MBS yang sebenarnya serta
bagaimana pengelolaannya.

4. Kebingungan terhadap peran dan tanggung jawab baru dalam


MBS

Pihak sekolah yang selama ini belum menggunakan model MBS,


akan terkejut an kebingungan dengan sistem dalam MBS. Hal ini
dapat menimbulkan keraguan dalam memikul tangung jawab
pengambilan keputusan.Sehingga, penerapan MBS dapat mengubah
peran serta tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Kesulitan koordinasi

Sistem kerja MBS yang partisipatif mengharuskan adanya koordinasi


yang efisien dan efektif. Maka dibutuhkan koordinasi antar pihak
yang berkepentingan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
masing-masing. Dua hal yang penting adalah pelatihan atau trainee
tentang apa itu MBS serta penjelasan peran dan tanggung jawab
serta hasil yang dibutuhkan semua pihak yang berkepentingan.

6. Kepala sekolah kurang memahami penerapan MBS

Hal ini disebabkan karena kepala sekolah sudah terbiasa dengan pola
manajemen lama yang terasa sentralistis. Selain itu, tenaga pendidik
kurang memahami bagaimana menyelaraskan antara MBS dengan
proses pembelajaran di sekolah. Terdapat juga kepala sekolah yang
hanya sebatas membentuk komite sekolah tetapi dalam
pengelolaannya masih dimonopoli oleh kepala sekolah.

Solusi Pemecahan dalam rangka pencapaian implementasi MBS :

1. Meningkatkan mutu SDM dan profesionalitas kepala sekolah,


guru, dan pengawas dengan cara melibatkan stakeholder
dalam berbagai pelatihan di sekolah.
2. Mengadakan penyuluhan tentang kondisi tingkat pendidikan
orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam
membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam
mendorong anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah. Faktor ini sangat membantu
efektifitas implementasi MBS terutama bagi sekolah yang
kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative belum siap
memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan
pendidikan. alokasi dana pemerintah dan pemberian
kewenangan dalam pengelolaan sekolah.
4. Mendorong siswa untuk lebih meningkatkan cara belajarnya
agar menjadi cara belajar yang efektif dan efisien.
5. Mempersiapkan instrumen pengukuran pencapaian kinerja
baik terhadap proses maupun hasil dengan indikator yang
transparan sehingga semua pihak memahami betul ukuran
keberhasilan yang disepakati.
6. Melaksanakan pertemuan mengembangakan rencana
kegiatan, evaluasi kegiatan, dan evaluasi hasil.
7. Menyusun pertanggung jawaban program secara transparan
dan akuntabel.

G. Kegiatan yang Dilakukan Saat Perkuliahan MBS

Dalam kegiatan perkuliahan membahas mengenai urgensi


manajemen sumber daya yang diterapkan dalam dunia pendidikan,
dimana pihak sekolah berperan penuh dalam mengelola sekolah.
Upaya pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas di antaranya:
1. Kualitas pembelajaran
2. Kualitas tersedinya perangkat pembelajaran guru
3. Kualitas ekstrakulikuler olahraga dan kesenian
4. Kualitas ekstrakulikuler mata pelajaran
5. Kualitas ekstrakulikuler kerohanian siswa
6. Kualitas penataan taman dan kantin sekolah
7. Kualitas layanan perpustakaan
8. Kualitas layanan praktikum di laboratorium
9. Kualitas penataan dan pencahayaan serta keapikan
ruang kelas
10. Kualitas peningkatan kemampuan professional guru,
dan
11. Kualitas peningkatan kemampuan pendagogik guru

Kepala sekolah sangat berperan penting dalam memajukan


sekolah.bagus,baik,indah dan bersihnya sekolah bergantung pada
kepala sekolah bagaimana memanajemen sekolah menjadi
berkualitas. Biasanya jika kepala sekolahnya wanita maka sekolah
akan cantik dan indah karena banyak tanaman atau membuat taman
di sekolah. sebaliknya, jika kepala sekolahnya laki-laki maka
sekolah biasanya akan lebih disiplin dan terstruktur. Kemajuan
sekolah bisa dilihat dari berbagai hal dan akan terlihat dari akreditasi
sekolah. Akreditasi bisa dijadikan sebagai tolak ukur kita dalam
melihat kualitas sekolah. Penerapam Manajemen Berbasis Sekolah
dilakukan pihak sekolah dengan baik dan benar dalam
mengalokasikan berapa banyak ruangan kelas yang dibutuhkan,
pembuatan taman, mushola, laboratorium, lapanngan untuk
olahraga,kantin, toilet,dan perpustakaan dan lain-lain. Dimana setiap
ruangan yang akan di bangun harus di jaga & di manfaatkan dengan
maksimal. Dengan pemanfaatan yang maksimal maka akan
meningkatkan prestasi murid.

DAFTAR PUSTAKA
1. WordPress.2016.(https://www.google.com/search?&q=https%3
A%2F%2Fraflengerungan.wordprewo.com%2Fkorupsidanpendi
dikan%2Fkonsep%25E2%2580%259Cotonomipendidika n
%25E2%2580%259Ddan%25E2%2580%259Cdesentralisasipen
didikan%25E2%2580% 259D%2F),(Online), diakses 04
oktober 2016
2. Wikipedia. 2016.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah), (Online),
diakses 04 oktober 2016.
3. Dewasastra. 2012.
(https://dewasastra.wordpress.com/2012/03/27/desentralisasi-
pendidikan/), (Online), diakses 04 oktober 2016
4. Ucon, Izza. 2014.
(http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/implementasi-
manajemen-berbasis- sekolah_4.html), (Online), diakses
14 November 2016
5. Aprilia, Raden Ajeng. 2014.
(http://radenajengaprilia.blogspot.co.id/2014/04/makalah-
implementasi-manajemen-berbasis.html), (Online), diakses 14
November 2016
6. https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-
manajemen-berbasis-sekolah-mbs/
7. A. Malik Fadjar, Kata Pengantar dalam dalam Ibtisam Abu
Duhou, School-Base Management, Penerjemah Noryamin Aini,
dkk, h. Xvii
8. Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah, (Jakarta: Quantum Teaching, 2006).
9. Candoli, Site-Based Management in Education: How to Make It
Work in Your School, (Lancaster: Technomic Publishing Co,
1995).
10. Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (ed) Reformasi Pendidikan Dalam
Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001).
11. http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/12/latar-belakang-
munculnya-mbs/ diakses pada tanggal 15 Oktober 2012.
12. Ibtisam Abu Duhou, School-Based Management, Penerjemah
Noryamin Aini, dkk, (Jakarta: Logos, 2002).
13. Yusufhadi Miarso. “Perubahan Paradigma Pendidikan Peran
Tekhnologi Pendidikan dalam Penyampaian Misi dan Informasi
Pendidikan”, dalam Menyemai Benih Tekhnologi Pendidikan.
14. http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.com/2
014/10/makalah-manajemen-berbasis-sekolah.html
BAB VI
ADMINISTRASI SEKOLAH
ADMINISTRASI KETATAUSAHAAN DI SEKOLAH

6.1 PENDAHULUAN

Administrasi mengandung artian yang dimaksud ketatau


sahaan yang diartikan sebagai kegitan penyusunan keterangan
keterang secara sistematis dan pencatatan secara tertulis semua
kegiatan yang diperlukan dengan maksud untuk memperoleh suatu
iktisar mengenai keterangan- keterangan itu dalam keseluruhannya
dan dalam hubungannya satu sama lainnya. Dengan demikian,
administrasi merupakan kegitan tulis menulis, mengirim,
danmenyimpan keterangan. Administrasi di gunakan dalam berbagi
jenis kegitan, seperti perusahaan, organisasi, sekolah, dan
administrasi lainnya. Dalam sebuah sekolah penggunaan
administrasi senidiri digunakan dalam merencanakan, mengatur
(mengurus), melaksanakan dan mengendalikan semua urusan
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Dalam hal ini administrasi sekolah melingkupi administrasi
dan kegitan tatausaha yang menjadi administrasi ketatausahaan
sekolah.

6.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya administrasi sekolah 8 jenis


standar administrasi sekolah serta apa yang dibutuhkan dan ruang
lingkup administrasi ketatausahaan sekolah

6.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membedakan antara administrasi sekolah
dan administrasi ketatausahaan di sekolah
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan administrasi sekolah dan
administrasi ketatausahaan sekolah
3. Mahasiswa dapat mengetahu 8 jenis standar administrasi
sekolah, proses administrasi ketatausahaan, 3 pokok kegitan
ketatausahaan
A. Administrasi Sekolah

Administrasi sekolah adalah suatu proses keseluruhan


kegiatan yang berupa merencanakan, mengatur (mengurus),
melaksanakan dan mengendalikan semua urusan sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Administrasi sekolah merupakan suatu proses pemanfaatan segala
sumber (potensi) yang ada di sekolah baik personil (Kepala
Sekolah dan stafnya serta guru-guru dan karyawan sekolah
lainnya) maupun material (kurikulum, alat/media) dan fasilitas
(sarana dan prasarana) serta dana yang ada di sekolah secara
efektif.
Penataan administrasi bagi sekolah menjadi begitu
penting sebagai sumber data utama manajemen sekolah dalam
mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga
tercapainya tujuan sekolah.
Secara lebih spesifik, administrasi sekolah berfungsi :
1. Memberi arah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
2. Memberikan umpan balik bagi perbaikan proses dan hasil
pendidikan di sekolah
3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan administrasi sekolah
4. Menunjang tercapainya tujuan/program sekolah secara efektif
dan efisien

Saat ini penataan administrasi sekolah lebih mengacu


pada 8 Standar Nasional Pendidikan. Akan tetapi yang sering
timbul di lapangan, kita terkadang bingung mengenai jenis-jenis
administrasi yang mengacu kepada 8 standar tersebut. Oleh
karena itu berikut ini kami sajikan beberapa contoh jenis
administrasi yang sesuai dengan 8 standar nasional pendidikan
tersebut.

1. Administrasi Standar Isi:

1. Dokumen KTSP (Buku 1, 2, 3)


2. Dokumen Penyusunan Kurikulum (termasuk kurikulum
mulok)
3. SK Tim Pengembang Kurikulum
4. Dokumen Penetapan KKM
5. Kumpulan acuan/referensi/peraturan
6. Program dan laporan pengembangan diri (BK,
Ekstrakurikuler)
7. Kalender Pendidikan
8. Pemetaan SK – KD – Indikator
9. Program PT dan KMTT semua mapel
10. dll.

2. Administrasi Standar Proses:

Administrasi Guru (silabus, program tahunan, program semester,


rincian minggu/hari efektif, RPP, jadwal mengajar, dokumen
penilaian, lembar penilaian sikap, program & pelaksanaan
remedial dan pengayaan, analisis penilaian, daya serap, agenda
guru, dll.)
Daftar buku teks, panduan guru, referensi
Program dan pelaksanaan supervisi, serta tindak lanjut
Buku kemajuan kelas
Dll.

3. Administrasi Standar Kompetensi Lulusan:

1. Dokumen hasil tugas-tugas terstruktur


2. Dokumen / kumpulan karya siswa:
- Kliping
- laporan kegiatan
- laporan diskusi
- foto – foto kegiatan, dll.
- Dokumen Prestasi

4. Administrasi Standar Pendidik dan tenaga Kependidikan:

1. File PTK
2. Buku induk pegawai
3. Kumpulan SK pembagian tugas dan uraian tugas
4. Presensi PTK dan rekapitulasinya
5. Notulen rapat-rapat
6. Program dan laporan pelaksanaan pengelolaan
perpustakaan
7. Program dan laporan pelaksanaan pengelolaan laboratorium
8. Dokumen Keikutsertaan PTK dalam forum ilmiah
9. Dokumen kewirausahaan
10. Buku Pembinaan dan penanganan kasus
11. Dokumen Program, pelaksanaan, dan hasil PKB
12. Daftar Nominatif pegawai
13. DUPAK
14. SKP / PKP/DP-3
15. Laporan hasil PKG
16. DUK
17. Buku cuti PNS
18. Dokumen penerimaan gaji
19. Daftar tunggu pensiun
20. Data Statistik Kepegawaian
21. Dll

5. Adminidtasi Standar Sarana dan Prasarana:

1. Dokumen analisis luas lahan dan bangunan


2. Dokumen analisis kebutuhan sarana prasarana
3. Dokumen master plan/peta sekolah, foto–foto sarana
prasarana
4. Dokumen kepemilikan lahan
5. Dokumen IMB/peruntukan bangunan
6. Dokumen kepemilikan daya listrik
7. Dokumen program dan pelaksanaan pemeliharaan sarana
dan prasarana
8. Buku teks / BSE/Buku guru/Buku siswa
9. Dokumen administrasi inventaris laboratorium
10. Dokumen administrasi inventaris perpustakaan
11. Buku inventaris sekolah
12. Daftar inventaris tiap ruang (KIR)
13. Administrasi perlengkapan/barang :
- Buku penerimaan barang
- Buku pengeluaran barang
- Buku pemeriksaan perlengkapan/barang
- Kartu pemeliharaan barang
- Dokumen penghapusan barang
- Dokumen usulan pengadaan barang

6. Administrasi Standar Pengelolaan:

1. Dokumen penetapan visi, misi sekolah


2. Dokumen RKJM/RKS, RKT/RKAS, RAPBS
3. Dokumen KTSP, Kalender Pendidikan, Struktur Organisasi,
program pengembangan SDM, peraturan akademik.
4. Dokumen evaluasi pelaksanaan program dan tindak lanjut
5. Dokumen administrasi kesiswaan :
- dokumen PPDB/MOPD
- dokumen Pelaksanaan pengembangan diri/konseling
- daftar dan rekapitulasi prestasi siswa
- buku induk siswa
- Data base sekolah
- Buku klaper
- Data keadaan siswa
- Dokumen rekapitulasi presensi siswa
- Buku mutasi siswa
- Data statistik kesiswaan
- Daftar Nominatif Peserta UN
6. Dokumen pendayagunaan PTK (Pembagian tugas, dokumen
sistem penghargaan, pengembangan profesi, mutasi dan
promosi)
7. Dokumen sarana prasarana (perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, inventarisasi)
8. Dokumen hasil supervisi dan tindak lanjut
9. Dokumen evaluasi kinerja guru dan karyawan
10. Dokumen akreditasi sekolah
11. Dokumen pemilihan wakil kepala sekolah
12. Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIM)
13. Dokumentasi administrasi persuratan/ perkantoran
- Buku agenda
- Buku ekspedisi
- Kartu kendali dan lembar disposisi
- Arsip surat masuk dan surat keluar
- Kumpulan peraturan

7. Administrasi Standar Pembiayaan :

1. Dokumen investasi sarana prasarana


2. Dokumen Program dan realisasi (pengembangan PTK, gaji,
kesiswaan, ATK, penggandaan, biaya daya dan jasa, biaya
operasional tidak langsung, dll.)
3. Dokumen pedoman pengelolaan sekolah
4. Dokumen penerimaan beasiswa
5. Dokumen pembukuan keuangan:
- BKU
- Buku kas pembantu
- Buku pembantu pajak
- Buku laporan keuangan (APBN, APBD, dll.)
- Dokumen pemeriksaan atasan langsung

8. Administrasi Standar Penilaian:

1. Dokumen rancangan dan kriteria penilaian


2. Dokumen pengembangan instrumen penilaian
3. Dokumen penilaian sesuai IPK
4. Dokumen analisis hasil evaluasi/KKM dan daya serap
5. Dokumen hasil remedial dan pengayaan
6. Buku legger nilai
7. Buku Raport/laporan Pencapaian Kompetensi Peserta Didik
8. Dokumen penilaian sikap dan kepribadian
9. Dokumen pelaporan ulangan, UTS, kenaikan kelas, UAS,
UN
10. Dokumen fotokopi SKHUN, ijazah, dan penyerahannya

9. Administrasi Budaya dan Lingkungan Sekolah:

1. Standard Operating Procedure (SOP)


2. Tata Tertib Pendidik, Tenaga Kependidik, Peserta Didik
3. Tata Tertib penggunaan sarana prasarana/fasilitas sekolah
4. Petunjuk, peringatan dan larangan , sangsi berperilaku di
sekolah
5. Kode etik sekolah
6. Buku tamu
7. Program dan pelaksanaan 7K

10. Administrasi Peran serta Masyarakat dan Kemitraan


Sekolah :

1. Dokumen keterlibatan warga dan masyarakat dalam


pengelolaan sekolah:
- notulen rapat,
- daftar hadir,
- foto-foto kegiatan, dll.
2. Dokumen kemitraan dengan lembaga yang relevan (MoU)

B. Administrasi ketatausahaan
Menurut The Liang Gie (1998:16) merumuskan
pengertian tata usaha adalah“segenap rangkaian aktifitas
menghimpun, mencatat, mengolah, mengganda, mengirim dan
menyimpan keterangan-keteranganyang diperlukan dalam setiap
organisasi.”Dalam buku dasar-dasar administrasi yang disusun
oleh staf pengajar FIP IKIP padang( 1986:61) mengemukakan
bahwa“ administrasi ketata usahaan meliputi segenap kegiatan
mulai dari pembuatan, pengelolaan, penataan, sampai dengan
penyimpanan semua bahan yang diperlukan oleh sekolah”.
Menurut The Liang Gie ketata usahaan meliputi:
1. Menghimpun yaitu kegiatan mencari dan mengusahakan
tersedianya segala keterangan yang tadinya belum ada atau
berserakan di mana-mana sehingga siap dipergunakan
bilamana diperlukan.
2. Mencatat yaitu melipuri kegiatan membubuhkan dengan
berbagai alat tulis-menulis mengenai keterangan-keterangan
yang diperlukan sehingga terwujudlah tulisan-tulisan yang
dapat dibaca, dikirim atau disimpan.
3. Mengolah yaitu bermacam-macam kegiatan mengerjakan
keterangan-keterangan dengan maksud menyajikan dalam
bentuk yang lebih berguna atau lebih jelas untuk dipakai.
4. Menggandakan yaitu kegiatan memperbanyak dengan
berbagai cara dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan.
5. Mengirim yaitu kegiatan menyampaikan dengan berbagai
cara dan alat dari pihak pertama ke pihak lain.
6. Menyimpan yaitu kegiatan menaruh dengan berbagai cara
dan alat di tempat tertentu yang aman.
Ada tiga peranan pokok kegiatan ketatausahaan, yaitu:
1. Melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk
mencapai tujuan organisasi
2. Menyediakan keterangan-keterangan
3. Membantu kelancaran perkembangan
Proses administrasi ketatausahaan
1. Persuratan/penataan surat
Tata cara persuratan di lingkungan departeman pendidikan
dan kebudayaan di atur dalam keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan (kepmen dikbud) republic
Indonesia nomor 091/U1995 tanggal 25 April 1995 tentang
pedoman tata persuratan dan kearsipan dan kearsipan di
lingkungan depertemen pendidikan dan kebudayaan.
Menurut kepmen dikbud nomor 091/U1995 surat adalah
suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk
menyampaiakan informasi tertulis oleh satu pihak kepada
pihak lain.
2. Kearsipan/penataan arsip
Berikut ini hal yang berkaitan dengan penataan arsip yaitu:
a. Azas penataan arsip. Azasnya yaitu azas sentralisasi,
desentralisasi dan gabungan. Sentralisasi adalah azas
penataan arsip yang dipusatkan pada satu unit.
Desentralisasi adalah azas penataan arsip pada unit-unit
dalam organisasi. Dan gabungan adalah gabungan antara
azas sentralissasi dan azas desentralisasi.
b. Sistem penataan arsip
- Berdasarkan masalah
- Berdasarkan abjad
- Berdasarkan tanggal
- Berdasarkan nomor
- Berdasarkan wilayah

c. Prosedur penataan arsip


- Meneliti arsip yang akan disimpan
- Mengelompokkan arsip
- Meneliti kesesuaian lampiran
- Mengklasifikasikan arsip
- Mengindeks arsip dengan cara memberi ciri khas atau
tanda suatu arsip
- Menyusun arsip sesuai dengan sistem penyimpanan
menurut pola
3. Tata Ruang Kantor /Sekolah
a. Pedoman letak
Kantor sebagai tempat diselenggarakannya pekerjaan tata
usaha didalamnya terdapat pegawai, perabot kantor,
mesin kantor, dan alat-alat kantor. Karena kantor
berfungsi sebagai tempat diselenggarakannya aktifitas
kantor, maka penataan yang dilakukan harus
diperhatikan untuk kelancaran proses aktifitas kantor
yang dilakukan.
b. Asas Tata Ruang Kantor
Asas Jarak Terpendek
Proses tata ruang yang baik memungkinkan penyelesaian
sesuatu pekerjaan kantor menempuh jarak sependek-
pendeknya. Yakni dua titik yang dihubungkan dengan
garis lurus , dalam hal ini titik diartikan meja tugas
pegawai dan titik yang satunya meja tugas pegawai
lainya.
Asas Segenap Ruangan
Tata ruang kantor yang baik mempergunakan
semaksimal mungkin ruangan yang ada, sehingga tidak
ada ruangan yang dibiarkan tidak terpakai
Asas Perubahan Susunan Tempat Kerja
Penyusunan tata ruang kantor yang baik memungkinkan
diadakannya perubahan dengan mudah atau disusun
kembali tanpa banyak menelan biaya, waktu, dan proses
pekerjaan yang sedang berjalan. Jadi tata ruang kantor
bersifat fleksibel dan tidak bersifat permanen.
Lingkungan Fisik
Lembaga pendidikan hendaknya memperhatikan
lingkungan fisik dalam kantor. Kenyamanan dan
keamanan dalam bekerja dapat menghemat pengeluaran
dan tenaga, sebab pegawai menjadi lebih energik dan
sehat, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
pikiran mereka untuk menciptakan ide/gagasan inovasi
baru untuk kemajuan lembaga.

4. Peran Guru Dalam Administrasi Ketatausahaan


Guru harus berperan atau terlibat dalan
administrasi sekolah, terutama berkaitan dengan tata usaha
sekolah, seperti hal-hal berikut:
a. Merencanakan penggunaan ruang-ruang di sekolah
b. Merumuskan kebijakan tentang pembagian tugas
mengajar guru-guru
c. Menyelidiki buku-buku sumber bagi guru dan buku-buku
pelajaran bagi murid-murid.
d. Berperan dalam hal surat-menyurat di lingkungan
sekolah
e. Berperan sebagai Penerima, Penyortir, Pencatat,
Pengarah, Pengolah, Peñata arsip pada proses surat
menyurat
Daftar Pustaka
1. http://www.al-maududy.com/2016/01/jenis-jenis-administrasi-
sekolah.html
2. Umaedi, Dkk. 2008. Managemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka.
3. B. Suryosubroto. 2004. Management Pendidikan di
Sekolah.Jakarta: RinekaCipta.
4. Burhanudin, Yusak. 2005. AdministrasiPendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
5. Daryanto. 2008. Administrasi pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
6. Soetjipto. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
BAB VII
ADMINISTRASI GURU MATA PELAJARAN

7.1 PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan SDM
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu
faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai
posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan
perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik
dalam segi jumlah maupun mutunya. Pengembangan profesional
guru harus diakui sebagai suatu hal yang sangat fundamental dan
penting guna meningkatkan mutu pendidikan.
Perkembangan profesional adalah proses dimana guru dan
kepala sekolah belajar meningkatkan dan menggunakan pengetahuan,
ketrampilan dan nilai secara tepat. Guru mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjadikan anak didik memiliki akhlak mulia
dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan.
Pada kenyataan di lapangan ternyata sebagian anak didik tidaksesuai
dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu guru yang disediakan
oleh pemerintah untuk mengajar pada sekolah umum memiliki
profesionalitas kinerja mengajar yang baik dalam pengabdiannya
untuk mengarahkan anak didik kepada yang lebih baik. Salah satu
yang diharapkan agar profesionalisme dan kinerja mengajar dimiliki
oleh guru yang mengajar pada sekolah umum, terdapatnya tempat
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) termasuk di dalamnya
musyawarah guru per mata pelajaran yang mempunyai tujuan sepertI
yang dikemukakan oleh Mulyasa (2006:236) bahwa administrasi
guru mata pelajaran merupakan organisasi atau wadah yang dapat
meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.

Melalui kegiatan administrasi guru , para guru akan mampu


meningkatkankemampuannya dalam prosespembelajaran. Segala
bentuk kesulitan yang dihadapi di lapangan akan mudah mencari
solusinya dari guru dan para pengawas. Seperti yang dikemukakan
oleh Surya (2000:4) bahwa: Dalam melaksanakan fungsinya, guru
tidak berbuat sendirian akan tetapi harus berinteraksi dengan guru
lainyang terkait melalui suasana kemitraan yang bersifat sistematik,
sinergik dan simbiotik. Demikian pula antar disiplin ilmu seharusnya
saling berinteraksi dan bekerjasama dalam menghadapi berbagai
masalah yang muncul. Pendekatan interdisipliner dalam bentuk tim
kerja merupakan suatu yang mutlak dan harus dijadikan landasan
dalam kinerja guru. Namun demikian, kenyataan yang ditemui di
lapangan ialahbahwa kiprah pengadministrasian khususnya
administrasi guru tingkat SMA secara umum belum berjalan secara
optimal sebagaimana yang diharapkan.
Bahkan di beberapa tempat khususnya pada tingkat
Kabupaten/Kota dan Provinsi hai ini tidak berjalan sama sekali.
Kenyataan ini dimungkinkan diakibatkan oleh adanya hambatan
kordinasi antara administrasi guru tingkat SMA atau guru mata
pelajaran itu sendiri dan kurang dukungan dari penentu kebijakan
baik pada tingkat sekolah (Kepala Sekolah), Kabupaten/Kota,
Propinsi bahkan sampai tingkat pusat. Oleh karena itu dalam rangka
mengoptimalkan kembali peranan administrasi guru tingkat SMA
sebagai wadah kordinasi antara guru matapelajaran di sekolah,
program yang menunjang pengurus administrasi gurutingkat SMA
menjadi sangat penting.
7.2 LINGKUP BAHASAN
Peranan pengadministrasian guru antara Lain:
Mengakomodir aspirasi dari oleh dan untuk anggota;
Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stakeholders dan siswa;
Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam
proses pembelajaran; dan d) Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam
menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.
Adapun Fungsi administrasi guru menurut Mangkoesapoetra(2004:3)
adalah:
Menyusun program jangkapendek, jangka menengah dan jangka
panjang serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin;
Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan pengadministrasian
guru yang diadakan pihak sekolah atau pun dinas secara rutin; dan
Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengujian/evaluasi pembelajaran di
kelas. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pertemuan
dalampeng administrasian guru menurut pedoman administrasi guru
matapelajaran (2004:5) antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman kurikulum;
2. Mengembangkan silabus dan sistem penilaian;
3. Mengembangkan dan merancang bahan ajar;
4. Meningkatkan pemahaman tentang pendidikan berbasis luas
(Broad based education) dan pendidikan berorientasi
kecakapan hidup(life skill); Mengembangkan model
pembelajaran efektif;
5. Mengembangkan dan melaksanakan analisis sarana
pembelajaran;
6. Mengembangkan dan melaksanakan pembuatan alat
pembelajaran sederhana;
7. Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran
berbasis komputer, dan
8. Mengembangkan media dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
7.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu pendidik/guru dalam
ranah pendidikan
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tugas dan peran guru mata
pelajaran
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan perangkat
administrasi guru?
A. Perangkat Administrasi Guru

Nomor Jenis Perangkat Administrasi Guru


A. Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Silabus
2. Kalender Pendidikan
3. Program Tahunan
4. Program Semester
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
6. Rencana Pelaksanaan Harian
7. Buku Pelaksanaan Harian
8. Absensi Kehadiran Siswa
9. Catatan Hambatan Belajar Siswa
10. Daftar Buku Pegangan Guru
11. Kegiatan Penilaian
12. Analisis KKM
13. Kisi-kisi Soal
14. Soal-soal Ulangan
15. Buku Informasi Penilaian
16. Analisis Butir Soal
17. Analisis Hasil Ulangan
18. Program/Pelaksanaan Perbaikan
19. Program/Pelaksanaan Pengayaan
20. Daftar Pengembalian Hasil Ulangan
21. Buku Ulangan Bergilir
22. Daftar Nilai
23. Laporan Penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian Siswa
24. Buku Tugas Terstruktur
25. Buku Tugas Mandiri
B. Perangkat Tambahan Pembelajaran
1. SK Pembagian Tugas
2. Mengisi Buku Kemajuan Kelas
3. Jadwal Mengajar

B. Pengertian Pendidik/Guru
Dalam UU No. 20 thn 2003 BAB XI Pendidik dan tenaga
kependidikan pasal 39 ayat 2 mengatakan bahwa
“pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi.” Sedangkan di indonesia
pendidik lebih biasa di sebut dengan guru.
Jika yang di maksud pendidik adalah guru. maka administrasi yang
dimaksud disini adalah perangkat pembelajaran Undang-undang
Guru dan Dosen (UUGD) merupakan suatu ketetapan politik bahwa
pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak mendapatkan hak-
hak sekaligus kewajiban profesional.Dengan itu diharapkan,
pendidik dapat mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat
hidup layak dari profesi tersebut. Dalam UUGD ditentukan bahwa
seorang:
Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik sebagai agen pembelajaran.
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program
sarjana (S1) atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan
tugasnya sebagai guru untuk guru dan S-2 untuk dosen.
Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial.
Kompetensi Pedagogik. Adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensiyang dimilikinya.
KompetensiKepribadian. Adalah kepribadian pendidik yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
KompetensiSosial. Adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan,orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.
KompetensiProfesional. Adalah kemampuan pendidik dalam
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh
kompetensi yang ditetapkan.Secara konseptual yang dimaksud
kinerja mengajar guru menurut Hamzah (2008:93) adalah merupakan
gambaran hasil kerja yang dilakukan guru terkait dengan tugas apa
yang diembannya dan merupakan tanggung jawabnya. Dalam hal ini
tugas-tugas rutin sebagai seorang guru adalah mengadakan
perencanaan, pengelolaan, atas tugas-tugas pembelajaran serta
melaksanakan pembelajaran.. Apa saja yang harus disiapkan oleh
guru berkaitan perangkat atau administrasi pembelajaranya itu
sebagai berikut:
Berikut adalah personil pendidik dan tenaga kependidikan:
1) Tenaga pendidik: Guru, Dosen, Ustadz ( guru mata pelajaran,
guru kelas, guru BP)
2) Tenaga fungsional kependidikan: Pustakawan, Laboran
3) Tenaga teknis kependidikan: non funsional
4) Tenaga pengelola satuan pendidikan: Kepsek atau wakasek
5) Tenaga administratif: TU, satpam, tukang parkir.
B. Pangkat dan jabatan guru
Daftar konduite merupakan salah satu lampiran untuk kenaikan
pangkat atau jabatan. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS):
1. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan CPNS di
lingkungannya. Dapat mendelegasikan wewenangnya atau
memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.
2. Pejabat Pembina Kepegawaian Pembina Provinsi Atau
Kabupaten atau Kota menetapkan pengangkatan CPNS dan
PNS daerah bagi CPNS daerah. Berikut adalah pangkat dan
jabatan guru:

a. III/a : Penata Muda, Jabatan: : Guru Madya


b. III/b : Penata Muda Tk. I, Jabatan: Guru Madya Tk. I
c. III/c : Penata, Jabatan: Guru Dewasa
d. III/d : Penata Tk. I, Jabatan: Guru Dewasa Tk. I
e. IV/a : Pembina, Jabatan: Guru Pembina
f. IV/b : Pembina Tk. I, Jabatan: Guru Pembina Tk. I
g. IV/c : Pembina Utama Muda, Jabatan: Guru Utama Muda
h. IV/d : Pembina Utama Madya, Jabatan: Guru Utama Madya
i. IV/e : Pembina Utama, Jabatan: Guru Utama

C. Prospek Gaji Guru dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Dalam menjalankan tugasnya, guru memerlukan rasa aman secara
psikologis melalui kepastian karier dan insentif sebagai imbalan atas
pekerjaannya. Jaminan ini harus ada, meskipun negara dalam
keadaan krisis. Sehubungan dengan itu dalam rangka otonomi daerah
dan desentralisasi pendidikan, perlu diindetifikasi urusan-urusan
yang harus ditangani oleh pusat dan yang dilimpahkan ke daerah.
Hal ini perlu dilakukan secara bertahap dan seselektif mungkin
dengan mempertimbangkan secara arif kepentingan-kepentingan
berikut:
a. Dunia pendidikan secara utuh dan menyeluruh berkenaan
dengan perluasan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi
dan efisiensi.
b. Usaha menjaga integritas, persatuan dan kesatuan nasional.
c. Keamanan psikologis guru dalam menjalankan tugasnya.

Jalan dan Supriadi (2001) mengidentifikasikan pembagian tugas


antara pusat dan daerah dalam otonomi pendidikan secara garis
besarnya sebagai berikut. Urusan-urusan yang harus ditangani pusat:
a. Alokasi jatah guru yang diangkat disetiap daerah berdasarkan
kesediaan formasi secara nasional sesuai dengan anggaran yang
tersedia dengan tetap memperhitungkan kebutuhan daerah.
b. Penggajian guru yang bersumber dari RAPBN mengacu kepada
sistem penggajian pegawai negeri disertai tunjangan
profesionalnya.
c. Mutasi guru antar provinsi.
d. Pembuatan rambu-rambu yang berisi syarat-syarat minimal
tentang kualifikasi minimal calon guru, sistem rekruitmen,
sistem pembinaan mutu, sistem pengembangan karier, serta
penempatan dan mutasi guru antar provinsi.
e. Evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan standar-standar
nasional oleh daerah beserta sanksinya.
Sedangkan urusan-urusan yang dilimpahkan ke daerah, dengan
berpedoman kepada standar nasional yang disusun oleh pusat, adalah
sebagai berikut:
a. Rekruitmen dan seleksi calon guru yang akan diangkat sebagai
PNS.
b. Rekruitmen dan peningkatan calon guru untuk memenuhi
kebutuhan khusus (guru kontrak, guru bantu, guru pengganti
sementara) yang anggarannya menjadi beban daerah atau
proyek-proyek khusus yang dibiayai oleh pusat.
c. Penempatan dan mutasi guru dalam lingkup daerah yang
bersangkutan.
d. Penilaian kerja guru dalam rangka kenaikan pangkat, promosi
jabatannya, dan pemberian tunjangan atas dasar prestasinya.
e. Penetapan jumlah dan pemberian tunjangan daerah sesuai
dengan kemampuan daerah yang bersangkutan (diluar gaji/
tunjangan sebagai PNS)
f. Pembinaan mutu guru/ pamong belajar melalui pelatihan/
penataran dan wahana-wahana lainnya.
Klasifikasi pembagian tersebut mengisyaratkan bahwa daerah hanya
akan memiliki kewenangan dalam mengelola pendidikan karena
kemampuan daerah untuk mengambil beban gaji guru dalam APBD
masih cukup berat.
D. Tugas dan Peran Guru
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup, mengajar berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan
pada siswa. Bertugas merencanakan dan melakukan proses
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pengabdian kepada
masyarakat.Tugas guru diantaranya adalah mengelola pengajaran.
Pengelolaan pengajaaran tersebut diantaranya meliputi:
1) Menyusun kalender sekolah
Pengertian: Yang dimaksud kalender sekolah adalah penjabaran
jumlah hari sekolah efektif dalam satu tahun ajaran beserta dengan
waktu-waktu liburannya.Hari sekolah efektif ini sekurang-kurangnya
240 hari dan sebanyak-banyaknya 245 hari.
Pentingnya Kalender Sekolah
Smith menjelaskan pentingnya kalender sekolah itu bagi:
Kalender sekolah yang resmi bagi staf, murid, dan orang tua.
Kalender kerja tahunan bagi para pimpinan administrasi bagi
hubungan antara sekolah dengan dengan masyarakat.
Kalender kerja tahunan bagi pimpinan sekolah dan badan
penyelenggaraan pendidikan.
Kalender kerja tahunan bagi staf profesional dalam mengembangkan
program pendidikan dalam satu sistem sekolah.
2) Menyusun program kerja tahunan
Dalam Buku Pedoman Administrasi dan Supervisi Pendidikan untuk
sekolah-sekolah umum diberikan contoh dalam lampiran A2 yang
berjudul Rencana Kerja Tahun Sekolah berupa rencana operational.
Bagian itu berisi dua dimensi:
1. Dimensi kegiatan
2. Dimensi waktu
Program yang disusun secara operasional ini bermaksud agar
administrator sekolah bekerja secara berencana dan memudahkan
sistem pengawasan dan penilaian tugas.
Bent dan Mc Cann mengemukakan suatu sistem prioritas dalam
menyusun kegiatan sekolah kedalam kalender pendidikan sebagai
berikut:
1. Tanggal dimulai dan diakhirinya tahun ajaran, tanggal
berlangsungnya liburan sekolah di dalam tahun ajaran itu, dan
kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh atasan langsung.
2. Tanggal-tanggal itu kegiatan yang ditetapkan menurut ketentuan
dari lembaga atau pejabat yang berwenang dalam bidangnya.
3. Tanggal-tanggal yang ditetapkan sebaiknya atas dasar konsultasi
dan musyawarah.
4. Tanggal-tanggal yang ditetapkan itu harus dalam suatu
koordinasi .
5. Tanggal-tanggal kegiatan yang menyangkut siswa dalam jumlah
besar, seperti upacara sekolah, atau pertandingan antar kelas.
6. Tanggal-tanggal yang diminta oleh organisasi atau kelompok-
kelompok siswa.
Selanjutnya laporan dari guru-guru diakhir tahun itu menurut Smith
adalah penting mengenai:
1. Laporan kehadiran siswa
2. Penilaian tertulis mengenai siswa yang perlu ditangani.
3. Laporan tertulis mengenai kemajuan siswa, problem dan
segala sesuatu mengenai masa yang akan datang.
4. Laporan statistik termasuk informasi mengenai informasi
para siswa yang maju maupun kurang, tes penyelidikan,
rapot dan segala sesuatu yang diperlukan oleh bidang
administrasi sekolah.
3.) Merumuskan penjabaran tugas dan penentuan beban mengajar
a. PenjabaranTugas
Adapunperinciantugaskepalasekolahmenengahumumtelahdijalankan
olehpersonelsekolahdari Shoreline Washington, yaitu:
1. Tanggungjawabadministrasiumum
2. Tanggungjawabdenganhubungandenganpersonalia
3. Tanggungjawabdalamhubungandengansiswa
4. Tanggungjawabdalamhubungandenganmasyarakat
5. Pengelolaan gedung sekolah
b. Beban Mengajar
Yang dimaksud dengan mengajar atau jumlah jam mengajar guru
adalah beratnya penugasan kerja guru disekolah.Yang menjadi
masalah kepala sekolah ialah apakah beban mengajar guru di sekolah
itu sama atau tidak.
Untuk membantu kepala sekolah dalam mengitung beban mengajar
seorang guru dapat digunakan rumus Daug Lass:
Keterangan:
T.L= (Teaching Loads) Satuan beban mengajar perminggu.
SGC= (Subject Grade Coefficient) Koefisien tingkat pelajaran.
CP= (Class Periode) Lamanya jam pelajaran yang dipakai dalam
kelas perminggu.
DUP= Jumlah pelajaran yan digunakan dalam kelas perminggu
untuk mengajar kelas—kelas yang persiapan mengajarnya serupa
dengan kelas-kelas llain, tidak termasuk kelas yang asli.
NP= (Number of Pupils) Jumlah siswa dalam kelas perminggu
(maksimalnya setiap kelas terdiri 25 orang)
PC= Berapa menit yang digunakan setiap minggu didalam tugas
mengawasi aktivitas siswa diluar kelas, menghadiri rapat guru dan
tugas-tugas yang serupa itu dibagi dengan 84.
PL= Jumlah berapa menit semua untuk mengajar di kelas. (angka 50
menyatakan waktu rata-rata lamanya setiap satu jam pelajaran).
4.) Menyusun jadwal
Salah satu unsurpengaturan program pengajaran ialah mengatur
jadwal. Sebenarnya jadwal pelajaran sekolah adalah program kerja
(mengajar) guru setiap hari. Mengapa jadwal meruapakan salah satu
masalah dalam pengaturan administrasi di sekolah, karena:
Jadwal berisi tugas poko kmengajar guru. Tugas itu menyangkut
hubungan kerja antara beberapa pihak, teristimewa murid-murid.
Perubahan jadwal berarti perubahan tugas yang dibebankan.
Iniberartiterjadigangguandiantara guru. Gangguan itu berarti
menyangkut tanggungjawab pengawasan dan pembinaan kelas
sekolah.
Menyusun tahap-tahap penilaian hasil belajar dan proses belajar
mengajar
1. Evaluasi
Merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi penilaian
terhadap beberapa aspek tingkah laku individu maupun sekelompok
siswa seperti pengetahuan, keterampilan dan sikap guru membuat
perkiraan atau keputusan tentang kedudukan dari aspek tersebut.
Tujuan evaluasi dalam kelas adalah untuk mengetahui kemajuan dan
kelemahan siswa.
Tujuan :
Untuk memperoleh umpan balik dalam pengembangan program
belajar.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
Untuk melihat kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswanya.
Atas dasar rumusan tujuan itu dapat dilihat fungsi evaluasi adalah:
1. Mengukur kemajuan siswa
2. Mengukur kemajuan mengajar guru.
3. Menilai bahan kurikulum.
Jenis-jenis evaluasi:
1. Evaluasi formatif
Adalahevaluasi yang diberikan kepada para siswa selama program
belajar tertentu (pada akhir satu pokok bahasan) atau satuan
pelajaran oleh guru (dalam setiap perjumpaan belajar mengajar).
Harusa di kriteria keberhasilan. Misalnya, seorang siswa dikatakan
berhasil dalam evaluasi formatif bilamencapaitingkatpenguasaan
75% keatas.
2. Evaluasi sumatif
Ialahevaluasi yang diberikan pada akhir suatu kesatuan program
belajar oleh guru yang bersangkutan (per semester)
3. Evaluasi belajar tahap akhir (EBTA)
Adalah evaluasi yang diberiakn pada akhir setiap sekolah. Artinya
evaluasi yang diberikan kepada seorang siswa yang telah
menyelesaikan program pada satu jenjang pendidikan.
Cara menghitung/mengguanakn hasil evaluasi:
Pertama-tama perlu dibedakan skor (biji) nilai. Skor: adalah hasil
pelajaran memberi skor (biji) yang diperoleh dengan menjumlahkan
angka-angka biji setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.
Nilai: adalah angka bahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lain serta sudah disesuaikan pengaturannya dengan
standar tertentu.
Contoh:
Si A. memperoleh skor 25. Ini berarti belum sebenarnya Si A
menguasai pelajaran, Dalam daftar nilai tertulis Si A mendapat nilai
25. Si B. memperoleh skor 80 berarti Si B menguasai tujuan yang
seharusnya dicapai. Dalam daftar nilai, B ditulis mendapat nilai 80.
Adapun peran guru dalam proses belajar dan mengajar yaitu,
Guru sebagai demonstrator, maksudnya yaitu guru hendaknya
menguasai bahan yang akan di ajarkannya. Guru sebagai pengelola
kelas, maksudnya yaitu guru dapat menciptakan lingkungan dan
suasana yang baik, yang bersifat menantang dan merangsang siswa
untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai
tujuan.
Guru sebagai Mediator dan Fasilitator, maksudnya yaitu, hendaknya
guru menguasai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan.
Guru juga sebagai pemimpin masyarakat karena di anggap tokoh dan
ia menjadi sumber informasi atau ilmu pengetahuan, merupakan
seorang tokoh yang di teladani, sehingga jadilah ia sebagai
yang digugu lan ditiru.
Ada peran guru yang lain juga berupa sebagai bagian struktur
sosial ia terhormat, sebagai pejuang tanpa tanda jasa, sebagai
birokrat yang sami’na wa atho’na sebagai kreator, sebagai orang tua
disekolah dan sebagai pendidik bangsa.
E. Hak-hak guru
1. Cuti
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka
waktu tertentu. Ada beberapa macam cuti pada guru, di antaranya
yakni, cuti besar, cuti sakit, cuti bersalin, cuti katena alasan penting,
cuti di luar tanggungan negara.
2. Cuti besar
Ketentuannya yaitu, PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6
tahun berhak atas cuti besar yang lamanya 3 bulan.
3. Cuti sakit
PNS yang sakit lebih dari 2-14 hari berhak cuti paling lama 1 tahun.
PNS yang belum sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
tersebut, maka ia diberhentikan secara terhormat dari jabatannya.
4. Cuti bersalin
Cuti ini diberikan untuk 3 kali persalinan. Untuk persalinan
berikutnya diberikan cuti di luartanggungan negara. Lamanya cuti
bersalin adalah satu bulan sebelum dan dua bulan sesudah persalinan.

5. Cuti karena alasan penting


Berlaku apabila salah satu dari anggota keluarga meninggal dunia,
atau pegawai melangsungkan perkawinan yang pertama.
6. Cuti diluar tanggungan negara
Berlaku kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 tahun,
dan cuti diberikan paling lama 3 tahun. Pejabat yang berwenang
memberikan cuti ialah Pimpinan Lembaga Tertinggi, Menteri, Jaksa
Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi, Kepala
Perwakilan Republik Indonesia (bagi PNS yang di tuaskan di luar
negeri.
7. Pembinaan
Pembinaan guru merupakan usaha-usaha untuk memajukan dan
meningkatkan mutu SDM. Ada banyak cara, diantaranya adalah
secara autodidak, mengikuti seminar, kelompok profesi, lokakarya,
dan promosi jabatan. Berikut adalah salah satu pembinaan profesi
guru dan guru agama:
Peningkatan kualifikasi guru, kualifikasi akademik minimun guru
adalah D-IV atau sarjana untuk guru pada jenjang PAUD sampai
dengan SLTA. Seorang yang ingin menajdi guru harus memenuhi
persyaratan kualifikasi pendidikan berupa ijazah, sedangkan
pemenuhan persyaratan kompetensi minimal dibuktikan dengan
sertifikat pendidikan. Sertifikasi, dalam hal seseorang yang telah
berstatus guru, ia dapat langsung mengikuti sertifikasi dengan
persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku. Sertifikasi bertujuan
untuk sebagai pengendali mutu hasil pendidikan, sehingga orang
yang dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi pendidik diyakini
mampu mendidik, melatih, membimbing, dan menilaihasil belajar
peserta didik. Peningkatan kopetensi, pendidikadalah agen
pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kopetensi, yaitu
kopetensi paedagogik, profesional, kepribadian, sosial, dan
leadership. Pengembangan karier, pembinaan terhadap guru agama
adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan kepemimpinan dalam proses pembelajaran.
2. Pembinaan strategi pembelajaran agar dapat memiliki
peningkatan wawasan metodologi pengajaran yang efektif
dan efisien.
3. Penyetaraan guru agama dengan guru-guru pada umumnya
4. Pembinaansertifikasi guru
5. Pemberian kesempatan mengikuti berbagai kegiatan seperti
seminar, lokakarya, diskusi dan sebagainya.
6. Pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.
F. Pengembangan Personel/Guru
Guru atau PNS yang baik adalah adalah aset, yang buruk
adalah beban. Seorang di anggap tenaga apabila dalam mengerjakan
tugasnya, ia selalu berpegang teguh pada etika kerja, independen
(bebas dari tekanan pihak luar), cepat, tepat, efisien dan inovatif
serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang di
dasarkan pada unsur-unsur:
1.) Ilmu atau teori yang sistematis
2.) Kewenangan profesional yang di akui oleh klien
3.) Sanksi dan pengakuan masyarakat dan keabsahan kewenangan-
nya
4.) Kode etik yang regulatif
Pengembangan yang lain adalah promosi yang wajar dan
objektif, pemilihan teladan pemberian piagam, reward dan
funishment, study tour dan sebgainya.
G. Pemutusan Hubungan Kerja
PHK/ Pemberhentian ada beberapa penyebab, yaitu karena
permintaan sendiri, pemberhentian oleh dinas pemerintah, dan sebab
lain-lain.
Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah bisa dilakukan dengan
beberapa alasan berikut:
1. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
2. Penyederhanaan organisasi
3. Peremajaan/pensiun
4. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
5. Melakukan pelanggaran tindak pidana
6. Melanggar sumpah atau janji PNS.
Sementara pemberhentian karena alasan lain penyebabnya
adalah pegawai yang bersangkutan meninggal dunia, hilang, atau
cuti di luar tanggung jawab negara.

DAFTAR PUSTAKA
1. Daryanto, H.D. 2013. Administrasi Dan Manajemen Sekolah, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
2. E. Mulyasa.2014.Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi,
danImplementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
3. Moekijat. 2009. Administrasi Kepegawaian Negara Indone-
sia, CV. Mandar Maju, Bandung.
4. Moekijat.2009. Administrasi Kepegawaian Indonesia, Bandung:
CV. Mandar Maju.
5. Suryobroto.2010. Manajemen Pendidikan Di Sekolah, PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
6. H.M Daryanto. 2013. Administrasi Dan Manajemen Sekolah,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
7. Piet Sahertian.1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
8. Suryobroto,. 2010. Manajemen Pendidikan Di Sekolah, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
9. Usman, Uzer, 1992. Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
10. http://ainamulyana.blogspot.ae/2015/01/peraturan-tentang-cuti-
pegawai. html
11. http://www.sman5palembang.com
BAB VIII
ADMINISTRASI GURU BIMBINGAN DAN KARIR

8.1 PENDAHULUAN
Guru bimbingan dan karir harus ada di setiap lembaga
pendidikan paud, dasar dan menengah berupa Taman Kanak-kanak,
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah,
Sekolah menengah Atas umum/Madrasah Aliyah (MA) dan kejuruan
(MAK) dengan ketentuan sampai dengan 150 siswa yang ada di
sekolah harus tersedia 1 satu orang guru BK. Siswa di atas 150
sampai 300 harus tersedia 2 orang guru BK.

8.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya dalam melaksanakan


kegiatan-kegiatan mengenai manajemen dan administrasi yang harus
dilakukan oleh masing-masing pemangku jabatan yang ada di
sekolah seperti guru Bimbingan di sekolah

8.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian guru bimbingan


2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tujuan bimbingan dan
konseing di sekolah
3. Mahasiswa dapat menjelaskan macam macam layanan dan
konseling
4. Mahasiswa dapat mengetahui Peran Guru Bimbingan
Konseling Dalam Menumbuhkan Minat Siswa Untuk
Memanfaatkan Layanan Konseling Individu
5. Mahasiswa dapat mengetahui Dasar Hukum Penyusunan
Program Guru Bimbingan
A. Pengertian Guru Bimbingan
Pengertian Guru Bimbingan Konseling Guru pembimbing
berhubungan erat dengan adanya proses bimbingan. Bimbingan
sendiri memiliki beberapa pengertian dasar. Guru pembimbing
terdiri dari dua kata Guru dan Pembimbing. Isjoni dalam bukunya
Dilema Guru: Ketika Pengabdian Menuai Kritikan, mengutip dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya mengajar dan dimaknai sebagai tugas profesi.29
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pembimbing, berasal
dari kata Bimbing, dengan tambahan prefiks Pe- yang berarti orang
atau pelaku pembimbingan. Jadi pembimbing merupakan orang yang
melakukan proses bimbingan atau pembimbingan. Sedangkan arti
bimbingan itu sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada
murid (peserta didik), dengan memperhatikan murid itu sebagai
individu dan makhluk social serta memperhatikan adanya perbedaan-
perbedaan individu, agar siswa dapat membuat tahap maju seoptimal
mungkin dalam proses perkembangannya dan agar dia dapat
menolong dirinya .

B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada


hakikatnya adalah memberi bimbingan kepada individu atau
sekelompok individu agar mereka dapat berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri. Prayitno menyatakan bahwa
bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan
yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan,
pandangan dan interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan
yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.36
Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan umum bimbingan dan
konseling adalah untuk memandirikan individu. Prayitno
mengemukakan bahwa pribadi mandiri itu memiliki lima ciri, yaitu
(1) memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan
lingkungannnya secara tepat dan obyektif; (2) menerima diri sendiri
dan lingkungan secara positif dan dinamis; (3) mampu 36 Prayitno
dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), mengambil keputusan secara tepat dan
bijaksana; (4) dapat mengarahkan diri sendiri sesuai dengan
keputusan yang diambilnya; dan (5) mampu mewujudkan diri sendiri
secara optimal.

Berikut ini akan diuraikan kelima ciri-ciri manusia mandiri,


yaitu:
1. Individu memiliki kemampuan untuk memahami atau mengenal
diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan objektif. Ciri
pertama dari individu yang mandiri adalah ia dapat memahami
atau mengenal diri dan lingkungannya secara obyektif.
Pengenalan diri maksudnya adalah mengenal kekuatan dan
kelemahan dirinya baik yang menyangkut dengan aspek fisik
maupun yang menyangkut aspek psikis. Pemahaman atau
pengenalan diri yang menyangkut dengan aspek fisik meliputi
pengetahuan individu berkenaan dengan keadaan fisiknya, seperti
bentuk badan, sifat tubuhnya, hal-hal yag menyangkut dengan
kekurangan fisik dan lain-lain. Selanjutnya, pemahaman atau
pengenalan yang bersifat psikis/mental meliputi pengetahuan
individu terhadap bakat, minat, sifat, sikap tentang sesuatu dan
lain-lain. Pengenalan diri yang menyeluruh hendaknya bersifat
obyektif, yaitu pengenalan yang benar-benar sesuai dengan apa
adanya diri tanpa ada kesan untuk melebih-lebihkan atau
mengurangi diri kondisi dan situasi baik fisik maupun psikis. Di
samping pengenalan terhadap diri, individu juga dituntut untuk
mengenali lingkungannya. Kegiatan/penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling diharapkan dapat membawa individu
dalam mengenali aspek-aspek yang ada pada diri dan
lingkungannya, sehingga diharapkan individu dapat melihat
berbagai kemungkinan untuk pengembangan dirinya ke depan.
2. Individu dapat menerima diri sendiri dan lingkungannya secara
positif dan dinamis. Individu yang mandiri secara umum dapat
menerima keadaan diri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis. Individu yang telah mengenali diri dan lingkungan akan
dapat bersikap wajar dalam berbuat baik untuk dirinya maupun
terhadap lingkungan sekitar. Selanjutnya, penerimaan diri dan
lingkungan secara dinamis memberikan makna bahwa individu
tersebut sedikit demi sedikit mengusahakan dirinya untuk tetap
bergerak ke arah yang lebih baik. Jadi, salah satu tujuan dari
penyelenggaraan bimbingan dan konseling adalah bagaimana
individu yang memiliki masalah tertentu dapat menerima diri dan
lingkungannya secara positif dan dinamis.
3. Individu dapat membuat keutusan tentang dirinya sendiri dan
lingkungannya secara tepat. Ciri individu yang mandiri adalah
bila individu dapat mengambil keputusan tentang dirinya atau
lingkungannya secara tepat. Hal ini berarti bahwa individu
dituntut untuk dapat mengenal, menimbang dan akhirnya
membuat keputusan secara tepat. Sangat diharapkan bahwa
keputusan yang diambil individu hendaknya didasarkan kepada
pengenalan diri dan lingkungan secara positif dan dinamis. Tanpa
memperhatikan kedua aspek tadi dikhawatirkan individu tidak
mampu mengambil keputusan tentang diri dan lingkungannya
secara
tepat. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.
id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d
igilib.uinsby.ac.id
4. Individu dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan keputusan
yang diambil. Hal ini berarti bahwa individu harus dapat
mengarahkan dirinya sesuai dengan keputusan yang telah
diambilnya. Pemberian bimbingan kepada individu kiranya dapat
menimbulkan usaha pengarahan diri yang sejajar dengan
keputusan yang diambilnya itu. Setiap keputusan yang diambil
oleh individu selalu diiringi oleh suatu resiko, yaitu resiko yang
ditimbulkan oleh keputusan yang diambilnya itu. Kegiatan yang
diberikan kepada individu di maksudkan agar pada akhirnya
individu dapat menetapkan sesuatu keputusan dengan segala
konsekuensinya. Tentunya diharapkan bahwa keputusan yang
diambil adalah tepat dan benar dan di atas semua itu harus berarti
menanggung resiko dari keputusan yang diambil.
5. Individu dapat mewujudkan dirinya sendiri. Ciri yang terakhir dari
individu yang mandiri adalah bahwa ia dapat mewujudkan dirinya
secara baik. Hal ini berarti bahwa individu dapat mengembangkan
segenap potensinya secara optimal. Usaha bimbingan mengarah
kepada perwujudan diri terhadap segenap potensi yang ada pada
individu sehingga semua bakat, kemampuan, minat dan cita-cita
berkembang secara optimal.
C. Macam-macam Layanan Bimbingan Konseling

Ada sejumlah layanan dalam bimbingan dan konseling di


sekolah diantaranya sebagai berikut:
a. Layanan orientasi Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-
pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami
lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta
didik di lingkungan yang baru ini.
b. Layanan informasi Layanan informasi yaitu layanan bimbingan
yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang
dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik
(terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi
(seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat.
c. Layanan penempatan penyaluran Yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (misalnya, penempatan/penyaluran di
dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi,
program pilihan, magang, kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler)
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.
d. Layanan bimbingan belajar Yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
beelajarnya, serta berbagai aspek dan tujuan dan kegiatan belajar
lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan
kesenian.
e. Layanan konseling perseorangan Layanan konseling perorangan
yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap
muka denagn guru pembimbing/konselor dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
f. Layanan bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok
yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta
didik secara bersama-samamemperoleh beberapa bahan dari
narasumber tertentu (terutama dari pembimbing konselor) yang
berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Layanan bimbingan kelompok mempunyai tiga fungsi:
a. Berfungsi informatif
b. Berfungsi pengembangan
c. Berfungsi preventif dan kreatif.
Pelayanan bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika
kelompok untuk mencapai tujuan pelayanan bimbingan. Agar
dinamika kelompok yang berlangsung dalam kelompok tersebut
dapat secara efektif bermanfaat bagi pembinaan para anggota
kelompok, maka jumlah anggota sebuah kelompok tidak boleh
terlalu besar, sekitar 10 orang, atau paling banyak 15 orang.
g. Layanan konseling kelompok Layanan konseling kelompok
yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik memeperoleh kesemptan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup,
yang berdenyut, yang berkembang yang ditandai dengan
adanaya interaksi antarsesama anggota kelompok.
Pelayanan konseling kelompok merupakan pelayanan yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok. Tujuan konseling
kelompok, meliputi:
a. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan
banyak orang
b. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap
teman sebayanya.
c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing
anggota kelompok.
d. Mengentaskan permasalahan-permsalahan kelompok.
D. Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Menumbuhkan
Minat Siswa Untuk Memanfaatkan Layanan Konseling
Individu

Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu


para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa
(klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah,
penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih tepat. Dalam menjalankan tugasnya seorang
konselor sekolah harus mampu melaksanakan peranan yang berbeda-
beda dari situasi ke situasi lainnya. Pada situasi tertentu kadang-
kadang seorang konselor harus berperan sebagai seorang teman dan
pada situasi berkutnya berperan sebagai pendengar yang baik atau
sebagai pengobar/ pembangkit semangat, atau peran-peranan lain
yang dituntut oleh klien dalam proses konseling. Peran guru
bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung jawab,
wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik. Peran guru bimbingan dan konseling/
konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian
peserta didik di sekolah/ madrasah.
Peran guru bimbingan konseling dalam menumbuhkan minat
siswa untuk memanfaatkan layanan konseling individu antara lain:
i. Penyiapan Fasilitas Fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah
ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta
perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses
layanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan
hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para siswa
yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, aman dan
nyaman, serta segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan
layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas
dan kode etik bimbingan dan konseling.
ii. Lingkungan fisik tempat wawancara berlangsung. Warna cat
tembok yang tenang, beberapa perhiasan dinding, dan sinar yang
tidak menyilaukan dapat membantu menciptakan suasanan
tenang, sehingga konseli merasa betah diruang konseling.
iii. Bentuk bangunan ruang yang memungkinkan pembicaraan
secara pribadi (privacy). Pembicaraan didalam ruang yang tidak
boleh dapat didengarkan orang lain diluar ruang dan orang lain
tidak boleh dapat melihat kedalam, paling sedikit tidak dapat
meliht konseli dari depan
iv. Menginformasikan pelayanan bimbingandan konseling.
Informasi dari guru bimbingan konseling tentang pelayanan
bimbingan dan konseling kepada siswa adalah sesuatu yang
amat penting. Hal ini akan sangat mendorong para siswa untuk
memahami tentang layanan-layanan apa saja yang tersedia yang
dapat dimanfaatkan oleh siswa guna membantu para siswa
mencapai tujuan pendidikan dan perkembangannya yang
optimal.
v. Kepribadian konselor, Virginia Satir menemukan beberapa
karakteristik konselor diantaranya adalah:
1. resource person, artinya konselor adalah orang yang banyak
mempunyai informasi dan senang memberikan dan menjelaskan
informasinya. Konselor bukanlah pribadi yang maha kuasa yang
tidak mau berbagi dengan orang lain;
2. model of communication,yaitu bagus dalam berkomunikasi,
mampu menjadi komunikator yang terampil. Dia bukan orang
yang sok pintar dan mengerjar pamor sendiri. Dia mampu
menghargai orang lain dan dapat bertindak sesuai dengan
realitas yang ada baik pada diri maupun dilingkungan

E. Dasar Hukum Penyusunan Program Guru Bimbingan

Instrumen
Isi yang Terkait dengan Guru BK/Konselor di
Hukum dan
Sekolah
Kebijakan

UU No. 20
Guru BK/Konselor adalah bagian dari tenaga
Tahun 2003
pendidik dan memiliki kontribusi yang penting
tentang
terhadap keberhasilan peserta didik.
Sistem
Pendidikan

Nasional

Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional No.
22 Tahun
Layanan konseling berfokus pada pengembangan
2006
individu, pengembangan sosial, pekerjaan dan
pendidikan. Layanan konseling dapat dilaksanakan
tentang dalam kegiatan-kegiatan didalam/indoor dan
Standar Isi diluar/outdoor kelas yang terjadwal. Kegiatan
untuk Satuan konseling didalam/ indoor dijadwalkan 2 jam per
Pendidikan kelas per minggu.
Dasar dan

Menengah

Peraturan
Menteri
Pendidikan Tugas-tugas Guru BK/Konselor adalah untuk
Nasional No. mendukung perkembangan pribadi dari para pelajar
27 Tahun sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan
2008 keprbadian mereka, khususnya untuk membantu
peserta didik memahami dan mengevaluasi
informasi dunia kerja dan membuat pilihan-pilihan
Mengenai
terkait pekerjaan. Layanan dapat meliputi
Standard
pengumpulan informasi; orientasi; berbagi
Kualifikasi
informasi; rujukan, penempatan dalam sebuah
Akademik
program pendidikan khusus; kunjungan rumah;
dan
dukungan bidang studi khusus; konseling berbasis
Kompetensi
kelompok dan personal; meditasi.
Konselor
Pasal 54 ayat (6) menyatakan bahwa beban kerja
Guru BK atau Konselor adalah mengampu
Peraturan bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus
Pemerintah lima puluh) peserta didik per tahun per sekolah.
Nomor Mereka juga berhak mendapatkan tunjangan. Lebih
74 Tahun lanjut Pasal 54 ayat (6) menjelaskan layanan
2008 tentang bimbingan dan konseling adalah memberikan
Guru pengarahan dan pengawasan kepada sekurang-
kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik
melalui latihan-latihan individual atau latihan-
latihan berbasis kelompok.
Peraturan
Bersama
Menteri
Pendidikan
Nasional,

Menteri
Tenaga Kerja
dan
Pasal 22 ayat (5) menyatakan bahwa evaluasi
Transmigrasi kinerja Guru BK/ Konselor mengukur perencanaan,
dan Kepala pelaksanaan, evaluasi, analisa, dan tindak lanjut
program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan
Badan harian untuk 150 sampai 250 peserta didik per
Kepegawaian tahun.
Negara

Nomor
03/V/PB/2010
Nomor

14 Tahun
2010 tentang
Petunjuk
Pelaksanaan

Jabatan
Fungsional
Guru dan

Angka
Kreditnya

Selain itu, Panduan dari Kementerian Pendidikan Nasional –


Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, 2009, memberikan rincian lebih jauh mengenai tugas-
tugas Guru BK/Konselor dan Inspektur Sekolah. Di bawah ini adalah
rangkumannya:

 Guru BK/Konselor harus bertanggung jawab dalam memberikan


pelayanan setidaknya bagi 150 orang peserta didik dan tidak
boleh lebih dari 250 peserta didik setiap tahunnya. Guru
BK/Konselor yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah
mengampu minimal 40 orang peserta didik dan Wakil Kepala
Sekolah minimal 80 orang peserta didik yang menjadi
kewajibannya dalam pelayanan BK. Konselor harus bekerja 24
jam per minggu dengan peserta didik.
 Inspektur sekolah harus mengawasi antara 40 dan 60 orang Guru
BK/ Konselor dan melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut:
 Perumusan rencana aksi tahunan dan semester dan memantau
program-program (Rencana Kepengawasan Bimbingan dan
Konseling, RKBK) yaitu isu-isu rinci yang perlu ditangani, tujuan,
indicator keberhasilan, strategi/metodologi, sumber daya yang
dibutuhkan, instrumen penilaian dan pemantauan.
 Penerapan kegiatan pemantauan dan pembinaan, sebagai bagian
dari kegiatan pemantauan ruti n di tingkat kotamadya.
Pemantauan tersebut akan berfokus pada kapasitas Guru
BK/Konselor untuk merencanakan, menerapkan, dan menilai
proses konseling. Pemantauan ini akan meliputi interaksi tatap
muka antara pengawas dan Guru BK/Konselor. Pemantauan akan
didokumentasikan dalam sebuah laporan sekolah.
 Kegiatan-kegiatan pembangunan kapasitas diselenggarakan
paling sedikit tiga kali per semester sebagai bagian dari petemuan
kelompok Guru BK/Konselor (Musyawarah Guru Pembimbing,
MGP) untuk memperkenalkan metodologi-metodologi baru.

Prayitno (2004) juga menggaris bawahi bahwa penerapan konseling


di sekolah yang berhasil membutuhkan dukungan dari pihak-pihak
lain, khususnya Kepala Sekolah, yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan layanan konseling, khususnya:

 Mengkoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan program, serta


menyediakan panduan bagi terselenggaranya layanan BK.
 Menyediakan sarana dan prasarana, staf serta kelengkapan
lainnya bagi terselenggaranya pelayanan BK yang efisien dan
efektif.
 Mengawasi dan membina kinerja Guru BK/Konselor dalam
mengembangkan kemampuan mereka untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi program bimbingan dan
konseling, serta dalam mengembangkan profesionalitas mereka.

Daftar Pustaka

http://digilib.uinsby.ac.id/21454/5/Bab%202.pdf
BAB IX
ADMINISTRASI KEPALA SEKOLAH

9.1 PENDAHULUAN

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam


perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa
kepemimpinan untuk mengatur para guru pegawai tata usaha dan
pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya
mengatur para guru saja, melainkan juga ketatausahaan sekolah
siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa.
Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada
bijaksana yang terapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal
sekolah.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan organisasi
pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus memiliki berbagai
persyaratan agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Masing-masing persyaratan ini saling berkaitan antar yang satu
dengan yang lainnya. Diantaranya adalah memiliki ijazah,
kemampuan mengajar, kepribadian yang baik serta memiliki
pengalaman kerja.
Di antara pemimpin-pemimpin pendidikan yang bermacam-
macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan yang sangat penting. Karena lebih dekat dan langsung
berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan tiap-tiap
sekolah. Dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu program pendidikan
dan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan itu, sangat bergantung
pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan dan fungsi kepala sekolah itu,
maka di dalam makalah ini akan di bahas secara detail tentang
kepala sekolah, fungsi kepala sekolah dahulu dan sekarang, syarat-
syarat minimal kepala sekolah, serta peranan kepala sekolah sebagai
administrator.
9.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya peranan Kepala Sekolah dalam


perkembangan sekolah. Oleh karena itu, ia harus memiliki jiwa
kepemimpinan untuk mengatur para guru, pegawai tata usaha dan
pegawai sekolah lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah tidak hanya
mengatur para guru saja, melainkan juga ketata usahaan sekolah,
siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua siswa.
Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada
kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh
personal sekolah.

9.3 TUJUAN :

1. Mahasiswa Dapat Menjelaskan Pengertian Kepala Sekolah.


2. Mahasiswa Dapat Mendeskripsikan Program Kerja Kepala
Sekolah.
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Contoh-Contoh Program
Kerja Kepala Sekolah.

A. Pengertian Kepala Sekolah

Secara etimologi kepala sekolah adalah guru yang memimpin


sekolah. Berarti secara terminology kepala sekolah dapat diartikan
sebagai tenaga fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Wahjosumidjo (2005: 83) mendefiniskian Kepala Sekolah
sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin seuatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid sebagai penerima pelajaran
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kepala Sekolah adalah
pimpinan tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat
berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Oleh
karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah
merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan.

B. Program Kerja Kepala Sekolah


Definisi Program kerja kepala sekolah

Program kerja kepala sekolah bisa di artikan sebagai


serangkaian program yang disusun secara periodik yang berfungsi
sebagai action plan untuk pengembangan sekolah ke arah yang ingin
di capai. The National Association of Elementary School
Principals (2001) mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran
(Kepala Sekolah) sebagai pemimpin komunitas pembelajar, yang di
dalam komunitas pembelajar itu para guru bertemu secara teratur
untuk membahas pekerjaan mereka, berkolaborasi untuk
memecahkan masalah, merefleksikan pekerjaan, dan bertanggung-
jawab terhadap apa yang dipelajari siswa.
Artinya jelas bahwa Sebagai leader, kepala sekolah harus
mampu memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada di
sekolah terkait dengan berbagai program pembelajaran, proses
evaluasi, pengembangan kurikulum, pengelolaan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pelayanan terhadap peserta didik,
hubungan dengan masyarakat, sampai pada penciptaan iklim sekolah
yang kondusif.
Jika kita bicara terkait dengan program kerja kepala sekolah,
tentu saja hampir semua sekolah sudah melakukannya dengan baik.
Poin penting yang kadang terlewatkan adalah folow up dan evaluasi
yang mendalam dari berbagai program yang telah dilaksanakan.
Masalah yang kerap terjadi adalah program kerja hanya sebatas
diatas kertas atau bahkan terkesan formalitas. Sehingga progress
sekolah lebih cenderung jalan ditempat atau bahkan mundur dari
sebelumnya.

Salah satu fungsi utama dan pertama yang menjadi tanggung


jawab kepala sekolah adalah membuat atau menyusun perencanaan.
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap
organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan
maupun kelompok. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan
suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan juga kegagalan
(Ngalim Purwanto, 1987; 106-107).
Oleh karena itu, setiap kepala sekolah paling tidak harus
membuat rencana tahunan.Setiap tahun, menjelang dimulainya tahun
ajaran baru, kepala sekolah hendaknya sudah siap menyusun rencana
yang akan dilaksanakan untuk tahun ajaran berikutnya (Ngalim
Purwanto, 1987; 107).
Menurut Ngalim Purwanto (1987;107), maka rencana atau
program tahunan hendaknya mencakup bidang-bidang seperti
berikut:
1) Program pengajaran, seperti antara lain kebutuhan tenaga guru
sehubungan dengan kepindahan dll.; pembagian tugas mengajar;
pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pelajaran, dan alat
peraga; pengadaan atau pengembangan laboratorium sekolah;
pengadaan atau pengembangan perpustakaan sekolah;system
penilaian hasil belajar; kegiatan-kegiatan kokurikuler; dan lain-
lain.
2) Kesiswaan atau kemuridan, antara lain syarat-syarat dan prosedur
penerimaan murid baru, pengelompokan siswa atau murid dan
pembagian kelas, bimbingan atau konseling murid, pelayanan
kesehatan murid (UKS), dan sebagainya.
3) Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru atau
pegawai baru, pembagian tugas/pekerjaan guru dan pegawai
sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi
dan atau promosi guru dan pegawai sekolah, dan sebagainya.
4) Keuangan, yang mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan
untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan, baik uang
yang berasal dari pemerintah, atau dari POMG atau BP3,
ataupun sumber lainnya. Khususnya berkenaan dengan
pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan
kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar
sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan
kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat
kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah
seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi
upaya peningkatan kompetensi guru
5) Perlengkapan, yang meliputi perbaikan atau rehabilitasi gedung
sekolah, penambahan ruang kelas, perbaikan atau pembuatan
pagar pekarangan sekolah, perbaikan atau pembuatan lapangan
olah raga, perbaikan atau pengadaan bangku murid, dan
sebagainya.
Tujuan penyusunan program kepala sekolah

1. Kepala sekolah mengetahui secara rinci tindakan-tindakan yang


harus dilakukan sehingga tujuan, kewajiban, dan sasaran
pengembangan sekolah dapat dicapai.
2. Memberikan arah kerja kepala sekolah dalam mewujudkan visi
dan misi yang ditetapkan.
3. Memberikan arah dan target kinerja secara berkala.
4. Memberikan arah bagi segenap warga sekolah untuk menjalankan
tugasorganisasi.

Adapun contoh-contoh dari program sekolah yang dapat kita


pelajari adalah

Contoh Program kerja kepala sekolah

a. Bidang Kurikulum

Meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar dengan


langkah-langkah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman dan penguasaan guru terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2. Meningkatkan keterampilan guru dalam :
a. Menjabarkan kurikulum kedalam silabus dan Rencana
Pelaksanaan pembelajaran.
b. Pengausaan terhadap semua materi.
c. Penguasaan dan pemahaman terhadap metode pembelajaran
dan pengelolaan KBM.
d. Pelaksanaaan evaluasi dan analisis hasil evaluasi.
e. Menyusun dan melaksanakan program pengayaan/remedial.
f. Membuat program tindak lanjut.
g. Menentukan Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).
h. Membuat dan menggunakan alat peraga dan media
pembelajaran lainnya.
i. Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan
penyuluhan.
j. Melengkapi buku-buku sumber pelajaran baik untuk
pegangan guru maupun untuk pegangan siswa.
k. Meningkatkan kegiatan supervisi kelas baik secara kualitas
maupun kuantitas.

b. Bidang Kepegawaian

Meningkatkan profesional, disiplin dan komitmen yang tinggi


serta tanggungjawab dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan :
1. Pembagian tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan ekstrakurikuler yang dituangkan dalam SK Kepala
Sekolah.
2. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas baik
secara terjadwal atau sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan kegiatan Sistem Pembinaan Profesional di Gugus
Sekolah melalui KKG dan KKKS.
4. Menciptakan situasi dan suasana kerja yang dilandasi oleh rasa
kekeluargaan sehingga tercipta kerjasama yang baik dan situasi
yang kondusif dalam pelaksanaan kerja.
5. Memberikan penghargaan terhadap guru yang berprestasi dan
melaksanakan tugas dengan baik, dengan cara : Berusaha
memberikan kesejahteraan lahir batin berupa : 1) Penghargaan
secara lisan berupa ucapan terima kasih. 2) Promosi jabatan : Bila
memenuhi syarat guru tersebut diusulkan untuk menjadi Kepala
Sekolah atau dengan sikap memotivasi guru untuk terus bersikap
disiplin dan senang dalam melaksanakan tugas. 3) Pemberian
insentif ala kadarnya pada saat-saat tertentu seperti menjelang
Hari Raya Idul Fitri, kenaikan kelas dan sebagainya, disesuaikan
dengan kemampuan keuangan sekolah.
c. Bidang Keuangan

Meningkatkan kelancaran pengelolaan keuangan sehingga


pendistribusiannya dapat memperlancar kegiatan pendidikan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Pembenahan petugas pengelola keuangan, terdiri dari :
 Petugas pengelola gaji.
 Petugas pengelola Bantuan Operasional Sekolah.
 Penataan ruangan baik di kelas, kantor, UKS, perpustakaan.
 Perbaikan meubelair.Pemeliharaan terhadap alat peraga dan
media pendidikan yang telah dimiliki.
Mengusahakan penambahan dan perbaikan sarana prasarana
pendidikan melalui :
 Biaya Operasional Sekolah (BOS).
 Pengajuan bantuan rehab bangunan melalui Dinas
Pendidikan Kabupaten .

d. Bidang Sarana dan Prasarana

Dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang


menunjang terhadap lancarnya kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan pendidikan lainnya. Adapun langkah-langkah yang akan
dilaksanakan adalah :
Meningkatkan pemeliharaan sarana prasarana yang sudah ada
meliputi :
 Pengecatan ruang belajar dan ruang kantor.
 Perbaikan ruang belajar dan ruang kantor.
 Penataan ruangan baik di kelas, kantor, UKS, perpustakaan.
 Perbaikan meubelair.
 Pemeliharaan terhadap alat peraga dan media pendidikan
yang telah dimiliki.
 Mengusahakan penambahan dan perbaikan sarana prasarana
pendidikan melalui :
 SBPP, Biaya Operasional Sekolah (BOS).
 Pengajuan bantuan rehab bangunan melalui Dinas
Pendidikan Kabupaten atau instansi lainnya.

e. Bidang Ketatausahaan
Meningkatkan pelayanan terhadap stakecholder dan pen-
dokumentasian kegiatan pendidikan melalui peningkatan kegiatan
pengadministrasian meliputi :
Administrasi pengajaran kurikulum terdiri dari :
 Jadwal pelajaran.
 Program semester/tahunan.
 Silabus tiap mata pelajaran.
 Rencana pelaksanaan pembelajaran.
 Program dan pelaksanaan evaluasi.
 Analisis evaluasi dan program tindak lanjut.
 Program dan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.
Administrasi kemuridan meliputi :
 Penerimaan siswa baru terdiri dari M1, M2, dan M3.
 Buku induk siswa.
 Buku klaper.
 Buku penyesuaian klaper.
 Buku mutasi murid.
 Pengajuan NISN.
Administrasi keuangan meliputi :
 Keuangan gaji.
 Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
 Keuangan Tabungan Murid.
 Keuangan SBPP.
 Keuangan lain-lain.
Administrasi kepegawaian
 File pegawai.
 Buku Induk pegawai.
 Daftar Urut Kepangkatan (DUK) guru.
 DP3/SKP
 Catatan waktu kenaikan pangkat/gaji berkala.
 Buka cuti.
 Buku absen umum.
 Buku uraian tugas guru.
Administrasi sarana dan prasarana
 Daftar inventaris sekolah.
 Administrasi bangunan dan perlengkapan khusus.
 Daftar inventaris kelas.
Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat
 Catatan hasil kegiatan dengan komite sekolah.
 Daftar hadir peserta rapat komite sekolah.
 Susunan pengurus komite sekolah.
Administrasi lain-lain
Administrasi kegiatan pramuka.
Administrasi UKS.
Administrasi perpustakaan.
Administrasi kegiatan keagamaan.
Administrasi kegiatan porsivitas.
Administrasi kegiatan upacara.
Administrasi kegiatan gugus.

f. Bidang Kesiswaan
Peningkatan pelayanan pendidikan terhadap siswa, orangtua
siswa dan masyarakat sekitar meliputi :
Terhadap siswa meliputi :
Menyediakan sarana dan prasarana belajar mengajar.
Meningkatkan pembinaan prestasi siswa dengan cara
mengikutsertakan
siswa dalam kegiatan lomba-lomba baik tingkat sekolah, gugus
sekolah, tingkat kecamatan, kalau mungkin tingkat kabupaten/
provinsi, seperti :
 Lomba siswa berprestasi
 Lomba mata pelajaran.
 Kegiatan pertandingan olahraga dan kesenian.
 Olimpiade matematika, IPA.
 Kepramukaan.Dan lain-lain.

Meningkatkan pembinaan dan pengawasan disiplin siswa meliputi :

 Disiplin waktu.
 Disiplin belajar.
 Disiplin melaksanakan tugas.
 Disiplin berpakaian.

Mengembangkan kehidupan sekolah yang bernuansa Islami,


meliputi :
Pembinaan sikap dan jiwa beragama melalui kegiatan pembinaan
religius antara lain : kegiatan keagamaan, PHBI, sholat dzuhur
berjamaah dan lain-lain.
Menumbuhkembangkan sifat berakhlak mulia.
Menumbuhkembangkan pengalaman beragama yang mengandung
nilai-nilai sosial antara lain : menengok anak yang sakit, melayat
keluarga siswa yang terkena musibah, membantu korban bencana
alam dan lain-lain.
Pelayanan terhadap orangtua siswa dan masyarakat, meliputi :
Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan orangtua siswa,
tokoh masyarakat dan orang-orang yang peduli terhadap pendidikan.
Melaporkan hasil kegiatan pendidikan secara berkala melalui :
Raport siswa tiap semester.
Progres raport baik secara tertulis maupun lisan pada akhir tahun
pelajaran.
Pada acara-acara rapat koordinasi antara sekolah, orangtua siswa dan
pengurus komite sekolah.
Mengadakan kunjungan rumah kepada orangtua siswa, tokoh
masyarakat dan pengurus komite sekolah secara berkala atau sesuai
kebutuhan.
Memberikan informasi tentang inovasi di bidang pendidikan antara
lain mengenai perubahan kurikulum, perubahan sistem pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Sekolah. Program Tahunan Kepala
Sekolah disebut juga Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang disusun
oleh Kepala Sekolah bersama dewan guru / pegawai dan Komite
Sekolah.

Dasar hukum penyusunan program kerja kepala sekolah

1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 39 Tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru dan Pengawas.
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya
3. Undang‐Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
4. Undang‐Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
6. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang diubah
dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi

Daftar Pustaka

1. Https://Postinganguru.Blogspot.Co.Id/2016/12/Contoh-
Administrasi-Kepala-Sekolah-Sd.Html. Diakses 5 April 2018.
2. Http://Programkerjasekolah.Blogspot.Co.Id/2017/02/Kumpul
an-Format-Administrasi-Kepala.Html. Diakses 6 April 2018.
3. Http://Husnainiphysic.Blogspot.Com/2013/04/Makalah-
Administrasi-Pendidikan-Kepala.Html?M=1 . Diakses 27
November 2018
4. Https://Tipsserbaserbi.Blogspot.Com/2015/09/Pengertian-
Kepala-Sekolah-Menurut-Para.Html?M=1. Diakses 27
November 2018

BAB X
ADMINISTRASI LABORATORIUM
10.1 PENDAHULUAN

Laboratorium memiliki arti penting dalam perkembangan


pengajaran dan perkembangan kurikulum yang semakin kompleks.
Keberadaan laboratorium juga berperan dalam kemajuan lembaga
pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, dan pesantren.
Pengadaan laboratorium disetiap lembaga pendidikan adalah
keniscayaan dan keharusan untuk meningkatkan mutu dari lembaga
pendidikan itu sendiri. engelolaan laboratorium merupakan suatu
proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan
memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, laboratorium
harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagus apapun suatu
laboratorium tidak akan berarti apabila tidak ditunjang oleh
pengelolaan laboratorium yang baik. Pengelolaan laboratorium
hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur-unsur dalam
pengelolaan (Susilowati, 2012). peningkatan dan pengembangan
laboratorium sebagai fungsi pengelolaan. Tujuan dari unsur-unsur
pengelolaan laboratorium tersebut adalah untuk lebih meningkatkan
hasil penelitian, kemitraan usaha dan kepedulian terhadap
masyarakat, serta kemampuannya sebagai income generating unit
yaitu produk lembaga pendidikan seperti sekolah maupun perguruan
tinggi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Decaprio, 2013).
Pengelolaan laboratorium dikatakan baik apabila
pengelolaaan laboratorium tersebut sudah sesuai dengan standar
minimal pengelolaan laboratorium yang telah ditentukan.
Keberhasilan pengelolaan laboratorium yang baik sangat
berpengaruh terhadap kualitas
suatu laboratorium. Berdasarkan uraian latar belakang masalah
tersebut, penulis akan membahas tentang administrasi laboratorium
yang diperlukan oleh petugas laboratorium yang terdapat disekolah
pada pembahasan selanjutnya.
10.2 LINGKUP BAHASAN
Membahas tentang pentingnya Administrasi Laboratorium
yang dibutuhkan sekolah dalam pengelolaan laboratorium. Mulai
dari pengertian laboratorium, fungsi dan perannya, serta komponen-
komponen yang terdapat di dalam laboratorium tersebut.

10.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami administrasi laboratorium


2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan peran administrasi
laboratorium
3. Mahasiswa dapat mendeskripsikan apa saja komponen yang
terdapat didalam laboratorium

Administrasi adalah rangkaian kegiatan bersama


sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu
usaha atau organisasi yang didasarkan suatu tujuan tertentu yang
telah ditetapkan. Administrasi Laboratorium tidak hanya suatu
proses pendataan atau pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan
aktivitas laboratorium, namun lebih luas lagi yakni administrasi
laboratorium merupakan suatu proses bersama untuk
menyelenggarakan kegiatan laboratorium baik berupa pendidikan,
penelitian maupun pengabdian masyarakat secara kelembagaan
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pengarahan, pengawasan untuk mencapai tujuan pengelolaan
laboratorium secara terencana dan sistematis.
Laboratorium adalah suatu ruangan atau kamar tempat
melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh
adanya seperangkatan alat-alat laboratorium serta ditunjang oleh
adanya Lab infrastructure yang lengkap
Kegiatan Administrasi Laboratorium adalah merupakan
kegiatan rutin, terutama mengenai penanganan penggunaan peralatan
yang ada. Untuk memudahkan cara penggunaannya perlu diatur tata
cara pendataan (data collecting) tentang semua peralatan lab yang
dimiliki. Pencatatan daftar peralatan dapat barupa buku, sistem kartu
atau penyusunan daftar peralatan lab dengan sistem komputer dsb.
semua data peralatan yang disusun harus jelas informasinya .
Peran dan Fungsi Laboratorium :
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar
Nasional Pendidikan dan dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 24
Tahun 2007, laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan
teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba peneltian, dan
sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai. Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan
dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup,
kamar atau ruangan terbuka. Dalam pengertian terbatas laboratorium
ialah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian
dilakukan. Fungsi Laboratorium sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan
peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas.
Secara standar terdapat 9 komponen administrasi laboratorium
yang harus dipenuhi oleh pengurus lab IPA. Kesembilan komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Buku inventarisir dan kartu inventarisir
2. Kartu stok
3. Kartu peminjaman alat/bahan
4. Buku catatan harian laboratorium
5. Kartu reparasi
6. Label
7. Program semester laboratorium
8. Laporan bulanan
9. Daftar alat dan bahan sesuai dengan LKS
A. Buku Inventarisir

Keterangan:
No: diisi no urut alat dan bahan yang diinventarisir
Nama alat/bahan: diisi oleh nama dagang atau nama resmi alat dan
bahan yang dibeli. Syaratnya pengisian nama alat dan bahan harus
konsisten.
Kode: diisi dengan kode alat dan bahan yang kita beli. Untuk kode
bisa mengikuti kode yang dibuat perusahaan tempat pembelian alat
dan bahan tersebut atau membuat kode sendiri (lihat SOP) yang saya
buat).
Produsen: diisi dengan nama perusahaan yang membuat alat dan
bahan, bukan dengan nama toko.
Kondisi: diisi dengan jumlah barang yang dalam keadaan baik,
rusak atau hilang.
Keterangan: berisi informasi tambahan. Misalnya kenapa alat
tersebut hilang, dll.

Aturan Penggunaan Buku Inventarisir


1. Buku inventarisir merupakan daftar yang memuat semua
barang milik lab. IPA yang dipakai dan ada hubungannya
dengan kegiatan praktikum di dalam lab.
2. Inventarisir dilakukan minimal sekali/semester.
B. Kartu Stok

Keterangan:
Spesifikasi: berisi ciri khas utama dari alat atau bahan yang kita
masukkan ke dalam kartu stok. Misalnya nama alatnya neraca empat
lengan. Spesifikasinya: ketelitian 0,1 gram, skala maksimum 311
gram, terbuat dari besi tahan karat.
Tanggal: diisi dengan tanggal pengecekan barang tersebut
Keadaan Masuk: diisi dengan jumlah barang yang masuk atau
dibeli untuk laboratorium
Keadaan Keluar: diisi dengan jumlah barang yang dipakai di dalam
laboratorium
Keadaan Persediaan: diisi dengan jumlah alat/bahan yang disimpan
di gudang atau yang tidak dipakai (hanya sebagai cadangan)
Aturan penggunaan kartu stok
1. Kartu stok merupakan catatan pergerakan transaksi keluar-
masuk suatu bahan yang terdapat di dalam lab.
2. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan
alat/bahan yang bersangkutan.
3. Pencatatan di kartu stok dilakukan secara rutin dari hari ke
hari.
C. Kartu Peminjaman Alat / Bahan

Keterangan:
Praktikum Ke: diisi dengan no. urut praktikum yang dilakukan
dalam satu semester (diisi siswa)
Judul Praktikum: diisi dengan judul praktikum yang dilakukan
sesuai LKS (diisi siswa)
Kelompok: diisi dengan nama kelompok (diisi siswa)
Nama Anggota: diisi dengan nama anggota kelompok (diisi siswa)
Kode: opsional dan diisi oleh laboran
**Ditandatangai oleh ketua kelompok dan laboran
Aturan penggunaan kartu peminjaman alat dan bahan
1. Kartu peminjaman alat dan bahan berisi daftar alat/bahan
yang diperlukan oleh suatu kelompok atau oleh guru yang
bersangkutan untuk melakukan sekali praktikum dan
ditujukan kepada laboran.
2. Pencatatan di kartu peminjaman alat dan bahan dilakukan
setiap akan melakukan praktikum.
Catatan:
Ada dua versi kartu peminjaman alat dan bahan :
Versi 1: kartu peminjaman alat dan bahan dilakukan oleh siswa
untuk diajukan ke laboran
Versi 2: kartu peminjaman alat dan bahan dilakukan oleh guru mata
pelajaran untuk diajukan ke laboran
D. Buku Catatan Harian Laboratorium

Keterangan:
No: diisi dengan no. urut praktikum yang dilakukan dalam satu
semester
Hari/Tanggal: diisi dengan hari/tanggal dilaksanakannya praktikum
Judul Praktikum: diisi dengan judul praktikum yang dilakukan
Kelas: diisi dengan nama kelas yang melakukan praktikum
Jam: diisi dengan jam pelaksanaan praktikum
Paraf: diisi dengan paraf laboran
Keterangan: diisi dengan keterangan tambahan yang bisa
dicantumkan
Aturan penggunaan buku catatan harian laboratorium
1. Buku catatan harian lab. merupakan buku yang berisi daftar
kegiatan praktikum yang dilakukan di dalam lab.
2. Pencatatan di buku catatan harian lab. dilakukan secara rutin
dari hari ke hari.
D. Kartu Reparasi

Keterangan:
No. Kartu: Diisi dengan no. surat kartu reparasi. Contoh: 001/Lab.
Fisika/SMA
Jenis Kerusakan: Diisi dengan jenis kerusakan yang diperbaiki
Komponen: Diisi jika memang terdapat penggantian komponen
Harga: Diisi dengan biaya reparasi dan biaya komponen yang
diganti
Keterangan: Diisi dengan keterangan tambahan yang bisa
dicantumkan
*dilampirkan pula kuitansi perbaikan dan pergantian komponen
**Ditandatangani oleh teknisi (atau laboran) dan koordinator lab.
IPA
Aturan penggunaan kartu reparasi
1. Kartu reparasi merupakan kartu yang memuat informasi
menganai perbaikan atau reparasi suatu alat.
2. Pencatatan di buku catatan harian lab. dilakukan oleh teknisi
bila ada perbaikan terhadap barang yang rusak dan
dilaporkan kepada koordinator lab.

F. Label Alat Dan Bahan


 label bahan

Keterangan:
Dibuat Tanggal: Diisi dengan tanggal pembuatan larutan/bahan
kimia
(aq): Bentuk bahan kimia berupa larutan
0,1 M: Konsentrasi bahan kimia
Catatan: Berisi tambahan informasi mengenai bahaya bahan kimia
tersebut
 Label Alat

Keterangan:
Tahun Pengadaan: diisi dengan tahun pengadaan alat
FLS 20.14/113: kode alat
Catatan: berisi tambahan informasi mengenai cara penyimpanan
alat
Catatan:
1. Tanggal pembuatan larutan dan tahun pengadaan penting
sekali untuk dicantumkan di label alat/bahan.
2. Label di tempel lalu diberikan pelindung plastik seperti
selotif agar tidak mudah rusak.
3. Ukuran label disesuaikan dengan ukuran kemasan atau
ukuran alat/bahan.
Aturan penggunaan buku catatan harian laboratorium :
1. Label berisi informasi mengenai nama suatu alat/bahan
beserta informasi-informasi singkat lainnya yang dibutuhkan.
2. Label dicantumkan pada alat/bahan yang terdapat di ruang
laboratorium.
G. Program Semester Laboratorium

Keterangan:
No: diisi dengan no. urut dilaksanakannya praktikum
Agustus, September, dst.: diisi dengan bulan dalam satu semester
1, 2, 3, 4: merupakan angka untuk menunjukkan minggu dalam satu
bulan
*Ditandatangani oleh laboran, ketua lab dan kepala sekolah
Aturan penggunaan program semester laboratorium
1. Program semester laboratorium berisi daftar praktikum yang
akan dilakukan di dalam laboratorium dalam kurun waktu
satu semester.
2. Program semester laboratorium dibuat dalam ukuran minimal
A2 dan ditempel secara strategis di dalam ruang laboratorium.

H. Laporan Bulanan
Aturan penggunaan laporan bulanan
1. Laporan bulanan merupakan daftar yang memuat kegiatan
apa saja yang dilakukan di laboratorium setiap bulannya.
2. Laporan bulanan dibuat oleh koordinator lab. dan dilaporkan
kepada wakasek kurikulum, wakasek sarana dan prasarana
serta kepada kepala sekolah.
3. Laporan bulanan dibuat minimal sebulan sekali.

I. Daftar Alat Dan Bahan Sesuai LKS

Keterangan :
No: diisi dengan no. urut dilaksanakannya praktikum
Judul Praktikum: diisi dengan judul praktikum
Nama Alat dan Bahan: diisi dengan nama alat dan bahan untuk
melakukan praktikum
Jumlah: diisi dengan jumlah minimal alat dan bahan untuk jumlah
kelompok ideal dalam jangka waktu satu tahun. Misalnya jumlah
kelompok ideal untuk satu kelas adalah 6 kelompok.
Keterangan: diisi dengan tambahan informasi yang diperlukan

*Ditandatangani oleh laboran, ketua lab dan kepala sekolah


**Dilaporkan setiap awal semester.

Aturan penggunaan daftar alat dan bahan sesuai dengan LKS


1. Daftar alat dan bahan sesuai dengan LKS berisi daftar alat
yang dibutuhkan untuk melakukan sekali praktikum dalam
satu kelas dalam periode tahun ajaran tertentu.
2. Daftar alat dan bahan sesuai dengan LKS dibuat paling
lambat seminggu sebelum hari pertama di tahun ajaran baru.
3. Fungsi dari daftar alat dan bahan sesuai dengan LKS adalah
untuk memastikan agar alat dan bahan sudah tersedia jauh
hari sebelum praktikum akan dilaksanakan. Fungsi lainnya
sebagai landasan untuk pengajuan pembelian alat dan bahan
laboratorium.

Daftar Pustaka

1. http://administrasiguru.operatorsekolah.com/2017/05/adminis
trasi-laboratorium ipa-smp.html.Diakses 5 April 2018.
2. http://sondangriana110993.blogspot.co.id/2014/05/administra
si-laboratorium.html.Diakses 5 April 2018
3. http://daudphysicseducation.blogspot.com/2016/05/pengertian-
administrasi-laboratorium.html
4. https://www.scribd.com/doc/311977581/Administrasi-
Laboratorium

BAB XI
ADMINISTRASI KEPUSTAKAAN SEKOLAH

11.1 PENDAHULUAN

Setiap organisasi, baik yang berorientasi pada keuntungan


maupun organisasi yang tidak berorientasi pada keuntungan dapat
dipastikan mempunyai suatu unit khusus yang bertugas dalam
bidang administrasi. Dengan kata lain setiap organisasi pasti
memerlukan suatu unit yang mengelola segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan administrasi yang pada akhirnya akan
berhubungan dengan kegiatan kearsipan. Jadi kegiatan administrasi
pada dasarnya adalah menghasilkan, menerima, mengolah dan
menyimpan berbagai surat, laporan, formulir dan sebagainya ( Agus
Sugiarto, 2005:2) Kegiatan organisasi memerlukan data dan
informasi, yang salah satu sumber data tersebut adalah arsip. Dalam
Undang-undang no.43 tahun 2009 tentang kearsipan pasal 1
disebutkan bahwa pengertian arsip adalah sebagai berikut : rekaman
atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara umum pengertian administrasi adalah segenap proses
penataan kerjasama dari sekelompok orang dengan menggunakan
fasilitas dan perlengkapan yang ada untuk memperlancar dan
mengefisienkan pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Menurut
pendapat Rompas (1985: 12) Yang dimaksud dengan administrasi
Perpustakaan Sekolah adalah: "Keseluruhan proses kegiatan yang
dilakukan di perpustakaan dengan menggunakan fasilitas yang ada
untuk memperlancar dan mempercepat tercapainya tujuan
Perpustakaan Sekolah". Semua bahan pustaka yang diterima di
Perpustakaan Sekolah hendaklah diadministrasikan dengan baik.
Gunanya adalah :
a. Agar diketahui sumber atau asal datangnya bahan pustaka
tersebut.
b. Agar dengan mudah diketahui jumlah bahan pustaka yang telah
diterima di perpustakaan baik jumlah judul maupun jumlah
eksemplarnya
c. Agar diketahui jenis atau macam bahan pustaka yang telah
diterima.

11.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya dalam melaksanakan


kegiatan-kegiatan mengenai manajemen dan administrasi
perpustakaan yang harus dilakukan oleh masing-masing pemangku
jabatan yang ada di sekolah

11.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian administrasi


perpustakaan sekolah.
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pembagian administrasi
perpustakaan yang ada di sekolah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kelengkapan dan alur
administrasi perpustakaan yang ada di sekolah.

A. Definisi Perpustakaan

Secara tradisional arti perpustakaan adalah sebuah koleksi


buku dan majalah Walaupun dapat juga diartikan sebagai koleksi
pribadi perseorangan namun lebih umum dikenal sebagai sebuah
koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau
institusi yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak
mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Secara
modern perpustakaan diartikan sebagai sarana menyimpan koleksi
buku digunakan untuk menyimpan data yang sebagian besar
berbentuk digital dan diakses melalui computer ( Digital Library ).

B. Fungsi Perpustakaan Sekolah


1. Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal


11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai: Pusat kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum
dalam kurikulum sekolah:
1. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa
mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.
2. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan
mengisi waktu luang (buku-buku hiburan)
Sedangkan menurut Yoseph Mbulu, perpustakaan sekolah sangat
diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan bahwa :
a. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar di
lingkungan sekolah
b.Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen
sistem pengajaran
c.Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang
kualitas pendidikan dan pengajaran
d. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar
yang memungkinkan peserta didik dapat mempertajam daya
pikirnya

C. Administrasi Perpustakaan Secara Teknis

I. Buku Induk/ Buku Inventaris

a. Inventarisasi Buku

Bila buku atau bahan pustaka lain yang akan menjadi koleksi
perpustakaan tiba di perpustakaan, baik bersumber dari pembelian
maupun hadiah, maka :

1) Pengecekan buku atau bahan pustaka lain

Bahan pustaka khususnya buku yang diserahkan ke unit


pengadaan/ pengolahan bahan pustaka yang berasal dari berbagai
sumber itu, perlu dilakukan pengecekan ulang. Pengecekan terutama
lebih ditekankan pada fisik buku seperti : jumlah nomor halaman dan
urutannya, ketepatan pengarang maupun kekuatan jilidan buku,
apabila ditemukan buku-buku dengan jilidan kurang kuat, lebih baik
dilakukan jilidan ulang sebelum buku-buku tersebut siap diproses.
Khusus bagi bahan pustaka yang bersumber dari pembelian,
cocokkan bahan pustaka yang diterima dengan daftar pengantar,
catat jika ada cocok, selesaikan dahulu sampai semuanya cocok, baru
diproses lebih lanjut.

2) Pencantuman Identitas

Semua bahan pustakan dalam hal ini khususnya bahan


tercetak harus diberi tanda identitas pemilikan. Tanda ini lazimnya
berupa stempel yang memang khusus didesain untuk pemberian
tanda identitas pada bahan tercetak. Ada dua macam stempel
identitas yaitu :

a) Stempel identitas berupa stempel memanjang untuk


distempelkan pada sisi buku sebelah luar
b) Stempel identitas berupaStempel Pendek,

3) Pemberian nomor induk

Setelah buku distempel, buku tersebut dicatat dalam buku


induk. Buku-buku didaftarkan menurut tanggal terima. Setiap
eksemplar buku memiliki nomor urut/induk tersendiri, hal ini untuk
memudahkan kita mengetahui jumlah koleksi bahan pustaka yang
dimiliki perpustakaan. Misalnya buku Ensiklopedia Americana ada
30 volume/jilid, berarti harus tersedia 30 nomor induk, satu
volume/jilid satu nomor induk.
Sebaiknya untuk buku pembelian, hadiah atau hasil tukar
menukar mempunyai nomor induk tersendiri. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah dalam pengecekan, dalam mencatat nomor
induk pada buku itu sendiri.

Kolom buku induk/buku inventaris adalah sebagai berikut :

No. Tgl. Penga- Judul Penerbit Tahun Nomor Asal Ket


rang Penerb Klasifik Sum
it asi ber
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cara Pengisian Kolom Induk :

 Kolom 1 : Nomor (nomor induk), diisi dengan nomor urut


pencatatan dalam daftar.
 Kolom 2 : Tangga, diisi lengkap tanggal, bulanan, tahun
ketika buku dicatat.
 Kolom 3 : Pengarang, diisi dengan nama pengarang utama,
penulisan sesuai dengan Perautran Katalogisasi untuk nama-
nama pengarang.
 Kolom 4 : Judul, diisi dengan judul buku yang tercantum
pada halaman judul.
 Kolom 5 : Penerbit, diisi dengan nama penerbit dan kota
tempat terbit, contoh : Jakarta, Gramedia
 Kolom 6 : Tahun terbit, diisi dengan tahun buku diterbitkan
sesuai dengan edisi atau cetakan yang terakhir.
 Kolom 7 : Nomor klasifikasi, diisi nomor klasifikasi dari
buku tersebut.
 Kolom 8 : Asal/ sumber, pembelian atau hadiah, bagi buku
yang berasal dari hadiah ditulis nama/lembaga/instansi/orang
yang menghadiahkan.
 Kolom 9 : Keterangan, diisi apabila buku rusak, ditarik dari
peredaran atau diisi dengan penempatan buku, misalnya
referens, sirkulasi dan sebagainya, atau keterangan lain yang
tidak bisa dimasukkan pada kolom yang sudah ada.

Penempatan nomor induk beserta tanggal pencantuman biasanya


dibuatkan stempel khusus, contoh :

PERPUS SMA

DI PALEMBANG
No. Daft.

Tgl. Sumber

Setelah pekerjaan ini selesai, buku diteruskan ke bagian katalog dan


klasifikasi.

b. Inventarisasi Buku

(Surat Kabar, Majalah, dan Buletin)

Setiap koleksi berkala yang menjadi milik perpustakaan terlebih


dahulu dibubuhi stempel perpustakaan, kemudian
didaftar/diinventarisir pada kartu yang dibuat dari karton manila
berukuran 23x18 cm, gambar di bawah ini adalah kartu surat kabar
dengan kolom dan keterangannya.

Perpustakaan...........................................
Jalan.......................................................
Judul : ............................... Harga Langganan
. Rp.................
Penerbit : ............................... Catatan ....................................
. ..
Alamat : ............................... .................................................
. ..
Tahun : ............................... .................................................
. ..
Tanggal 1 2 3 4 5 6 s.d. 31 Keteranga
n
Januari
Februari
s.d.
Desembe
r

Tampak Depan
Di bagian belakang kartu dibuat kolom-kolom yang sama
seperti bagian depan, untuk keterangan judul penerbit, dan
sebagainya tidak perlu dicantumkan lagi, cukup nama bulan dan
tanggal saja.

Untuk majalah dan buletin perlu dicap pada sampulnya di


sebelah kanan atas, kemudian pada halaman tertenru perlu juga
dibubuhi cap sebagai kode perpustakaan, tetapi dijaga agar gambar
atau teks jangan terkena sehingga menjadi kabur.

Majalah dan buletin ditentukan kartu sendiri dibuatkan dari


karton manila berukuran 23 cm x 18 cm. kolom-kolom dan
keterangannya adalah sebagai berikut :

Perpustakaan : Harga Langganan


Rp
Judul : Catatan :
Penerbit :
Alamat :
Tahun :
Januari Februari s.d. Juni
Tahun Tgl No Vol Tgl No Vol Tgl No Vol

Pada bagian belakang buatlah kolom-kolom yang sama mulai dari


bulan Juli sampai Desember atau disesuaikan dengan kartu.

c. Inventaris Guntingan Surat Kabar atau Majalah (Kliping)


Guntingan sarat kabar atau majalah hendaknya dihimpun
dalam map atau sejenisnya amplop besar. Pada bagian luar map atau
amplop besar diberi catatan mengenai subjek atau bidang ilmu
pengetahuan guntingan tersebut dan nomor klasifikasi.

Map atau amplop ini sebaiknya disusun dan ditempatkan


pada suatu tempat, misalnya pada file vertikal atau
kotak.penyusunan dapat diatur menurut abjad subjek atau menurut
nomor klasifikasi subjek.

II. BUKU PENGUNJUNG

Buku ini memuat tentang data pengunjung yang datang ke


perpustakaan dan membedakan antara jenis kelamin maupun status /
golongan buku ini memuat kolom-kolom antara lain :

 Nomor : untuk mengetahui jumlah pengunjung yang datang ke


perpustakaan.
 Tanggal : diisi pada waktu datang ke perpustakaan
 Nama : nama pengunjung itu sendiri.
 Jenis kelamin : diisi jenis kelamin pengunjung untuk
membedakan antara laki-laki dan perempuan.
 Kelas/status : diisi untuk membedakan antara (bagi perpustakaan
sekolah) dan untuk perpustakaan masyarakat diisi status misal :
mahasiswa, pelajar, pegawai, dsb.
 Keterangan : diisi bila diperlukan (bisa juga diisi pesan-pesan
atau kesan, dll)

CONTOH BUKU PENGUNJUNG

Hari :

Tanggal :

No Nama J. Kel Asal Alamat Tanda Saran


L P SD SMP SMA UMUM Tangan

III. BUKU PEMINJAM

Buku ini mencatat tentang data peminjam dan buku yang


dipinjam di perpustakaan. Buku ini memuat tentang kolom-kolom
antara lain :

 Nomor : untuk mengetahui banyak peminjam yang meminjam


buku di perpustakaan.
 Nama : diisi nama si peminjam
 Kelas : untuk mengetahui kelas si peminjam
 Judul buku : diisi judul buku yang dipinjam
 Nomor inventaris : diisi sesuai dengan nomor inventaris yang
telah dicantumkan dalam buku
 Tanggal pinjam : diisi tanggal saat meminjam
 Tanggal harus kembali : diisi buku itu harus mengembalikan
tanggal berapa, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Tanggal kembali : diisi pada saat mengembalikan buku itu
 Keterangan : diisi dengan tanda tangan atau lainnya

BUKU PEMINJAM

Sta- Judul, No. Tgl. Tgl. Hrs Tgl.


No Nama Alamat Ket
tus Pengarang Inv Pinjam Kembali Kembali

Sistem Peminjaman

Sistem peminjaman yaitu serangkaian cara pencatatan


peminjaman maupun pengembalian bahan pustaka dengan aturan-
aturan tertentu :

1. Sistem Buku Besar


Sistem sewa atau peminjaman dan pengembalian koleksi bahan
pustaka memakai catatan buku besar. Nama peminjam dicatat dalam
salah satu halaman catatan buku besar dan halaman diberi nomor
urut satu halaman catatan buku besar dan halaman diberi nomor urut
yang dianggap sebagai nomor anggota. Pada halaman terse but
terdapat kolom-kolom : nama, alamat peminjaman, tanda tangan
petugas, tanggal peminjaman dan tanggal kembali.

2. Sistem Slip/ Bon Pinjaman

Sistem peminjaman dengan menggunakan slip/bon pinjam


yaitu : nama peminjaman, alamat peminjam, data bahan pustaka,
tanggal peminjaman, tanggal pengembalian, tanda tangan
peminjaman.

3. Sistem Kartu Buku

Sistem peminjaman yang pencatatan peminjamna dilakukan


pada kartu buku yang ada pada bahan pustaka. Apabila bahan
pustaka dipinjam, maka kartu buku dicabut oleh petugas dan kartu
buku dicabut oleh petugas dan kartu buku disusun berdasarkan
tanggal pengembalian.

IV. KARTU ANGGOTA

Ada beberapa macam kartu anggota yang dapat dipilih salah


satunya atau secara kombinasi untuk digunakan di perpustakaan
bersangkutan.

 Kartu identitas yang hanya memuat nomor registrasi/


anggota, nama, alamat, tanggal berlaku keanggotaan.
 Kartu peminjam yang memuat data yang sama seperti kartu
identitas hanya ditambah dua kolom untuk mencatat transaksi
peminjaman.
 Sistem bon, dibuat rangkap dua atau tiga, dimana setiap buku
yang dipinjam harus ditulis dalam satu bon, lengkap dengan
nama peminjam, alamat, nomor buku, judul buku, nama
pengarang, dsbnya. Satu lembar untuk peminjam, yang lain
untuk catatan perpustakaan. Sistem ini kurang efisien dari
segi waktu karena peminjam harus menulis bon sebanyak
buku yang dipinjam.
 Kantung buku, berupa kantung-kantung kecil berisi nama
anggota, nomor registrasi, alamat, tanggal berlaku
keanggotaan,diberikan kepada anggota sesuai dengan jumlah
buku yang boleh dipinjam. Setiap kali anggota meminjam, ia
harus menyerahkan satu kantong buku untuk setiap judul
yang dipinjam.
Untuk perpustakaan sekolah atau masyarakat sebaiknya
menggunakan kartu identitas yang kini lazim digunakan di banyak
perpustakaan. Bentuknya yang seperti KTP memudahkan orang
menyimpannya dalam dompet sehingga selalu dibawa dan bisa
sewaktu-waku datang ke perpustakaan untuk meminjam buku.
Pasangan kartu identitas ini adalah kartu peminjam untuk setiap
anggota yang disimpan di bagian peminjaman.

Catatan : untuk perpustakaan yang anggotanya terbatas dan buku


yang akan dipinjamkan belum banyak, kartu peminjam
dapat diganti dengan buku tulis.

Buatlah kolom-kolom dalam buku untuk : 1) tanggal mulai


dipinjam, 2) nama/nomor angota, 3) judul buku, 4) tanggal harus
kembali, 5) paraf peminjam. Cara ini juga tidak memerlukan kartu
buku. Ditiap buku cukup ditempelkan kartu (kertas) tanggal kembali
saja.

Pas foto terbaru, setiap calon anggota umumnya diminta


menyerahkan pas foto sekurang-kurangnya dua buah, satu untuk
ditempel di kartu anggota dan satu untuk ditempel di buku registrasi.
Ini terutama untuk perpustakaan masyarakat/umum di kota-kota
besar yang anggotanya tersebar. Beda dengan perpustakaan desa atau
perpustakaan sekolah, yang penggunaannya sudah tertentu yaitu
anggota masyarakat sekitar dan murid-murid yang dikenal oleh
petugas perpustakaan dan guru setempat, faktor pas foto dapat
diabaikan.

(1) Administrasi Pelayanan Kartu Anggota Perpustakaan Sekolah


Karena pengguna perpustakaan sudah tertentu orangnya,
yaitu siswa dan guru di sekolah tersebut, maka syarat keanggotaan
terkait dengan pendaftaran masuk sebagai siswa di sekolah tersebut.
Oleh karena itu, kartu pelajar juga dapat berfungsi sebagai kartu
anggota perpustakaan. Namun demikian, tetap diperlukan peraturan
perpustakaan untuk menentukan buku apa dan berapa banyak yang
boleh dipinjam serta lama peminjaman. Sanksinya pun perlu
ditetapkan bagi yang melanggar ketentuan, namun dengan penuh
kebijaksanaan dan kehati-hatian agar tidak mematikan minat siswa
berkunjung ke perpustakaan. Peraturan in dipasang di meja sirkulasi,
dipapan pengumuman tiap kelas dan ditempat-tempat lain yang
mudah terlihat oleh siswa. Tulisan peraturan dibuat lebih besar dari
ukuran mesin ketik biasa, agar mudah membacanya.
Berbeda dengan anggota masyarakat, perpustakaan sekolah
memiliki anggota yang secara otomatis terdaftar di perpustakaan
begitu seseorang menjadi murid atau guru di sekolah bersangkutan.

(2) Tata cara penerimaan anggota Perpustakaan Masyarakat

Tata cara penerimaan anggota perpustakaan perlu ditetapkan


sesederhana mungkin. Pertama pendaftar diminta membaca dengan
seksama peraturan perpustakaan sebelum ia mencatatkan nama untuk
menjadi anggota. Formulir pendaftaran diberikan kepada calon
anggota untuk diisi dengan nama pendaftar,alamat rumah/pekerjaan,
jabatan atau pekerjaan, nomor telepon kalau ada, dan tanggal
mengajukan pendaftaran. Sebuah fotokopi KTP, atau tanda pengenal
lain yang sah perlu dilampirkan. Apabila fotokopi sulit diperoleh,
cukup dicatat nomor KTP/SIM atau tanda pengenal yang lain. Dalam
formulir perlu dicantumkan kalimat yang menyatakan bahwa
pendaftar setuju dan patuh pada peraturan perpustakaan yang
kemudian dibubuhi tanda tangannya.
Sekali lagi, harus diingat,kondisi masyarakat berbeda-beda dan
ada masyarakat yang kurang paham dan kurang menyenangi
birokrasi berlebihan, sehingga urusan menjadi anggota perpustakaan
ini menjadi momok bagi mereka. Walaupun prosedur keanggotaan
ini dimaksudkan untuk ketertiban, haruslah dilakukan cara yang
lebih kreatif dan inovatif untuk membuat orang tidak enggan
menjadi anggota. Peraturan yang terlalu ketat dan prosedur yang
birokratis akan menyebabkan para calon anggota mengurungkan
niatnya.
Formulir yang telah diisi, lalu disusun dalam file menurut
nama pendaftar. Disamping file formulir pendaftaran ini, penting
sekali kita memiliki buku registrasi atau lazim disebut buku induk
angota perpustakaan. Buku ini berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui jumlah anggota ganda, mencatat uang pangkal, uang
iuran tahunan bila diperpanjang dan catatan-catatan lainnya. Oleh
karena itu, urutan keterangan dalam kolom-kolom buku registrasi ini
dimulai dengan tanggal mulai jadi anggota,nomor registrasi, nama
anggota, uang pangkal, uang iuran tahunan (misalnya untuk lima
tahun kolom).

V. STATISTIK

Statistik adalah ilmu tentang pengumpulan data,


menggolongkan, mentabulasi, dan menganalisa suatu kegiatan.
Dalam perpustakaan yang disebut statistik adalah catatan angka-
angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolongkan mengenai
kegiatan perpustakaan.

Statistik berfungsi dalam beberapa tujuan yakni :

a) Menyusun laporan.
b) Mengukur efisiensi berbagai kegiatan dan kinerja pustakawan.
c) Menyusun rencana dan jasa perpustakaan.
d) Bahan pertimbangan dalam penambahan anggaran dan staf.
e) Sebagai evaluasi kemajuan atau keberhasilan perpustakaan.

Unsur-unsur yang harus dilaporkan yakni :


a. Pengadaan bahan pustaka : jumlah koleksi yang dibeli, hadiah.
Data ini kelompokkan berdasarkan jenis koleksi dan subyek.
b. Pengolahan bahan pustaka : jumlah koleksi yang dikatalog dan
yang diklasifikasi.
c. Keanggotaan : jumlah angota yang jumlah pengunjung.
d. Koleksi yang dipinjam : buku yang dipinjam berdasarkan
subyek.
e. Layanan rujukan : jumlah pertanyaan yang masuk, pertanyaan
yang terjawab dalam waktu singkat.
f. Jasa reproduksi : jumlah koleksi yang direproduksi, jumlah yang
difotokopi.

Daftar Pustaka

1. https://www.scribd.com/doc/21437735/Administrasi-
perpustakaan-sekolah. Diakses 4 April 2018.
2. https://www.nomifrod.com/2016/08/format-kelengkapan-
administrasi-perpustakaan.html. Diakses 4 April 2018
3. https://www.scribd.com/doc/21437735/Administrasi-
perpustakaan-sekolah . diakses 27 November 2018
4. http://eprints.undip.ac.id/19408/2/BAB_I.pdf. diakses 27
November 2018
5. http://library.usu.ac.id/download/fs/perpus-zurni.pdf . diakses 27
november 2018
BAB XII
ADMINISTRASI AKREDITASI SEKOLAH

12.1 PENDAHULUAN
Bidang kegiatan yang diidentifikasikan sebagai pendidikan
menyiratkan dua karakteristik utama, yaitu; pertama bidang normatif
yang merujuk pada nilai yang terkandung dalam konsepsi
pendidikan, dan kedua bidang praktis yaitu aplikasi konsepsi yang
mensyaratkan tindakan nyata untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Dua hal tersebut menuntut semua pihak yang terlibat didalam
pelaksanaan pendidikan, baik secara langsung-operasional yaitu
pendidik yang mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran,
maupun manajerial-institusional harus selalu berlandaskan pada
norma, nilai dan prinsip dasar yang relevan dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya.
Paradigma baru dalam penyelenggaraan akreditasi sekolah
dan madrasah tidak lagi membedakan antara lembaga negeri dengan
swasta, serta mendayagunakan keterlibatan masyarakat dengan
menjunjung prinsip keterbukaan dan akuntabilitas, sebagaimana
yang diamanatkan oleh undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional.
Akreditasi sekolah dan madrasah diselenggarakan atas dasar
pertimbangan bahwa upaya meningkatkan kualitas sekolah dan
madrasah adalah upaya meningkatkan kualitas para lulusannya,
sehingga dapat memiliki basis ilmu pengetahuan dan moral yang
diperlukan dalam menghadapi masa depannya.

12.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang pentingnya administrasi akreditasi sekolah


dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah yang harus
dilakukan oleh masing-masing pemangku jabatan yang ada di
sekolah.
12.3 TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Administrasi


Sekolah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Akreditasi
Sekolah dan Madrasah
3. Mahasiswa dapat megetahui Fungsi dan Tujuan Akreditasi
Sekolah dan Madrasah
4. Mahasiswa dapat mengetahui Persyaratan Sekolah dan
Madrasah yang diakreditasi
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Prosedur Akreditasi
Sekolah dan Madrasah

A.Pengertian Administrasi Sekolah

Administrasi adalah segala upaya bersama untuk


memanfaatkan sumber-sumber personal ataupun material yang
efektif dan juga efisien supaya menunjang tercapainya tujuan
pendidikan sekolah dengan optimal. Adapun prinsip umum
dari administrasi sekolah yaitu administrasi sekolah sifatnya
lebih praktis dan fleksibel, sehingga bisa dilaksanakan sesuai
berdasarkan kondisi maupun situasi yang nyata di sekolah.
Sementara fungsinya untuk sumber informasi dalam
meningkatkan pengelolaan pendidikan dan juga dalam
kegiatan belajar mengajar.

Pada dasarnya administrasi sekolah sendiri terbagi menjadi


beberapa komponen, beberapa di antaranya adalah :

a) Administrasi Kesiswaan
Administrasi ini dilakukan supaya transformasi siswa
bisa menjadi lulusan yang di inginkan oleh tujuan
pendidikan yang sudah di tetapkan dan bisa berlangsung
dengan efektif serta efisien. Adapun administrasi
kesiswaan berhubungan dengan pembinaan siswa di
sekolah hingga siswa menyelesaikan pendidikan melalui
suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar.
Sementara untuk fungsinya adalah merencanakan jumlah
siswa yang bisa diterima dalam tahun ajaran baru,
mengetahui secara pasti kondisi siswa dan memberikan
masukan kepada RAPBS. Selain itu kegiatan yang dijalani
dalam administrasi sekolah adalah penerimaan siswa,
pembinaan siswa dan juga tamat belajar.
b) Administrasi Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di sini berkaitan dengan semua
benda yang bergerak ataupun tidak bergerak yang
dibutuhkan untuk menunjang proses belajar mengajar.
Adapun kegiatan dari administrasi sarana dan prasarana
adalah merencanakan kebutuhan, mengadakan sarana dan
prasarana pendidikan, menyimpan sarana dan prasarana
pendidikan, inventarisasi sarana dan prasarana.
c) Administrasi Personal
Yang dimaksud personal pendidikan di sini yaitu
golongan petugas yang membidangi baik itu kegiatan
edukatif maupun non-edukatif. Personal edukatif adalah
mereka yang memiliki tanggung jawab di dalam proses
belajar mengajar seperti guru dan juga konselor,
sedangkan untuk personal non-edukatif yaitu para petugas
tata usaha maupun para penjaga atau para pesuruh sekolah.
d) Administrasi Keuangan
Komponen di sini adalah ketatausahaan serta tindakan
keuangan yang di dalamnya meliputi perencanaan,
pencatatan data, pelaporan, pelaksanaan dan juga
tanggung jawab keuangan.
e) Administrasi Kurikulum
Di samping melakukan pencatatan pelaksanaan
kurikulum nasional juga memberikan deskripsi sajian
pokok bahasan di setiap mata pelajaran tiap semester,
menyediakan jabaran kurikulum masing-masing pelajaran,
menyediakan kurikulum untuk pegangan para pengajar
maupun merencanakan pelaksanaan pembelajaran di
setiap pelajaran dalam tingkatan kelas.
Selain beberapa administrasi sekolah di atas, ada pula
administrasi humas yang mana majunya SDM suatu
wilayah tidak hanya tergantung pada pendidikan saja,
melainkan juga masyarakat di daerah tersebut. Oleh sebab
itu semakin tinggi partisipasi masyarakat, maka akan
semakin maju pula SDM daerah tersebut. Jadi sebaiknya
masyarakat dilibatkan secara langsung dalam
pembangunan pendidikan

B.Pengertian Akreditasi Sekolah dan Madrasah

Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun


2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diriya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Akreditasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian
kualitas dengan menggunakan kriteria baku mutu yang ditetapkan
dan bersifat terbuka.
Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen)
sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan
evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan
kelayakan dan kinerja sekolah.
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 29 Tahun
2005 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah
menyebutkan bahwa yang dimaksud Akreditasi Sekolah / Madrasah
adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu Sekolah / Madrasah
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh BAN-
S/M yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat
kelayakan.
Dalam melaksanakan akreditasi, BAN-S/M dibantu oleh
Badan Akreditasi Propinsi yang dibentuk oleh Gubernur. BAN-S/M
melaksanakan akreditasi terhadap program dan / atau satuan
pendidikan jalur formal pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Pengertian lain mengenai akreditasi adalah sebuah proses
penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan
dan / atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk
akuntabilitas publik. Di dalam proses akreditasi, sebuah sekolah
dievaluasi dalam kaitannya dengan arah dan tujuannya, serta
didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah sebagai institusi
belajar. Akreditasi merupakan alat regulasi (self-regulated) agar
sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya
yang terus menerus untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki
kelemahannya.
Dalam konteks akreditasi madrasah, dapat diberikan
pengertian sebagai suatu proses penilaian kualitas madrasah, baik
madrasah negeri maupun madrasah swasta dengan menggunakan
kriteria baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga
akreditasi.
Akreditasi Pendidikan menengah dianggap penting dan
disebut secara nyata dalam PP No. 29 Tahun 1990. Maksud dan
tujuannya adalah membina dan meningkatkan mutu pendidikan di
Pendidikan Menengah tersebut.
Ketentuan akreditasi sekolah menurut Kepmendiknas No.
087/U/2002. Keputusan Mentri Pendidikan Nasional tentang
akreditasi sekolah dibuat pada tahun 2002, mendahului UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai langkah
antisipasi, keputusan mentri tersebut juga merupakan bagian dari
pelaksanaan Propenas bidang pendidikan yang diamanatkan oleh UU
No. 25 Tahun 2000, seiring dengan program reformasi lainnya
seperti MBS, KBK, dan Dewan Pendidikan serta Komite Sekolah.
Sementara belum ada peraturan pemerintah tentang ketentuan
lebih lanjut tentang pelaksanaan akreditasi sekolah Kepmendiknas
tentang akreditasi sekolah dan Kepmen No. 039/0/2003 tentang
Badan Akreditasi Sekolah Nasional ddapat merupakan panduan
operasional pelaksanaan akreditasi sesuai amanat UU No. 20 Tahun
2003. Badan Akreditasi Sekolah Nasional kemudian menyusul
berbagai panduan operasional yang isinya lebih rinci.
Beberapa hal penting yang diatur dalam Kepmendiknas
sejalan upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat adalah sebagai
berikut:
Ruang Lingkup Akreditasi Sekolah.
Akreditasi sekolah meliputi TK, SD, SLB, SLTP, SMU, dan
SMK, baik negeri maupun swasta, dan masih dipertimbangkan
keikutsertaan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan
Madrasah Aliyah
Dari segi lingkup komponen sekolah yang dinilai dalam
akreditasi, meliputi proses belajar mengajar, sumber daya,
manejemen, kultur dan lingkungan madrasah. Adapun jabaran dari
komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proses Belajar Mengajar (PBM)
Pengajaran yang dilkukan oleh seorang guru dapat disebut
efektif jika sebagian besar siswa menguasai sebagian besar dari
materi yang diajarkan. Dalam hal ini, kegiatan pembimbingan
akademis terhadap siswa sangat menentukan kemajuan belajar siswa.
Oleh sebab itu, kegiatan akreditasi madrasah harus mencakup hal-hal
yang berkenaan dengan proses belajar mengajar secara utuh. Dalam
komponen proses belajar mengajar ini dijabarkan sub-sub komponen
sebagai berikut:
a) Perencanaan
Perencanaan proses belajar mengajar yang dianggap
sangat penting untuk dicermati dalam akreditasi madrasah
meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan proses belajar mengajar dengan
visi dan misi madrasah.
2) Dokumen persiapan mengajar dan analisis materi
pelajaran.
3) Penyiapan sumber belajar dan alat peraga.
b) Pelaksanaan program kulikuler
Pelaksanaan programkulikuler merupakan inti dari
proses belajar mengajar yang harus diperhatikan dalam
akreditasi madrasah, dalam hal ini meluputi:
1) Kegiatan siswa.
2) Kegiatan guru.
3) Interaksi belajar mengajar.

c) Pelaksanaan program ekstra kurikuler


Program ekstra kurikuler juga merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan karena merupakan kegiatan
pendukung utama dalam proses belajar mengajar, dalam hal
ini meliputi:
1) Kegiatan siswa.
2) Kegiatan guru.
3) Interaksi belajar mengajar.
d) Hasil
Hasil yang dimaksud disini adalah hasil (outcome)
yang dicapai dari proses belajar mengajarang secara garis
besar dapat menggambarkan mutu / kualitas dari suatu
madrasah, baik itu rendah maupun tinggi. Hal ini meliputi:
1) Nilai ujian ahir nasional
2) Nilai ujian ahir madrasah
3) Prestsi non akademik
4) Sikap dan kepribadian siswa
5) Tinggal kelas
e) Dampak yang dicapai dari proses belajar mengajar.
Yang dimaksud demgam dampak disini adalah akibat
yang dicapai dari proses belajar mengajar, diantaranya adalah:
1) Penerimaan siswa
2) Keterterimaan dijenjang pendidikan selanjutnya
3) Dropout (putus sekolah)

2. Sumber daya
Untuk mendukung tujuan pembelajaran agar efektif dan
efisien, madrasah membutuhkan ssumber daya yang memadai
komponen sumber daya ini kemudian dijabarkan menjadi sub-sub
komponen sebagai berikut:
a) Sarana dan prasarana pendidikan
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah berupa
perlengkapan dan peralatan pendidikan yang dimiliki serta
dimanfaatkan dalam mendukung proses belajar mengajar.
Dalammhal ini meliputi:
1) Tanah dan gedung
2) Ruang (kelas, perpustakaan, laboratorium, dan ruang lainnya)
3) Peralatan(olah raga, alat peraga, komputer, dan sarana lainnya)
b) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pendidik dan
tenaga kependidikan dalam madrasah baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam mencapai peningkatan mutu madrasah,
khususnya kualitas lulusan. Dalam hal ini meliputi:
1. Kepala sekolah
2. Guru madrasah
3. Tenaga lainnya
c) Sumber daya keuangan
Sumber daya keuangan merupakan salah satu tulang
punggung penyelenggaraan pendidikan madrasah. Secara khusus
yang dicermati disini lebih pada sumber keuangan berasal, serta
kreatifitas penggaliannya. Dalam hal ini meliputi:
1) Swadana
2) Pemerintah

3. Manajemen madrasah
Kemampuan kepala madrasah serta seluruh perangkat dalam
menyusun perencanaan, mengkoordinasikan dan mengelola seluruh
sumber daya yang tersedia, serta komitmen terhadap pencapaian visi
dan misi madrasah, merupakan hal yang amat menentukan bagi
keberhasilan dalam menjaga dan meningkatkan mutu madrasah. Hal
yang sangat menentukan dalam penilaian adalah ada tidaknya
praktek manajemen mutu terhadap seluruh sumber daya pendidikan
di madrasah. Komponen manejemen ini kemudian dijabarkan
menjadi sub-sub komponen sebagai berikut:
a) Manajemen sarana dan prasarana
Dalam konteks manajemen sarana dan prasarana yang perlu
menjadi perhatian adalah sejauh mana seluruh perlengkapan dan
peralatan madrasah berfungsi dengan baik serta telah melalui suatu
perencanaan yang terprogram, aksesibilitas dalam proses belajar
mengajar, serta administrasinya. Dalam hal ini meliputi:
1. Perencanaan (adanya tujuan, rencana jangka panjang, dan
rencana tahunan).
2. Pemanfaatan (kelas, ruang guru, laboratorium, perpustakaan,
sarana/alat).
3. Pengendalian (pemantauan penggunaan ruang, kebersihan,
perbaikan, perawatan).

b) Manajemen sumber daya manusia


Dalam kontek manajemen, sumber daya manusia lebih dititik
beratkan pada perencanaan rekrotmen, penempatan (match),
aktimalisasi tugas dalam jangka waktu tertentu, serta administrasi
sumber daya manusia warga sekolah/madrasah.
Dalam hal ini meliputi:
1. Perencanaan SDM (tujuan dan rencana pengembangan, jangka
pendek dan jangka panjang)
2. Pengorganisasian SDM (penempatan, pengoptimalan tugas dan
fungsi, pemerataan beban tugas)
3. Pengerahan SDM (pembinaan sistemik, mekanisme
penghargaan dan sanksi, penegakan aturan)
4. Pengendalian SDM (panduan monitorin, rekomendasi, dan
tindak lanjut)
5. Implementasi kebijakan (majelis madrasah, pemilihan kepala
madrasah KKM dan lainnya)

c) Manajemen keuangan
Manajemen keuangan adalah suatu keharusan karena sebagian besar
program kegiatan sekolah/madrasah disesuaikan secara administrasii
dengan kemampuan keuangan. Yang menjadi penekanan disini
adalah perencanaan anggaran, efisiensi penggunaan, administrasi
serta peraporan.
Dalam hal ini meliputi:
1. Perencanaan anggaran (tujuan pengembangan, analisis
kebutuhan, RAPBM)
2. Pelaksanaan (aturan penggunaan anggaran, dokumen dana keluar
masuk, transparansi)
3. Laporan dan pertanggungjawaban () mekanisme, penyusunan
laporan, dan monitorin.
4. Kultur dan lingkungan
Kultur dan lingkungan pendidikan yang efektif selalu
ditandai dengan suasana dan kebiiasaan kondusif untuk kegiatan
belajar baik secara fisik, sosial, mental-psikologis maupun sepiritual
selain itu, hal ini juga dapat menunjukan sampai sejauh mana proses
belajar mengajar di madrasah dapat membentuk karakter yang
diinginkan. Dalam komponen kultur dan lingkungan madrasah ini
dijabarkan menjadi sub-sub komponen sebagai berikut:
a) Suasana keislaman
Suasana keislaman yang dimaksud adalah sejauh mana
sekolah/madrasah telah menjadi bagian dalam pembentukan karakter
keislaman terhadap siswa didiknya baik secara fisik maupun dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami.
Dalam hal ini meliputi:
1. Kondisi fisik yang islami
2. Kegiatan-kegiatan yang islami

b) Suasana sosial.
Suasana sosial yang dimaksud adalah berkaitan tentang
hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat, lembaga
pendidikan lain, serta berkenaan dengan peran serta majelis
sekolah/madrasah. Sejauh mana suasana sosial sekolah/madrasah
dapat menjadi lingkungan yang kondusif dalam peningkatan mutu
kualitas sekolah/madrasah.
Dalam hal ini meliputi:
1. Hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat
2. Hubungan sekolah/madrasah dengan lembaga pendidikan lain
3. Peran komite sekolah/madrasah

C.Keanggotaan Badan Akreditasi Sekolah (BAS)


Keanggotaan Badan Akreditasi Sekolah baik BAS-Nasional,
BAS Profinsi, maupun BAS Kabupaten / Kota, terdir dari unsur
pemerintah dan atau pemerintah daerah dan masyarakat. Bahkan
anggota dari unsur masyarakat lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan unsur pemerintah. Sementara Ketua dan
Sekretaris BAS dipilih oleh dan dari anggota. Hal ini menunjukan
kemauan kuat pemerintah untuk menjaga keterbukaan, keadilan,
objektivitas,
Akreditasi sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan
secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan
menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar
Nasional
1. Fungsi dan tujuan Akreditasi Sekolah dan Madrasah
Fungsi Akreditasi sekolah dan Madrasah :
a) Untuk pengetahuan, yakni dalam rangka mengetahui bagaimana
kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang
terkait, mengacu pada baku kualitas yang di kembangkan
berdasarkan indikator-indikator amalan baik Sekolah,
b) Untuk akuntabilitas, yakni agar sekolah dapat
mempertanggungjawabkan apakah layanan yang diberikan
memenuhi harapan atau keinginan masyarakat.
c) Untuk kepentingan pengembangan, yakni agar Sekolah dapat
melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan
berdasarkan masukan dari hasil akreditasi.
d) Perlindungan masyarakat (quality assurance) Maksudnya agar
masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas pendidikan
madrasah dan sekolah yang akan dipilhnya, sehingga terhindar
dari adanya praktek yang tidak bertanggungjawab.
e) Pengendalian mutu (quality control) Maksudnya agar Sekolah
dan Madrasah mengetahui akan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya, sehingga dapat menyusun perencanaan
pengembangan secara berkesinambungan.

2. Prinsip-prinsip Akreditasi Sekolah dan Madrasah

Prinsip-prinsip Akreditasi, yaitu:


a) Objektif, informasi objektif tentang kelayakan dan kinerja
sekolah
b) Efektif, hasil Akreditasi memberikan informasi yang dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
c) Komprehensif, meliputi berbagai aspek dan menyeluruh.
d) Memandirikan, Sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu
dengan bercermin pada evaluasi diri
e) Keharusan (mandatori), akreditasi dilakukan untuk setiap
sekolah sesuai dengan kesiapan sekolah.

3. Tujuan Akreditasi Sekolah dan Madrasah

Tujuan Akreditasi Sekolah dan Madrasah ialah agar


penyelenggaraan pendidikan pada semua lingkup mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan. Hal ini terkait dengan usaha
pengembangan dan membangun sistem pengendalian mutu
Pendidikan Nasional yang dilakukan melalui empat hal, yaitu:
pertama, standarisasi yang dimaksudkan sebagai penjaminan mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat.
Kedua, evaluasi yang dilakukan dalam pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau
satuan pendidikan.
Selain itu tujuan ekreditasi juga bertujuan agar pihak luar,
pengguna jasa pendidikan mengetahui mutu sekolah dimana mereka
sedang belajar, orang tua mengetahui mutu dan repotasi dimana anak
mereka belajar, pasar atau dunia kerja juga mengetahui kemana
merekaharus memilih dan merekrut tenaga kerjanya;
pemerintah mengetahui dari reputasi sekolah dan madrasah yang
bagaimana mereka harus merekrut atau mendapatkan tenaga
kerjanya, dan lembaga-lembaga (sekolah-sekolah) lain juga dapat
mengetahui dengan lembaga pendidikan yang bagaimana mereka
bekerja sama. Lebih dari pada itu, pemerintah sangat berkepentingan
untuk mengetahui, baik langsung maupun tidak langsung, mutu
pendidikan nasional.

3. Persyaratan Sekolah dan Madrasah yang diakreditasi


Untuk memperoleh pengakuan status dan tingkat kelayakan
sekolah dan madrasah melalui akreditasi, sekurang-kurangnya satuan
pendidikan madrasah harus telah memenuhi persyaratan sebagai
lembaga penyelenggara pendidikan, yaitu:

a) Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan


pengajaran pada satuan pendidikan, yaitu:
Kepala Madrasah
Pendidik dan tenaga kependidikan, terdiri dari sekurang-
kurang seorang guru untuk setiap kelas bagi madrasah dan sekolah
seorang guru untuk masing-masing mata pelajaran bagi MTs/SMP
dan MA/SMA
Siswa, sekurang-kurangnya 10 orang setiap tingkatan
Kurikulum yang diterapkan
Ruang belajar
Buku pelajaran, peralatan dan media pendidikan yang di-
perlukan
Sumber dana tetap

b) Penyelenggara pendidikan, baik itu dari pemerintah maupun


dari masyrakat. adapun penyelenggaraan pendidikan dari
masyarakat. Harus berbentuk yayasan atau organisasi sosial
yang berbadan hukum.
c) Telah memiliki piagam terdaftar atau izin operasional
penyelenggaraan pendidikan madrasah dan sekolah dari instansi
yang berwenang.
d) Sekolah /Madrasah Memiliki surat keputusan kelembagaan Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) sekolah.
Secara umum pedoman penilaian akreditasi itu meliputi
aspek berikut: pertama, dari segi kelembagan meliputi organisasi,
sarana dan prasarana, keuangan, dan tenaga pendidikan. Kedua, dari
segi Akademik meliputi kurikulum, guru dan siswa, perpustakaan,
dan penyelenggara.

4. Prosedur akreditasi Sekolah dan Madrasah

Akreditasi dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:

a) Mengajukan permohonan akreditasi dari sekolah kepada lembaga


atau badan pelaksana akreditasi yang telah ditentukan. Badan
pelaksana akreditasi sekolah terdiri dari:
1. Badan Akreditasi (BAN-S/M)
2. Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah(BAP-S/M)
3. Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah (BAN-S/M)
merupakan : Badan nonstruktural yang secara teknis bersifat
independen dan profesional yang terdiri atas unsur – unsur
masyarakat, organisasi penyelenggara pendidikan, perguruan tinggi,
dan organisasi yang relevan yang memliki kewenanga untuk
menetapkan kebijakan, standar, sistem, dan perangkat akrediatasi
secara nasional. Badan Akreditasi Porpinsi Sekolah / Madrasah
(BAP-S/M) berkewenangan untuk melaksanakan kegiatan akreditasi
SMP /MTs, SMA/MA, SMK dan SLB.
b) Evaluasi diri oleh sekolah.
Evaluasi diri adalah upaya sistematis untuk mengumpulkan,
memilih, dan memperoleh data dan informasi yang valid dari fakta
yang dilakukan oleh sekolah yang bersangkutan, sehingga diperoleh
gambaran menyeluruh tentang keadaan sekolah untuk dipergunakan
dalam rangka pengambilan tindakan manajemen bagi pengembangan
sekolah. Tujuan evaluasi diri ini adalah untuk mendapatkan
informasi yang objektif, transparan, dan akuntabel dari sekolah yang
diakreditasi.
Sedangkan fungsi evaluasi diri adalah sebagai penilaian
pertama untuk menentukan kelayakan sekolah dibandingkan dengan
standar kelayakan nasional. kegiatan evaluasi diri tidak boleh
dilakukan secara sembarangan tetapi harus berdasarkan kondisi
nyata sekolah. Oleh karena itu, agar diperopleh data evaluasi diri
yang akurat dan objektif maka kepala sekolah perlu melakukan
koordinasi untuk melakukan pengisian instrumen evaluasi diri.
Sebaiknya disekolah dibentuk Tim Evaluasi Diri yang bertugas
untuk mendata dan menyiapkan berbagai bukti fisik yang diperlukan
guna mendukung pengisian instrumen evaluasi diri. Pengisian
instrumen evaluasi diri disesuaikan dengan kebutuhan waktu, namun
tidak melewati batas waktu yang telah ditentukan. Setelah pengisian
instrumen evaluasi diri, sekolah harus menyerahkan kembali
instrumen tersebut dengan melampirkan dokumen pendukung yang
diperlukan.

c) Pengolahan hasil evaluasi diri. Evaluasi diri untuk setiap


jenjang dan jenis sekolah terdiri dari dua bagian utama yaitu:
1. Bagian butir-butir soal untuk mengungkap sembilan kompenen
sekolah, baik komponen utama maupun komponen tambahan yang
akan diperhitungkan untuk menentukan sekor hasil akreditasi.
Terdiri dari 185 pernyataan, bersiifat dikotomis(ya=1) dan (tidak=0),
setiap komponen memiliki bobot yang berbeda, skor butir untuk
pernyataan terbuka jika tidak diisi diberi skor 0 dan jika diisi diberi
skor 1, dan setiap butir memiliki skor maksimal=1. Setiap komponen
disertai dengan data tentang anlisis kelemahan dan kekuatan masing-
masing komponen.
2. Berupa isian-isian data penunjang tentang keadaan sekolah. Data
ini hanya merupakan penunjang atas data yang tercantum pada
bagian pertama dan tidak akan diolah menjadi skor akreditasi.

d) Visitasi oleh Asesor


Visitasi adalah kunjungan tim asesor kesekolah dalam rangka
pengamatan lapangan, wawancara dengan warga sekolah, verifikasi
data pendukung, serta pendalaman hal-hal khusus yang berkaitan
dengan komponen dan aspek akreditasi. Visitasi ini bertujuan:
1. Meningkatkan keabsahan dan kesesuaian data/informasi
2. Memperoleh data/informasi yang akurat dan valid untuk
menetapkan peringkat akreditasi
3. Memperoleh informasi tambahan (pengamatan, wawancara, dan
pencermatan data pendukung)
4. Mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan tidak
merugikan pihak manapun, denganberpegang pada prinsip-
prinsip: objektif, efektif, efisien, dan mandiri.
Proses visitasi merupakan rangkaian pelaksanaan akreditasi
yang melekat dengan fungsi evaluasi diri dan sekolah diharapkan
untuk senantiasa menjamin kelengkapan dan ketepatan data dan
informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan akreditasi sekolah.
Visitasi dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari dua orang asesor.
Agar visitasi berjalan sesuai dengan tujuannya, sehingga dapat
mendukung hasil hasil akreditasi yang komprehensif, valid, dan
akurat serta dapat memberikan manfaat maka kegiatan visitasi harus
mengikuti tata cara pelaksanaan yang baku. Visitasi dilaksanakan
jika suatu sekolah dinyatakan layak berdasarkan penilaian evaluasi
diri. Visitasi dilaksanakan segera (maksimal 5 bulan) setelah sekolah
mengirimkan evaluasi diri.

e) Penetapan hasil akreditasi.


Setelah dilaksanakan visitasi terhadap sekolah/madrasah
kemudian dikeluarkanlah hasil akreditasi.
Hasil akreditasi ini adalah berupa sertifikat akreditasi sekolah, profil
sekolah, kekuatan dan kelemahan serta rekomendasi.

f) Penerbitan sertifikat dan laporan akreditasi.


Sertifikat Akreditasi sekolah adalah surat yang menyatakan
pengakuan dan penghargaan terhadap sekolah atas status dan
kelayakan sekolah melalui proses pengukuran dan penilaian kinerja
sekolah terhadap komponen-komponen sekolah berdasarkan standar
yang ditetapkan BAN-S/M untuk jenjang pendidikan tertentu.
Masa berlaku akreditasi adalah selama 4 tahun, permohonan
akreditasi ulang dilakukan 6 bulan sebelum masa berlaku habis.
Akreditasi ulang untuk perbaikan diajukan sekurang-kurangnya 2
tahun sejak ditetapkan.
Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat
akreditasi sekolah. Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga
klasifikasi sebagai berikut yaitu: A (Amat Baik), B (baik), C
(Cukup).

IV. KESIMPULAN

1. Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen)


sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan
evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk
menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
2. Fungsi Akreditasi sekolah dan Madrasah,yaitu: Untuk
pengetahuan, akuntabilitas, kepentingan pengembangan,
Perlindungan masyarakat, Pengendalian mutu.
3. Tujuan Akreditasi Sekolah dan Madrasah ialah agar
penyelenggaraan pendidikan pada semua lingkup mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
4. Persyaratan Sekolah dan Madrasah yang diakreditasi
5. Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran pada satuan pendidikan, Penyelenggara
pendidikan, Memiliki izin operasional penyelenggaraan
pendidikan sekolah/madrasah dari instansi yang
berwenang,Memiliki surat keputusan kelembagaan unit
pelaksanaan teknis sekolah.
6. Prosedur akreditasi Sekolah dan Madrasah, yaitu:
 Mengajukan permohonan akreditasi dari sekolah kepada lembaga
atau badan pelaksana akreditasi yang telah ditentukan Prosedur
akreditasi Sekolah dan Madrasah.
 Evaluasi diri oleh sekolah.
 Visitasi oleh Asesor.
 Penetapan hasil akreditasi.
 Penerbitan sertifikat dan laporan akreditasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ara Hidayat. dan Imam Machali, 2010. Pengelolaan Pendidikan,


Bandung: Pustaka Educa.
2. Fokus Media Tim Redaksi. 2005. Standar Nasional Pendidikan,
(Bandung: Fokus Media.
3. Hidayat Ara, Imam Machali. 2010. Pengeloolaan Pendidikan,
Bandung: Pustaka Educa.
4. Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
5. Tilaar. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional.
Jakarta: PT Grasindo.
6. Umaedi. 2004. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah.
Jakarta. Pusat Kajian Manajemen Mutu Pendidikan.
7. UU No. 20 Th 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB XIII
ADMINISTRASI SEKOLAH BERPRESTASI,
SEKOLAH SEHAT

13.1 PENDAHULUAN
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa, dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan penjaminan mutu
layanan pendidikan tinggi.
Dalam pengelolaan pendidikan tinggi terdapat 3 (tiga) unsur
utama yaitu Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Peserta Didik.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Tenaga Kependidikan bertugas mengelola,
mengembangkan, mengawasi administrasi, dan pelayan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Peserta didik
pada tingkat perguruan tinggi adalah mahasiswa.
Peran tenaga kependidikan untuk menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis menjadikan perlunya tenaga kependidikan memiliki
komitmen dan keprofesionalan kinerja untuk meningkatkan mutu
pendidikan sesuai dengan kedudukan dan kepercayaan yang
diberikan kepadanya. Berkaitan dengan tenaga akademik yang
mengelola layanan pendidikan dalam hal teknis administrasi
ditangani oleh bagian administrasi bidang akademik.
Perguruan tinggi perlu secara terus menerus meningkatkan
layanan prima kepada masyarakat baik warga perguruan tinggi
maupun masyarakat di luar perguruan tinggi. Layanan Prima yang
mengutamakan prinsip efisiensi dan produktivitas merupakan
spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang
diberikan perguruan tinggi kepada masyarakat dengan
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, kesetaraan
layanan, biaya, serta kemudahan untuk mendapatkan akses layanan.
Layanan administrasi akademik dikelompokan menjadi tiga
yaitu layanan administrasi mahasiswa, layanan administrasi
akademik untuk program studi dan layanan administrasi akademik
untuk dosen. Layanan administrasi akademik untuk mahasiswa
antara lain layanan registrasi dan herregistrasi, pengisian Kartu
Rencana Studi (KRS), surat menyurat yang berhubungan dengan
perkuliahan, layanan seminar, ujian, Tugas Akhir, pencetakan
transkrip dan Surat Keterangan Lulus (SKL), legalisir, informasi dan
layanan akademik lainnya. Layanan administrasi akademik untuk
program studi antara lain adalah verifikasi database mahasiswa,
pengendalian jadwal, pembagian kelas, kontrakperkuliahan,
administrasi monitoring perkuliahan, administrasi nilai, penjadwalan
dan pengadministrasian seminar dan ujian akhir, rekapitulasi data
dan lainnya. Layanan administrasi akademik untuk dosen meliputi
pengadministrasian dokumen perkuliahan (RPP/SAP/silabus),
mengumpulkan nilai semester, memfasilitasi pelaksanaan ujian
tengah dan akhir semester, dan tugas administrasi lainnya. Besarnya
tanggung jawab dalam layanan administrasi akademik ini, tentu juga
harus didukung oleh kompetensi sumberdaya manusia pelaksananya.
Pelaksana layanan administrasi akademik adalah tenaga administrasi
akademik yang ditugaskan pada bagian akademik di tingkat
Perguruan Tinggi/Fakultas/ Jurusan/Program Studi/Unit kerja yang
setara.
A. SEKOLAH SEHAT

A. Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai salah satu program
yang langsung berhubungan dengan peserta didik sudah dirilis
sejak tahun 1976 dan diperkuat tahun 1984 dengan terbitnya
SKB 4 Menteri yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
yang diperbaharui pada tahun 2003.
Program Usaha Kesehatan Sekolah yang dikenal dengan
Trias UKS yaitu Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan
dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat merupakan hal yang
sangat penting dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dan
cerdas.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah
adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan,
menumbuhkan dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam
kehidupan seharihari.
Dalam pelaksanaan program UKS selama ini masih dirasakan
belum sesuai dengan yang diharapkan, kegiatan pendidikan
kesehatan lebih bersifat pengajaran, penambahan pengetahuan
dan kurang menekankan pada segi praktis yang dapat
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Pelayanan kesehatan
pada peserta didik meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah sehat
lebih ditekankan pada lingkungan fisik, mental dan sosial.
Disamping itu, koordinasi dalam pelaksanaan program belum
terjalin dengan baik pada setiap jenjang Tim Pembina UKS. Oleh
karena itu perlu pemberdayaan Tim Pembina UKS dan Tim
Pelaksana dalam rangka memantapkan pelaksanaan program
UKS ke depan.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan Jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Di antara tujuan tersebut
terdapat tujuan yang menyangkut kesehatan baik kesehatan
jasmani maupun kesehatan mental sosial, dimana keduanya
sangat mempengaruhi terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.
Salah satu modal pembangunan nasional adalah sumber daya
manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang sehat
fisik, mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang
optimal.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat fisik,
mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal
diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam
kandungan, anak usia dini sampai dengan usia lanjut.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah
merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang ditujukan kepada peserta didik merupakan salah
satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan kualitas fisik
penduduk. Dari berbagai hasil evaluasi dan pengamatan yang
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat
disimpulkan berbagai kondisi sebagai berikut.
1. Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah, ditinjau dari segi
sarana/prasarana, pengetahuan, sikap peserta didik di bidang
kesehatan, warung sekolah, makanan sehari-hari/gizi,
kesehatan gigi, kesehatan pribadi dan sebagainya secara
umum memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik belum mencapai tingkat yang
diharapkan.
2. Sasaran upaya kesehatan ditinjau dari cakupan (coverage)
sekolah, peserta didik dikaitkan dengan wajib belajar, mutu
penyelenggaraan, ketenagaan dan sarana prasarana belum
seimbang dengan usaha pencapaian tujuan UKS.
3. Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang
diharapkan, di samping itu ancaman penyakit terhadap
peserta didik masih tinggi dengan adanya penyakit endemis
dan kekurangan gizi.
4. Masalah kesehatan yang menimpa peserta didik meliputi: a.
Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan • Jamban •
Air bersih b. Meningkatnya pecandu narkoba. c.
Meningkatnya HIV/AIDS melalui hubungan seksual. d.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti : diare, cacingan,
gigi berlubang dan lain-lain.
5. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Kurangnya guru yang mengajar pendidikan
kesehatan/guru yang menangani UKS
b. Kader Kesehatan Sekolah perlu dilatih dalam bidang
kesehatan (pendidikan dan pelayanan)
6. Terbatasnya sarana dan prasarana UKS, perlu:
a. Pengadaan UKS kit, ruang UKS
b. Pengadaan media seperti poster, leaflet, lembar balik, dan
lain-lain
c. Pengadaan buku pencatatan dan pelaporan
7. Pencatatan dan pelaporan yang masih/kurang terpenuhi:
a. Perlu diaktifkan
b. SetiapTP UKS memiliki catatan kegiatan
8. Kurangnya koordinasi dan komitmen dalam pelaksanaan
program UKS.
Mengingat hal tersebut di atas, pembinaan dan
pengembangan UKS merupakan hal yang sangat penting dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui
peningkatan derajat kesehatan. Dengan adanya buku ini
diharapkan dapat membantu Tim Pembina, Tim Pelaksana dan
semua pihak dalam pelaksanaan program UKS.
B. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN, RUANG LINGKUP,
DAN LANDASAN HUKUM UKS.
1. Pengertian
a. Kesehatan Sekolah
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 79 menyatakan bahwa “Kesehatan
Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat sehingga peserta didik belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya
menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

b. Sekolah
Sekolah adalah Taman Kanak-Kanak (TK), Taman
Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Raudhatul Atfal (RA),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Madrasah \ Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas
(SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Madrasah Aliyah
(MA) termasuk Satuan Pendidikan Keagamaan yang
sederajat dan setara.
c. Peserta Didik
Peserta didik ialah semua anak yang mengikuti
pendidikan di sekolah sesuai butir b.
d. Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan peserta didik
pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari
TK/RA sampai SMA/SMK/MA.
e. Warga Sekolah
Warga Sekolah ialah setiap orang yang berperan di
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
f. Masyarakat Lingkungan Sekolah
Masyarakat Lingkungan Sekolah ialah semua
masyarakat yang berada di lingkungan sekolah selain
warga sekolah.
g. Sekolah Sehat
Sekolah Sehat adalah sekolah yang bersih, indah,
nyaman, tertib, aman, rapih dan kekeluargaan peserta
didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat.
h. Pedoman Pembinaan Acuan bagi Tim Pembina UKS
untuk melaksanakan dan mengembangkan UKS di
wilayahnya.

2. Tujuan UKS
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan
lingkungan yang sehat, sehingga’ memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk
memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat
kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi
aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah
dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di
lingkungan masyarakat;
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun
lingkungan; dan c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal
terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba,
alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal
yangberkaitan dengan masalah pornografi dan masalah
sosial lainnya.
3. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS
Tujuan pembinaan dan pengembangan UKS adalah agar
pengelolaan UKS mulai dari pusat sampai ke daerah dan
sekolah/madrasah dilaksanakan secara terpadu, terarah,
intensif, berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
4. Sasaran UKS
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi:
a. Sasaran Primer : peserta didik
b. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar/ tutor,
komite sekolah/orang tua, pengelola pendidikan dan
pengelola kesehatan, serta TP UKS disetiap jenjang
c. Sasaran Tertier : Lembaga pendidikan mulai dari
tingkat prasekolah sampai pada sekolah lanjutan
tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah
dan perguruan agama beserta lingkungannya.

5. Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS


a. Ruang Lingkup Program UKS
Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang
tercermin dalam Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan
Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan,
yangmeliputi aspek:
a. Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang
prinsip-prinsip hidup sehat;
b. Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan
daya tangkal pengaruh buruk dari luar
c. Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah
antara lain dalam bentuk:
a. pelayanan kesehatan;
b. pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik
c. pengobatan ringan dan P3K maupun P3P; 4
d. pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS,
PKHS);
e. penyuluhan kesehatan;
f. pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;
g. pencatatan dan pelaporan tentang keadaan
penyakit dan status gizi dan hal lainnya yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan;
h. rujukan kesehatan ke Puskesmas;
i. UKGS;
j. Pemeriksaan berkala.
3) Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat,
baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan yang
meliputi
a. Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan,
kenyamanan, ketertiban, keamanan, kerinda-ngan,
kekeluargaan );
b. pembinaan dan pemeliharaan kesehatan
lingkungan
c. pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah
(guru, peserta didik, pegawai sekolah, komite
sekolah dan masyarakat sekitar).
b. Ruang Lingkup Pembinaan UKS Ruang lingkup
pembinaan UKS meliputi:
1) Pendidikan kesehatan;
2) Pelayanan kesehatan;
3) Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat;
4) Ketenagaan
5) Sarana prasarana;
6) Penelitian dan pengembangan;
7) Manajemen/organisasi;
8) Monitoring dan evaluasi.

6. Landasan Hukum Sebagai suatu kegiatan yang


diselenggarakan melalui kerjasama lintas sektoral,
landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah:
a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
c. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
e. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
f. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2011 tentang
Peran Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat
g. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 1/U/SKB/2003, Nomor :
1067/Menkes/ SKB/VII/2003, Nomor : MA/230
A/2003, Nomor : 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003
tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
h. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 2/P/SKB/2003; Nomor :
1068/Menkes/ SKB/VII/2003; 5 Nomor : MA/230
B/2003; Nomor : 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23
Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1
Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

C.KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBINAAN DAN


PENGEMBANGAN UKS
1. Kebijakan Umum
Yang dimaksud dengan kebijakan umum disini adalah
kebijakan pelaksanaan dalam rangka memberikan landasan
dan pedoman pembinaan dan pengembangan UKS untuk
dilaksanakan secara terpadu, merata, menyeluruh, berhasil
guna, dan berdayaguna. Kebijakan pelaksanaan adalah
sebagai berikut:
a. Kesinambungan program UKS dari Pendidikan Anak
Usia Dini sampai tingkat SMA. Dengan sasaran cakupan
anak umur 5-9 tahun baik anak yang normal maupun
berlainan yang berada di sekolah dan luar sekolah,
meliputi kegiatan: • TK/RA • SD/MI/Paket A setara SD •
SLTP/MTs/Paket B setara SMP • SMA/SMK/MA/Paket
C setara SMA • Sanggar Kegiatan Belajar/PKBM
b. Segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan
warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah agar
diupayakan melalui jalur Tim Pembina UKS Pusat dan
Tim Pembina UKS di daerah secara berjenjang ("one gate
policy");
c. Pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan Secara
Lintas Program dan Lintas Sektor melalui kegiatan yang
terpadu dan berkesinambungan;
d. Upaya pendidikan kesehatan diselenggarakan melalui
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler;
e. Upaya pelayanan kesehatan dilakukan secara menyeluruh
baik yang meliputi upaya promotif (peningkatan
kesehatan), preventif (pencegahan), dan kuratif
(pengobatan) maupun rehabilitatif (pemulihan), namun
lebih diutamakan pada upaya promotif dan preventif yang
dilakukan secara terpadu dibawah koordinasi dan
bimbingan teknis langsung dari Puskesmas;
f. Upaya peningkatan lingkungan kehidupan sekolah yang
sehat diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan dan pelayanan kesehatan serta UKS secara
keseluruhan, dengan memberdayakan sumber daya yang
ada dan meningkatkan peran serta masyarakat;
g. Tugas dan fungsi TP UKS pusat dan daerah disesuaikan
pula dengan peraturan perundangan yang berlaku.
h. Optimalisasi program UKS pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan;
i. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan UKS
dilakukan dengan peran aktif pemerintah (pusat dan
daerah), komite sekolah dan masyarakat.
2. Kebijakan Pelaksanaan
a. Pemberdayaan kabupaten/kota dalam perencanaan
terpadu (lintas program/lintas sektor), terkait
operasional, serta tindak lanjut.
b. Meninjau kembali program lama dan menyesuaikan
dengan kebutuhan saat ini termasuk
mempertimbangkan adanya peraturan perundang-
undangan yang baru;
c. Mengupayakan program UKS yang integrated (lintas
program/lintas sektor);
d. Pemberdayaan masyarakat, dunia usaha dan LSM di
dalam pengembangan program UKS;
e. Meningkatkan dan memantapkan program UKS
melalui:
- Workshop/Rapat Kerja/Rapat Koordinasi. -
Pengembangan dan Akselerasi Program UKS.
- Kemitraan.
f. Melengkapi sarana dan prasarana UKS yang memadai;
g. Meningkatkan peran Sekretariat TP UKS lebih
berdaya guna dan berhasil guna;
h. Memfungsikan secara optimal peranan lembaga-
lembaga pendidikan baik pada pendidikan formal
maupun non formal
i. Meningkatkan dan mensosialisasikan program UKS
ke instansi terkait di pusat, provinsi, kabupaten/kota
dan legislative
3. Langkah-langkah Langkah-langkah yang diambil adalah :
a. Menetapkan pola pembinaan dan pengembangan
UKS, berupa peningkatan standar layanan kesehatan
dan pendidikan, dan pengembangan program menuju
Sekolah Promosi Kesehatan. B
b. Mengoptimalkan peran dan fungsi TP UKS dan
Sekretariat TP UKS pada setiap jenjang pemerintahan.
c. Meningkatkan cakupan yang dilanjutkan dengan mutu
program UKS melalui keterpaduan program secara
profesional.
d. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif
untuk menanggulangi dan mencegah masalah
kesehatan jiwa yang mendesak seperti ketergantungan
kepada narkotika, kebiasaan merokok, minuman keras
dan bahan berbahaya, kenakalan remaja,
kriminalitas/perilaku negatif peserta didik
e. Mengoptimalkan program-program "Life Skill
Education" khususnya dalam upaya meningkatkan
keterampilan psikososial, yang pengembangannya
melalui kemasan subtansi kesehatan atau melalui
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
f. Mengupayakan pengadaan tenaga pembina UKS,
sarana dan prasarana serta pemeliharaannya baik di
pusat maupun di daerah;
g. Melaksanakan penelitian dan pengembangan UKS
secara terpadu, teratur, dan terencana; dan
h. Membangkitkan minat masyarakat untuk ikut serta
dalam penyelenggaraan UKS.

4. Strategi Pelaksanaan
a. Seluruh jajaran Tim Pembina UKS perlu memperkuat
dan meningkatkan fungsi konsultatif dan advokasi
terhadap program-program UKS secara menyeluru
b. TP UKS Pusat menyusun kebijakan yang bersifat
operasional di daerah dilimpahkan kepada daerah
dengan memperhatikan kesehatan fisik, mental dan
sosial dengan penekanan pada paradigma sehat sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat;
c. peran serta komite sekolah dan menjalin kemitraan
dengan dunia usaha/LSM/ masyarakat lainnya.
Masing-masing sektor/ kementerian menempatkan
UKS sebagai program prioritas. Masing-masing
sektor/ kementerian mengalokasikan dam program
UKS sesuai dengan tupoksinya.
d. Mengoptimalkan peranan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada baik pada jalur sekolah, maupun
jalur luar sekolah sesuai jenis dan jenjang pendidikan
terhadap program UKS.
e. Perlunya memantapkan standar pelayanan minimal
SPM UKS sebagai masukan bagi Provinsi,
Kabupaten/Kota dan legislatif;
f. Melakukan pertemuan-pertemuan periodik/ sebagai
forum komunikasi dan konsultasi secara nasional
setiap 2 (dua) tahun sekali dan daerah setiap tahun.

D.TUGAS POKOK DAN FUNGSI MASING-MASING


KEMENTERIAN
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Membina dan
mengembangkan program UKS melalui jalur kurikuler
(kurikuler dan ekstrakurikuler), termasuk di dalamnya:
a. Merumuskan kebijakan teknis dalam pengembangan
dan pembinaan UKS;
b. Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, pengawasan,
pembinaan dan pengembangan UKS;
c. Menyusun program pembinaan, pelatihan, dan
pengembangan untuk tingkatpusat, provinsi dan
kabupaten/kota;
d. Mengembangkan metodologi pendidikan dan
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat;
e. Melakukan kerjasama pembinaan dengan
lembaga/instansi terkait;
f. Merumuskan dan menyusun standar, norma, prosedur,
pedoman, kriteria, dan bimbingan teknis serta
penyiapan bahan evaluasi yang terkait dengan bidang
Pendidikan
g. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan
pengembangan UKS di sekolah;
h. Melaksanakan pengawasan secara terpadu untuk
pembinaan dan pengembangan UKS di kecamatan
dan satuan Pendidikan
i. Melaksanakan pembinaan Manajemen Sekolah Sehat
di sekolah/madrasah;
j. Melaksanakan monitoring dan evaluasi;
k. Melaksanakan pemetaan, pengumpulan dan
pengolahan data;
l. Memberikan dukungan dalam pembinaan dan
pengembangan program UKS;
m. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
2. Kementerian Kesehatan Membina dan mengembangkan
program UKS melalui jalur Ekstrakurikuler:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan teknis,
penyusunan standard norma, pedoman, kriteria,
prosedur dan bimbingan teknis serta evaluasi yang
terkait dengan pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat;
b. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan
pengembangan UKS kerjasama dengan sektor terkait
dalam TP UKS
c. Melaksanakan pembinaan Sekolah Sehat di
sekolah/madrasah;
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi;
e. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
3. Kementerian Agama Melaksanakan pembinaan dan
pengembangan UKS di satuan pendidikan dan pendidikan
keagamaan di lingkungan Kementerian Agama, termasuk
di dalamnya :
a. Merumuskan kebijakan teknis dalam pengembangan
dan pembinaan UKS;
b. Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, pengawasan,
pembinaan dan pengembangan UKS;
c. Menyusun program pembinaan, pelatihan, dan
pengembangan untuk tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota;
d. Mengembangkan metodologi pendidikan dan
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat;
e. Melakukan kerjasama pembinaan dengan
lembaga/instansi terkait;
f. Merumuskan dan menyusun standar, norma, prosedur,
pedoman, kriteria, dan bimbingan teknis serta
penyiapan bahan evaluasi yang terkait dengan bidang
Pendidikan
g. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan
pengembangan UKS di madrasah;
h. Melaksanakan pengawasan secara terpadu untuk
pembinaan dan pengembangan UKS di kecamatan
dan satuan pendidikan;
i. Melaksanakan pembinaan Manajemen Sekolah Sehat
di sekolah/madrasah;
j. Melaksanakan monitoring dan evaluasi;
k. Melaksanakan pemetaan, pengumpulan dan
pengolahan data;
l. Memberikan dukungan dalam pembinaan dan
pengembangan program UKS;
m. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
4. Kementerian Dalam Negeri
a. Memfasilitasi penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria program UKS;
b. Memfasilitiasi kelembagaan UKS dalam
kelembagaan daerah;
c. Memfasilitasi aspek kepegawaian terkait formasi
kepegawaian Tim Pembina UKS;
d. Memfasilitasi penyusunan pedoman APBD agar
daerah menganggarkan untuk UKS;
e. Melakukan pembinaan dan pengawasan secara umum
terhadap program UKS.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal


Bina Kesehatan Masyarakat, Materi Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR), Jakarta, 2003
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Untuk
Tenaga Kesehatan, Usaha Kesehatan Sekolah Di T ingkat
Sekolah Dasar, 2003.
3. Departemen Pendidkan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan
dasardan menengah, Jakarta 2006.
4. Departemen Pendidkan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 tentang standar Kompentensi Lulusan untuk
satuan Pendidikan dasar dan menengah, Jakarta 2006.
5. Departemen Pendidkan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 24 Mengenai Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 dan nomor 23 tahun
2006, Jakarta 2006.
6. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani. Pedoman Penyelenggaraan dan Modul Kesehatan
reproduksi Remaja. Jakarta 2003.
7. Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar, Pedoman LKS di Sekolah, Jakarta, 2011
8. Kementerian Kesehatan. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah, Jakarta.

BAB XIV
ADMINISTRASI SEKOLAH SISWA BERPRESTASI
(OSN, FLS2N & O2SN)

14.1 PENDAHULUAN

Administrasi Sekolah, sangat diperlukan untuk meningkatkan


kemampuan pengelolaan pendidikan bagi Kepala Sekolah dan Guru.
Peningkatana kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu
makin meningkatnya efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar.
Dengan demikian diharapkan program peningkatan mutu dan
perluasan pendidikan dasar dalam mewujudkan dan memantapkan
pelaksanaan wajib belajar dapat terwujud.
Sekolah adalah salah satu jenis lembaga pendidikan yang ada
diantara bermacam- macam jenis lembaga pendidikan dalam
masyarakat. Sebagai salah satu jenis lembaga pendidikan, maka
Sekolah merupakan wadah pelaksanaan tugas-tugas yang
berhubungan dengan teknis edukatif, dan tugas-tugas dalam bidang
administrative kearah pencapaian tujuan pendidikan.
Tujuan akhir pendidikan siswa di sekolah adalah dimilikinya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang diperoleh melalui
penerapan kegiatan-kegiatan kurikulum yang berlaku. Dengan kata
lain melalui kurikulum, murid dapat memiliki pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap positif. Usaha-usaha kegiatan kurikulum yang
diselenggarakan kearah pencapaian tujuan pendidikan seperti
disebutkan di atas dapat berjalan lancar dan baik, bilamana ditunjang
oleh syestem administrasi yang baik. Dengan demikian melalui
administrasi yang baik sebagai alat usaha pendidikan dan pengajaran
sekolah dapat berjalan lancar dan baik, kearah pencapaian tujuan
pendidikan.

14.2 LINGKUP BAHASAN

Membahas tentang administrasi siswa, tujuan administrasi


siswa untuk siswa berprestasi dalam keikutsertaan sekolah pada
ajang OSN, FLS2SN, O2SN

14.3 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pentingnya administasi


siswa
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikaan tujuan-tujuan dari
administrasi kesiswaan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan dalam administrasi
siswa
4. Mahasiswa mampu mengetahui peran guru dalam
administrasi siswa
5. Mahasiswa mampu mengetahui peran guru dan sekolah
dalam mencetak siswa berprestasi
6. Mahasiswa dapat mengetahui lomba-lomba siswa berprestasi
7. Mahasiswa dapat mengetahui administrasi beasiswa siswa
berprestasi

A.Administrasi Siswa

Administrasi peserta didik (siswa) adalah seluruh proses


kegiatan yang di rencanakan dan di usahakan secara sengaja serta
pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses
belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien, demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara kronologis
operasional, rentangan kegiatannya mulai dari penerimaan peserta
didik baru sampai mereka meninggalkan sekolahnya (eksit), karena
telah tamat, meninngal dunia, putus sekolah atau karena sebab-sebab
lain sehingga ia terdaftar lagi sebagai peserta didik sekolah tersebut.

B. Tujuan Administrasi Kesiswaan

a. Mengetahui data siswa


b. Mengetahui potensi siswa
c. Mengetahui, membina dan mengembangkan kemampuan siswa

Administrasi peserta didik menunjuk pada kegiatan-kegiatan


di luar kelas dan di dalam kelas. Kegiatan-kegiatan di luar kelas
meliputi :
1. Penerimaan peserta didik baru, meliputi : (berdasarkan NEM )
a) Penyusunan panitia beserta program kerjanya.
b) Pendaftaran calon peserta didik (pengumuman, tempat,
waktu, syarat, dan sebagainya).
c) Penyeleksian berdasar NEM dengan kebutuhan jumlah
tempat duduk yang tersedia di kelas 1 (satu/awal).
d) Pengumuman calon yang di terima (termasuk cadangan)
e) Registrasi (pencatatan peserta didik baru yang positif masuk).
f) Pencatatan peserta didik baru dalam Buku Induk dan Buku
Klapper.
2. Kegiatan-kegiatan di dalam kelas meliputi :
a) Pengelolaan kelas (menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya PBM).
b) Menciptakan kondisi fisik kelas yang nyaman (penataan
kelas, dekorasi, ventilasi, pencahayaan, dan sebagainya).
c) Menciptakan kondisi non fisik kelas (kondisi sosial-
emosional yang positif, kepemimpinan dan perhatian guru,
sikap, suara, interrelasi antar pengajar dan peserta didik, antar
pendidik, antar peserta didik, dan sebagainya).
d) Disiplin dan tata tertib kelas.
e) Interaksi belajar mengajar yang positif.
f) Perhatian guru terhadap dinamika kelompok belajar, demi
kelancaran CBSA.
g) Pemberian pengajaran remidial, bagi yang lambat
belajar/yang memerlukan.
h) Pelaksanaan presensi secara kontinu.
i) Perhatian terhadap pelaksanaan tata tertib kelas.
j) Pelaksanaan jadwal pelajaran secara tertib.
k) Pembentukan pengurus kelas, dan pengorganisasian kelas.
l) Penyediaan alat/media belajar sesuai kebutuhan.
m) Penyediaan alat/bahan penunjang belajar lainnya.

C.Kegiatan dalam Administrasi Siswa


Kegiatan dalam administrasi siswa dapat dipilih menjadi tiga
bagian besar, yaitu kegiatan penerimaan siswa, pembinaan siswa,
dan penamatan program siswa di sekolah.
1. Penerimaan Siswa
Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan
kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu.
2. Pembinaan Siswa
Yang dimaksud dengan pembinaan siswa adalah pemberian
layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik di dalam
maupun di luar jam belajarnya di kelas. Pembinaan kepada siswa
dilakukan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar
akan tugas-tugas belajarnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam rangka pembinaan siswa ini adalah :
a) Memberikan orientasi kepada siswa baru
b) Mengatur dan atau mencatat kehadiran siswa
c) Mencatat prestasi dan kegiatan siswa dan
d) Mengatur disiplin siswa di sekolah.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan
siswa ini adalah :
a) Orientasi siswa baru
b) Pengaturan kehadiran siswa.
Beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pencatatan
kehadiran siswa ini di antaranya adalah :
a) Papan absensi harian siswa (per kelas dan per sekolah)
b) Buku absensi harian siswa.
c) Rekapitulasi absensi siswa.
d) Pencatatan siswa di kelas.
e) Dalam rangka pembinaan siswa perlu juga dilakukan
pencatatan di kelas. Pencatatan itu dapat berupa: (a) daftar
siswa di kelas, (b) grafik prestasi belajar, dan (c) daftar
kegiatan siswa
3. Pembinaan disiplin siswa. Disiplin merupakan suatu keadaan di
mana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan
tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di
sekolah dan/kelas di mana mereka berada.
4. Tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah merupakan salah satu alat
yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk melatih siswa
agar dapat mempraktekkan disiplin di sekolah. Disiplin sekolah
dapat diberikan antara lain melalui ganjaran dan hukuman.
Ganjaran adalah sesuatu yang bersifat menyenangkan yang
diterima siswa karena berprestasi, berusaha dengan balk atau
bertingkah laku yang dapat dijadikan contoh bagi yang lam.
sedangkan hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan
yang harus diterima atau dikerjakan siswa karena mereka
bertingkah laku yang tidak pada tempatnya (Carolyn, 1984).
Kalau ganjaran diberikan untuk membuat siswa melakukan hal
yang positif, maka hukuman diberikan dengan maksud agar
siswa jera atau tidak ingin berbuat lagi hal-hal yang negatif.
Hukuman diberikan kepada siswa dalam batas-batas yang wajar,
sehingga misi mendidik siswa tercapai.
5. Promosi dan mutasi. Promosi atau kenaikan kelas adalah
perpindahan siswa dari suatu kelas ke kelas lainnya yang lebih
tinggi setelah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Promosi/ kenaikan kelas dilaksanakan dengan berpedoman
kepada norma-norma kenaikan kelas yang ditetapkan bersama
antara semua guru dan kepala sekolah dalam rapat kenaikan
kelas. Keputusan kenaikan kelas ini hendaknya diambil dari
landasan yang mewakili sosok siswa secara utuh, baik ditinjau
dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
Premosi harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati dalam arti harus
dipertimbangkan beberapa prinsip dasar yang periling, yaitu bahwa :
a) Promosi harus dilaksanakan atas dasar pertimbangan keadaan
siswa secara pribadi.
b) Promosi harus mempertimbangkan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor yang dicapai oleh siswa.
c) Promosi harus mempertimbangkan laju perkembangan
prestasi yang dicapai siswa.
d) Promosi harus mempertimbangkan mata pelajaran-mata
pelajaran yang akan ditempuh siswa di kelas yang lebih
tinggi. Mutasi merupakan perpindahan siswa dari satu
sekolah ke sekolah lainnya karena alasan-alasan tertentu.
Mutasi adalah hak setiap siswa, oleh karena itu sekolah harus
dapat memberi kesempatan kepada siswanya yang akan
menggunakan haknya itu. Mutasi harus dilakukan melalui
prosedur tertentu dan dicatat oleh kedua sekolah, sekolah asal
dan sekolah tujuan.

3. Tamat Belajar
Apabila siswa telah menamatkan (selesai dan lulus) semua
mata pelajaran atau telah menempuh kurikulum sekolah dengan
memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat
belajar dari kepala sekolah. Dalam hal yang demikian, siswa sudah
tidak mempunyai hak lagi untuk tetap tinggal di sekolah yang
bersangkutan karena dianggap telah menguasai semua mata
pelajaran atau kurikulum sekolah. Tamat belajar untuk sekolah
menengah, pada dasarnya merupakan pencapaian salah satu tangga
untuk pendidikan lebih lanjut, atau pencapaian suatu keterampilan
yang dapat dipergunakan untuk menopang kehidupannya di
masyarakat.
Dalam menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik,
peranan guru sangat penting karena guru dapat menjadi model.
Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi, maka guru
harus mampu menjadi contoh atau panutan bagi siswa- siswanya.
Guru juga harus mampu menegakkan disiplin dan tidak merusaknya
sendiri. Di samping itu guru juga harus mampu mengambil
keputusan secara bijaksana dan konsisten untuk memberikan
ganjaran dan hukuman kepada para siswa yang pantas
mendapatkannya.

D.Peran Guru Dalam Administrasi Siswa

Siswa merupakan salah satu sub-sistem yang penting dalam


sistem pengelolaan pendidikan di sekolah menengah. Administrasi
siswa dilakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang
dikehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Administrasi siswa
merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa,
pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa
menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang
kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar yang
efektif.
Dalam administrasi siswa guru lebih banyak berperan secara
tidak langsung. Beberapa peranan guru dalam administrasi siswa itu
di antaranya adalah:
a) Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkan untuk
ambil bagian. Di antara mereka dapat ditunjuk menjadi
panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas
teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan
pelaporan pelaksanaan tugas.
b) Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para
siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya.
Peranan guru dalam hal ini sangat penting, karena andaikata
terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat
kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu-waktu
selanjutnya.
c) Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai
andil yang besar juga. Guru diharapkan mampu mencatat/
merekam kehadiran ini meskipun dengan sederhana akan
tetapi harus baik. Data kehadiran ini dimungkinkan untuk
bahan pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya
sebagai pertimbangan dalam menetapkan kenaikan kelas.
d) Dalam memotivasi siswa untuk senantiasi berprestasi tinggi,
guru juga harus mampu menciptakan suasana yang
mendukung hal tersebut. Hal ini dapat mereka lakukan
misalnya dengan membuat grafik prestasi belajar siswa-
siswanya.
E. Peran Guru dan Sekolah dalam Mencetak Siswa Berprestasi

Disini, anda akan melihat kiat-kiat yang bisa dilakukan untuk


mencetak siswa berprestasi, ukuran yang pantas digunakan untuk
menilai prestasi itu serta bagaimana mengatasi masalah siswa ketika
mereka sedang menghadapi suatu masalah dan terlibat dalam suatu
tindakan yang akan menjauhkan mereka dari kemungkinan meraih
prestasi. Ada beberapa langkah yang dapat membantu anda ataupun
para guru dan pengelolaan sekolah, mencetak lahirnya siswa-siswi
yang berprestasi, baik secara akademik maupun secara emosional,
serta dalam pola prilaku sosial, diantaranya adalah:

1) Pengalaman Pertama di Sekolah

Pada awalnya, banyak anak yang begitu antusias bersekolah,


tetapi sesampainya disana mereka mungkin mengalami berbagai
peristiwa yang menjadikannya berubah pikiran, dari semula sekolah
yang dianggapnya menyenangkan menjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan. Proses penyesuaian diri pada setiap anak memang
berbeda satu sama lain, diantara mereka ada yang bisa melakukan
penyesuaia dengan cepat dan ada pula yang mengalami kelambanan.

2) Perhatikan Mutu dan Kualitas Guru

Keberhasilan seorang siswa dalam meraih prestasinya tentu tidak


terlepas dari keberhasilan seorang guru yang mendidiknya. Seorang
guru yang sukses mendidik siswa-siswinya memiliki kemungkinan
besar untuk melahirkan seorang siswa yang berprestasi, demikian
juga sebaliknya.

3) Siswa Bukan Semata Objek, Tetapi Subjek Pendidikan

Paradigma pendidikan yang memosisikan siswa sebagai subjek


pengetahuan bukan lagi sebagai objek pengetahuan. Jadi, tugas anda
sebagai seorang guru, selain menginformasikan ilmu penetahuan,
anda juga harus memberikan pendamping dalam rangka membangun
kedewasaan berfikir anak didik, memberikan motivasi, dan spirit
yang tidak kenal lelah.

4) Menghidupkan Suasana Keluarga dalam Lingkungan Sekolah

Jangan biarkan anak didik anda mengikuti pelajaran dalam


keadaan menanggung suatu masalah karena hal itu akan
menghambat proses pelajaran yang akan anda sampaikan. Jangan
ragu untuk mengutarakan jalan keluar atas masalah yang sedang
dihadapi anak. Dengan demikian anak didik anda akan merasa tidak
sendiri dan mereka tentu akan kembali semangat belajar.

5) Lengkapi Sarana dan Prasarana Pendukung Belajar

Mengupayakan munculnya anak didik yang berprestasi sungguh


memerlukan kerja keras dan perhatian yang total, terutama dari
pemerintah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa
pendidikan adalah hak semua bangsa. Untuk mencetak lahirnya
siswa berprestasi disekolah harus memiliki sarana dan prasarana
lengkap diantaranya fasilitas yang mendukung dalam pembelajaran
seperti perpustakaan, lap, dan ruang kelas yang nyaman untuk
belajar.

6) Jalin Kerja Sama dengan Pihak Lain

Menjalin kerja sama dengan pihak lain berfungsi untuk


mengetahui sejauh man akemampuan anak didik kita berkompetisi
dengan anak didikdari lembaga lain dan disisi lain kita dapat
mengambil bebagai pelajaran yang barangkali dapat kita terapkan
dilembaga pendidikan kita sendiri. Untuk lebih menjamin agar
tujuan ini dapat tercapai, maka carilah lembaga pendidikan yang
lebih maju dari lembaga pendidikan yang sedang anda kelola.

7) Lakukan Seleksi Kualifikasi

Seleksi kualifikasi ini sebenarnya dilakukan sebagai salah satu


langkah evaluasi yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui
perkembangan prestasi siswa dari waktu ke waktu.

8) Adakan Class Meeting

Class meeting adalah sebuah ajang kompetisi yang dapat


menguji kemampuan masing-masing anak didik disekolah, atau
sebuah ajang kreasi keilmuan yang diadakan untuk menggali sampai
sejauh mana anda berhasil mendidik anak didik anda.

9) Lakukan Rekreasi Edukatif

Rekreasi yang perlu dilakukan disini adalah rekrasi yang masih


bernilai edukasi. Pilihlah museum-museum sejarah yang akan
merekatkan memori pengetahuan mereka dengan peradaban masa
lalu yang layak dihayati.

4. Lomba-lomba Siswa Berprestasi

OSN
Salah satu indikator peningkatan mutu pada suatu jenjang
pendidikan adalah meningkatnya kemampuan peserta didik baik
mengenai substansi pelajaran maupun perkembangan kreativitas,
daya nalar, sikap, dan budi pekerti para peserta didik. Oleh karena
itu, kompetisi atau lomba kemampuan peserta didik dalam bentuk
olimpiade mata pelajaran untuk seluruh daerah perlu diadakan, agar
semangat dan komitmen para praktisi pendidikan di daerah tetap
terpelihara dan memungkinkan mereka selalu berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA atau yang sederajat telah dirintis sejak tahun 2003
merupakan salah satu wadah strategis untuk
merealisasikan paradigma pendidikan di atas. Pelaksanaan olimpiade
secara berkelanjutan akan berdampak positif pada peningkatan
kualitas pendidikan dan pembelajaran sehingga menjadi lebih kreatif
dan inovatif. Olimpiade Sains Nasional untuk peserta didik SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MAatau yang sederajat ini diselenggarakan untuk
memotivasi para peserta didik,guru, pengelola, dan pembina
pendidikan untuk berkompetisi secara sehat dengan mengedepankan
sportivitas guna mencapai prestasi terbaik, sekaligus
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah masing-masing.

O2SN

Pembinaan dan pengembangan olahraga di sekolah dasar


yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
merupakan salah satu bagian dari empat pilar kebijakan
pembangunan pendidikan nasional, yang meliputi olah hati atau
qolbu, olah rasa, olah pikir, dan olahraga. Olahraga merupakan
kegiatan fisik yang dapat membangkitkan semangat,menumbuhkan
sportivitas, persahabatan, dan persaudaraan. Olahraga juga dapat
memiliki arti yang strategis bagi nation and character building atau
pembangunan watak bangsa.Dalam perspektif ini, pembangunan
pendidikan tidak cukup hanya berorientasi pada penyiapan tenaga
kerja, tetapi harus pula mampu membangun seluruh potensi
kecerdasan manusia agar berkembang secara optimal dan bermanfaat
bagi diri sendiri, masyarakat dan pembangunan nasional termasuk
pembangunan karakter dan jati diri bangsa.Untuk mewujudkan
tujuan tersebut di atas, salah satu program yang dilaksanakan adalah
penyelenggaraan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang
dilaksanakan setiap tahunnya

FLS2N
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan maka perlu dilaksanakan berbagai
kegiatan yang sekaligus sebagai upaya dalam pemenuhan hak
peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
Kegiatan tersebut di antaranya penyelenggaraan Festival dan Lomba
Seni Siswa Nasional (FLS2N). Kegiatan FLS2N dilaksanakan untuk
peserta didik tingkat sekolah dasar, secara berjenjang mulai dari
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.FLS2N diharapkan
dapat menjadi salah satu pola pembinaan pendidikan dibidang seni
dan sastra di Indonesia. Di samping itu, akan menjadi ajang
pembentukan karakter peserta didik agar mempunyai daya cipta,
kelembutan hati serta kecintaan seni dan budaya bangsa.

F.Persyaratan Teknis dan Administrasi Yang Harus Dimiliki


Calon Penerima Bantuan Beasiswa Siswa Berprestasi

Pemberian Bantuan Beasiswa Untuk Siswa Berprestasi


bertujuan diantaranya m emberikan motivasi kepada siswa dalam
mengembangkan minat dan bakat untuk memperoleh prestasi di
bidang akademik maupun non akademik, Memberikan penghargaan
bagi siswa yang berprestasi; dan Memberi motivasi kepada siswa
SMK untuk tetap berupaya selalu berprestasi dan lebih maju.dimana
dana bantuan digunakan diantaranya untuk, Peningkatan dan
pengembangan prestasi akademik dan/atau non akademik siswa dan
Memberi dorongan dan semagat kepada siswa SMK untuk tetap
berprestasi;

Penerima bantuan adalah siswa yang memenuhi persyaratan


dan Kewenangan penetapan penerima bantuan sepenuhnya oleh
Direktorat Pembinaan SMK;diman beasiswa prestasi akan diberikan
kepada siswa berdasarkan peringkat prestasi pada tingkat
Provinsi/Nasional/Internasional dan bantuan diberikan dalam bentuk
uang;

Persyaratan Penerima Bantuan Beasiswa Siswa Berprestasi


diantaranya adalah sebagai berikut:

Persyaratan Teknis.

1. Siswa SMK yang masih aktif dan berprestasi;


2. Siswa SMK yang masih aktif baik perorangan ataupun
pemain perorangan dalam tim yang memiliki prestasi sebagai
juara I, II, III tahun 2015, dibidang akademik maupun non
akademik pada tingkat provinsi/ nasional dan terbaik sebagai
perwakilan Indonesia pada tingkat Internasional, yang
dibuktikan dengan sertifikat kejuaraan/surat penetapan juara
oleh penyelenggara;
3. Prestasi nasional adalah prestasi yang diperoleh dalam
kejuaraan tingkat nasional yang tidak termasuk prestasi pada
lomba tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pembinaan SMK yaitu: LKS, OSTN, O2SN, Debat Bahasa
Indonesia dan bahasa asing lainnya, FLS2N;
4. Siswa SMK yang masih aktif baik perorangan maupun
pemain perorangan dalam tim/regu yang memiliki prestasi
dalam bidang inovasi/perekayasa/keilmuan dan dibuktikan
dengan sertifikat/piagam penghargaan/surat keputusan
pemenang oleh panitia;

Persyaratan Administrasi

1. Diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan/atau


Kab/Kota dan atau SMK setelah ada pengesahan Dinas
Pendidikan Kab/Kota/Provinsi;
2. Melampirkan data pendukung yang membuktikan pencapaian
prestasi siswa calon penerima berupa piagam/
sertifikat/penghargaan;
3. Siswa yang diusulkan ditetapkan sebagai penerima bantuan
oleh PPK dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) Direktorat PSMK.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rushdie dan Isnawati, Nurlaela. 2009. Tips Membuat Anak Jadi


Murid Berprestasi. Jogjakarta: Gara ilmu.
2. Oteng Sutisna. 1987. Administrasi Pendidikan dasar teoritis
untuk praktek profesional. Bandung. Angkasa.
3. Ngalim Purwanto dkk. 1986. Administrasi Pendidikan. Jakarta
PT. Mutiara Sumber Widya.
4. Hendiyat Soetopo. 1982. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan. Malang. Bina Aksara.
5. Muhammad Rifa’i. 1982. administrasi pendidikan. Bandung.
Jammars.
6. Gunawan, Ary. 1996. Administrasi sekolah” Jakarta: PT Rineka
Cipta.
7. http://massofa.wordpress.com/2008/07/30/peran-guru-dalam-
administrasi kesiswaan/diaksestanggal 07 mei 2010
8. http://www.administrasiguru.com/2015/12/persyaratan-teknis-
dan-administrasi.html

Anda mungkin juga menyukai