Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENERAPAN PENDIDIKAN KONTEKSTUAL

UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS BERTANYA SISWA

MATA PELAJARAN IPS KELAS IV

OLEH
SRI WARDANI
859169108

UNIVERSITAS TERBUKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam pendidikan, siswa
yang mengalami proses belajar maka akan terjadi perubahan kemampuan
internal pada diri siswa. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memperoleh
perubahan mentah yang positif, Winkel dalam Ernawati (2010). Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”.
Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang
merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa
perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai
peribadi.
Hakikat pembelajaran kontekstual menurut Johnson (2010) dapat
diringkas dalam tiga kata, yaitu makna, bermakna, dan diberimaknakan. Dalam
pembelajaran kontekstual guru berperan sebagai fasilitator tanpa diberi henti
(reinforcing), yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Siswa
memiliki response potentiality yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan
makna adalah sangat mendasar bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah
memberdayakan potensi kodrati ini sehingga siswa terlatih menangkap makna
dari materi yang diajarkan.
Dalam Trianto (2014), pembelajaran kontekstual merupakan suatu
konsepsi yang membantu Model pembelajaran kontekstual ini bertujuan untuk
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi
dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya. Pengajaran dan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (ctl) memiliki
lima elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu:
(1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
(2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)
(3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
(4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge)
(5) dan melakukan refleksi (reflecting knowledge).

Pembelajaran kontekstual juga memiliki karakteristik yang membedakan


dengan model pembelajaran lainnya, antara lain:

(1). Kerja sama

(2). Saling menunjang

(3). Menyenangkan, tidak membosankan (joyfull,comfortable)

(4). Belajar dengan bergairah

(5). Pembelajaran terintegrasi

(6). Memakai berbagai sumber

(7). dan siswa aktif.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Apakah dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
aktivitas bertanya siswa kepada guru pada mata pelajaran IPS.
2. Dalam pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah
3. Siswa kesulitan memahami materi yang diajarkan guru
4. Prestasi belajar siswa rendah
5. Siswa cenderung malu untuk bertanya

1.3. Tujun
Penelitian ini membahas dan mengkaji mengenai masalah penerapan
pendekatan kontekstual untuk meningkatkan aktivitas bertanya siswa pada mata
pelajaran IPS dan materi koperasi di kelas IV MI.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Bertanya Siswa


Beberapa faktor yang membuat siswa tidak berani bertanya atau malu
dalam bertanya selama proses pembelajaran yaitu terkadang siswa takut
diangap bodoh, merasa minder ketika pertanyaanya tidak dihargai, takut
ditertawakan oleh teman-temannya, takut jika guru meminta menjelaskan
ulang materi yang telah disampaikan. Berdasarkan masalah tersebut guru
harus dapat memilih metode pembelajaran apa yang baik digunakan agar
dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang baik. Revolusi pembelajaran
merupakan suatu bentuk perubahan dalam rangka memperbaiki sistem atau
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual diharapkan dapat memberikan revolusi
pemebelajaran yang baik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, agar dapat menemukan makna
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual
mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata,
berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif,
memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak
membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar. Pembelajaran
kontekstual memiliki delapan ciri utama, yaitu Membuat keterkaitan-
keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan
pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang
tinggi dan menggunakan penilaian autentik.

B. Dalam Pemelajaran Guru Cenderung Mengunakan Metode Ceramah


Metode cermah merupakan metode penyampaian secara lisan yang
digunakan seorang pengajar dengan cara menjelaskan isi materi
pembelajaran kepada siswa. Bentuk penyajian dengan metode ceramah
Dapat mengunakan alat bantu yaitu mengunakan gambar, peta, dan lain-
lainya. Menurut Abdul Majid (1992), metode ceramah ini memiliki kelebihan
dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut yaitu:
1. Kelebihan metode ceramah
a. Praktis dari sisi persiapan
b. Efisien dari sisi waktu dan biaya.
c. Dapat menyampaikan materi yang banyak
d. Mendorong guru untuk menguasai materi
e. Lebih mudah mengontrol kelas
f. Peserta didik tidak perlu persiapan
g. Peserta didik langsung menerima ilmu pengetahuan
2. Kelemahan metode mengajar
a. Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya
terpusat pada guru
b. Siswa seakan diharuskan mengikuti segala apa yang
disampaikan oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis
karena guru
dianggap selalu benar
c. Siswa akan lebih bosan dan merasa mengantuk, karena dalam
metode ini, hanya guru yang aktif dalam proses belajar
mengajar, sedangkan para peserta didik hanya duduk diam
mendengarkan penjalasan yang telah diberikan oleh guru

C. Siswa Kesulitan Memahami Materi yang Diajarkan Guru


Sering kita jumpai permasalahan siswa kesulitan dalam memahami materi
yang telah diberikan oleh gurunya. Hal tersebut tidak luput dari beberapa
faktor seperti siswa memiliki kesulitan belajar, kurangnya minat siswa dalam
belajar, metode belajar yang tidak sesui dengan karakter siswa, siswa tidak
menyukai gurunya, dan siswa memiliki permasalahan pribadi. Faktor-faktor
tersebut menuntuk guru untuk ektra dalam tehknik pemberian pembelajaran
kepada perserta didik.

D. Prestasi belajar siswa rendah


Menurut Winkel dalam Ernawati (2010) Belajar merupakan kegiatan yang
paling utama dalam pendidikan, siswa yang mengalami proses belajar maka
akan terjadi perubahan kemampuan internal pada diri siswa. Sesuai dengan
tujuan pembelajaran yaitu memperoleh perubahan mentah yang positif.
pendidikan disekolah mengarahkan belajar anak supaya ia memperoleh
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang yang
menunjang perkembangannya.
Dalam proses pembelajaran tentu ada perbedaan antara siswa satu
dengan yang lainnya dimana peserta didik tidak terlepas dari kodratnya
sebagai individu yang unik, yang memiliki perbedaan dengan yang lainnya
yang memiliki kebutuhan akan pembelajaran yang berbeda-beda,
diantaranya perbedaan daya tangkap untuk materi pelajaran yang diajarkan,
perbedaan motivasi belajar dan minat belajar, bahkan perbedaan budaya di
lingkungan keluarga dan masyarakat juga mempengaruhi kebutuhannya akan
pembelajaran.
prestasi adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian
suatu kerja nyata yang didapatkan dari hasil kegiatan yang diberikan oleh
guru. Tak jarang ditemui banyak anak-anak yang memiliki prestasi belajar
yang rendah. Prestasi belajar rendah adalah sebuah kemampuan yang telah
dicapai atau hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta
didik dan hasil tersebut belum memenuhi batasan dari hasil rata-rata anak-
anak lain pada umunya. Faktor penyebab dari rendahnya prestasi siswa
dikerena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri
(Internal), yang terdiri dari jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), psikologis
(inteligensi, perhatian, minat, bakat, dan motivasi). Sedangkan faktor ekternal
merupakan pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya motivasi
dan perhatian peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran yang dapat
mempengaruhi minat dan kemauan belajar siswa. Proses pembelajaran yang
tidak berjalan dengan baik, akan berdampak pada prestasi belajar peserta
didik.
Peran seorang guru dalam membantu proses pembelajaran agar perserta
didik mampu memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap
dan nilai yang menunjang perkembangan perserta didik. Untuk dapat
mengetahui sejauh mana perserta didik dapat memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam belajar, guru perlu melakukan penilaian
yang disusun secara sistematis, dimana guru mampu mengetahui sejauh
mana tujuan pembelajaran tercapai, tujuan pembelajaran tercapai dilihat dari
prestasi belajar yang diperoleh siswa. Guru juga harus mampu memberikan
motivasi belajar, mebangkitkan minat belajar, mengubah cara mengajar,
memahami karakterstik perserta didik, menerapkan metode belajar tertentu
kepada anak lambat memahami pelajaran.
BAB III
RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Rumusan masalah
a. Siswa takut diangap bodoh, merasa minder ketika pertanyaanya tidak
dihargai, takut ditertawakan oleh teman-temannya, takut jika guru meminta
menjelaskan ulang materi yang telah disampaikan.
b. Siswa seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru,
sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk dikerenakan hanya guru yang
aktif.
c. Siswa kesulitan belajar, kurangnya minat siswa dalam belajar, metode belajar
yang tidak sesui dengan karakter siswa, siswa tidak menyukai gurunya, dan
siswa memiliki permasalahan pribadi.
d. Faktor internal dan feksternal

2. Pemecahan Masalah
a. Menerapkan pembelajaran kontekstual agar memberikan revolusi
pemebelajaran yang baik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, perserta didik dapat
menemukan makna pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan
pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa,
siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar
menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan
berbagai sumber belajar.
b. Di harapkan para guru diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam
membuat kegiatan yang kreatif dan inovati agar suasana belajar menjadi
menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
c. Mengajak perserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, menciptakan
suasana belajar yang menyenagkan, mengadakan belajar kelompok, berhenti
membandingkan perserta didik dengan perserta didik lainnya, dan membuat
cacatan kecil.
d. Siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan belajar yang
terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Faktor yang paling penting yang memengaruhi belajar ialah apa
yang telah diketahui siswa. Dengan demikian, agar terjadi belajar
bermakna, konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang sudah ada
dalam struktur kognitif siswa. Penerapan pembelajaran kontekstual akan
sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan natara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2. Saran
Diharapkan siswa mampu mengerjakan permasalahan yang
autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang
nyata sehingga siswa mampu memahami dan membangkitkan rasa
percaya diri untuk bertanya. Kumudian guru mampu menerapkan
pembelajran kontektual tersebut guna membantu siswa dalam
memecahkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Elaine B. Johnson, 2010. Contextual Teaching & Learning, Bandung. hal 19-20

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual. Jakarta. Kencana, 2014), hh. 138-139

Anda mungkin juga menyukai