Anda di halaman 1dari 30

NAMA : DARMA ASWITA

NO.UK : 201698319955
BIDANG STUDI : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KELAS : 005

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
1 Rendahnya Guru belum 1. Model pembelajaran adalah pola konseptual yang Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi maka
motivasi menerapkan menggambarkan prosedur sistematis dalam didapatkan kelebihan dan kekurangan setiap
belajar siswa model mengorganisasikan pengalaman belajar untuk solusi yang dipilih.
kelas VI pembelajaran mencapai tujuan belajar (Djalal F, 2017). Kelebihan dari model Problem Based
yang Learning (PBL) ini adalah:
membangkitkan 2. Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang 1. Model PBL mampu mengembangkan
motivasi siswa terdapat pada diri seseorang individu dimana ada motivasi belajar siswa.
dalam belajar suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna 2. Model PBL mendorong siswa untuk
mencapai tujuan (Emda, 2018) mampu berfikir tingkat tinggi.
3. Model PBL mendorong siswa
3. Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mengoptimalkan kemampuan
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi metakognisinya.
belajar intrinsik melibatkan motivasi internal 4. Model PBL menjadikan pembelajaran
dalam melakukan sesuatu demi minat sendiri. bermakna sehingga mendorong siswa
Sedangkan motivasi belajar ekstrinsik melibatkan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan
motivasi yang berasal dari luar diri siswa, dengan mampu belajar secara mandiri.
kata lain bahwa kemauan untuk belajar siswa Adapun kekurangan model problem based
sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya learning adalah:
(Mustanto,dkk, 2021) 1. Manakala siswa tidak memiliki minat
atau tidak mempunyai kepercayaan
4. Rendahnya motivasi belajar siswa dapat bahwa masalah yang dipelajari sulit
disebabkan oleh tiga faktor yaitu keluarga (orang untuk dipecahkan, maka mereka akan
tua dan ekonomi), guru (gaya mengajar dan merasa enggan untuk mencobanya.
metode), dan lingkungan ( pergaulan sekolah dan 2. Untuk sebagian siswa beranggapan
masyarakat ) (Sururudin dan Prihatini, 2018) bahwa tanpa pemahaman mengenai
materi yang diperlukan untuk
Eksplorasi alternatif solusi dari rendahnya menyelesaikan masalah mengapa
motivasi belajar siswa kelas VI adalah: mereka harus berusaha untuk
1. Menggunakan model pembelajaran Problem memecahkan masalah yang sedang
Based Learning dipelajari, maka mereka akan belajar apa
2. Menggunakan model project based learning yang mereka ingin pelajari
3. Menggunakan ice breaking saat pembelajaran
4. Menggunakan media audiovisual (seperti video Kelebihan ice breaking antara lain:
pembelajaran) 1. Membuat waktu panjang terasa cepat.
5. Menggunakan metode diskusi saat pembelajaran 2. Membawa dampak menyenangkan dalam
pembelajaran.
Kajian Literatur: 3. Dapat digunakan secara spontan atau
1. Dengan menerapkan model Problem Based terkonsep.
Learning dalam pembelajaran dapat 4. Membuat suasana kompak dan menyatu.
meningkatkan motivasi belajar siswa dan b. Kelemahan Ice breaking
mendukung siswa untuk membangun wawasan
mereka sendiri (Hamdani HA, Dahlan T, Indriani Kekurangan ice breaking yaitu:
R, Karimah AA, 2021) 1. Penerapan disesuaikan dengan kondisi
ditempat masing-masing.
2. Penerapan model Problem Based Learning Kelebihan dari penggunaan media
memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar, audiovisual untuk pembelajaran adalah:
siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan 1. pembelajaran menggunakan media ini
pembelajaran dan saat pembelajaran adanya akan menambah ketertarikan pada peserta
motivasi belajar siswamenjadikan tidak bosan didik untuk belajar, pembelajaran lebih
saat belajar (Siti Nurjanah, 2021) terasa interaktif, lebih efektif dan efisien
2. peserta didik juga dapat menambah
kemampuan mengingat
3. Hasil penelitain Fitri, dkk. (2018) menunjukkan 3. mudah diingat dan juga dipelajari maupun
adanya pengaruh yang signifikan dari model dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari
project based learning terhadap HOTS dilihat 4. dan peserta didik dapat lebih
dari motivasi berprestasi siswa. mengeksplorasi materi

4. Ice breaking ini adalah salah satu kegiatan yang


Kelemahan dari media pembelajaran
efektif dalam meningkatkan motivasi belajar
audiovisual ini adalah :
siswa serta keaktifan siswa (Zakiyyah D, 1. biaya alat-alat yang relatif agak mahal,
Suswandari M, Nur Khayati, 2022) dibutuhkan keahlian dalam
menggunakannya
5. Zoga Maullan, (2019) menyatakan bahwa 2. dan ketersediaan alat-alat yang digunakan
penerapan ice breaking ketika pembelajaran pada media audiovisual harus cukup
berlangsung akan membuat terlihatnya motivasi lengkap
belajar pada siswa dan siswa akan berkosentrasi
kembali dalam belajar. Ice breaking ini adalah
kelebihan metode diskusi antara lain:
salah satu kegiatan yang efektif dalam 1. Diskusi melibatkan semua siswa secara
meningkatkan motivasi belajar siswa serta langsung dalam KBM.
keaktifan siswa. 2. Setiap siswa dapat menguji tingkat
pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
6. Robat (2014) 3. Diskusi dapat menumbuhkan dan
menunjukkan bahwa penerapan metode diskusi mengembangkan cara berpikir dan sikap
kelompok pada pembelajaran mampu ilmiah.
meningkatkan motivasi belajar siswa. 4. Dengan mengajukan dan
mempertahankan pendapatnya dalam
Agar motivasi, kemampuan berpikir kritis dan diskusi diharapkan para siswa akan dapat
pengetahuan siswa berkembang. Maka setiap memperoleh kepercayaan akan
pembelajaran juga diterapkan pembelajaran yang (kemampuan) diri sendiri.
berbasis HOTS, terdapat keterampilan abad 21 (4C), 5. Diskusi dapat menunjang Usaha-usaha
dan pembelajaran yang berbasis TPACK kemudian pengembangan sikap sosial dan sikap
pembiasan literasi di kelas. demokratis para siswa.

1. HOTS adalah proses yang mengharuskan Kekurangan metode diskusi antara lain:
peserta didik untuk mengolah informasi dan ide- 1. Satu diskusi dapat diramalkan sebelumnya
ide yang ada sehingga dapat memberikan mengenai bagaimana hasilnya sebab
mereka pemahaman baru (Royantoro F, tergantung kepada kepemimpinan dan
Mujasam, Yusuf I, Widyaningsih SW, 2018) partisipasi anggota-anggotanya.
2. Suatu diskusi memerlukan keterampilan
2. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan tertentu yang belum pernah
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah ketika dipelajari sebelumnya
peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah 3. Jalannya diskusi dapat dikuasai
yang belum pernah ditemui sebelumnya, (didominasi) oleh beberapa siswa yang
disinilah proses berpikir tingkat tinggi peserta "menonjol".
didik akan terlatih (Rofiah, Aminah, & Ekawati, 4. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok
2013). diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat
problematis saja yang dapat didiskusikan.
5. Diskusi yang mendalam memerlukan
waktu yang banyak. Apabila suasana
3. Menurut Binkley (2012), untuk mampu hidup di diskusi hangat dan siswa sudah berani
abad 21, diperlukan sepuluh keterampilan yang mengemukakan buah pikiran mereka,
harus dimiliki siswa, keterampilan tersebut maka biasanya sulit untuk membatasi
antara lain keterampilan berpikir kreatif, pokok masalah.
berpikir kritis, berpikir metakognisi, 6. Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam
komunikasi, kolaborasi, literasi informasi, kelas akan memengaruhi kesempatan
literasi TIK (Teknologi Informasi Komunikasi), setiap siswa untuk mengemukakan
berkewarganegaraan, bekerja dan berkarir, serta pendapatnya.
keterampilan responsibilatas individu dan sosial
Berdasarkan hasil wawancara dan kajian
4. Menurut Mudanta KA (2020) dalam literatur, serta keunggulan dan kelemahan
menentukan instrumen penilaian motivasi yang dikemukakan. Maka dapat disimpulkan
belajar dan hasil belajar siswa. Guru harus dapat bahwa alternatif solusi dari permasalahan
menentukan instrumen penilaian yang tepat yang ditemukan dapat menggunakan model
yang dapat menilai sejauh mana tingkat motivasi pembelajaran project based learning yang
dan hasil belajar siswa dalam proses dapat dipadukan dengan pembelajaran
pembelajaran. berbasis HOTS dan TPACK, 4C.

5. Instrumen motivasi belajar siswa yang bisa


digunakan berupa kisi-kisi dan lembar
kuesioner. Sugiyono (2017), kuesioner adalah
teknik pengambilan data yang terdiri dari
kumpulan pertanyaan yang diserahkan kepada
responden. Widoyoko (dalam Purnomo &
Palupi, 2016) kuesioner yaitu metode
pengambilan data berupa pertanyaan tertulis
ke responden. Instrumen penilaian motivasi
belajar disusun berdasarkan indikator menurut
Uno (2008) yaitu: (1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan
dan cita-cita masa depan; (4) adanya
penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar
dengan baik.

6. Kemudian dalam pembelajaran dapat


diimplmentasikan TPACK agar motivasi siswa
dalam belajar semakin meningkat. TPACK
adalah dasar dari pembelajaran yang efektif
menggunakan teknologi, yang dapat
memperbaiki permasalahan peserta didik,
dimana konsep materi pelajaran yang sulit
ataupun mudah dapat dipahami oleh peserta
didik serta dapat membangun pengetahuan
peserta didik dengan mengembangkan metode
pembelajaran atau memperkuat pengetahuan
yang lama (Nofrion. 2018:14).

7. Technological pedagogical Content


Knowledge (TPACK) dapat diartikan sebagai
bentuk pengetahuan yang merupakan sintesis
dari tiga pengetahuan konten/materi,
pengetahuan pedagogi, dan pengetahuan
teknologi (Subhan M, 2020)

Hasil wawancara:
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan
teman sejawat hari Sabtu tanggal 10-09-2022,
didapatkan bahwa:
Kepala Sekolah:
1. Motivasi belajar siswa harus kita bangun sejak
dini menerapkan model-model pembelajaran
yang membangkitkan motivasi belajar peserta
didik (seperti menerapkan model problem based
learning, project based learning)

Guru:
1. guru harus menerapkan model-model
pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi peserta didik
2. guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang
aktif
3. Guru dapat menyelingi dengan pemberian ice
breaking saat pembelajaran

2. Kemampuan Minimnya 1. Media pembelajaran adalah perantara yang Kelebihan media konkret antara lain:
siswa media digunakan untuk menyampaikan materi ke pelajar 1. Memberikan pengalaman secara langsung.
menyelesaikan pembelajaran dengan menggunakan alat tertentu agar pelajar
permasalahan konkret yang dapat mengerti dengan cepat dan menerima 2. Penyajian secara konkret dan menghindari
pada soal-soal digunakan guru pengetahuan dari pengajar. (Pakphakan AF, dkk, verbalisme
cerita terkait saat 2020:8) 3. Dapat menunjukkan obyek secara utuh
masalah mengajarkan baik konstruksi maupuan cara kerjanya.
numerasi penyelesaian 2. Faktor yang menyebakan tinggi rendahnya 4. Dapat memperlihatkan struktur organisasi
masih rendah masalah pada kemampuan literasi matematika sebagai berikut : secara jelas.
soal-soal cerita (1) Materi yang dipilih, saat pengerjaan siswa 5. Dapat menunjukkan alur suatu proses
terkait masalah hanya mampu menyelesaikan soal yang sering secara jelas.
numerasi diberikan, sehingga sangat berpengaruh pada
Kekurangan media konkret anatara lain:
tingkatan kemampuan literasi matematika siswa,
(2) Pembelajaran yang diberikan guru dikelas, (3)
1. Biaya yang diperlukan terkadang tidak
Lingkungan kelas (4) Dukungan lingkungan
sedikit apalagi ditambah dengan
keluarga, (5) Kemampuan siswa sendiri (6) kemungkinan kerusakan dalam
Kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran penggunaannya.
(Khoiruddin, A, Setyawati,RD, Nursyahida, F, 2. Tidak selalu dapat memberikan gambaran
2017)
dari benda yang sebenarnya sehingga
pembelajaran perlu didukung dengan
Eksplorasi alternatif solusi dari rendahnya media lain.
kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan
pada soal-soal cerita terkait masalah numerasi Kelebihan dari penggunaan media
adalah: audiovisual untuk pembelajaran adalah:
1. Menggunakan media konkret saat pembelajaran 1. pembelajaran menggunakan media ini
2. Menampilkan media audiovisual berupa video akan menambah ketertarikan pada peserta
pembelajaran dan ppt saat pembelajaran (hal ini didik untuk belajar, pembelajaran lebih
bertujuan untuk merangsang pengetahuan siswa) terasa interaktif, lebih efektif dan efisien
3. Menggunakan metode diskusi dalam 2. peserta didik juga dapat menambah
pembelajaran kemampuan mengingat
4. Menggunakan model pembelajaran problem 3. mudah diingat dan juga dipelajari maupun
based learning dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari
5. Menggunakan model pembelajaran Realistic 4. dan peserta didik dapat lebih
Mathematics Education mengeksplorasi materi
Kajian literatur:
1. Arsyad dalam Shoimah (2020) menyatakan Kelemahan dari media pembelajaran
media konkret mampu memberikan arti nyata audiovisual ini adalah
kepada hal-hal yang sebelumnya hanya 1. biaya alat-alat yang relatif agak mahal,
digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata- dibutuhkan keahlian dalam
kata atau hanya visual. menggunakannya
2. dan ketersediaan alat-alat yang digunakan
2. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa pada media audiovisual harus cukup
menyelesaikan permasalahan pada soal-soal lengkap
cerita, diperlukan suatu perubahan dalam
menyampaikan materi ( konsep abstrak ), ada hal Kelebihan metode diskusi antara lain:
unik, hal yang tidak pernah dilakukan oleh siswa, 1. Diskusi melibatkan semua siswa secara
dengan menambah suatu media yang menarik langsung dalam KBM.
dengan menggunakan media video 2. Setiap siswa dapat menguji tingkat
(Helpiyotwitra, 2019) pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
3. Sanjaya, (2006). Penerapan model Problem 3. Diskusi dapat menumbuhkan dan
Based Learning adalah model pembelajaran mengembangkan cara berpikir dan sikap
berlandaskan konstruktivisme yang menekankan ilmiah.
keterampilan pada proses penyelesaian masalah 4. Dengan mengajukan dan
dengan membangun mental siswa untuk berpikir mempertahankan pendapatnya dalam
kritis dan memahami masalah serta memecahkan diskusi diharapkan para siswa akan dapat
masalah. memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri.
4. Menurut Masniladevi (2017:88) model Problem 5. Diskusi dapat menunjang Usaha-usaha
Based Learning merupakan salah satu model pengembangan sikap sosial dan sikap
yang memfasilitasi peserta didik agar aktif dalam demokratis para siswa.
menyelesaikan masalah yang ada sehingga
selama proses pembelajaran mereka tidak akan Kekurangan metode diskusi antara lain:
merasa bosan. 1. Satu diskusi dapat diramalkan sebelumnya
mengenai bagaimana hasilnya sebab
5. Realistic Mathematics Education merupakan tergantung kepada kepemimpinan dan
pendekatan pembelajaran yang dapat melatih partisipasi anggota-anggotanya.
siswa lebih aktif dan kreatif dalam 2. Suatu diskusi memerlukan keterampilan
mengkonstruksi dan mengungkapkan ide-idenya
karena apa yang dipelajari siswa adalah apa yang
dialami siswa. Dalam RME, masalah yang Kelebihan dari model Problem Based
diangkat berasal dari dunia nyata. Pemecahan Learning (PBL) ini adalah:
masalah dilakukan dengan caranya sendiri bukan 1. Model PBL berhubungan dengan situasi
menerapkan cara yang sudah ada, dimana kehidupan nyata sehingga pembelajaran
masalah tersebut diselesaikan oleh siswa sendiri menjadi bermakna.
(Septriyana Y, Fauzan A, Ahmad R. 2019) 2. Model PBL mendorong siswa untuk belajar
secara aktif.
Agar kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan 3. Model PBL mendorong lainnya sebagai
siswa berkembang. Maka setiap pembelajaran juga pendekatan belajar secara interdisipliner.
diterapkan pembelajaran yang berbasis HOTS, 4. Model PBL memberikan kesempatan
terdapat keterampilan abad 21 (4C), dan kepada siswa untuk memilih apa yang akan
pembelajaran yang berbasis TPACK. dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
5. Model PBL mendorong terciptanya
1. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) pembelajaran kolaboratif.
menurut Resnick (Wena, 2020) adalah proses 6. Model PBL diyakini mampu meningkatkan
berpikir kompleks dalam menguraikan materi, kualitas pendidikan.
membuat kesimpulan, membangun representasi,
menganalisis, dan membangun hubungan dengan Adapun kekurangan model problem based
melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. learning adalah:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau
2. (Nugroho dkk, 2018) menyatakan bahwa HOTS tidak mempunyai kepercayaan bahwa
memiliki ciri khas level. Level kemampuan ini masalah yang dipelajari sulit untuk
mencakup kemampuan atau keterampilan siswa dipecahkan, maka mereka akan merasa
dalam: Menganalisis (analyze) yang terdiri dari enggan untuk mencobanya.
kemampuan atau keterampilan membedakan, 2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa
mengorganisasikan, dan menghubungkan. tanpa pemahaman mengenai materi yang
Mengevaluasi (evaluate) yang terdiri dari diperlukan untuk menyelesaikan masalah
keterampilan mengecek, dan mengkritisi. Serta mengapa mereka harus berusaha untuk
Mencipta (create) yang terdiri dari kemampuan memecahkan masalah yang sedang
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi dipelajari, maka mereka akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari
3. Sulis (2019:553)menyatakan bahwa penerapan
HOTS pada evaluasi pembelajaran tercermin Kelebihan model pembelajaran Realistic
melalui soal-soal yang harus diselesaikan oleh Mathematic Education (RME) yaitu:
siswa. Soal-soal yang diberikan tidak hanya 1. memberikan pengertian kepada siswa
terbatas pada level aplikasi (C3) tetapi juga tentang keterkaitan matematika dengan
sampai level mencipta (C6). Soal HOTS ialah kehidupan sehari-hari, dan
soal yang melibatkan bagian kognitif C4 2. memberikan pengertian kepada siswa
analisis, C5 evaluasi, dan C6 kreasi bahwa matematika adalah suatu bidang
kajian yang dikonstruksi dan
4. Proses pembelajaran dalam meningkatkan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak
pemahaman siswa mengenai soal-soal cerita hanya oleh mereka yang disebut pakar
dapat diimplementasikan menggunakan dalam bidang tersebut.
pendekatan TPACK. TPACK merupakan sebuah
sintesis pengetahuan yang bertujuan untuk Kelemahan model pembelajaran Realistic
memasukkan teknologi informasi dan Mathematic Education (RME) yaitu:
komunikasi serta teknologi pendidikan ke dalam 1. tidak mudah bagi guru untuk mendorong
proses pembelajaran di kelas (Çoban et al. 2016). siswa agar bisa menemukan berbagai cara
dalam menyelesaikan soal atau
5. TPACK merupakan pembelajaran yang memecahkan masalah, dan
menggunakan gabungan dari 3 aspek yakni 2. tidak mudah bagi guru untuk memberi
teknologi, pedagogi, dan konten/materi bantuan kepada siswa agar dapat
pengetahuan (Amrina, Z., Anwar, V. N., Alvino, melakukan penemuan kembali konsep-
J., & Sari, S. G. (2022). konsep matematika yang dipelajari.

Berdasarkan hasil wawancara dan kajian


6. Ada 7 komponen dalam pembelajaran TPACK literatur, serta keunggulan dan kelemahan
yaitu content knowledge, technological yang dikemukakan. Maka dapat disimpulkan
knowledge, pedagogical knowledge, pedagogical bahwa alternatif solusi dari permasalahan
content knowledge, technological content yang ditemukan dapat menggunakan model
knowledge, technological pedagogical pembelajaran problem based learning yang
knowledge, dan technological pedagogical dapat dipadukan dengan pembelajaran
content knowledge (Shafira DA, Minsih, 2022) berbasis HOTS dan TPACK, 4C.

7. Sedangkan assesment untuk penyelesaian


masalah dalam soal-soal cerita dapat
menggunakan penilaian formatif. Tingkat
keberhasilan kemampuan peserta didik
memecahkan masalah pada pembelajaran
berbasis masalah dapat
diukur dari hasil penilaian (Wolterinck., 2016).
Penilaian Formatif dapat memberikan umpan
balik untuk pendidik dan
peserta didik tentang pembelajarannya (Owen,
2016). Dengan penilaian formatif dapat
memotivasi peserta didik dalam belajar
saat diberikan balikan atas pembelajaran yang
telah dilakukan (Buchholtz., 2018).

Hasil wawancara:
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan
teman sejawat hari sabtu tanggal 10-09-2022,
didapatkan bahwa:
Kepala Sekolah:
1. Guru dapat menggunakan media pembelajaran
konkret yang bervariasi
2. Guru dapat menggunakan model pembelajaran
pelibatan siswa lansung.
3. Guru memberikan contoh yang dekat dengan
lingkungan atau diri siswa

Guru:
1. Rencana Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai
dengan model pembelajaran
2. Guru menggunakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa, sehingga membuat siswa
aktif dalam pembelajaran.
3. Selain itu guru juga dapat menambahkan
pemanfaatan model pembelajaran untuk
mendukung pembelajaran
3. Rendahnya Guru belum 1. Model pembelajaran adalah pola konseptual yang Kelebihan dari model Problem Based
hasil belajar menggunakan menggambarkan prosedur sistematis dalam Learning (PBL) ini adalah:
kelas VI pada model mengorganisasikan pengalaman belajar untuk 1. Model PBL mampu mengembangkan
pembelajaran pembelajaran mencapai tujuan belajar. (Djalal F, 2017) motivasi belajar siswa.
Tematik yang dapat 2. Model PBL mendorong siswa untuk
merangsang rasa 2. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari mampu berfikir tingkat tinggi.
ingin tahu siswa usaha yang telah dilakukannya dalam rangka 3. Model PBL mendorong siswa
dalam menambah informasi, pengetahuan maupun mengoptimalkan kemampuan
pembelajaran pengalaman (Astriningtyas AN, Kristin F, metakognisinya.
Anugraheni I, 2018) 4. Model PBL menjadikan pembelajaran
bermakna sehingga mendorong siswa
3. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar memiliki rasa percaya diri yang tinggi
adalah proses pembelajaran yang berpusat pada dan mampu belajar secara mandiri.
guru sehingga siswa cenderung pasif. Siswa yang
pasif dalam pembelajaran akan membuat Kekurangan model PBL antara lain:
kemampuan berpikirnya tidak dapat berkembang 1. seringnya siswa menemukan kesulitan
(Noviati et 2020). Rendahnya kemampuan dalam menentukan permasalahan yang
berpikir kritis dibuktikan dengan sedikitnya siswa sesu ai dengan tingkat berpikir siswa,
yang mengajukan pertanyaan, saat diskusi selain itu juga model PBL
berlangsung masih ada dominasi siswa aktif dan 2. memerlukan waktu yang relatif lebih
siswa belum mampu membuat kesimpulan dari lamadari pembelajaran konvensional serta
hasil pengamatan. (Ningsih, PR, Hidayat A, tidak jarang siswa menghadapi kesulitan
Kusairi S, 2018) dalam belajar karena dalam pembelajaran
berbasis masalah siswa dituntut belajar
Eksplorasi alternatif solusi dari rendahnya hasil mencari data, menganalisis, merumuskan
belajar siswa kelas VI pada pembelajaran tematik hipotesis dan memecahkan masalah.
adalah:
1. Menggunakan model pembelajaran Problem Pembelajaran yang dilakukan dengan
Based Learning untuk merangsang rasa ingin model pembelajaran berbasis proyek
tahu siswa dalam pembelajaran memiliki keuntungan sebagai berikut:
2. Menggunakan model project based learning 1. Meningkatkan motivasi
3. Menggunakan model Discovery learning 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan
4. Menerapkan metode diskusi kelompok masalah
5. Menggunakan media pembelajaran (seperti 3. Meningkatkan kolaborasi,Meningkatkan
media konkret, media gambar, dan media ketrampilan mengelola sumber,
audiovisual)
Sedangkan kelemahan menggunakan
Kajian literatur:
model Project Based Learning, yaitu:
1. Menurut (Risa, 2016) Problem based learning 1. Membutuhkan guru yang terampil dan
merupakan suatu model pembelajaran yang mau belajar
menggunakan masalah kontekstual sebagai 2. Membutuhkan waktu dan biaya yang
upaya untuk merangsang rasa ingin tahu siswa, banyak,
sehingga mereka dapat termotivasi dalam 3. Membutuhkan fasilitas, peralatan dan
mencari informasi untuk memecahkan bahan yang memadai,Tidak sesuai untuk
permasalahan siswa yang mudah menyerah,Tidak
2. Model Problem Based Learning (PBL) memiliki pengetahuan serta
membuat siswa dapat lebih aktif berpartisipasi keterampilan,Kesulitan melibatkan
dalam proses pembelajaran yang sedang semua siswa dalam kerja kelompok.
berlangsung, siswa mendapatkan pengalaman 1.
untuk memecahkan masalah serta mencari Beberapa kelebihan dari model discovery
solusi dari masalah tersebut, siswa menjadi lebih learning yakni sebagai berikut;
bertanggung jawab pada proses pembelajaran 1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan
berlangsung (Setiyaningrum, M, 2018) meningkatkan keterampilanketerampilan
dan proses-proses kognitif;
3. Edi Cahyadi, Yari Dwikurnaningsih, dan Nurul
Hidayati (2019) menggunakan model Project 2. Pengetahuan yang diperoleh melalui
Based Learning(PJBL) dapat meningkatkan model ini sangat pribadi dan ampuh
hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik karena menguatkan pengertian, ingatan,
terpadu. dan transfer;
3. Dapat meningkatkan kemampuan siswa
4. Nurhadiyati A, Rusdinal, Fitria Y (2021) dalam
untuk memecahkan masalah;
penelitiannya mengemukakan bahwa model
4. Membantu siswa memperkuat konsep
Project Based Learning(PJBL) berpengaruh
dirinya, karena memperoleh kepercayaan
pada hasil belajar siswa di sekolah dasar.
bekerja sama dengan yang lain;
5. Iin Puji Rahayu dan Agustina Tyas Asri Hardini 5. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa;
(2019) bahwa penerapan model discovery 6. Mendorong siswa berpikir intuisi dan
learning dapat meningkatkan keaktifan dan merumuskan hipotesis sendiri;
hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. 7. Siswa aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, karena ia berpikir dan
Agar kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan menggunakan kemampuan untuk
siswa berkembang. Maka setiap pembelajaran juga menemukan hasil akhir
diterapkan pembelajaran yang berbasis HOTS, Kekurangan model discovery learning
terdapat keterampilan abad 21 (4C), dan antara lain:
pembelajaran yang berbasis TPACK. 1. model ini menimbulkan asumsi bahwa ada
kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
1. Menurut Rosnawati dalam (Yuliana yang kurang memiliki kemampuan
Hartiningrum, Endang Susantini, 2019) kognitif yang rendah akan mengalami
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS kesulitan dalam berfikir abstrak atau yang
merupakan proses berpikir yang melibatkan mengungkapkan hubungan antara konsep‐
prosedur pemikiran yang rumit dengan medeteksi konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
bagaimana suatu informasi yang baru diterima pada gilirannya akan menimbulkan
dapat saling berhubungan dengan informasi yang frustasi.
telah diterima sebelumnya, sehingga tercapai
suatu tujuan maupun penyelesaian dari suatu 2. Model ini tidak cukup efisien untuk
permasalahan digunakan dalam mengajar pada jumlah
siswa yang banyak hal ini karena waktu
2. Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan cukup lama untuk
dan hasil belajar, guru dapat membiasakan kegiatan menemukan pemecahan
budaya literasi. Seperti yang ditemukan dalam masalah.
hasil penelitian Muttaqin, MF dan Rizkiyah H 3. Harapan dalam model ini dapat terganggu
(2022) menunjukan bahwa penerapan budaya apabila siswa dan guru telah terbiasa
literasi yang sudah berjalan berlangsung sangat dengan cara lama. Dan
efektif budaya literasi membuat para siswa 4. model pengajaran discovery ini akan lebih
mempunyai keterampilan 4C (Communication, cocok dalam pengembangkan
Collaboration, Critical Thinking and Problem pemahaman, namun aspek lainnya kurang
Solving, dan Creativity and Innovation) yang mendapat perhatian.
baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan kajian
3. Muhammad Syahril 1, Hamzah Pagarra2, Abdul literatur, serta keunggulan dan kelemahan
Rahim (2021) dalam penelitiannya menyatakan yang dikemukakan. Maka dapat disimpulkan
bahwa Melalui kegiatan pembelajaran yang bahwa alternatif solusi dari permasalahan
memanfaatkan pendekatan TPACK yang ditemukan dapat menggunakan model
memanfaatkan teknologi dalam mencari pembelajaran project based learning yang
sumber informasi baru, secara mandiri siswa dapat dipadukan dengan pembelajaran
mencari dan menyelesaikan masalah lewat berbasis HOTS dan TPACK, 4C.
browsing internet memberikan dampak positif
yakni adanya progres perubahan hasil belajar
tematik Siswa
4. Penerapan TPACK secara praktis diantaranya: 1)
Menggunakan TIK untuk menilai pesert didik. 2)
Menggunakan TIK untuk memahami materi
pembelajaran. 3) Mengintegrasikan TIK untuk
memahami peserta didik. 4) Mengintegrasikan
TIK dalam rancangan kurikulum termasuk
kebijakan. 5) Mengintegrasikan TIK untuk
menyajikan data. 6) Mengintegrasikan TIK
dalam strategi pembelajaran. 7) Menerapkan TIK
untuk pengelolaan pembelajaran. 8)
Mengintegrasikan TIK dalam konteks belajar
(Epin Jamilah¹, Andi Dewi Riang Tati ², Siti
Rasdiana Rajab 2020)

5. Penilaian oleh pendidik merupakan penilaian


otentik dan komprehensif artinya pendidik
melakukan berbagai teknik penilaian terhadap
peserta didik secara komprehensif mulai dari
awal, proses, dan akhir pembelajaran secara
terus-menerus sehingga mencerminkan suasana
pembelajaran dan penilaian yang realisitis dan
sesungguhnya. (Hadiana, 2015)

6. Teknik dan instrumen penilaian oleh pendidik


disesuaikan dengan ranah kompetensinya.
Penilaian kompetensi sikap bisa dilakukan
melalui observasi, penilaian diri, peer
assessment, dan jurnal. Penilaian kompetensi
pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Pendidik melakukan penilaian
kompetensi keterampilan melalui penilaian
kinerja dalam bentuk tes praktik, projek, dan
penilaian portofolio (Hadiana, 2015)

Hasil wawancara:
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan
teman sejawat hari sabtu tanggal 10-09-2022,
didapatkan bahwa:
Kepala Sekolah:
1. Seharusnya menggunakan model, media, metode
yang menarik dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga berpengaruh pada hasil
belajar siswa
2. Melakukan refleksi d setiap akhir pembelajaran
G
Guru:
1. guru dapat menggunakan model pembelajaran
yang menarik seperti problem based learning,
pjbl
2. Menggunakan alat peraga
3. Menerapkan metode diskusi
b. Gurhhh
4. Siswa kurang Guru belum Kelebihan dari model Problem Based
1. Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
memahami mencantumkan Learning (PBL) ini adalah:
merupakan proses: menganalisis, merefleksi,
dan kurang indikator
memberikan argumen (alasan), menerapkan
mampu HOTS dalam
menyelesaikan pembelajaran konsep pada situasi berbeda, menyusun, 1. Model PBL berhubungan dengan situasi
masalah yang sehingga menciptakan (Widana, IW, 2017) kehidupan nyata sehingga pembelajaran
berkaitan hanya menjadi bermakna.
2. Higher order thinking skills (HOTS) atau
dengan HOTS mengajarkan 2. Model PBL mendorong siswa untuk belajar
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan
materi yang secara aktif.
bagian dari taksonomi Bloom hasil revisi yang
bersifat LOTs 3. Model PBL mendorong lainnya sebagai
berupa kata kerja operasional yang terdiri dari
pendekatan belajar secara interdisipliner.
analyze (C4), evaluate (C5) dan create (C6)
4. Model PBL memberikan kesempatan
yang dapat digunakan dalam penyusunan soal.
kepada siswa untuk memilih apa yang akan
(Fanani MZ, 2018)
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
3. Faktor kesulitan yang dialami oleh siswa dalam 5. Model PBL mendorong terciptanya
menyelesaikan soal dikarenakan siswa belum pembelajaran kolaboratif.
terbiasa menyelesaikan soal berbasis HOTs, 6. Model PBL diyakini mampu meningkatkan
kurangnya pemahaman materi, serta kesulitan kualitas pendidikan.
siswa dalam memahami kalimat pada soal.
Ketika guru memberikan soal berbasis HOTs Adapun kekurangan model problem based
pada siswa, dalam menyelesaikan soal tersebut learning adalah:
siswa masih memerlukan bantuan guru, guru 1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau
masih perlu memberikan stimulus pada siswa ( tidak mempunyai kepercayaan bahwa
Nuraini dan Julianto, 2022) masalah yang dipelajari sulit untuk
4. Disamping itu pada ranah guru secara garis dipecahkan, maka mereka akan merasa
besar meliputi kurang efektifnya pelatihan guru, enggan untuk mencobanya.
pemahaman tentang konsep dan prosedur 2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa
penilaian HOTS, pembuatan media tanpa pemahaman mengenai materi yang
pembelajaran, pemahaman guru, pemaduan diperlukan untuk menyelesaikan masalah
antarmuatan pelajaran dalam pembelajaran mengapa mereka harus berusaha untuk
tematik, dan penguasan teknologi informasi memecahkan masalah yang sedang
(Rapih dan Sutaryadi,2018)
dipelajari, maka mereka akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari
Eksplorasi alternatif solusi dari masalah siswa
kurang memahami dan kurang mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Pembelajaran yang dilakukan dengan
HOTS: model pembelajaran berbasis proyek
1. Menyusun RPP yang mencakup indikator HOTS memiliki keuntungan sebagai berikut:
2. Menggunakan model pembelajaran Problem 1. Meningkatkan motivasi
Based Learning dalam pembelajaran yang berbasis 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan
HOTS masalah
3. Menggunakan model pembelajaran Project Based 3. Meningkatkan kolaborasi,Meningkatkan
Learning dalam pembelajaran yang berbasis ketrampilan mengelola sumber,
HOTS
Sedangkan kelemahan menggunakan
Kajian literatur: model Project Based Learning, yaitu:
1. Guru harus mampu mengembangkan dan 1. Membutuhkan guru yang terampil dan
mengkonversikan dari pembelajaran yang masih mau belajar
bersifat Lower Order Thinking Skill (LOTS) 2. Membutuhkan waktu dan biaya yang
menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS), banyak,
dan ini harus sudah diawali sejak merancang 3. Membutuhkan fasilitas, peralatan dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bahan yang memadai,Tidak sesuai untuk
(Fanani A. 2019) siswa yang mudah menyerah,Tidak
memiliki pengetahuan serta
2. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu keterampilan,Kesulitan melibatkan
pendidikan, bukan hanya menaikkan tingkat semua siswa dalam kerja kelompok.
kesulitan soal menggunakan konsep HOTS,
melainkan secara menyeluruh mulai dari Berdasarkan hasil wawancara dan kajian
kurikulum. Misalnya dengan mengurangi materi literatur, serta keunggulan dan kelemahan
dan memperbanyak refleksi dan proses belajar yang dikemukakan. Maka dapat disimpulkan
berbasis proyek (Fanani MZ, 2018) bahwa alternatif solusi dari permasalahan
yang ditemukan dapat menggunakan model
pembelajaran problem based learning yang
3. Hasil penelitian Rusydiana M, Nuriman, dapat dipadukan dengan pembelajaran
Wardoyo AA, (2021) Mengemukakan bahwa berbasis HOTS dan TPACK, 4C.
penerapan model project based learning
berpengaruh pada Highs Order Thinking Skill
pada siswa.

4. Penerapan soal-soal HOTS pada konteks


assesment mengukur kemampuan: (1) transfer
satu konsep ke konsep lainnya, (2) memproses
dan menerapkan informasi (3) mencari kaitan
dari berbagai informasi yang berbeda-beda (4)
menggunakan informasi untuk menyelesaukan
masalah dan (5) menelaah ide dan informasi
secara kritis (Kemendikbud, 2017)

5. Menurut Winaryati (2021) Penilaian sumatif


abad 21 adalah penilaian keterampilan pada akhir
instruksional dan memberikan akuntabilitas serta
ukuran bagaimana sekolah, kabupaten, dan
negara mencapai kompetensi keterampilan abad
21 pada siswanya. Penilaian formatif, adalah
penilaian yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung, meliputi: penugasan,
pemberian pertanyaan, kinerja siswa, dialog
guru-siswa, diskusi.

6. Berikut ini dijelaskan enam alat dan strategi


penilaian yang menunjukkan dampak pengajaran
dan pembelajaran serta membantu guru
mengembangkan lingkungan belajar abad 21 di
kelas: 1) Rubrik, 2) Penilaian berbasis
kinerja/Performance-based assessments (PBAs),
3) Portofolio, 4) Penilaian diri siswa, 5) Peer-
assessment, 6) Sistem Respon Siswa/Student
response systems

7. Karakteristik penilaian berbasis HOTS antara


lain sebagai berikut: 1) Proses penilaiannya
terintegrasi dengan proses pembelajaran dan
bersifat on going 2) Proses penilaiannya
melibatkan empat elemen yaitu sharing learning
goal and success criteria, using effective
questioning, self-assessment & self-reflection,
dan feedback 3) Proses penilaiannya bertujuan
untuk meningkatkan dan mengembangkan
HOTS, sikap dan perilaku positif peserta didik,
serta untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran. 4) Proses penilaiannya
menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan menerapkan (applying),
menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mencipta (creating) sehingga
peserta didik mampu untuk: berpikir kritis
(critical thinking), memberikan alasan secara
logis, analitis, dan sistematis (practical
reasoning), memecahkan masalah secara cepat
dan tepat (problem solving), membuat keputusan
secara cepat dan tepat (decision making), dan
menciptakan suatu produk yang baru (creating),
dan bukan sekedar menghafal atau mengingat. 5)
Pendidik dapat memberikan permasalahan
kepada peserta didik sebagai bahan diskusi dan
pemecahan masalah sehingga dapat merangsang
aktivitas berpikir. 6) Kegiatan penilaiannya dapat
dilakukan melalui kegiatan diskusi, kegiatan
lapangan, praktikum, menyusun laporan.
Winaryati (2021)

Hasil wawancara:
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan
teman sejawat hari sabtu tanggal 10-09-2022,
didapatkan bahwa:
Kepala Sekolah:
1. guru hendaknya mengoptimalkan menerapkan
pembelajaran HOTS di dalam kelas, guru dapat
menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah, berbasis proyek
2. Sebelum pembelajaran dimulai, sebaiknya guru
menyusun RPP yang di dalamnya terdapat
pembelajaran berbasis HOTS (Seperti menyusun
indilkator yang bersifat hots)

Guru
1. Sebaiknya guru menerapkan pembelajaran
HOTS menggunakan pembelajaran
2. Guru dapat memberikan soal-soal HOTS
berdasarkan kehodupan sehari-hari

2.
DAFTAR PUSTAKA

Amrina, Z., Anwar, V. N., Alvino, J., & Sari, S. G. (2022). Analisis Technological Pedagogical Content Knowledge Terhadap Kemampuan
Menyusun Perangkat Pembelajaran Matematika Daring Calon Guru Sd. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 06(01), 1069–
1079.'

Astriningtyas AN, Kristin F, Anugraheni I. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 sd. JKPM. 5(1), 23-32

Buchholtz, N. F., Krosanke, N., Orschulik, A. B., & Vorhölter, K. (2018). Combining and Integrating Formative and
Summative Assessment in Mathematics Teacher Education. ZDM - Mathematics Education, 50(4), 715–728.
https://doi.org/10.1007/s11858-018-0948-y

Çoban, Gül Ünal, Ercan Akpinar, Bahar Baran, Merve Kocagül Saǧlam, Erkan Özcan, and Yasemin Kahyaoǧlu. 2016. The Evaluation of
‘Technological Pedagogical Content Knowledge Based Argumentation Practices’ Training for Science Teachers.” Egitim ve Bilim. doi:
10.15390/EB.2016.6615.

Djalal F. 2017. Optimalisasi Pembelajaran Melalui Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran. Sabilaarrasyad. Vol II(1), 31-52

Emda, A.(2018). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran. Lantanida Journal, 5(2), 172-182.

Epin Jamilah¹, Andi Dewi Riang Tati ², Siti Rasdiana Rajab. 2020. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pbl Dengan
Pendekatan Saintifik Berbasis Tpack. Pinisi: Journal of Teacher Professional. 1(2) 196-203

Fanani A. 2019. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Hots (Higher Order Thinking Skill) Di Sekolah Dasar Kelas V. JDD: Jurnal Pendidikan
Dasar. 1-11 DOI: doi.org/10.21009/JPD.091.01

Fanani MZ. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill (Hots) Dalam Kurikulum 2013. EDUDEENA. II(1), 57-76

Fitri, H., Dasan, I.W., dan Suharjo. 2018. Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggo Ditinjau
dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Riset dan Konseptual. Vol. 3 (2): hal 206.
Hadiana. 2015. Penilaian hasil belajar untuk siswa sekolah dasar assessment of learning outcomes for elementary school students. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan,. 21(1), 15-23

Hamdani HA, Dahlan T, Indriani R, Karimah AA. 2021. Analisis Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning Terhadap Motivasi
Belajar Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Didaktik: Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Mandiri. 7(2), 751-763

Helpiyotwitra.(2019).Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Media Video pada Siswa Kelas IV SDN 004 Teratak
Buluh. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Volume 3.Hal 808-818DOI http://dx.doi.org/10.33578/pjr.v3i4.7218 .v3i2.6845

I Gusti Ketut Yasmini. 2021. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi
Siswa. Justek : Jurnal Sains Dan Teknologi, 5(1), 22. https://doi.org/10.31764/justek.v2 i1.3710

Kemendikbud. 2017. Panduan Penilaian Hots. Jakarta: Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan

Khoiruddin, A, Setyawati,RD, Nursyahida, F. 2017. profil kemampuan literasi matematika siswa berkemampuan matematis rendah dalam
menyelesaikan soal berbentuk PISA. Aksioma. Vol 8(2), hal 33-42 http://journal.upgris.ac.id/index.php/aksioma/article/view/1839/0

Mudanta, K. A., Astawan, I. G., & Jayanta, I. N. L. (2020). Instrumen PenilaianMotivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Mimbar Ilmu, 25(2), 101–109.

Muhammad Syahril 1, Hamzah Pagarra2, Abdul Rahim (2021). Implementasi Problem Based Learning Berbasis Tpack Untuk Meningkatkanminat
Belajar Tematik Siswa Sd. Pinisi: Journal of Teacher Professional. 3(3), 452-460

Mustanto.D.,Makkasau.A.,Syahrani.(2021).Peningkatan Motivasi Belajar Ekstrinsik Peserta Didik Melalui Saintifik Berbasis STEAM Di SD.
Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan,Volume 4(1). Hal. 556-575 e-ISSN: 2798

Muttaqin, MF dan Rizkiyah H. 2022. Efektifitas Budaya Literasi dalam Meningkatkan Keterampilan 4C Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
SD/MI. 2(1), 43-54. https://doi.org/10.35878/guru/v2.i1.342

Ningsih, PR, Hidayat A, Kusairi S. 2018. Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Siswa Kelas III. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Vol 3 (12), hal 1587 – 1593
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11799
Nofrion, Nofrion, Bayu Wijayanto, Ratna Wilis, and Rery Novio. 2018. “Analisis Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK)
Guru Geografi Di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.” JURNAL GEOGRAFI. doi: 10.24114/jg.v10i2.9070

Noviati, A., Bentri, A., & Zikri, A. (2020). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 3(2), 524–532
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/323

Nuraini.T.,Julianto.(2022).Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Kelas IV dalam Menyelesaikan Soal HOTs pada Mata
Pelajaran IPA. JPGSD. Volume 10, 60-74 https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/44430

Nurhadiyati A, Rusdinal, Fitria Y. 2021. Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) terhadap Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar.
JURNAL BASICEDU Research & Learning in Elementary Educatio. 5(1), 327-333 https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.684

Owen, L. (2016). The Impact of Feedback as Formative Assessment on Student Performance. International Journal of Teaching
and Learning in Higher Education, 28(2), 168–175

Purnomo, P., &Palupi, M. S. 2016. Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan
Waktu, Jarak dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V. Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD).Volume 20, No. 2,hlm.151–157.

Puspitasari RP, , Sutarno, Dasna IW. 2019. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan Hasil
Belajar Siswa Kelas V Sd. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. 5(4), 503-511

Rapih.S.,Sutaryadi.(2018). Perpektif Guru Sekolah Dasar terhadap Higher Order Tinking Skills (HOTS): Pemahaman, Penerapan dan Hambatan.
Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan PembelajaranVolume 8(1) 78 – 87. http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/2560/0

Robat, Mateus. 2014. Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Menggunakan


Metode Kelompok Pembelajaran IPA Kelas III SD. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Vol 3, No 2

Septriyana Y, Fauzan A, Ahmad R. 2018. The Influence of Realistic Mathematics Education (RME) Approach on Students’ Mathematical Problem
Solving Ability. Proceedings of the 1st International Conference on Innovation in Education . 178, 165-169
Setiyaningrum, M. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas 5 SD. Jartika: Jurnal
Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan. 1(2), 99-108
Shafira DA, Minsih, 2022. Blended Learning dengan Desain Pembelajaran TPACK pada Tatap Muka Terbatas di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu.
6(3), 4622-4628 https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2914

Siti Nurjanah, R. D. A. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Motivasi Belajar Ips Terpadu Pada Materi
Kegiatan Ekonomi. JIIPSI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia, 1(1), 13–23.

Subhan M, 2020. Analisis Penerapan Technological Pedagogical Content Knowledge Pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 di Kelas V.
ijtveTInte r na tio na l J o u r na l o f T e ch no lo g y Vo ca tio na l Edu ca tio n a n d T r a i ni ng, 1(2), 174-179

Sugiyono. 2017. MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulianto, Joko., Cintang., A. (2018). Higher Order Thinking Skills (Hots) Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Pilot Project Kurikulum 2013 Di Kota Semarang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sururuddin.M.,Prihatini.N.(2018).Analisis Berbagai Faktor Penyebab Rendahnya motivasi Belajar Siswa kelas IV SDN 3 Tebaban. Jurnal
DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar. Vol. IV, No. 1. Hal 56-61

Uno, H. B. 2008. Teori Motivasi & Pengukuran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Winaryati. 2021. penilaian kompetensi siswa abad 21. Seminar Nasional Edusainstek FMIPA UNIMUS. 6-19

Wolterinck, C. H. D., Kippers, W. B., Schildkamp, K., & Poortman, C. L. (2016). Factors Influencing the Use of Formative
Assessment in the Classroom Session: Future Trends in Educational Assessment in the Netherlands. AERA,
WASHINGTON,. https://www.utwente.nl/en/bms/elan/datateams/Presentations/AERA 2016 Factors FA in classroom.pdf
Zakiyyah D, Suswandari M, Nur Khayati. 2022. Penerapan Ice Breaking Pada Proses Belajar Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas
Iv Sd Negeri Sugihan. 03. 2(1), 73-85. DOI: 10.46229/elia.v2i1

Zoga, M. D., Ferry, A., & Ayatullah, M.A.F. 2019. Motivasi Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Ice Breaking Di SDN 1 Pringkuku.
Repository STKIP PGRI Pacitan.

Anda mungkin juga menyukai