Anda di halaman 1dari 15

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
1 Rendahnya Kurangnya Kajian Literatur Model problem-based learning dilakukan dengan adanya pemberian
hasil belajar penguasaan materi 1. Model problem-based learning rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
peserta didik yang dimiliki peserta  Dilakukannya Implementasi Model keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran
dalam mata didik dari ranah Pembelajaran Problem Based (Arifin, 2016).
pelajaran kognitif afektif dan Learning dapat meningkatkan
Hasil Belajar (Halid, 2021;Arifin,
Produk Kreatif psikomotorik Langkah-langkah Penerapan Problem Based Learning
2016)
dan (PBL)
Kewirausahaan Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama
kelas XII yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
OTKP. suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
sebagai berikut ini. (Arifin, 2016)
 Mengorientasikan siswa pada masalah
 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
 Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian
masalah
Keunggulan-keunggulan PBL dalam pembelajaran (Wina
Sandjaya, 2008) yaitu:
 Pemecahan masalah merupakan tehnik yang bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
 Dapat meningkatkan aktivitasiswa.
 Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
 Dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
 Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara
berpikir dan merupakan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa bukan hanya belajar dari guru
atau dari buku-buku saja.
 Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
 Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
Kelemahan pembelajaran Problem Based Learning
adalah :
 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
 Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka inginkan
Discovery Learning Discovey learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
mengharapkan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
 Bahwa penerapan model
mengajarkan peserta didik untuk mandiri. (Nurhasni, 2020)
pembelajaran Discovery
Learning dapat berhasil Langkah persiapan model discovery learning
meningkatkan keterampilan a) Menentukan tujuan pembelajaran.
berpikir kritis (Critical b) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
Thinking) dan hasil belajar c) Memilih materi pelajaran.
siswa pada materi logika
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
matematika melalui langkah-
secara induktif.
langkahnya. (Nurhasni, 2020
Cardina, 2019) e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta
didik.
Wawancara
1. Kepala Sekolah Hosnan (2014) mengemukakan beberapa kelebihan dari model
Hasil wawancara dengan Bapak discovery learning yakni sebagai berikut
Kurniawan Hery S.,S.Pd selaku  Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
kepala sekolah, sebagai beriku: meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
a. Minat dan semangat siswa kognitif.
yang manaa ini bisa  Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi
ditubuhkan dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
b. Metode yang digunakan oleh  Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
guru agar pembelajaran memecahkan masalah.
menarik dan siswa  Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya,
bersemangat dan berkesan karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
dengan apa yang diberikan lain.
oleh guru  Mendorong keterlibatan keaktifan peserta didik.
c. Guru sebaiknya melakukan  Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan
refleksi terhadap proses hipotesis sendiri.
pembelajaran, dan kemudian  Melatih peserta didik belajar mandiri.
memperbaiki metode
pembelajaran  Peserta didik aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia
berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil
2. Pakar (Asesor dan KaProli akhir.
OTKP) Kekurangan dari model discovery learning yaitu
Hasil wawancara dengan Ibu Ratri  Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah
.,S.Pd selaku Asesor dan KaProli kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi
sebagai berikut: menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing.
 Kemampuan berpikir rasional peserta didik ada yang masih
Karena untuk meningkatkan hasil terbatas.
belajar didukung dengan metode  Tidak semua peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan
yang digunakan oleh guru agar cara ini.
peserta didik yang kurang
berminat atau tidak bersemangat
menjadi terbangkitkan minatnya.
Jadi sebenarnya guru adalah
fasilitator bagaimana
menumbuhkan minat siswa untuk
membaca. Kalau keduanya lemah,
maka minat baca tidak akan
meningkat.

3. Wakil Kepala Sekolah


Bidang Kurikulum
Hasil wawancara dengan Ibu
Mitri Sulasmi.,S.Pd selaku Waka
Kurikulum sebagai berikut :

2 Rendahnya Peserta didik kurang Kajian Literatur: Flipped classroom diungkapkan oleh Strayer (2012:171) bahwa flipped
kemandirian berinisatif dalam 1. Flipped classroom classroom yaitu terbalik (atau membalik) kelas adalah jenis tertentu dari
belajar peserta belajar mandiri.  Penerapan Flipped desain blended learning yang menggunakan teknologi untuk
classroom
model dapat pembelajaran di luar kelas dan melakukan kegiatan belajar dikelas
meningkatkan
didik pada dengan melatih pemahaman materi.
kemandirian belajar peserta didik,
mata pelajaran
sehingga peserta didik tidak terus
PKK XI bergantung pada orang lain. Terdapat dua langkah dalam melaksanakan flipped classroom model
OTKP. (Cardina, 2019 :Mulyati, 2022) menurut Bregmann dan Sams (2012:35) yaitu :
1) Membuat atau menyiapkan video yang akan
diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari di rumah.
2) Kegiatan di kelas untuk mengonfirmasi apa yang
telah dipelajari peserta didik di rumah.
Langkah – langkah yang digunakan dalam menerapkan flipped
classroom yaitu: peserta didik diminta menonton video pembelajaran
atau media lainnya pada pembelajaran sebelumnya dirumah, langkah
selanjutnya saat di kelas peserta didik melakukan kegiatan seperti diskusi
atau mengerjakan tugas, menerapkan kemampuan dalam proyek ataupun
simulasi lainnya, kegiatan selanjutnya yaitu mengukur pemahaman
peserta didik seperti mengadakan kuis, tanya jawab dan sebagainya
(Adhitiya, 2015:117).

Kelebihan flipped classroom menurut Bregmann dan Sams (2012:20)


yaitu :
a) Penyampaian materi pelajaran menggunakan bahasa
peserta didik jaman sekarang.
b) Flipped classroom membantu peserta didik yang sibuk.
c) Membantu peserta didik yang sedang berjuang.
d) Membantu semua peserta didik dengan kemampuan
apapun menjadi unggul.
e) Memungkinkan peserta didik mengulang materi yang
dipelajari.
f) Memungkinkan guru memahami peserta didiknya dengan
lebih baik.
g) Meningkatkan interaksi peserta didik.
h) Memungkinkan diferensiasi yang nyata.
i) Flipped classroom mengubah pengaturan kelas.
j) Mengubah cara untuk berkomunikasi kepada orang tua
peserta didik.
k) Membantu mengedukasi orang tua peserta didik.
l) Membuat kelas menjadi transparan.

Kekurangan dari model pembelajaran flipped classroom


Adhitiya (2015:124), yaitu:
a) Untuk menonton video, setidaknya diperlukan sarana
yang memadai, baik komputer, laptop maupun
handphone. Hal ini akan menyulitkan peserta didik yang
tidak memiliki sarana tersebut.
b) Diperlukan koneksi internet yang lumayan bagus untuk
mengakses video. Terutama apabila filenya berukuran
besar, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk membuka atau mengunduhnya. Ada cukup banyak
peserta didik yang gaptek sehingga mereka memerlukan
waktu yang lebih untuk mengakses video tersebut.
c) Peserta didik mungkin perlu banyak penopang untuk
memastikan mereka memahami materi yang disampaikan
dalam video.

Kajian Literatur Model problem-based learning dilakukan dengan adanya pemberian


2. Model problem-based learning rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
berbantuan media Quizizz, pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran
 Penggunaan Model problem-based (Arifin, 2016:74).
learning berbantuan media Quizizz
dalam pembelajaran dapat
meningkatkan kemandirian belajar
Langkah-langkah Penerapan Problem Based Learning
siswa. (Aulia dkk, 2019;Arifin, (PBL)
2016) Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
sebagai berikut ini. (Ibrahim, 2003: 13)
 Mengorientasikan siswa pada masalah
 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
 Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian
masalah

Keunggulan-keunggulan PBL dalam pembelajaran (Wina


Sandjaya, 2008: 220-221) yaitu:
 Pemecahan masalah merupakan tehnik yang bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
 Dapat meningkatkan aktivitasiswa.
 Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
 Dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
 Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara
berpikir dan merupakan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa bukan hanya belajar dari guru
atau dari buku-buku saja.
 Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
 Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
Kelemahan pembelajaran Problem Based Learning
adalah :
 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
 Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka inginkan.
3 Rendahnya Kondisi Peserta didik Kajian Literatur Course Review Horay
motivasi yang lelah sehingga 1. Course Review Horay Menurut jurnal kependidikan dasar Volume 1 No. 2 Februari
belajar peserta kurang tertarik dengan  Model pembelajaran Course 2011, pembelajaran Course Review Horay merupakan salah
didik pada proses pembelajaran. Model pembelajaran Course satu pembelajran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar
mata pelajaran Review Horay dapat dengan cara pengelompokkan siswa kedalam kelompok-
PKK XII meningkatkan motivasi siswa kelompok kecil. Course Review Horay merupakan suatu
OTKP. dalam kegiatan belajar, pembelajaran pengujian terhadap pemahaman konsep siswa
(Prayitno, 2021;Supardi dkk, menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor
2014) untuk menuliskan jawabanya.
Langkah-langkah pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru sebagai
berikut : Suprijono (2009: 129)
 Guru Menyampaikan Kompetensi yang akan dicapai
 Guru menyajikan materi pembelajaran
 Melakukan tanya jawab untuk pemantapan
 Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil
 Guru membagikan lembar jawab Course Review Horay
 Guru mengambil nomor soal secara acak dan
membacakan soal tersebut, lalu diinstruksikan untuk
didiskusikan oleh siswa.
 Guru akan meminta salah satu anggota tiap kelompok
untuk membacakan hasil jawaban yang telah
didiskusikan oleh kelompoknya.
 Apabila jawabannya benar diisi dengan tanda betul (√)
sedangkan bila salah dengan tanda silang (X).
 Guru membacakan pertanyaan sampai semua tabel
(kotak) terisi dengan jawaban.
 Kelompok yang sudah mendapatkan tanda betul (√)
yang membentuk
 garis secara vertical, horizontal atau diagonal
meneriakkan hore atau yel-yel lainnya.
 Nilai kelompok dihitung dari jawaban benar dan jumlah
horay yang diperoleh.
 Penutup dari model ini adalah penyimpulan dan
evaluasi, serta refleksi.

Kelebihan
Pembelajaran dengan model Course Review Horay juga
melatih siswa untuk menvcapai tujuan-tujuan hubungan
sosial yang pada akhirnya mempengaruhi akademik siswa.
Pembelajaran Course Review Horay dapat menciptakan
suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena
setiap siswa yang dapat
menjawab benar maka berteriak “Hore” atau dengan yel-yel lainnya
yang disukai. Pada pembelajaran Course Review Horay proses belajar
banyak terpusat pada siswa. Kondisi seperti ini akan memberikan
kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kesulitan
dalam mempelajari konsep-konsep belajar, yang pada akhirnya setiap
siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Kelamahan
Metode pembelajaran Course Review Horay juga memiliki
kelemahan yaitu (1) Siswa aktif dan pasif mendapatkan nilai
yang disamakan, sehingga tidak dapat diketahui tingkat
pemahaman materi dari masing-masing siswa, (2) Adanya
peluang untuk curang. Keadaan ini disebabkan karena tanda
benar terhadap soal, ditandai sendiri dikotak jawaban siswa,
(3) Dapat mengakibatkan suasana kelas yang cenderung
tidak kondusif. Keadaan ini disebabkan karena suara siswa
yang terlalu kuat dan bermain-main dalam mengucapkan
yel-yel horay.
2. Think-Pair-Share
 Penerapan Metode Think-Pair-Share
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan metode
Teknik Think Pair Share (TPS) pembelajaran kooperatif. Pendekatan ini memberikan
dapat meningkatkan Motivasi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
Belajar (Kurniawan, 2012; dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Teknik
Laksena, 2013) bertukar pasangan ini memberi siswa kesempatan untuk
bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini biasa digunakan
pada mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak
Kepala Sekolah: didik.
Sering kali memang dihadapkan
pada rendahnya motivasi belajar Tahap Pelaksanaan Metode Pembelajaran Think-Pair-
siswa, salah satu alternatif solusi Share
Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru
yaitu penerapan metode saja selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta siswa
pembelajaran inovatif dengan untuk memikirkan permasalahan yang ada topik atau bacaan tersebut
dengan serius. Tahap-tahap dalam pembelajaran Think-Pair-Share
melihat karakteristik dan minat menurut Lyman dalam Nurhadi (2005:120) adalah thinking (berpikir),
siswa. Sekarang banyak referensi pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).
terkait metode pembelajaran
inovatif, tapi akan lebih baik lagi Berfikir (thinking) merupakan tahapan dimana guru memberikan
apabila langsung fokus pada pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa
diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu secara
praktek siswa, sehingga akan mandiri. Biasanya guru memberikan waktu satu menit untuk siswa
lebih menarik. berfikir mandiri.
Penerapan metode pembelajaran Berpasangan (Pairing) merupakan tahapan dimana guru meminta siswa
CRH dan TPS dibantu dengan untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa
media pembelajaran yang menarik yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini
diharapkan dapat dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan
dan berfariasi akan meningkatkan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu pertanyaan
dorongan maupun motivasi dalam khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit
belajar. Dan juga dapat disisipi untuk berpasangan.
denan Ice Brraking Berbagi (Sharing) merupakan tahapan dimana guru meminta pasangan-
pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas
Guru (Guru PKWU secara keseluruhan mengenai apa yang telah didiskusikan. Langkah ini
dilakukan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan
Kompetensi Keahlian DKV)
dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapatkan kesempatan untuk
Sebetulnya banyak solusi melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan
alternatif yang dapat ditawarkan dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif
untuk menyembuhkan persoalan apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang
rendahnya motivasi siswa. lain (Nurhadi, 2005:120).
Berberapa diantaranya dengan
menerapkan metode pembelajaran Kelebihan
yang bervariasi, memanfaatkan  Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
media pembelajaran yang menarik  Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana
serta penyampaian materi yang  Memberikan lebih banyak kesempatan untuk
mudah dipahami siswa. kontribusi masing- masing anggota kelompok
 Interaksi antar pasangan lebih mudah
 Lebih mudah dan cepat dalam membentuk
kelompoknya
Kekurangan
 Lebih banyak kelompok yang akan melapor dan
perlu dimonitor.
 Lebih sedikit ide yang muncul
 Jika masalah tidak ada penengah
.( Laksena, 2013)
4 Rendahnya Peserta didik kurang Kajian Literatur: Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan
keaktifan belajar percaya diri/masih 1. Snowball Throwing melempar segumpulan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan
peserta didik menjawab soal dari guru. Strategi ini digunakan untuk memberikan
dalam mata
takut dalam Pembelajaran Snowball Throwing
konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga
menyampaikan dapat meningkatkan keaktifan serta
pelajaran Produk hasil belajar siswa. (Nugroho: 2020, digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan
Kreatif dan pendapat/jawaban/pert Alfianinda;2016) siswa dalam materi tersebut.
Kewirausahaan anyaan 1. Kelebihan ST
kelas XII OTKP. a. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
b. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan
diberikan pada siswa lain.
c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa
tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
e. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun
langsung dalam praktek.
f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
1. Kekurangan strategi ini adalah karena pengetahuan yang
diberikan tidak terlalu luas dan hanya berkisar pada apa yang telah
diketahui siswa. Sering kali, strategi ini berpotensi mengacaukan
suasana daripada mengefektifkannya.

2. Time token arends 2. Time token arends


Time token arends merupakan sebuah alternatif metode pembelajaran
Time token arends metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta
yang dapat digunakan untuk didik dalam berpendapat dan mengurangi dominasi keaktifan
meningkatkan kepercayaan diri peserta peserta didik tertentu agar tercipata proses belajar interaktif dan
didik dalam berpendapat dan critical thinking bagi peserta didik. (Mukrimaa dalam Lestari 2022)
mengurangi dominasi keaktifan peserta
didik tertentu agar tercipata proses Memiliki beberapa kelebihan yang dapat membantu guru mengelola
proses pembelajaran di kelas. Kelebihan metode TTA adalah:
belajar interaktif dan critical thinking
bagi peserta didik. (Lestari 2022; a) Mendorong peserta didik untuk meningkatkan peran
Widiatmoko 2020) pastisipasi dan inisiatif.
b) Peserta didik tidak mendominasi pembicaraan.
Wawancara c) Peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran
d) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
Kepala Sekolah
berkomunikasi (aspek keaktifan oral)
e) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat.
Guru (Guru PKWU f) Menumbuhkan kebiasaan pada peserta didik untuk saling
Kompetensi Keahlian DKV) mendengarkan, berbagi masukan, memberikan saran, dan
Keaktifan siswa dapat ditumbuhkan
keterbukaan terhadap kritik.
dengan menggunakan model pembelajaran
yang menarik minat dan menantang siswa.
g) Mengajarkan peserta didik untuk menghargai pendapat
Berikan hal baru dalam pembelajaran,
orang lain.
sedikit pertanyaan pengantar, ice breaking h) Guru dapat berperan untuk mengajak peserta didik
dan selalu buka sesi tanya jawab (Diskusi) mencari solusi bersama terhadap permaalahan yang
ditemui.
Siswa : i) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Pembelajaran yang lebih asik, Adapun beberapa kelemahan dari metode pembelajaran TTA ini adalah
pemerataan dalam berkomunikasi :
dan juga adanya kritik pendapat a) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
b) Tidak bisa digunakan pada kelas yang memiliki jumlah
dari teman.
peserta didik yang banyak.
c) Memerlukan banyak waktu serta persiapan proses
pembelajaran, agar dapat berjalan lancar.
d) Peserta didik yang memiliki kemampuan berpendapat
akan memiliki batasan untuk speak up dalam proses
diskusi.
Sumber:
Adhitiya, E. N., A. Prabowo, R. Arifuddin. (2015). Studi Komparasi Model Pembelajaran Traditional Flipped Classroom dengan Peer
Instruction Flipped terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. UNNES Journal of Mathematics Education, 4 (2), 1-11
Alfianind, Izmia Noor 2016. Efektivitas Penggunaan Metode Snowball Throwing dan Snowball Drilling Terhadap Hasil Belajar Geografi
Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Peserta Didik Kelas X SMA Batik 1 Surakarta Tahun 2015/2016 (Pokok Bahasan: Menganalisis
Hubungan antara Manusia dengan Lingkungan sebagai Akibat dari Dinamika Hidrosfer)
Arifin, Ira (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Matematika di Kelas XI A SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi FKIP UNS.
Aulia, Lias Nur dkk (2019). Upaya peningkatan kemandirian belajar siswa dengan model problem-based learning berbantuan media
Quizizz. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 5 (1), 2019, 69-78
Bregmann, J. & Sams, A. (2012). Flip Your Classroom : Reach Every Student in Every Class Every Day. ISTE.ASCD
Cardina, Yindi (2019)” Peningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Melalui Pembelajaran
Snowball Throwing di SMK Batik Perbaik Purworejo” Skripsi FKIP UNS.
Halid,Sartin, (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Pembelajaran
Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 1 Bulango Selatan. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Volume 08, (1), January
2022
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kurniawan, H & Istiningrum, A (2012).Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Akuntansi Kompetensi Dasar Menghitung Mutasi Dana Kas Kecil Siswa Kelas X Akuntansi 2 Smk Negeri 7 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012
Laksena, Fandy (2013).Efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share (tps) dalam meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar siswa kelas xi pada pembelajaran chassis otomotif di SMK Bhinneka Karya Surakarta. Skripsi FKIP UNS
Lestari, Eka Setya Puji 2022.Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Administrasi Umum Dengan
Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Pada Peserta Didik Kelas X OTKP 1 SMK Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran
2019/2020. Skripsi FKIP UNS
Nugroho, Andripa Cahya 2022. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dengan Media Permainan Uno untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Psikologi. Vol. 2 No. 1
Nurhasni, (2021).Upaya Meningkatkan Critical Thinking Dan Hasil Belajar Logika Matematika Melalui Model Discovery Learning Untuk
Siswa Smk Negeri 3 Sungai Penuh. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi. Vol. 2 No. 1 Maret 2022 e-ISSN : 2797-3344 P-ISSN :
2797-3336
Prayitno,Anton (2021) Model Pembelajaran Course Review Horay Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil
Belajar Produk Kreatif Dan Kewirausahaan. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi) Vol. 2 No. 12
Strayer, J.F. (2012). How Learning In An Inverted Classroom Influences Cooperation, Innovation And Task Orientation. Learning Environ
Res, 15 (1), 171-193.
Supriadi, dkk (2014). Meningkatkan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (Crh) Kompetensi
Dasar Sistem Politik Indonesia Kelas X-Rpl2 SMK Negeri 4 Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan : Volume 4, Nomor 7
Tri Mulyati, Tri (2022)”Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Dengan Strategi Flipped ClassroomTerhadap Kemandirian Dan
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Simulasi Digital Siswa Kelas X Di SMK Negeri 1 Gondang” Skripsi FKIP UNS.
Widiatmoko, Irkham Henry.2020. Penggunaan Teknik Pembelajaran Time Token pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dengan Media
Kupon Berbicara untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kepercayaan Diri Peserta Didik pada Kelas X IPS 3 SMA Negeri 2 Boyolali
Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi FKIP UNS

Anda mungkin juga menyukai