NIM : 23041060102
REVIEW BUKU
ISBN :9786232611375
Harga :
BAB 1
PEMBELAJARAN
A.Belajar
Belajar merupakan hal yang kompleks karena melibatkan ranah-ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Belajar pada hakikatnya adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada individu baik dari bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap atau
tingkah laku, keterampilan, kecalapan, mental, kemampuan dan aspek-aspek lainnya yang ada
pada individu belajar. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang di arahkan pada suatu tujuan,
proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umunya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap
yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi
mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses
belajar.
B. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajarann
adalah proses untuk membantu peserta didik agar belajar dengan baik. Pembelajaran menjadi
sebuah upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal ini tentu
berbeda dengan pengertian belajar, yang dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
BAB II
A.Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tujuan yang akan dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
pembelajaran. Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah peserta didik yang berhasil
menguasai kompentensi yang diharapkan. Parta (2011) berpendapat bahwa hasil belajar yang
dicapai peserta didik dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni:
Jika pada prinsip belajar antara lain belajar harus menjangkau banyak segi, baik dari
segi, baik segi penerapan konsep, pemahaman konsep, menjabarkan dan menarik kesimpulan
serta menilai kemamfaatan konsep, hasil belajar diperoleh berkat pengalaman suatu kegiatan
dan belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang sepatutnya dirasakan dan
dimiliki oleh setiap peserta didik harus memenuhi prinsip-prinsip belajar tersebut dengan cara
misalkan menggunakan metode dan media yang menarik yang sesuai dengan materi dan
keadaan peserta didik, yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar dengan aktif tanpa
paksaan dan tanpa merasakan kejenuhan saat belajar, sehingga belajar seperti terasa bermain,
dan setiap peserta didik dapat ikut serta secara aktif belajar didalamnya.
Hasil belajar seluruh Kecakapan yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotor yang diperoleh melalui proses belajar mengajar disekolah dinyatakan dengan
angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar dan pengamatan guru.
a. Ukuran kelas
b. Suasana belajar
c. Fasilitas dan sumber belajar
BAB III
MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian sistematis yang digunakan
oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari
sebuah pembelajaran. Model juga diartikan sebagai seluruh rangkaian penyajian materi yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta
segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
belajar dan mengajar.
Ada berbagai jenis model pembelajaran, baik yang bersifat kekinian maupun klasikal,
jenis model pembelajaran antara lain sbb:
BAB IV
METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran adalah suatu strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan
belajar dan mengajar dikelas yang diaplikasikan oleh tenaga pengajar sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Seorang guru harus
menerapkan metode yang tepat dalam kegiatan belajar-mengajar, sesuai dengan karakter para
siswanya. Dengan begitu, proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa
dapat menyerap pelajaran dengan lebih mudah.
1.Metode ceramah
Metode ini merupakan cara konvensinal, yaitu dengan menyampaikan informasi secara
lisan kepada siswa. Metode ceramah di anggap sebagai metode yang paling praktis dan
ekonomi
Metode diskusi adalah suatu metode pengajaran yang mengedepankan aktivitas diskusi
dalam belajar memecahkan masalah. Metode ini dilakukan dengan membentuk
kel;ompok diskusi untuk membahas suatu masalah.
3. Metode Demonstrasi
Metode ini adalah metode pengajaran yang di dilakukan dengan cara bentu praktikum
sehingga siswa melihat langsung apa yang sedang dipelajari. Metode ini biasanya lebih
menarik dan membuat siswa lebih fokus terhadap materi pembelajaran.
4. Metode Ceramah Plus
Mirip dengan metode ceramah pada umumnya, namun disertai dengan metode lain
dalam penyampaian materi pelajaran. Misalnya metode ceramah plus tanya jawab, plus
tugas, diskusi, demonstrasi dan latihan.
6. Metode Eksperimen
Metode ini dilakukan dengan kegiatan praktikum atau percobaan lab sehingga siswa
dapat melihat materi pembelajaran secara langsung.
8.Metode latihan
Adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan cara melatih keterampilan (soft
skill) para siswa dengan cara merancang, membuat, dan memanfaatkan sesuatu.
9. Metode perancangan
Metode ini dirancang untuk mampu membuat suatu proyek yang nantinya akan diteliti.
10.Metode Debat
Dalam metode ini siswa saling beradu argumentasi, baik secara perorangan maupun
berkelompok. Debat tersebut dilakukan secara formal dengan aturan tertentu dimana
tujuannya untuk membahas sesuatu permasalahan dan cara penyelesaian masalah.
BAB V
MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING
A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SALVING
Model Pembelajaran Creative Problem Solving – Menurut Karen Pepkin (2009: 3), “Model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti
dengan penguatan keterampilan”. Sedangkan Menurut Pepkin (Muslich, 2007:221),“creative
problem solving adalah ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan atau permasalahan, siswa
dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan
tanggapannya’’. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan
masalah memperluas proses berpikir.
Tujuan Model Pembelajarann Creative Problem Solving Model Creative
Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreatifitas.Tujuan model Creative Problem
Solving (CPS) menurut Hudojo (2008: 155) adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar pada
hasil belajar, keaktifan dan keterampilan berpikir dan proses siswa. Adapun tujuan model
creative problem solving sebagai berikut:
-Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya.
-Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.Potensi
intelektual.
4. Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukaan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan
maslah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesian dari masalah tersebut.
adalah :
3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
4. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya.
(2012) adalah :
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa
itu tidak mudah.
2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar yang banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu
maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan
tantangan atau bahkan kesulitan bagi siswa.
4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru.
5. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar fisika di sekolah (Tao dalam Suma, 2006). Pengajaran dengan model pembelajaran
pemecahan masalah di sekolah dapat membantu siswa mempelajari konsep-konsep dan
prinsip-prinsip utama sehingga mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran pemecahan masalah dalam hal ini model pembelajaran pemecahan
masalah kreatif (creative problem solving) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan
pemusatan pada pengajaran pemecahan masalah dan keterampilan memecahkan masalah, yang
diikuti dengan penguatan ketrampilan memecahkan masalah tersebut (Pepkin, 2004) Suatu soal
yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya
contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan,
siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang
diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah siswa
tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk
menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya,
dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah (Suyitno dalam Nuriana,
TT. 2012). Masalah diberikan di awal pembelajaran, sehingga terkadang siswa belum memiliki
informasi yang lengkap untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun demikian siswa harus
menyelesaikan masalah dengan menggunakan solusi yang terbaik dari data yang tersedia.
Siswa akan berusaha mengaitkan prinsip atau konsep fisika yang terkait untuk memecahkan
permasalahan. Apabila ada konsep yang belum mereka peroleh sebelumnya yang berkaitan
dengan pemecahan masalah, maka konsep itu akan dipelajari sendiri oleh siswa secara mandiri,
sehingga siswa akan menjadi lebih ingat terhadap konsep yang mereka pelajari sendiri tersebut.
Adapun proses dari model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem
solving), terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Klarifikasi Masalah
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang
diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
2. Pengungkapan Pendapat
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai
macam solusi/penyelesaian masalah.
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-
pendapat atau solusi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
4. Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukan solusi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan
masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
BAB VI
Guru yang professional adalah mengerti cara memberikan pelajaran anak sd dengan
baik. Mereka dapat menyampaikan materi secara maksimal kepada siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut memang
bukan hal yang mudah. Hal ini mengingat bahwa anak sekolah dasar masih berada tahap yang
masih kecil sekali. Kadangkala, ketika pembelajaran berlangsung, masih ada anak yang
keluyuran di luar kelas atau menjahili temannya.
Model pembelajaran anak sd juga bisa dikatakan sebagai desain yang menggambarkan
proses rincian dan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
siswa untuk bisa berinteraksi dengan aktif yang akan membuat mereka mengalami
pengembangan diri. Kompetensi Yang Diharapkan Memahami peserta didik dengan:
A. Pakemi
Pakemi adalah singkatan dari pendidikan aktif kreatif dan menyenangkan islami. Model
ini menuntut anak agar bisa aktif dan kreatif dan menanamkan nilai-nilai keislaman.
B. CTL
CTL atau Contekstual Teaching Learning adalah sebuah pembelajaran yang terdiri dari
sejumlah kegiatan seperti konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan, masyarakat belajar,
refleksi serta penilaian.
1. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan.
2. Menemukan
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan Siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis.
3. Bertanya
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4. Masyarakat belajar
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, Bekerjasama dengan orang lain lebih
baik daripada belajar sendiri, Tukar pengalaman dan berbagi ide.
5. Pemodelan
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa
yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, Penilaian produk (kinerja), dan Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual.
7. Refleksi
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, Mencatat apa yang telah dipelajari, Diskusi
kelompok.
Metode ini disebut juga dengan belajar kolaboratif adalah kegiatan kelompok yang bekerja
sama untuk memecahkan suatu masalah secara bersama untuk menempuh satu tujuan.
Metode ini adalah metode yang bisa diandalkan untuk menanggulangi masalah yang paling
sulit untuk diselesaikan di sekolah, yaitu kebosanan siswa.
E. Metode Realistic Mathematics Education (RME) Lima Karakteristik Utama dari
Pendekatan RME
2. Mengubah realita ke dalam model, kemudian mengubah model melalui matematisasi vertikal
sebelum sampai kepada bentuk formal
4. Dalam mewujudkan matematika pada diri siswa diperlukan adanya diskusi, tanya-jawab
5. Adanya keterjalinan konsep dengan konsep, topik dengan topik sehingga pembelajaran
matematika lebih holistik dari pada parsial (Ruseffendi, 2003).
Buku ini memberikan penjelasan mengenai setiap metode pembelajaran dengan rinci
yang sesuai dengan judul buku ini. Buku ini juga menjelaskan bagaimana cara penyampaian
sebuah metode pembelajaran yang efektif untuk para siswa mulai dari metode ceramah hingga
ke metode pembelajaran Discovery, kemudian juga ada fungsi dan tujuan dari sebuah metode
pembelajaran.
Karena buku mudah untuk cepat dimengerti oleh pembaca karena penulis tidak banyak
memberikan pernyataan yang tidak berkenaan dengan buku.
Kesimpulan :
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Jadi, buku ini berisi model dan metode pembelajaran yang baik
dan sebaiknya diterapkan disekolah dasar, meskipun kita tau tidak ada metode yang paling
efektif digunakan untuk suatu pembelajaran. Buku ini membantu ini membantu kita untuk
menemukan sisi terangnya.