PENDAHULUAN
Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat
diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana
yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.
mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajaran pun tampak kaku.
menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak
Sementara itu ada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang
bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus
Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa
bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir
rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam
persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi
yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan
alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang
alat-alat evaluasi.
bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana
dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,
setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non
perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial,
dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses
menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan
B. Rumusan Masalah
pelajaran 2003/2004?
C. Tujuan Penelitian
pengajaran autentik pada siswa Kelas ………. ……. Kec. ……….. Kota
D. Manfaat Penelitan
berguna sebagai:
Pengetahuan Sosial.
2. Sumbangan pemikiran bagi guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam mengajar
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa ……………. Kec. ………… Kota
pelajaran 2002/2003.
4.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.
B. Metode Ceramah
1. Pengertian
lebih murah.
b. Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut, ide atau konsep dapat
c. Guru dapat menekankan hal-hal yang penting, sehingga waktu dan energi
d. Isi silabus dapat dilakukan menurut jadwal, karena guru tidak harus
e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran
ceramah tergantung sebagian besar pada guru. Oleh karena itu ada beberapa
lama digunakan, namun apakah metode semacam ini memiliki tempat dalam
tidak akan mengantarkan pada pembelajaran, namun ada kalanya cara ini bisa
efektif. Agar bisa efektif, guru harus terlebih dahulu membangkitkan minat,
a. Membangkitkan Minat
kisah fiksi, kartun, atau gambar grafis yang bisa menarik perhatian
- Ajukan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya akan menjadikan sajian
mendapatkan jawabannya.
yang telah disajikan selama ini atau untuk menjawab pertanyaan kuis
ringan.
pengajaran.
- Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk meninjau tes dari
penilaian diri.
Tiga pertanyaan sederhana ini berbicara banya tentang perlunya metode belajar
aktif.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya
mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada
pendengaran siswa.
Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata
permenit. Tetapi beberapa kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam per
menitnya? Ini tentunya juga bergantung pada cara mereka mendengarkannya. Jika
penuh perhatian terhadap 50 sampai 100 kat per menit, atau setengah dari apa
yang dikatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama mereka
denga kecepatan 400 hingga 500 kata per menit. Ketika mendengarkan dalam
sepuluh menit pertama kuliah, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka
hany dapat mengingat 20% materi kuliah mereka (McKeachie, 1986). Tidak
heran bila masisiwa dalam kualiah psikologi yang disampaikan dengan gaya
sama sekali belum pernah mengikuti kuliah itu (Richard, dkk., 1989). Bayangkan
apa yang bisa didapatkan dari pemberian kuliah dengan cara seperti itu di
perguruan tinggi.
Dua figur terkenal dalam gerakan kooperatif, David dan Roger Jonson,
- Cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori.
informasi faktual.
sama pula.
visual dalam mengajarkan kosa kata. Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan
untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga 40 persen ketika media
tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata
saja.
Ketika pengajaran memiliki dimensi auditori dan visual, pesan yang
diberikan akan menjadi lebih kuat berkat kedua sistem penyampaian itu. Juga,
sebagian siswa, seperti akan kita bahas nanti. Lebih menyukai satu cara
memiliki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa tipe
siswa. Namum demikian belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau
melihat sesuatu.
Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau video tape recorder.
Informasi yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita mengajukan
Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yang bisa saya lakukan
terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya
melakukan perenungan semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan
melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jiak kita membahas informasi
dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu.
Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) meminta siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru
diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap informasi
itu, dan dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang seberapa bagus
pemahaman kita. Menurut John Holt (1967), proses belajar akan meningkat jika
2. Memberikan contohnya.
4. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer,
dan kita adalah pemakainya. Sebuah computer terntunya perlu di-“on“-kan untuk
bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif,
otak kita tidak “on”. Sebuah computer membutuhkan software yang tepat untuk
kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak melakukan pengkaitan ini dengan
informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu “disimpan”. Otak kita perlu
untuk dapat menyimpannya dalam bank ingatannya. Ketika proses belajar bersifat
Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka
dsertai ungkapan, “begini lho caranya”? Menuangkan fakta dan konsep ke dalam
benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang
fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama
maupun sebentar.
menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam.
mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang
atau hafalan. Sebagi contoh, pelajaran Pengetahuan Sosial bisa diajarkan dengan
kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan
tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh).
Ketika kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia
E. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka
sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah
merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang
benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima
banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar
aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi
simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa
masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar
bersama.”
Temuan-temuan ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak
warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari
bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu
berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang
Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang
mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju
hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya,
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna
mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal
bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan
belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini.
Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut
untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada
belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan
cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang
persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama
lain.
G. Pengajaran Autentik
nyata.
sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat
menghubungkan tugas-tugas ini denga apa yang telah mereka ketahui. Guru dapat
tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata dan kaya dengan kandungan
METODOLOGI PENELITIAN
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti, (b)
eksperimental.
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
3).
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
Putar
an 1
Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi
Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
C. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
4. Tes formatif
Pengetahuan Sosial pada pokok bahasan wawasan nusantara. Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru
(objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba,
kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas
dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang
a. Validitas Tes
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
72)
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus
Kriteria reliabilitas tes jika harga r 11 dari perhitungan lebih besar dari
c. Taraf Kesukaran
kesukaran adalah:
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes
formatif.
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
pembelajaran.
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
Σ N = Jumlah siswa
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap
siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan gabungan metode ceramah dengan metode belajar aktif model pengajaran
autentik.
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
1. Validitas
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 34)
dengan r (95%) = 0,339. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
- 21 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 80 √ 18 60 √
2 60 √ 19 70 √
3 80 √ 20 70 √
4 60 √ 21 70 √
5 60 √ 22 80 √
6 80 √ 23 70 √
7 70 √ 24 80 √
8 60 √ 25 60 √
9 70 √ 26 40 √
10 80 √ 27 70 √
11 90 √ 28 80 √
12 50 √ 29 90 √
13 70 √ 30 80 √
14 80 √ 31 60 √
15 60 √ 32 70 √
16 80 √ 33 70 √
17 60 √ 34 70 √
Jumlah 1190 10 7 Jumlah 1190 13 4
Jumlah Skor Tercapai 2380
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
Rata-Rata Skor Tercapai 70,00
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
autentik diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,00 dan
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 67,65% lebih kecil dari persentase
karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
c. Refleksi
tujuan pembelajaran
d. Refisi
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif 2 dan alat-
jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Table 4.4. Distribusi Nilai Tes Siklus II
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 80 √ 18 70 √
2 70 √ 19 60 √
3 90 √ 20 90 √
4 60 √ 21 90 √
5 70 √ 22 80 √
6 60 √ 23 80 √
7 70 √ 24 80 √
8 80 √ 25 60 √
9 60 √ 26 70 √
10 70 √ 27 80 √
11 80 √ 28 90 √
12 90 √ 29 80 √
13 80 √ 30 70 √
14 80 √ 31 70 √
15 70 √ 32 60 √
16 90 √ 33 90 √
17 60 √ 34 90 √
Jumlah 1260 13 4 Jumlah 1310 14 3
Jumlah Skor Tercapai 2570
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
Rata-Rata Skor Tercapai 75,59
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
adalah 75,59 dan ketuntasan belajar mencapai 79,41% atau ada 27 siswa
dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
c. Refleksi
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
kesimpulan/menemukan konsep.
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-
jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 80 √ 18 70 √
2 90 √ 19 80 √
3 90 √ 20 90 √
4 60 √ 21 90 √
5 90 √ 22 90 √
6 90 √ 23 80 √
7 90 √ 24 90 √
8 80 √ 25 80 √
9 80 √ 26 80 √
10 70 √ 27 80 √
11 90 √ 28 90 √
12 90 √ 29 80 √
13 60 √ 30 90 √
14 80 √ 31 70 √
15 90 √ 32 80 √
16 90 √ 33 90 √
17 60 √ 34 90 √
Jumlah 1380 14 3 Jumlah 1420 17 -
Jumlah Skor Tercapai 2800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
Rata-Rata Skor Tercapai 82,35
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
sebesar 82,35 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa dan
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
sebagai berikut:
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik
dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
C. Pembahasan
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu
peningkatan.
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
melaksanakan langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,65%), siklus II (79,41%), siklus
III (91,17%).
motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-
benar bisa diterapkan dengan gabungan metode ceramah dengan metode
sering melatih siswa dengan metode pengajaran yang berbeda, walau dalam
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
2003/2004.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU
PENGAJARAN AUTENTIK
KARYA ILMIAH
OLEH
………………..
NIP: ………………….
TAHUN 2003/2004
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi perpustakaan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya
Ilmiah untuk Penetapan Angka Kredit Jabatas Guru pada Golongan IVa ke IVb.
……………………..
Kepala Sekolah
…………………………… Penulis
Mengetahui Mengetahui
Pustakawan …………… Kepala Cab. Din. Pendidikan
Kecamatan ……………. Kecamatan ……………
…………………………… …………………………..
NIP: ……………..
Mengetahui Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan Ketua P G R I
…….. Kota ………………………
……………………………… …..…………………………..
Pembina Utama Muda NPA: …………
NIP: ………………………
KATA PENGANTAR
Melalui Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Belajar Aktif Model Pengajaran
Autentik Pada Siswa Sekolah Dasar”, penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk
perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik
pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
Halaman
Halaman Judul ..............................................................................................
Halaman Pengesahan .......................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Abstrak .............................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
B. Metode Ceramah.................................................................
C. Pembahasan .......................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 47
B. Saran .................................................................................. 48