Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan bangsa tidak hanya bergantung pada sumber daya alam dan

modal yang berisifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan

kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus

memutakhirkan pengetahuan sains menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak

cukup diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar

mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan

berbasis kompetensi sains dan teknologi tingkat tinggi, dengan demikian bangsa

yang berahasil adalah bangsa yang memiliki standasr komptensi sains dan

teknologi yang tinggi.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui

Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber

daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta

pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar

memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan


pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang

bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus

mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji

gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa

bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir

keras (moving about dan thinking aloud)

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,

melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang

lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan

sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba

mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Salah satu metode untuk membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam

satu semester proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran bagaimana

menjadikan belajar tidak terlupakan. Metode ini adalah untuk membantu siswa

dalam mengingat materi pelajaran yang telah diterima selama ini. Selain itu

metode ini diterapkan pada akhir semester proses belajar mengajar dengan tujuan

untuk membantu siswa agar siap mengahadapi ujian semester atau ujian akhir.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka

dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Penerapan Cara Belajar
Aktif Model Pencocokan Kartu indeks Dalam Membantu Penguasaan Materi

Pelajaran Sains Pada Siswa Kelas …………………………….Tahun Pelajaran

2003/2004.”

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan

permasalahnnya sebagi berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Sains dengan

diterapkannya metode pembelajaran yang selama ini diterapakan pada siswa

Kelas ………………………………………… tahun pelajaran 2003/2004?

2. Bagaimanakah pengaruh cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks

dalam membantu siswa mengingatkan kembali materi pelajaran Sains pada

siswa Kelas …………………………………….. tahun pelajaran 2003/2004?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran

Sains setelah diterapkannya cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks

pada siswa Kelas ……………………………….. tahun pelajaran 2003/2004.

2. Mengetahui pengaruhnya cara belajar aktif model mencocokan kartu indek

dalam membangunkan ingatan siswa terhadap materi pelajaran Sains setelah


diterapkan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks pada siswa Kelas

……………………………………………… tahun pelajaran 2003/2004.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam

meningkatkan pemahaman siswa belajar Sains

2. Sumbangan pemikiran bagi guru Sains dalam mengajar dan meningkatkan

pemahaman siswa belajar Sains di ………………………………….. tahun

pelajaran 2003/2004.

3. Membantu siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah

diterimanya selama ini.

4. Membantu siswa kelas ………. agar siap untuk menghadapi ujian akhir.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode kooperatif adalah:

Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-

kelompok untuk menetapkan tujuan bersama

2. Motivasi belajar adalah:


Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat

melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran ……………...

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang

meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas

……………………………….tahun pelajaran 2003/2004.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun

palajaran 2003/2004.

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………………..


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang

dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta

fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar

merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap

dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah

laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir

dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung

sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir

dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-

minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses

yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang

yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan

tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam

diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.


2. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu

akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah

dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua

individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar

menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap

individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil

dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi

adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam

mengerjakan sesuatu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan

dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau

pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok

digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa

yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam

hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.


Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus

dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi

faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu

sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus

mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan

atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah

tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan

yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.

Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.

Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan
dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau

hasil belajar yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak

menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor

diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui

kesulitan.

C. Hakikat IPA atau Sains

IPA atau sains didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya

fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan

pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA atau Sains.

Secara rinci hakikat IPA atau Sains menurut Bridgman (dalam Lestari,

2002: 7) adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA atau Sains selalu dapat

dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA atau Sains secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA atau

Sains bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.
Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa

alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA atau Sains itu selalu berkembang ke

arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan

kelanjutan dari penemuan sebelumnya.

Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA atau Sains

merupakan

bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses

dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah

kemudian diperoleh hasil (produk).

D. Proses Belajar Mengajar IPA atau Sains

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

200: 5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses


belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000: 4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses

belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan

perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak

lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA atau Sains meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari

perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut


yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran IPA atau Sains.

E. Prestasi Belajar IPA atau Sains

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang

dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,

hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta

perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan

oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi

belajar IPA atau Sains adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan

secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif


(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar IPA atau Sains.

F. Gaya Belajar

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki

bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya

dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai

penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang

dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu

oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,

yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan

oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk

mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan

mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik

kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka

cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka

mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.

Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.

Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara

belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya

rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan

belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua

lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila

tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka

sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan

penuh dengan variasi.

Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar

siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah

menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI

merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam dunia

pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.

Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki

orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu

bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman

langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu

dan baru kemudian menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder,

menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang

benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima

banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar

aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus

menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi

dan debat, dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan,

simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa
masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar

bersama.”

Temuan-teman ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita

mempertimbangkan secepatnya laju kehidupan modern. Dimasa kini siswa

dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak

pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan

warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata

maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari

satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.

G. Sisi Sosial Proses Belajar

Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahuan

yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka bisa mengalami

kegelisahan dan bersikap defensif. Abraham Maslow mengajarkan kepada kita

bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu

berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang

dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memiliki keamanan ketimbang

pertumbuhan. Kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa

sepenuhnya kebutuhan untuk mencapai sesuatu mengambil resiko, dan menggali

hal-hal baru. Pertumbuhan berjalan dengan langkah-langkah kecul, menurut

Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang
mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju

wilayah yang belum diketahui” (Maslow, 1968).

Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin

hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling

memiliki ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika mereka

belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan dukungan

emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang

pengetahuan dan ketermapilan mereka yang sekarang.

Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya,

Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam

manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna

mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal

balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang

bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan

bersama, dan di mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai

suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam

pembelajaran membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan

dalam pembentukan kelompok” (Bruner, 1966).

Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner mengurusi perkembangan metode

belajar kolaboratif yang sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini.

Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut

untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung

lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama

teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk

membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada

hubungan-hubungan lebih lanjut.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan

belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan

cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang

diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk

memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode belajar

bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar (jigsaw), memenuhi

persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong

mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama

lain.

H. Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu Indeks

1. Uraian Singkat

Ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi

pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi

pertanyaan kuis kepada temannya.


2. Prosedur

a. Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang

diajarkan di kelas. Buatlah krtu pertanyaan dengan jumlah yang sama

dengan setengah jumlah siswa.

b. Pada kartu yang terpisah, tulislah, tulisan jawaban atas masing-masing

pertanyaan itu.

c. Campurlah dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar

benar-benar tercampuraduk.

d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan

latihan mencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan

dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.

e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah

terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk

mencari tempat duduk bersama. (Katakan pada mereka untuk tidak

mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).

f. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan tiap

pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang lain dengan

membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain

untuk memberikan jawaban.

3. Variasi

a. Sususunlah kartu yang berisi sebuah kalimat beberapa kata yang

dihilangkan untuk dicocokkan dengan kartu yang berisi kata-kata yang


hilang itu misalnya, “Perubahan wujud dari berudu mejadi katak disebut

_________.”

b. Buatlah kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dengan beberapa

kemungkinan jawabannya __ misalnya, “cara pencernaan makanan pada

hewan?”. Cocokkan kartu-kartu itu dengan kartu yang berisi kumpulan

jawaban yang relevan. Ketika tiap pasangan memberikan kuis kepada

kelompok, perintahkan mereka untuk mendapatkann beberapa jawaban

dari siswa lain.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan

penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b)

penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) adminsitrasi social

eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggungjawab penuh penelitian adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari

penelitian ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara

penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran

peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,

sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data

yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

……………………………………………….. tahun pelajaran 2003/2004.


2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

semester genap tahun pelajaran 2004/2005.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas

………………………………………. tahun pelajaran 2003/2004 tahun

pelajaran 2004/2005.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,

2003: 3).

Sedangkah menurut Muhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.


Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan

pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya

adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2003: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.


Putar
an 1

Refleksi Rencana
awal/rancangan
Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencana yang
Refleksi direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model kartu indeks .


3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Sains pada

pokok bahasan ……….. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.

Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-

soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis

mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas

pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan

memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi

butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat

ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini

dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

(Suharsimi Arikunto,

2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal


ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus

belah dua sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari

harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf

kesukaran adalah:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:


- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir

soal sebagai berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan belajar aktif, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif


Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar kurikulum

1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas

tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama

dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan

rumus sebagai berikut:

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar aktif dan pengamatan aktivitas

siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap

siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang

betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan belajar aktif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan

model belajar aktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan

aktivitas siswa dan guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan belajar aktif.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian

berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes

yang dilakukan meliputi:

1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari

validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid


4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 25, 27, 28, 1, 2, 3, 5, 6, 8, 15, 16, 18,
29, 30, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45 20, 22, 24, 31, 32, 40

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 653. Harga

ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 24)

dengan r (95%) = 0,404. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah

memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:

- 20 soal mudah

- 16 soal sedang

- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkteriteria

jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal.

Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat

validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 9 Maret 2005 di Kelas ……….. dengan jumlah siswa 24

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar


Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada

siklus I adalah sebagai berikut:

Table 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 13 70 √
2 70 √ 14 80 √
3 60 √ 15 60 √
4 70 √ 16 80 √
5 60 √ 17 60 √
6 80 √ 18 80 √
7 70 √ 19 70 √
8 60 √ 20 70 √
9 70 √ 21 60 √
10 70 √ 22 70 √
11 60 √ 23 70 √
12 60 √ 24 60 √
Jumlah 800 7 5 jumlah 830 8 4
Jumlah Skor 1630
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400
% Skor Tercapai 67,91

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 15

Jumlah siswa yang belum tuntas :9

Klasikal : Belum tuntas


Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 67,91
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15
3 Persentase ketuntasan belajar 62,50

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 67,91 dan ketuntasan belajar mencapai

62,50% atau ada 15 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya

sebesar 62,50% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih banyak yang

lupa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan hampir satu semester.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2005 di Kelas ……….. dengan

jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan

pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah

tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 80 √ 13 80 √
2 60 √ 14 60 √
3 80 √ 15 80 √
4 80 √ 16 70 √
5 70 √ 17 70 √
6 60 √ 18 70 √
7 70 √ 19 60 √
8 60 √ 20 90 √
9 70 √ 21 80 √
10 80 √ 22 60 √
11 80 √ 23 70 √
12 70 √ 24 70 √
Jumlah 860 9 3 Jumlah 860 9 3
Jumlah Skor 1720
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400
% Skor Tercapai 71,67
Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 18

Jumlah siswa yang belum tuntas :6

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 71,67
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 18
3 Persentase ketuntasan belajar 75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 71,67 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 22 siswa

dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena siswa sudah mulai mempelajari lagi materi yang

telah diterimnya selama ini. Sehingga ingatan siswa terbuka kembali

dengan materi yang telah diajarkan selama ini. Selain itu dari permainan

ini siswa tidak tahu menjadi tahu dari jawaban siswa sudah mengetahuai

jawabannya.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2005 di Kelas ……….. dengan

jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Table 4.6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 60 √ 13 80 √
2 80 √ 14 90 √
3 80 √ 15 80 √
4 70 √ 16 70 √
5 70 √ 17 80 √
6 90 √ 18 60 √
7 80 √ 19 80 √
8 60 √ 20 90 √
9 80 √ 21 80 √
10 90 √ 22 70 √
11 70 √ 23 80 √
12 80 √ 24 70 √
Jumlan 910 10 2 Jumlah 930 11 1
Jumlah Skor 1840
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2400
% Skor Tercapai 76,67

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 21

Jumlah siswa yang belum tuntas :3

Klasikal : Tuntas

Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III


1 Nilai rata-rata tes formatif 76,67
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 21
3 Persentase ketuntasan belajar 87,50

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 76,67 dan dari 24 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan

3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari kembali

materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Juga dari hasil cara

belajar aktif model pencocokan kartu indeks ini murid jadi gampang

mengingat kembali.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan belajar aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat

duraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik

dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak

diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk

tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa

yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa cara belajar aktif

model pencocokan kartu indeks memiliki dampak positif dalam meningkatkan

daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman

dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini

(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing

62,50%, 75,00%, dan 87,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses cara

belajar aktif model pencocokan kartu indeks dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali

materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Sains dengan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks

yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara

siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah belajar aktifdengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan/melatih

menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana

prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks

memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus,

yaitu siklus I (62,50%), siklus II (75,00%), siklus III (87,50%).

2. Penerapan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk

mempelajari kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa

tertarik dan berminat dengan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

3. Cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks memiliki dampak positif

terhadap daya ingat siswa, dimana dengan metode ini siswa dipaksa untuk

mengingat kembali materi palajaran yang telah diterima selama ini.


B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Sains lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan persiapan yang cukup matang,

sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar

bisa diterapkan dengan cara belajar aktif model pencocokan kartu indeks

dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di ……………………………………… tahun pelajaran 2003/2004.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindon.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:

Aneka Ilmu.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif, tt. Lembaga Penelitian

Pendidian dan Penerangan Ekonomi.

Hadi, Sutrisno. 198. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi

UGM.

Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:

Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.


PENERAPAN CARA BELAJAR AKTIF MODEL

PENCOCOKAN KARTU INDEKS DALAM MEMBANTU

PENGUASAAN MATERI PELAJARAN SAINS PADA SISWA

KELAS …………………….

…………………………………………………..

TAHUN 2003/2004

KARYA ILMIAH

OLEH

………………………………..

NIP: ……………………………

DINAS PENDIDIKAN ……………………………….


……………………………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan
………..…………………………………………… hasil karya dari:

Nama : …………………….
NIP : ……………………
Unit Kerja : …………………………………………….
Judul : Penerapan Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu
Indeks dalam Membantu Penguasaaan Materi Pelajaran Sains
Pada Siswa Kelas ……………………………………..Tahun
Pelajaran 2003/2004.

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit


Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.

Mengetahui
Ketua PD PGRI II …………………………….
…………………….. …………………………….
………………………………. ………………………..
NPA: ……………… NIP: ………………….
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan ……………………………………….

Pada Hari : ……………………

Tanggal : ……………………

Perpustakawan Kepala

………………………….. ……………………………

………………. ………………….

……………………. …………………
NIP:…………….. NIP: ……………….
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan

karya ilmiah dengan judul “Penerapan Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu

Indeks dalam Membantu Penguasaaan Materi Pelajaran Sains Pada Siswa Kelas

…………………………………. Tahun Pelajaran 2003/2004”, penulisan karya

ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat

dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga

anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan ………………………………..

2. Yth. Ketua PD II PGRI …………………………………..

3. Yth. Rekan-rekan Guru ……………………………………………

4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK

………………. 2003. Penerapan Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu


Indeks dalam Membantu Penguasaaan Materi Pelajaran Sains Pada Siswa
………………………………….. Pelajaran 2003/2004

Kata Kunci: belajar aktif, pencocokan kartu indeks

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,melihat,


mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan
Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara
mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan
mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setian putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalh siswa kelas
………………….. ……………………………... Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (62,50%), siklus II (75,00%),
siklus III (87,50%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode belajar aktif model pencocokan
kartu indeks dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
……………………………., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternative pembelajaran sains.
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ..............................................................................................
Halaman Pengesahan .......................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Abstrak .............................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................

C. Tujuan Penelitian ...............................................................

D. Kegunaan Penelitian .........................................................

E. Penjelasan Istilah …………………………………………

F. Batasan Masalah………………………………………….

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ....................................

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .........

C. Hakikat IPA atau Sains ......................................................

D. Proses Belajar Mengajar IPA atau Sains ...........................

E. Prestasi Belajar IPA atau Sains ..........................................

F. Gaya Belajar ......................................................................

G. Sisi Sosial Proses Belajar ...................................................

H. Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu Indeks ........


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .............................

B. Rancangan Penelitian ........................................................

C. Instrumen Penelitian ........................................................

D. Metode Pengumpulan Data ................................................

E. Teknik Analisis Data .......................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Item Butir Soal ....................................................

B. Analisi Data Penelitian Persiklus ......................................

C. Pembahasan .......................................................................

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................

B. Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

Anda mungkin juga menyukai