Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu mata
pelajaran yang dilakukan melalui tes formatif, tes akhir cawu, tes akhir semester
atau tes ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas . Di dalam menghadapi
ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas sekolah dasar perlu adanya
refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar.
Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran yang
telah diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan kelas yang
siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat suatu materi
ajar agar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam hal ini guru harus mencari
metode untuk mengingatkan segala memori di benak siswa yang telah mereka
terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali memori itu.
Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus
mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara belajar
aktif model pembelajaran meninjau ulang Kesulitan pada materi pelajaran.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang
hanyalah kegiatan belajar aktif.

Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.
Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,
bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk
mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).
Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka
dalam

penelitian ini penulis mengambil judul Upaya Membantu Siswa

Mengingat Kembali Materi Pelajaran Sains Lewat Metode Belajar Aktif Model
Tinjauan ala Permainan Bingo Pada Siswa Kelas .Tahun
Pelajaran 2004/2005.

B. Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran Sains siswa kelas
. tahun pelajaran 2004/2005?
2. Seberapa jauh tingkat penguasaan materi pelajaran Sains yang telah diterima
siswa dalam menghadapi ujian kenaikan kelas?
3. Bagaimanakah pengaruh metode belajar aktif model tinjauan ala permainan
Bingo dalam mengingatkan kembali materi pelajaran Sains yang telah
dipelajari pada siswa kelas .. tahun pelajaran
2004/2005?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran Sains yang telah dipelajari
pada siswa kelas tahun pelajaran 2004/2005.
2. Mengetahui pengaruh metode belajar aktif model peninjauan ulang topic mata
pelajaran Sains pada siswa kelas ..tahun pelajaran
2004/2005.

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Sains.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian
ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode kooperatif adalah:
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam
bersama

kelompok-kelompok

untuk

menetapkan

tujuan

2. Motivasi belajar adalah:


Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah
minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran ...

F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang
meliputi:
1. Penelitian

ini

hanya

dikenakan

pada

siswa

kelas

.tahun pelajaran 2003/2004.


2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun
palajaran 2003/2004.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahsan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar


1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.
Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal
serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi
belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada
sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada
tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir
dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, bermingguminggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses
yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang
yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan
tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam
diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

2. Pengertian Prestasi Belajar


Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih
dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang
telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas
tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap
individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil
dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi
adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan
dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau
pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok
digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk
anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan
individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima
materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus
mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan
atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan
yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.
Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.
Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan

dapat dilalui dengan lancar dn pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau
hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak
menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor
diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui
kesulitan.

C. Hakikat IPA atau Sains


IPA atau sains didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya
fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan
pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA atau Sains.
Secara rinci hakikat IPA atau Sains menurut Bridgman (dalam Lestari,
2002: 7) adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA atau Sains selalu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat
memahami konsep-konsep IPA atau Sains secara tepat dan dapat diuji
kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA atau
Sains bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.

Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa
alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA atau Sains itu selalu berkembang ke
arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan
kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA atau Sains
merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui
suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap
ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

D. Proses Belajar Mengajar IPA atau Sains


Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
200: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses
belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses
belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan
perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak
lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar IPA atau Sains meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran IPA atau Sains.

E. Prestasi Belajar IPA atau Sains


Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,
hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta
perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi
belajar IPA atau Sains adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan
secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA atau Sains.

F. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik
kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya
rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka

sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
penuh dengan variasi.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah
menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI
merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki
orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu
bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman
langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu
dan baru kemudian menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder,
menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang
benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima
banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan
mengajar aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru
harus menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil,
presentasi dan debat, dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman
lapangan, simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa
siswa masa kini bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan
belajar bersama.

Temuan-teman ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita


mempertimbangkan secepatnya laju kehidupan modern. Dimasa kini siswa
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan
banyak pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu,
dan warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari
satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.

G. Sisi Sosial Proses Belajar


Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahuan
yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka bisa mengalami
kegelisahan dan bersikap defensif. Abraham Maslow mengajarkan kepada kita
bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu
berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang
dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memiliki keamanan ketimbang
pertumbuhan. Kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa
sepenuhnya kebutuhan untuk mencapai sesuatu mengambil resiko, dan menggali
hal-hal baru. Pertumbuhan berjalan dengan langkah-langkah kecul, menurut
Maslow, dan tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang
mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju
wilayah yang belum diketahui (Maslow, 1968).

Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin
hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling
memiliki ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika mereka
belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan dukungan
emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang
pengetahuan dan ketermapilan mereka yang sekarang.
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya,
Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna
mencapai tujuan, yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal
balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang
bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, Di mana dibutuhkan tindakan
bersama, dan di mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai
suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam
pembelajaran membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan
dalam pembentukan kelompok (Bruner, 1966).
Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner mengurusi perkembangan metode
belajar kolaboratif yang sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini.
Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut
untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung
lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama

teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk


membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada
hubungan-hubungan lebih lanjut.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.
Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif
dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan
apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk
memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode belajar
bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar (jigsaw), memenuhi
persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama
lain.

H. Metode Belajar Aktif Model Tinjauan Ala Permainan Bingo


1. Uraian Singkat
Strategi ini membantu mengingatkan kembali akan istilah-istilah yang
telah siswa pelajari selama menempuh mata pelajaran. Strategi ini
menggunakan format permainan Bingo.
2. Prosedur
a. Susunlah sejumlah 24 atau 25 pertanyan tentang materi pelajaran anda
yang bisa dijawab dengan istilah baku yang digunakan dalam mata
pelajaran anda. Berikut adalah beberapa contoh istilahnya.

Angka penyebut yang paling sedikit

Hieroglifik

Inflasi

Otokrasi

Database

Hokum humurabi

Byte

Garis lintang

Impresionisme

Alegori

Fotosintesa

Bilangan urutan

Skozofrenia

Klausa pengadaian

Anda juga dapat menggunakannama, sebagai alternative dari istilah.


Berikut adalah beberapa contohnya:
-

Freud

Caesar

Blake

Roosevelt

Marco Polo

Joan of Arc

Dewey

Pasteur

Van Gogh

Curie

Chaucer

Rusself

Alley

b. Sortirlah pertanyaan menjadi lima tumpukan. Labeli tiap tumpukan denga


huruh B-I-N-G-O kartu Bingo untuk tiap siswa. Kartu ini mesti mirip
betul dengan kartu Bingo biasa, dengan nomor-nomor dalam tiap 24 celah
dalam matrik 5 x 5 (celah tengah Kosong.)
c. Bacalah sebuah pertanyaan dengan angka yang terkait. Jika seorang siswa
memiliki angkanya dan dia dapat menuliskan jawabannya dengan benar,
maka dia dapat mengisi celah tersebut.
d. Bila seorang siswa mencapai lima jawaban benar dalam sebuah deretan (baik
vertical, horizontal maupun diagonal), siswa tersebut boleh meneriakkan
Bingo. Permainan dapat diteruskan hingga ke 25 celah tersebut terisi.
3. Variasi
a. Sediakan hadiah yang tidak mahal, semisal sebungkus coklat, bila siswa
mendapatkan Bingo.
b. Buatlah kartu yang memiliki sel-sel yang sebelumnya diisi dengan 24 istilah
utama (plus sel kosong di tengahnya). Ketika sebuah pertanyaan dibacakan,

jika siswa yakinbahwa salah satu dari jawaban pada kartu itu cocok dengan
pertanyaan tersebut, dia bisa menuliskan nomor pertanyaanya di sampingnya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (1) guru sebagai peneliti, (b)
penelitian tindakan kolaboratif, (3) simultan terintegratif, dan (4) administrasi social
eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
.. tahun pelajaran 2004/2005.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
semester genap 2004/2005.
3. Subyek Penelitian
Subyek

penelitian

adalah

siswa-siswi

kelas

. tahun pelajaran 2004/2005.

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki


kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2003: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian


yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2003: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Putar
an 1

Refleksi

Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan

Putar
an 2

Tindakan/
Observasi
Refleksi

Rencanayang
yang
Rencana
direvisi
direvisi

Tindakan/
Observasi
Refleksi

Putar
an 3

Rencanayang
yang
Rencana
direvisi
direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK


Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model ala permainan
bingo.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau


dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu

seperangkat

rencana

dan

pengaturan

tentang

kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.


2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses


pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Sains pada yang
telah dipelajari selama ini. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soalsoal ini berjumlah 48 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis
mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas
pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan
memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi
butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
rxy

N XY X Y

N X

N Y

(Suharsimi

2001: 72)
Dengan: rxy
N

: Koefisien korelasi product moment


: Jumlah peserta tes

Arikunto,

: Jumlah skor total

: Jumlah skor butir soal

X2

: Jumlah kuadrat skor butir soal

XY : Jumlah hasil kali skor butir soal


b. Reliabilitas
Reliabilitas butir sola dalam penelitian ini menggunakan rumus
belah dua sebagai berikut:
r11

2r1 / 21 / 2
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
(1 r1 / 21 / 2 )

Dengan: r11
r1/21/2

: Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan


: Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r 11 dari perhitungan lebih besar


dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf
kesukaran adalah:
P

B
Js

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)

Dengan: P
B

: Indeks kesukaran
: Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js

: Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:


-

Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
D

B A BB

PA PB
JA JB

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
PA

BA
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
JA

PB

BB
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir


soal sebagai berikut:
-

Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode pembelajaran aktif model meninjau kesulitan pada
materi pelajaran, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data


Untuk

mengetahui

keefektivan

suatu

metode

dalam

kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan


teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa


setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X

X
N

Dengan

: X

= Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa


N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama
dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
P

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan metode belajar aktif model tinjauan ala
permainan bingo dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran,
dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
pengelolaan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan bingo yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode belajar aktif model
tinjauan ala permainan Bingo dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data
pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan bingo.

A. Analisis Item Butir Soal


Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes
sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari
perhitungan 48 soal diperoleh 18 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa


Soal Valid
5, 6, 7, 9, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 28, 29, 30,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45,

Soal Tidak Valid


1, 2, 3, 4, 8, 10, 11, 15, 16, 18,
20, 22, 24, 38, 39, 46, 47, 48

2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 754. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 26)
dengan r (95%) = 0,388. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 48 soal yang diuji terdapat:
-

21 soal mudah

16 soal sedang

11 soal sukar

4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkteriteria
jelek sebanyak 10 soal, berkriteria cukup 25 soal, berkriteria baik 8 soal, dan
yang berkriteria tidak baik 5 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang
digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran,
dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2005 di Kelas IV dengan jumlah siswa


26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar

mengajar

mengacu

pada

rencana

pelajaran

yang

telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan


pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:

Table 2. Nilai Tes Pada Siklus I


No. Urut

Keterangan
T
TT

9
4

Nilai

1
70
2
50
3
70
4
80
5
40
6
80
7
70
8
60
9
80
10
30
11
70
12
70
13
80
Jumlah
850
Jumlah Skor 1660
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2600
% Skor Tercapai 63,84

Keterangan:

No. Urut

Nilai

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Jumlah

80
70
30
80
50
40
80
50
30
70
80
70
80
810

Keterangan
T
TT

8
5

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 17

Jumlah siswa yang belum tuntas

:9

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus I
63,84
17
65,38

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 63,84 dan ketuntasan belajar
mencapai 65,38% atau ada 17 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65
hanya sebesar 65,38% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak
yang lupa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan selama hampir
satu semester ini.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

II

dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2005 di Kelas .. dengan jumlah

siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga keslah atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.

Table 4. Nilai Tes Pada Siklus II


No. Urut

Nilai

Keterangan
T
TT

10
3

1
70
2
70
3
50
4
70
5
60
6
70
7
70
8
80
9
70
10
40
11
70
12
80
13
90
Jumlah
890
Jumlah Skor 1820
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2600
% Skor Tercapai 70,00

No. Urut

Nilai

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Jumlah

90
80
70
80
40
70
60
50
70
80
70
90
80
930

Keterangan
T
TT

10
3

Keterangan:

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 20

Jumlah siswa yang belum tuntas

:6

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus II
70,00
20
76,92

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa


adalah 70,00 dan ketuntasan belajar mencapai 76,92% atau ada 20 siswa
dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran
yang sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah
mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.

3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

III

dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2005 di Kelas dengan jumlah


siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang laig pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut.

Table 6. Nilai Tes Pada Siklus III


No. Urut

Keterangan
T
TT

12
1

Nilai

1
70
2
80
3
60
4
70
5
80
6
70
7
90
8
80
9
70
10
90
11
90
12
80
13
90
Jumlah
1020
Jumlah Skor 2020
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2600
% Skor Tercapai 77,69

Keterangan:

No. Urut

Nilai

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Jumlah

60
80
80
70
80
80
70
80
60
80
90
80
90
1000

Keterangan
T
TT

11
2

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 23

Jumlah siswa yang belum tuntas

:3

Klasikal

: Tuntas

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III


No
1
2
3

Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus III


77,69
23
88,46

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif


sebesar 77,69 dan dari 26 siswa yang telah tuntas sebanyak 23 siswa dan

3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal


ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,46% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya usaha siswa untuk mempelajari kembali materi ajar yang
telah disampaikan oleh guru. Disamping itu siswa juga merasa belajar
mengulang ini adalah juga sebagai persiapan untuk menghadapi ujian
kenaikan kelas yang sudah dekat waktunya.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya

sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.


4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode belajar aktif model
tinjauan ala permainan Bingo dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang

perlu

diperhatikan

untuk

tindakah

selanjutnya

adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan


agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode belajar aktif
model tinjauan ala permainan Bingo memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru untuk
menghadapi ujian kenaikan kelas (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I,
II, dan III) yaitu masing-masing 65,38%, 76,92%, dan 88,46%. Pada siklus III
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran


Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Sains dengan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan
Bingo yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/memperhatikan

penjelasan

guru,

dan

diskusi

antar

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan

untuk

aktivitas

guru

selama

pembelajaran

telah

melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model tinjauan ala


permainan Bingo dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan/melatih menggunakan alat,
memberi umpan balik/evaluasi/anya jawab dimana prosentase untuk aktivitas
di atas cukup besar.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan
Bingo memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I (65,38%), siklus II (76,92%), siklus III (88,46%).
2. Penerapan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode belajar aktif model
tinjauan ala permainan Bingo sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
3. Penerapan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo efektif
untuk mengingatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini,
sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang
segera akan dilaksanakan.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan
Bingo memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus
mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan metode belajar aktif model tinjauan ala permainan Bingo proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan kegiatan berbagai metode, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan
2004/2005.

di

.tahun

pelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineksa Cipta
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd
University Press.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No.
32. Winter. Tokyo. Japan.

UPAYA MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI MATERI


PELAJARAN SAINS LEWAT METODE BELAJAR AKTIF
MODEL TINJAUAN ALA PERMAINAN BINGO PADA
SISWA KELAS ..
.
TAHUN 2004/2005

KARYA ILMIAH

OLEH

NIP: .

DINAS PENDIDIKAN
.

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN


Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan
.hasil karya dari:

Nama

: .

NIP

Unit Kerja

Judul

: Upaya Membantu Siswa Mengingat Kembali Materi


Pelajaran Sains Lewat Metode Belajar Aktif Model Tinjauan
Ala

Permainan

Bingo

Pada

Siswa

Kelas

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit


Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.

Mengetahui
Ketua PD PGRI II
Kabupaten

NPA:

Kepala
Kec. ..

..
NIP: ..

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan ..

Pada Hari

Tanggal

Perpustakawan
..

Kepala
.

Kabupaten ..

Kabupaten

..
NIP:.

.
NIP: ..

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
karya ilmiah dengan judul Upaya Membantu Siswa Mengingat Kembali Materi
Pelajaran Sains Lewat Metode Belajar Aktif Model Tinjauan Ala Permainan Bingo
Pada Siswa Kelas . Tahun Pelajaran 2004/2005,
penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan
sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi
teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan
karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan
2. Yth. Ketua PD II PGRI .
3. Yth. Rekan-rekan Guru .
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu
penulis harapkan.
Penulis

ABSTRAK

.. 2005. Upaya Membantu Siswa Mengingat Kembali Materi


Pelajaran Sains Lewat Metode Belajar Aktif Model Tinjauan Ala Permainan
Bingo Pada Siswa Kelas .. Tahun
Pelajaran 2004/2005
Kata Kunci: belajar aktif, tinjauan ala permainan bingo
Bagaimanakah agar siswa tidak melupakan materi pelajaran yang telah
diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan kelas yang siap
atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat suatu mteri ajar agar
tidak terlupakan oleh anak didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
penguasaan materi pelajaran yang telah diterima oleh peserta didik.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa
... Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,38%), siklus II
(76,92%), siklus III (88,46%).
Simpulan dari penelitian ini adalah gabungan metode ceramah dan metode
pengajaran autentik dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
.., serta model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternative pembelajaran IPA atau sains.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ..............................................................................................
Halaman Pengesahan .......................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Abstrak .............................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
BAB

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
B. Permasalahan .....................................................................
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
D. Kegunaan Penelitian .........................................................
E. Penjelasan Istilah................................................................
F. Batasan Masalah..

BAB

II

KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ......................................
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ..........
C. Hakikat IPA atau Sains .......................................................
D. Proses Belajar Mengajar IPA atau Sains ............................
E. Preatasi Belajar IPA atau Sains ..........................................
F. Gaya Belajar ......................................................................

G. Sisi Sosial Proses Belajar ...................................................

H. Metode Belajar Aktif Model Tinjauan Ala Permainan


Bingo ..................................................................................
BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian .............................
B. Rancangan Penelitian ........................................................
C. Instrumen Penelitian ........................................................
D. Metode Pengumpulan Data ...............................................
E. Teknik Analisis Data ..........................................................

BAB

IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Item Butir Soal ....................................................
B. Analisis Data Penelitian Persiklus .....................................
C. Pembahasan .......................................................................

BAB

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran-saran ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

Anda mungkin juga menyukai