Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa. Artinya, apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru mulai dari
merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran, memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran, memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk
mencapai keberhasilan belajar siswa.
Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap
akan dijumpai guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang
dinamis sehingga guru perlu secara terus-menerus mencermati perubahan-perubahan yang
terjadi pada siswa di kelas.
Agar aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih terarah, dan guru dapat
memahami persoalan-persoalan belajar yang seringkali atau pada umumnya terjadi pada
kebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas pembelajaran, maka akan lebih baik bila
guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar. Pemahaman tentang
masalah belajar memungkinkan munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya
tujuan pembelajaran. Dengan pemahaman itu pula guru dapat menemukan solusi tindakan
yang dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Memahami pentingnya hal ini, maka dalam makalah ini akan dipaparkan dengan
lebih mendalam mengenai masalah-masalah belajar siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa serta bagamana mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi belajar yang efektif untuk dalam pelaksanaan pembelajaran?
2. Apa yang menjadi permasalahan belajar internal dan eksternal siswa?
3. Apa saja kesulitan belajar siswa?
4. Bagaimana mengatasi permasalahan belajar siswa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi belajar yang efektif untuk dalam pelaksanaan
pembelajaran
2. Untuk mengetahui permasalahan belajar internal dan eksternal siswa
3. Untuk mengetahui kesulitan belajar siswa
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengatasi permasalahan belajar siswa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Belajar
Kondisi belajar merupakan suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa. Menurut Siregar (2010:171) kondisi belajar dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Sementara itu
Gagne menyatakan bahwa terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat
perbedaan dalam penampilan atau kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada
situasi belajar. Hal ini berarti seseorang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku apabila
ditempatkan pada situasi belajar tertentu.
Gagne (dalam Siregar, 2010:171) membagi kondisi belajar atas dua kategori, yaitu
sebagai berikut:
1. Kondisi internal (internal concition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri
individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru.
2. Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsang di luar diri si
pebelajar.

Selain itu Gagne juga menyatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif
untuk berbagai jenis/kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar dibagi atas lima kategori
berikut:

1. Keterampilan intelektual (intellectual skill): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar
yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-keterampilan bawahan,
pembimbingan dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh
siswa dengan diberikan balikan, pemberian review.
2. Informasi verbal (verbal information): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna,
kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang direkonstruksi.
3. Strategi kognitif (cognitive strategy/problem solving): untuk jenis belajar ini, kondisi
belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-
konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil,
pendemonstrasian situasi oleh siswa.
4. Sikap (attitude): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan
tindakan pribadi yang diharapkan, pembentukan atau pengingatan kembali model
manusia yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan pengalaman langsung
yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orang yang
dihormati.
5. Keterampilan motorik (motor skill): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan
atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan
keterampilan-keterampilan keseluruhan, balikan yang tepat

B. Masalah-Masalah Belajar Siswa


Mengacu pada beberapa pandangan tentang belajar seringkali dikemukakan bahwa
masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun
dari dimensi siswa. Sedangkan jika dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada
waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat mencul sebelum kegiatan
belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri siswa, baik berkenaan dengan minat,
kecakapan maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar
seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan
pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil
belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi
atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan
belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar
seringkali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar
seringkali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan
belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil
belajar.
1. Masalah Belajar Internal
Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri
siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam
belajar. Berikut ini adalah beberapa faktor internal yang mempengaruhi proses belajar
menurut Aunurrahman (2012:178)
a. Ciri Khas/Karakteristik Siswa
Masalah-masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum
belajar pada umumnya berkenaan dengan minat, kecakapan dan pengalaman-
pengalaman. Bila siswa memiliki minat yang tinggi untuk belajar, maka ia akan
berupaya mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajaro
secara lebih baik. Namun bila siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa
tersebut cenderung mengabaikan kesiapannya untuk belajar.
b. Sikap terhadap Belajar
Dalam kegiatan belajar, sikap siswa dalam proses belajar, terutama ketika
memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena
aktivitas belajar siswa selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan
memulai kegiatan belajar. Jika pada saat akan memulai kegiatan belajar, siswa
memiliki sikap menerima atau ada kesediaan emosional untuk belajar, maka ia akan
cenderung untuk berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik. Namun jika
yang lebih dominan adalah sikap menolah sebelum belajar atau ketika akan memulai
pelajaran, maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan
belajar.
c. Motivasi Belajar
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan
untuk terlibat didalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya,
mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume,
mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan
tuntutan pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang tidak atau kurang memiliki motivasi,
umumnya kurang mampu bertahan untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-
sungguh di dalam mengerjakan tugas. Rendahnya motivasi merupakan masalah
dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar
yang diharapkan.

d. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang seringkali
tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang
belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui aktivitas
seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya sedang individu
tersebut pikirkan. Bila menurut keyakinan guru siswa berkonsentrasi terhadap
pelajaran yang sedang dijelaskannya, maka umumnya guru merasa yakin bahwa
siswa dapat memahami pelajaran dengan baik. Bagaimana jika yang terjadi tidak
seperti yang diduga guru, karena ternyata separuh siswanya hanya diam, akan tetapi
tidak berkonsentrasi dengan pelajaran yang disajikan guru? Hal-hal seperti ini layak
dikaji secara cermat agar guru dapat memahami kondisi siswa sesungguhnya.
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar
yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat konsentrasi dalam belajar tentu
memerlukan waktu yang cukup lama, disamping menuntut ketelatenan guru. Akan
tetapi dengan bimbingan, perhatian serta bekal kecakapan yang dimilki guru, maka
secara bertahap hal ini akan dapat dilakukan.

e. Mengolah Bahan Belajar


Dalam kajian konstruktivisme mengolah bahan belajar atau mengolah
informasi merupakan kemampuan penting agar seseorang dapat mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi yang telah ia dapatkan. Jika dalam
proses belajar, siswa mengalami kesulitan di dlam mengolah pesan, maka berarti ada
kendala pembelajran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru.
Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memliki kemampuan
sendiri untuk terus mengolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan
suatu proses yang berlangsung secara dinamis.

f. Menggali Hasil Belajar


Suatu proses mengaktifkan kembali pesan-pesan yang telah tersimpan
dinamakan menggali hasil belajar. Kesulitan di dalam proses menggali kembali
pesan-pesan lama merupakan kendala di dalam proses pembelajaran karena siswa
akan mengalami kesulitan untuk mengolah pesan-pesan lama yang telah diterima
sebelumnya.
Jika dalam proses siswa belajar siswa mengalami hambatan atau kesulitan
di dalam proses penerimaan pesan, maka siswa tidak memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang sesuatu yang dipelajari. Oleh sebab itu bagi guru dan siswa
sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaik-baiknya
terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal.

g. Rasa Percaya Diri


Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau
terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai
sesuatu hasil yang diinginkannya. Rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat jika
ada pengakuan dari lingkungan. Mendidik dengan memberikan penghargaan dan
pujian jauh lebih baik dari pada mendidik dengan cara mencemooh dan mencela.
Namun, jika mereka dididik dengan cela dan cemoohan maka ada kecenderungan
anak menyesali diri dan merasa bersalah. Akibatnya anak-anak tidak memiliki
kemampuan mengeksplorasi kemampuannya dan tidak memiliki keberanian yang
cukup untuk melakukan sesuatu, terlebih lagi jika sesuatu itu adalah hal-hal baru
yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Pendekatan-pendekatan emosional guru kepada siswa menjadi sangat
penting dalam proses pembelajaran agar keberanian siswa dapat tumbuh dengan
baik. Guru juga perlu memberikan pemahaman kepada siswa bahwa sukses dan
gagal melakukan sesuatu adalah dua hal yang dialami setiap orang di dalam proses
pembelajaran.

h. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam
dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar
yang dilakukannya. Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan
tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:
1) Belajar tidak teratur
2) Daya tahan belajar rendah
3) Belajar jika menjelang ulangan atau ujian
4) Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap
5) Tidak terbiasa membuat ringkasan
6) Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
7) Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam
menyelesaikan tugas
8) Sering datang terlambat
9) Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk

2. Masalah Belajar Eksternal


Keberhasilan belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor-faktor internal juga
turut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor yang
ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
yang dicapai siswa. Pada berbagai kegiatan pembelajaran kita dapat melihat berbagai
contoh nyata, tidak sedikit siswa yang sebelumnya diketahui memiliki hasil belajar yang
relatif rendah, akan tetapi karena guru mampu merencanakan kegiatan belajar dengan
baik, menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat, serta menerapkan
pendekatan-pendekatan bimbingan belajar yang sesuai dengan kondisi siswa, ternyata
mampu mengubah hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik. Karena itu kita
dapat memahami bahwa hasil belajar disamping ditentukan oleh faktor intern, juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern. Menurut Aunurrahman (2012:188) faktor-faktor
ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:
a. Faktor Guru
Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting,
meskipun di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah ke dunia
pendidikan. Dalam ruang lingkup tugasnya, guru dituntut untuk memiliki sejumlah
keterampilan terkait dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan semakin tingginya tuntutan terhadap keterampilan-keterampilan
yang hasrus dikuasai dan dimiliki oleh guru. Faktor pertama adalah karena cepatnya
perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini terutama perkembangan ilmu
pengetahuan dan informasi. Guru-guru juga harus mengembangkan strategi
pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga
mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan
sebagai anggota kelompok.
Faktor kedua adalah terjadinya perubahan pandangan di dalam masyarakat
yang memiliki implikasi pada upaya-upaya pengembangan pendekatan terhadap
siswa. Faktor ketika adalah perkembangan teknologi baru yang mampu menyajikan
berbagai informasi yang lebih cepat dan menarik. Perkembangan-perkembangan ini
menguji fleksibilitas dan adaptabilitas guru untuk memodifikasi gaya mengajar
mereka dalam mengakomodasi sekurang-kurangnya sebagian dari perkembangan
baru tersebut yang memiliki suatu potensi untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-teknik
evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut untuk
memahami karakteristik siswa dengan baik. Pengenalan terhadap siswa dalam
interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat mendasar dan penting
untuk dilakukan oleh setiap guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat
menyentuh kepentingan siswa, minat-minat mereka, kemampuan serta berbagai
karakteristik lain yang terdapat pada siswa, dan pada akhirnya dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.

b. Lingkungan Sosial
Sebagai makhluk sosial maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya
dari interaksi dengan lingkungan, terutama sekali teman-teman sebaya di sekolah.
Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan
pengaruh negatif terhadap siswa. Banyak contoh berupa lingkungan sosial yang
tidak menguntungkan perkembangan siswa dan memberi pengaruh negatif terhadap
kegiatan belajar siswa. Tidak sedikit siswa yang sebelumnya rajin pergi ke sekolah,
aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, kemudian berubah menjadi siswa yang
malas, tidak disiplin dan menunjukkan perilaku buruk dalam belajar. Tidak sedikit
juga siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebaya
yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar. Demikian pula banyak
siswa yang mengalami perubahan sikap karena teman-teman sekolah memiliki sikap
positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari.

c. Kurikulum Sekolah
Dalam rangkaian proses pembelajaran di sekolah, kurikulum merupakan
panduan yang dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses
pembelajaran. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan
masyarakat sementara perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang harus terjadi,
maka kurikulum juga harus mengalami perubahan. Oleh karena itu sesungguhnya
perubahan kurikulum adalah suatu keharusan. Sebab jika kurikulum tidak
mengalami penyesuaian dan perubahan sementara kehidupan sosial, teknologi dan
dimensi-dimensi kehidupan lainnya terus mengalami perubahan, maka dipastikan
kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntutan perubahan. Perubahan kurikulum
pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi bila dalam kurun waktu yang
belum terlalu lama terjadi beberapa kali perubahan.

d. Sarana dan Prasarana


Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas
yang tertata dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya
fasilitas kelas dan laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/alat
bantu belajar merupakan komponen-komponen penting yang dapat mendukung
terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa. Dari dimensi guru ketersediaan
prasarana dan sarana pembelajaran akan memberikan kemudahan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di samping itu juga akan mendorong
terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, karena guru dapat menggunakan
alat-alat bantu pembelajaran dalam memperjelas materi pelajaran serta kelancaran
kegiatan belajar lainnya.

C. Kesulitan Belajar Siswa


Kesulitan belajar adalah sekelompok disorder yang mempengaruhi beberapa
kemampuan akademis dan fungsional termasuk kemampuan untuk berbicara, mendengarkan,
membaca, menulis, mengeja, dan mengorganisasikan informasi, kesulitan belajar bukanlah
indikator dari rendahnya intelegensi seseorang. Seseorang dengan kesulitan belajar terkadang
sulit untuk mencapai tingkat intelektual sesungguhnya karena kelemahan dalam satu atau
lebih proses informasi otak. Misnunita (dalam Aunurrahman, 2012:186) mengemukakan
bahwa kesulitan belajar dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan-tahapan dalam
pengolahan informasi, yaitu:
1. Input. Kesulitan belajar pada kategori ini berkaitan dengan masalah penerimaan
informasi melalui alat indera, misalnya persepsi visual dan auditori. Kesulitan belajar
dalam persepsi visual dapat menyebabkan masalah dalam mengenali bentuk, posisi,
atau ukuran objek yang dilihat.
2. Integration. Kesulitan tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan
masalah dalam kategori ini berkaitan dengan short-term memori yang membuat
seseorang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi baru tanpa banyak
pengulangan. Misalnya kesulitan dalam memori visual mempengaruhi proses belajar
dalam mengeja.
3. Storage. Tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan masalah dalam
kategori ini berkaitan dengan short-term memori yang membuat seseorang mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi baru tanpa banyak pengulangan. Misalnya
kesulitan dalam memori visual dipengaruhi proses belajar dalam mengeja.
4. Output. Informasi yang telah diproses oleh otak akan muncul dalam bentuk respon
melalui kata-kata, yaitu output bahasa, aktivitas otot, misalnya menulis, atau
menggambar. Kesulitan dalam output bahasa mengakibatkan masalah dalam bahasa
lisan, misalnya menjawab pertanyaan yang diharapkan dimana seseorang harus
menyampaikan kembali informasi yang disimpan, mengorganisasikan bentuk
pikirannya dalam bentuk kata-kata. Hal yang serupa juga terjadi bila masalah
menyangkut bahasa tulis. Kesulitan dalam kemampuan motorik menyangkut
kemampuan motorik kasar maupun halus.

D. Mengenal dan Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa


Untuk dapat mengatasi permasalahan belajar siswa guru perlu memahami masalah
dan kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar dapat terjadi pada siswa yang tidak mampu
membuat peningkatan kemampuan yang berarti dalam menghadapi kurikulum sekolah,
utamanya dalam kemampuan dasar seperti bahasa, sastra, dan matematika. Masalah-masalah
yang mereka alami bisa terjadi hanya pada salah satu mata pelajaran namun dapat juga terjadi
pada seluruh mata pelajaran dalam kurikulum sekolah. Karena berbagai alasan, siswa-siswa
tersebut tidak mampu mengikuti pelajaran dengan mudah. Selain itu kesulitan belajar sebagai
gangguan pada satu atau lebih proses dasar psikologis termasuk dalam memahami atau
menggunakan bahasa tulis dan lisan, yang mana tampak dalam kemampuan menyimak,
berpikir, berbicara, membaca, mengeja, dan menyelesaikan hitungan matematis. Adapun
yang termasuk dalam kesulitan belajar adalah perseptual disabilities, kerusakan otak,
minimal brain dysfunction, dyslexia, dan aphasia.
1. Langkah-Langkah Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa
Agar bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya membantu siswa
dalam mengatasi kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan
melakukan kegiatan seperti melihat data dokumen hasil belajar siswa,
menganalisis absensi, mengadakan wawancara, menyebar angket pada siswa,
dan melakukan tes.
b. Diagnosa
Diagnosa adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami
siswa. Diagnosa dapat berupa hal-hal berikut.
1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab
kesulitan belajar
3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami esulitan
belajar.
c. Menetapkan Masalah
Dari diagnosa yang telah dilakukan kemudian ditetapkan masalah yang menjadi
prioritas untuk dilakukan penyelesaian.

d. Memilih Alternatif Solusi


Tahapan ini merujuk pada aktivitas penyususnan rencana atau program yang
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Solusi
yang diberikan dapat berupa:
1) Bentuk treatmen yang harus diberikan
2) Bahan atau materi yang diperlukan
3) Metode yang digunakan
4) Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
5) Waktu kegiatan dilaksanakan
e. Menetapkan Tiga Prioritas Solusi
Dari alternatif solusi yang telah disusun kemudian dipilih tiga prioritas solusi
yang akan dipakai untuk melakukan penyelesaian masalah.

f. Melaksanakan/Menerapkan Solusi
Setelah solusi ditetapkan maka dilaksanakan program yang direncanakan pada
siswa yang mengalami permasalahan belajar. Bentuk pelaksanaan dapat berupa:
1) Bimbingan belajar kelompok
2) Bimbingan individual
3) Pengajaran remedial
4) Pemberian bimbingan pribadi

g. Penilaian/Umpan Balik
Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan program solusi yang
telah disusun sebelumnya, dan mengukur tingkat keberhasilan dari solusi yang
diterapkan.

h. Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah
diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi
terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan

2. Menyusun Rencana Penyelesaian Permasalahan Belajar

Pada tanggal 1 April 2017 penulis melakukan wawancara terhadap guru kelas V
SD Negeri 101883 Pasar 13 Limau Manis. Berdasarkan hasil wawancara maka
didapatkan hasil:
a. Siswa tidak mengikuti dan memperhatikan proses pembelajaran. Siswa hanya
beramain-main sendiri ataupun dengan temannya dan tidak memperdulikan guru
yang sedang mengajar.
b. Siswa sering mencontek saat ulangan. Dari hasil ulangan yang dikumpulkan
jawaban siswa sama dengan siswa lainnya. Hal ini terjadi karena siswa ingin
mendapatkan nilai lebih tanpa mau berusaha.
c. Siswa tidak mengerjakan PR yang diberikan. Padahal guru sangat jarang
memberikan PR tetapi siswa tetap saja ada yang tidak mengerjakannya. Hal ini
terjadi karena rata-rata orang tua siswa merupakan pekerja dan kurang
memperhatikan anaknya.
d. Siswa tidak mau belajar karena cara belajar yang diberikan berbeda dengan guru
pada jenjang kelas sebelumnya. Siswa melakukan tawar-menawar dengan guru
mengenai proses belajar. Padahal guru membuat proses belajar yang aktif dan
kreatif. Namun siswa malas untuk aktif dalam kegiatan belajar dan lebih
menyukai cara guru mereka sebelumnya yang hanya belajar dengan mendengar-
mencatat-mengerjakan tugas tanpa melakukan kegiatan yang aktif dan
menyenangkan.
e. Siswa tidak mematuhi perkataan dan nasihat guru. Ketika guru mengatakan
jangan namun siswa tidak mendengarkan dan tetap melakukannya.

Dari beberapa permasalahan yang didapat berdasarkan hasil wawancara diatas


maka penulis memilih satu permasalahan yang akan disusun perencanaan penyelesaian
masalah. Permasalahan yang penulis pilih yaitu permalahan pada poin pertama mengenai
siswa yang bermain pada saat guru mengajar didalam kelas. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu sebagai
berikut:
a. Identifikasi Masalah
- Siswa bermain-main di dalam kelas pada saat guru mengajar.

b. Diagnosa
Berdasarkan masalah pada identifikasi masalah maka diagnosa yang dilakukan
yaitu:
- Pada saat guru mengajar di depan kelas dengan berceramah, siswa tidak
mendengarkan dan malah bercerita dan membuat keributan dengan temannya.
Hal ini terjadi karena siswa tidak tertarik untuk belajar dan memilih bermain.
- Pada saat guru menerangkan pembelajaran, siswa sering berjalan-jalan
didalam kelas dan mengganggu teman lain yang sedang belajar. Perilaku
siswa ini hampir terjadi pada setiap mata pelajaran. Hal ini terjadi karena
siswa tidak betah duduk diam berlama-lama tanpa mengerjakan apapun

c. Menetapkan Masalah
Berdasarkan diagnosa yang telah dilakukan maka masalah yang dihadapi oleh
siswa adalah:
- Siswa bosan belajar dengan hanya mendengarkan guru mengajar dan mereka
hanya duduk diam mencatat dan mengerjakan tugas sehingga mereka memilih
untuk bermain di dalam kelas.

d. Memilih Alternatif Solusi


Sekolah harus bisa menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak sehingga
anak-anak bisa betah untuk berlama-lama belajar di sekolah. Kita harus
memerhatikan dan mencermati dengan baik dunia anak-anak itu seperti apa, yaitu
dunia yang sepenuhnya berisi dengan bermain. Kita tidak bisa memaksa anak untuk
terus belajar mengikuti kehendak guru. Anak punya cara sendiri dalam memperlajari
banyak hal. Salah satunya dengan bermain, dan yang menjadi pertanyaan dimanakah
anak-anak bermain? Jawabannya adalah lingkungan sekitar siswa. Setiap hari anak
mengisi aktivitasnya dengan bermain di alam bebas yang menyenangkan.
Pembelajaran dikelas harus kita sesuaikan dengan karakteristik belajar seperti ini.
Menurut Kurniawan (2016:29) bahwa kehidupan alam sebagai basis kelas
yang menyenangkan sebagai tempat belajar bagi anak di sekolah dapat diidentifikasi
menjadi tiga hal, yaitu: (1) Kelas Alam Natural: kelas untuk belajar anak-anak yang
bertempat di alam natural. Misalnya: taman, kebun, sungai, halaman rumah dan
sekolah, tempat wisata, pegunungan, dan sebagainya. Kelas alam natural ini
menunjuk pada kelas sebagai tempat kegiatan belajar anak-anak yang
berpemandangan alam yang indah, nyaman, dan menyenangkan untuk kegiatan
belajar anak-anak, (2) Kelas Alam Sosial: kelas untuk kegiatan belajar anak-anak
yang bertempat di pusat-pusat kegiatan masyarakat. Misalnya: pasar, kerja bakti,
puskesmas, pemerintahan desa, pertandingan sepak bola dan sebagainya. Kelas alam
soial ini menunjukkan pada kelas sebagai belajar anak yang memanfaatkan ruang
untuk aktivitas sosial masyarakat secara langsung, (3) Kelas Alam artifisial,
merupakan ruang kelas untuk kegiatan belajar anak-anak yang bertempat di kelas
dalam ruang bangunan, baik di sekolah atau pun tidak, yang ruang kelas didesain
sedemikian rupa menarikdan menyenangkannya sesuai dengan tema untuk kegiatan
belajar anak. Dengan mendesain kondisi kelas dengan ketiga kelas tersebut maka
proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena ruang kelas tidak hanya
artifisial namun kegiatan belajar juga dapat dilaksanakan di ruang kelas alam natural
dan sosial sesuai dengan materi belajar yang relevan.
Selain dengan bermain guru perlu mendesain pembelajaran secara kreatif dan
inovatif. Pembelajaran substansinya adalah suatu kegiatan mengondisikan anak-anak
untuk belajar. Dalam mengondisikan ini, guru harus melakukan berbagai aktivitas
kegiatan kreatif. Kegiatan kreatif ini jangan hanya mengajar dalam menyampaikan
materi pada anak, namun apa pun yang dilakukan guru sebagai usahanya untuk
mengondisikan anak-anak belajar, hal tersebut dapat dikatakan pembelajaran. Guru
harus mampu mendesain dan mengondisikan lingkungan yang sedemikian rupa
kreatifnya untuk anak-anak agar bisa dikondisikan untuk belajar. Belajar dalam
mengondisikan anak-anak untuk bermain dalam mengeksplorasi lingkungan untuk
memahami materi belajar melaui serangkain kegiatan bermain akan berujung pada
meningkatnya kecerdasan (kognitif), karakter (afeksi), dan keterampilan bermain
dalam menghasilkan karya dan kegiatan (psikomotorik).
Menurut Kurniawan (2016:73) pembelajaran kreatif berbasis pada kegiatan
kreatif dalam mengondisikan anak-anak untuk belajar kreatif, yaitu belajar dalam
rangkaian kegiatan anak-anak yang memberikan pemahaman terhadap ilmu untuk
menyelesaikan persoalan melalui karya cipta yang mampu menjadikan anak-anak
termotivasi untuk belajar kembali. Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengakomodasai kebutuhan belajar ini dapat menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek dan discary learning. Menurut Daryanto (2014:23)
“pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media.” Dalam hal ini siswa melakukan kegiatan kerja
ilmiah dengan tahapan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Menciptakan lingkungan belajar
yang senantiasa baru menjadi tugas utama guru dalam pembelajaran kreatif. Untuk
dapat mewujudkan hal ini, diperlukan banyak persiapan. Hal ini menegaskan bahwa
melaksanakan pembelajaran kreatif bukan hal mudah, meskipun bukan berarti sulit.
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pembelajaran kretif ini, guru perlu
mendesain sebelumnya sehingga dalam pelaksanaannya guru tidak akan mengalami
kesulitan.
Keberhasilan pembelajaran juga didukung oleh guru yang mampu melakukan
inovasi pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Salah satu peran penting guru
dalam pembelajaran adalah guru sebagai sosok kreatif yang mampu menjadi orang
tua bagi anak-anak. Selain guru mampu berperan sebagai guru dan orang tua, salah
satu peran penting lainnya dalah guru sebagai sosok sahabat bagi anak. Persahabatan
harus dijalin dengan baik antara guru dengan anak-anak. Persahabatan akan
memberikan dampak yang maksimal dalam keberhasilan kegiatan belajar. Kegiatan
persahabatan ini diwujudkan melalui kesediaan guru sebagai sosok sahabat yang
mau bermain, bahkan mengondisikan anak-anak untuk bermain bersama. Dengan
menjadi sosok sahabat bagi anak-anak, guru akan semakin bisa mengondisikan
anak-anak untuk belajar dan memotivasi anak untuk sungguh-sungguh dalam
belajar.

e. Menetapkan Tiga Prioritas Solusi


Berdasarkan penjelasan mengenai alternatif solusi diatas, maka dapat
ditetapkan tiga prioritas solusi yaitu.
1) Solusi pertama yang diajukan yaitu mengubah cara belajar didalam kelas
menjadi belajar sambil bermain dan bernyanyi disesuaikan dengan materi
pelajaran yang relevan
2) Solusi kedua yang diajukan yaitu guru mengubah suasana belajar yang semula
hanya belajar didalam kelas, menjadi belajar dengan suasana baru yang
bervariasi seperti lingkungan sekitar sekolah baik itu lingkungan kelas alam
natural maupun lingkungan kelas alam sosial disesuaikan dengan materi
belajar yang relevan.
3) Solusi ketiga yang diajukan yaitu, guru mengubah model pembelajaran yang
semula hanya didominasi dengan ceramah menjadi lebih bervariasi, misalnya
dengan model pembelajaran berbasis proyek atau discovery learning yang
disesuaikan dengan materi belajar yang relevan.

Gambaran penyelesaian masalah belajar siswa kelas V di SD Negeri 101883


Pasar 13 Limau Manis sebagai berikut:
Masalah: Menetapkan Masalah
Siswa bermain di - Siswa bosan
dalam kelas pada saat mengikuti
guru mengajar pembelajaran
Diagnosa:
- Siswa tidak tertarik
untuk mengikuti
pembelajaran
- Siswa tidak betah
duduk diam dengar.

Prioritas Solusi: Memilih alternatif solusi


1. Belajar sambil bermaian dan - Suasana kelas
bernyanyi - Kondisi kelas
- Proses pembelajaran
2. Lingkungan belajar bervariasi
- Kemampuan guru
3. Model pembelajaran bervariasi

Gambar 2.1 Rekayasa Ide Penyelesaian Permasalahan Belajar Siswa


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran siswa seringkali mengalami kesulitan baik itu berupa
pengetahuan, sikap, maupun perilaku. Kesulitan-kesulitan ini dapat menimbulkan
permasalahan belajar yang akan berdampak pada hasil belajarnya jika tidak segera ditangani.
Faktor-faktor kesulitan belajar siswa dapat bersumber dari dalam diri dan luar diri siswa.
Untuk mengatasi permasalahan belajar ini guru perlu memahami masalah-masalah yang
muncul dan faktor yang mempengaruhinya. Dengan begitu guru akan mampu menyusun
langkah-langkah dalam mengidentifikasi dan menyelsaikan permasalahan belajar siswa.
Guru harus mampu mendesain pembelajaran dengan lebih kraetif untuk menarik
minat belajar siswa. Pengkondisian ruang kelas harus disesuaikan dengan karakteristik siswa
yang pada dasarnya menyukai belajar sambil bermain. Kegiatan belajar tidak hanya bisa
dilakukan di dalam kelas sekolah (artifisial), tetapi kegiatan belajar juga bisa dilaksanakan di
ruang kelas alam natural dan kelas alam sosial sesuai dengan materi belajar yang relevan.
Guru harus mampu mendesain dan mengondisikan lingkungan yang sedemikian rupa
kreatifnya untuk anak-anak agar bisa dikondisikan untuk belajar. Belajar dalam
mengondisikan anak-anak untuk bermain dalam mengeksplorasi lingkungan untuk
memahami materi belajar melaui serangkain kegiatan bermain akan berujung pada
meningkatnya kecerdasan (kognitif), karakter (afeksi), dan keterampilan bermain dalam
menghasilkan karya dan kegiatan (psikomotorik). Salah satu peran penting guru dalam
pembelajaran adalah guru sebagai sosok kreatif yang mampu menjadi orang tua bagi anak-
anak. Di kelas guru harus bisa mengondisikan anak-anak untuk belajar dalam suasana
kekeluargaan, sedangkan di luar kelas, guru harus bisa menciptakan interaksi dengan anak-
anak seperti orangtua yang akrab, bersahabat, terlibat, dan mau mendampingi dan
memberikan solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anak-anak.
Dari permasalahan yang dihadapi siswa kelas V SD Negeri 101883 Pasar 13 Limau
Manis dapat diidentifikasi bahwa masalahnya yaitu siswa merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran didalam kelas karena guru hanya fokus pada mengajar dengan berceramah
tanpa menvariasikan model pembelajarannya. Selain itu siswa hanya duduk diam dan
mendengar guru menjelaskan di depan kelas. Dan solusi yang ditawarkan yaitu pertama
dengan mengubah mengubah cara belajar didalam kelas menjadi belajar sambil bermain dan
bernyanyi disesuaikan dengan materi pelajaran yang relevan, kedua yaitu guru mengubah
suasana belajar yang semula hanya belajar didalam kelas, menjadi belajar dengan suasana
baru yang bervariasi seperti lingkungan sekitar sekolah baik itu lingkungan kelas alam natural
maupun lingkungan kelas alam sosial disesuaikan dengan materi belajar yang relevan, ketiga
yaitu, guru mengubah model pembelajaran yang semula hanya didominasi dengan ceramah
menjadi lebih bervariasi, misalnya dengan model pembelajaran berbasis proyek atau
discovery learning yang disesuaikan dengan materi belajar yang relevan.

B. Saran
Bagi sekolah maupun guru disarankan agar dapat menjadikan solusi-solusi yang
ditawarkan dalam makalah ini dapat dijadikan referensi untuk mengatasi permasalahan
belajar siswa di sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
dengan menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, menarik dan menyenangkan,
sehingga anak tidak akan bosan belajar dan justru akan termotivasi untuk belajar dan
berkarya.
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava


Media
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Kurniawan, Heru. 2016. Sekolah Kreatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Siregar, Evelin & Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai