Anda di halaman 1dari 12

KENDALA DAN KARAKTERISTIK SI-BELAJAR

SEBAGAI BAGIAN DARI VARIABEL KONDISI


PEMBELAJARAN

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Belajar dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Ibu Endang Budiasih

Oleh kelompok 6 offering B:


Illiyin Frizki Aprilian

(140331600558)

Nahariyatul Mufidatul Izzah

(140331604976)

Nurcholik Widya Setia Bintara

(140331604276)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
September 2015

PENDAHULUAN
Latar belakang
Klasifikasi yang dikemukakan oleh Reigeluth, dkk mengenai landasan pengembangan
suatu teori pembelajaran terdiri dari 4 variabel yang kemudian dimodifikasi menjadi 3
variabel yaitu (1) kondisi pembelajaran; (2) metode pembelajaran (3) hasil pembelajaran.
pembahasan yang akan di jelaskan lebih lanjut oleh penulis adalah kondisi pembelajaran.
Kondisi pembelajaran memiliki arti sebagai faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran. variabel pembelajaran pembelajaran disini memiliki
hakekat tidak dapat dimanipulasi karena variabel disini bersifat sangat mendasar dalam upaya
peningkatan hasil pembelajaran. untuk itu harus diterima sebagai mana adanya oleh
perancang pembelajaran. adapun yang dimaksudkan dalam klasifikasi ini variabel ini adalah
(1) tujuan pembelajaran; (2) karakteristik bidang studi; (3) kendala pembelajaran; dan (4)
karakteristik si-belajar. Pada pembahasan kali ini penulis akan mengelaborasi lebih lanjut
mengenai variabel kendala pembelajaran dan karakteristik si-belajar.
Dalam praktiknya, kendala pembelajaran dan karakteristik bidang studi akan
mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian guru oleh siswa. Begitupun karakteristik sibelajar yang akan mempengaruhi pemilihan strategi pengelolaan yang berkaitan dengan
bagaimana menata pembelajaran. maka dari sangat peting bagi pebelajar (guru) untuk
memahami apa saja kendala pembelajaran dan juga aspek-aspek karakteristik si-belajar.
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian kendala pembelajaran?


Apa contoh kendala pembelajaran dalam kehidupan sekitar?
Apa pengertian karakteristik si-belajar?
Apa pengertian kemampuan awal ?
Apa saja macam dari pengetahuan awal?

Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian kendala pembelajaran


Untuk mengetahui contoh kendala pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
Untuk mengetahui pengertian karakteristik si-belajar
Untuk mengetahui pengertian pengetahuan awal
Untuk mengetahui penggolongan kemampuan awal

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kendala Pembelajaran
Kendala menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti halangan;
rintangan sedangkan pembelajaran adalah proses mengajar oleh pengajar pada si-belajar.
Kendala pembelajaran adalah hambatan atau keterbatasan yang dialami selama proses belajar
mengajar. Pengetahuan pengajar mengenai kendala-kendala dalam pembelajaran sangat
penting dalam menentukan strategi penyampaian suatu pelajaran. Kendala pembelajaran
terbagi menjadi 2. Yakni (1) masalah intern belajar dan (2) masalah ekstern belajar.
a. Masalah intern belajar
Dalam hal ini, keputusan yang diambil oleh siswa dalam menghadapi masalah
belajar akan mempengaruhi tercapai-tidaknya suatu tujuan pembelajaran.. Siswalah yang
menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Adapun faktor internnya adalah sebagai
berikut:
Sikap terhadap belajar
Sikap siswa untuk menolak, menerima, atau mengabaikan kesempatan belajar
yang ada. Contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari misal diajarkan bab baru
mengenai analisis kuantitatif yang dianggap sulit bagi siswa A, siswa A ternyata
menolak ajakan belajar bersama dengan teman satu kelasnya. Sikap menolak ini

merupakan urusan pribadi dari siswa A.


Motivasi belajar
Dalam diri siswa harus tetap tertanam sebuah kekuatan mental yang mendorong
dia agar tetap belajar. Bila motivasi belajar turun akan berdampak pada mutu
hasil belajar. Contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari misal karena pernah di
ejek temannya bahwa dia tidak bisa menghitung pH asam dengan benar, siswa A
jadi kurang bersemangat saat disinggung masalah pH asam. Akibatnya hasil

ulangan siswa A jelek karena sudah merasa minder / pesimis terlebih dahulu.
Konsentrasi belajar
Siswa yang mampu memusatkan perhatian secara penuh saat diterangkan suatu
materi oleh pengajar akan mampu menangkap informasi baru lebih baik daripada
yang tidak berkonsentrasi.

Mengolah bahan belajar

Adalah kemampuan siswa dalam menerima isi dan cara pemerolahan ajaran agar
lebih bermakna. Contoh kasus misal diajarkan bagaimana cara menghitung pH

dengan menggunakan rumus log pada kalkulator.


Menyimpan perolehan hasil belajar
Tujuan penyimpanan perolehan hasil belajar adalah agar saat dibutuhkan,
informasi yang dicari bisa digunakan kembali. Adapun langkah yang dilalui saat
akan menyimpan informasi yang baru adalah proses penerimaan; peroses
pengaktifan; proses pengolahan; proses penyimpanan; dan proses pemanggilan.
Kelima langkah ini tentu tidak selalu berjalan lancar dan pasti berbeda tiap anak

(kekurang sempurnaan pada tiap langkahnya).


Rasa percaya diri siswa
Siswa yang percaya diri akan lebih bersemangat dalam belajar baik dalam
menerima informasi baru maupun dalam upaya mengerti pelajaran. Rasa percaya
diri datang dari lingkungan. Bila terlalu sering membuat kesalahan maka percaya

diri turun dan takut untuk belajar karena takut gagal lagi.
Intelegensi dan keberhasilan belajar
Tak bisa dipungkiri bahwa intelegensi seseorang (yang biasanya dinyatakan
dalam nilai IQ) akan mempengaruhi proses pembelajaran. Namun selain itu juga
harus dibarengi dengan keinginan belajar yang kuat pula karena tidak jarang

orang yang memiliki IQ standar tapi dia rajin belajar akan tetap bisa sukses.
Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar yang biasa kita temui (dan lakukan) adalah mengerjakan
sesuatu saat mendekati hari-H. Baik berupa tugas maupun ujian. Maka
dkeseharian kita sering menyia-nyiakan waktu yang seharusnya bisa digunakan
untuk belajar. Hal ini tentu mempengaruhi proses belajar. Hal yang berbeda akan

ditemukan bila suatu siswa memang biasa untuk belajar dengan teratur.
Cita-cita siswa
Siswa yang memiliki cita-cita tersendiri akan lebih bersemangat dalam belajar.
b. Masalah ekstern belajar
Selain masalah intern yang berasal dari diri si-belajar, ada juga masalah ekstern

yakni keterbatasan sumber-sumber belajar.

Keterbatasan waktu
Saat akan menentukan metode penyampaian pelajaran, harus pula diingat batas
waktu yang dipunyai oleh pengajar untuk menyampaikan materi tertentu. Harus
di pikirkan matang-matang agar pembelajaran tidak terkesan terlambat atau
terburu-buru. Contoh kasus misal sang guru menyuruh siswa untuk melakukan uji
kadar logam yang terkandung dalam limbah sebuah pabrik yang ternyata jauh

dari letak sekolah. Maka waktu yang digunakan akan terbuang hanya untuk
mengambil sampel yang ada kemudian baru di uji kadar logamnya. Akan lebih
efisien bila menggunakan data dari buku atau meneliti limbah dari tempat yang

ada di sekitar sekolah tersebut.


Keterbatasan media
Bila media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mendukung suatu pembelajaran
tidak memungkinkan maka jangan terlalu memaksakan keberadaan media
tersebut. Pengajar harus memiliki planning bagaimana caranya agar pembelajaran
tertap berlangsung walau tanpa media tersebut. Misal pada pelajaran bentuk
molekul, akan lebih mudah bagi siwa untuk membayangkan bentuk suatu
molekul dengan menggunakan peraga molymod. Namun bila tidak tersedia kita
bisa membuatnya dari penghapus kemudian tiap gugus lain di lambangkan

dengan jarum pentul.


keterbatasan uang
keterbatasan uang berkaitan dengan keterbatasan media. Biasanya bila uang
anggaran suatu sekolah untuk mata kuliah tertentu kurang maka media yang
seharusnya ada dan dapat digunakan tidak dimiliki dan mau tidak mau harus

menggunakan cara lain untuk menjelaskannya.


Keterbatasan personalia
Bila media sudah ada, maka dibutuhkan personalia yang mampu mengoprasikan
media dengan maksimal (dalam hal ini personalia yang dimaksud adalah guru
dengan kemampuan di bidang masing-masing). Misal pada pembelajaran titrasi
asam-basa, saat media sudah tersedia (berupa alat-alat yang digunakan untuk
titrasi) maka dibutuhkan pula pembimbing yang mengerti benar seperti apa titrasi
asam-basa baik secara prosedur maupun alat dan bahan yang digunakan.

B. Karakteristik si-belajar
Karakteristik si-belajar memiliki arti sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan sibelajar. Karakteristik si-belajar akan sangat berpengaruh pada pemilihan strategi pengelolaan,
yang berkaitan dengan bagaimana menata pembelajaran, khususnya komponen-komponen
strategi pembelajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan si-belajar. Terdapat
banyak karakteristik yang bisa diidentifikasi dari diri si-belajar. Namun pembahasan hanya
akan menguraikan karakteristik yang berkaitan dengan kemampuan awal yang telah dipelajari
oleh si-belajar.
a. Kemampuan awal

Kemampuan awal menjadi penting pada identifikasi dalam diri si-belajar karena
pengetahuan

awal

mampu

meningkatkakan

kebermaknaan

pembelajaran

dan

memudahkan proses-proses internal yang berlangsung dalam diri si-belajar ketika belajar
sesuatu yang baru.
Ausubel (1968)

berpendapat

bahwa

untuk

mengoptimalkan

perolehan,

pengorganisasian, serta pengungkapan pengetahuan baru (agar suatu teori dapat


dikatakan komprehensif / luas dan lengkap) dapat dilakukan dengan membuat
pengetahuan baru itu bermakna bagi si-belajar, dan telah diterima secara luas oleh
pengembang-pengembang teori pembelajaran, bahwa ini dapat dilakuakan dengan
mengaitkan pada pengetahuan yang telah dimiliki oleh si belajar. Kemudian beliau
memperluas teorinya dari subsumption theory menjadi assimilation theory, beliau
memasukkan jenis kemampuan lain untuk membuat pembelajaran lebih bermakna. Maka
didapatlah berbagai cara dalam upaya membuat pengetahuan baru bermakna yakni
dengan mengaitkannya pada jenis pengetahuan yang berbeda.
Reigeluth (1983) mengidentifikasi tujuh jenis kemampuan awal yang dapat dipakai
untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan pegungkapan kembali pengetahuan
baru. Yakni sebagai berikut:
1. Pengetahuan bermakna

tak

terorganisasi

(artbitrariry

meaningful

knowledge).
2. Pengetahuan analogis (analogic knowledge)
3. Pengetahuan tigkat lebih tinggi (superordinate knowledge)
4. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge)
5. Pengetahuan tingkat lebih rendah (subordinate knowledge)
6. Pengetahuan pengalaman (experimental knowledge)
7. Strategi kognitif (cognitf strategy)
Contoh kasus:
BILA DERET VOLTA ADALAH PENGETAHUAN BARU YANG DIAJARKAN,
MAKA:
untuk memudahkan mengingat
deret volta, maka digunakan
singkatan pada tiap huruf yang
ada.
Contoh: Lihat KuBa Capek Napas Menghirup Alam Menuju Zalan Ceria Festa Cedikit
Combong Niat Songong PadahalBaru Hidup Sebab Bisa Curang Hingga Agak Petentengan
Au
Pengetahuan bermakna tak terorganisasi

BILA KONSEP ASAM-BASA ADALAH PENGETAHUAN BARU YANG


AKAN DIAJARKAN, MAKA
Pengetahuan tingkat yang lebih
tinggi

Asam-basa

Pengetahuan setingkat
Pengetahuan tingkat yang lebih
rendah

Pengetahuan pengalaman

Pengetahuan analogis

Teori asam-basa
arhenius

Teori asam-basa
Bronsted Lowry

Asam lemah

Asam kuat

Basa lemah

Basa kuat

Asam dan basa dapat dengan mudah


kita temui dalam kehidupan seharihari. Contohnya adalah jeruk
tergolong asam. Sedangkan sabun
tergolong basa
Pada konsep asam-basa disebutkan
bahwa asam yang semakin mudah
melepas [H+], maka semakin tinggi
keasamannya. Proton diibaratkan
dengan uang. Semakin seseorang
mudah mengeluarkan uang maka
kedudukan seseorang tersebut
semakin kuat/tinggi. Begitu pula
sebaliknya

Contohnya: untuk memudahkan si


belajar memahami tentang teori
asam-basa, guru menjelaskan dengan
Strategi kognitif
bantuan gambar, video dll yang
didesain semenarik mungkin agar
para siswa dapat lebih mudah
PENJELASAN DIAGRAM JENIS KEMAMPUAN AWAL
memahami tentang teori asam basa
Ketujuh jenis kemampuan awal ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
kemampuan yang berkaitan dengan

Pengetahuan awal yang akan di ajarkan, yakni: pengetahuan tingkat lebih


tinggi, pengetahuan setingkat, pengetahuan tingkat lebih rendah, pengetahuan

pengalaman.
Pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan dibicarakan, yakni:

pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan analog.


Pengetahuan mengenai keterampilan (generic skill), yakni strategi kognitif.

Bila dilihat dari tingkat penguasaannya, kemampuan awal bisa diklasifikasikan menjadi
3, yaitu:

Kemampuan awal siap pakai, yakni kemampuan awal yang benar-benar dikuasai
oleh si-belajar (atau telah menjadi miliknya), dan dapat dipakai kapan saja, serta

situasi kapanpun.
Kemampuan awal siap ulang, yakni kemampuan awal yang sudah pernah
dipelajari siswa, namun belum dikuasai sepenuhnya atau belum siap dipakai ketika

diperlukan sehingga masih bergantung pada adanya sumber-sumber pendukung.


Kemampuan awal pengenalan, yakni kemamuan awal yang baru dikenal.
Mungkin karena baru pertama kali sehingga masih bergantung pada sumbersumber dan sering kali memang belum dikuasai.

Pengertian ketujuh jenis kemampuan awal menurut Reigeluth di atas adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi
Termasuk dalam pengetahuan awal yang berada di luar pengetahuan yang
dibicarakan karena memang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pengetahuan
baru yang dipelajari. Hanya sebagai upaya untuk mempermudah hapalan sehingga
pengetahuan baru yang disampaikan bisa digunakan kembali saat diperlakukan.
Selain itu bisa juga akan memudahkan kita dalam belajar.
2. Pengetahuan tingkat lebih tinggi
Pengetahuan superordinat dikaitkan dengan hubungan prasyarat belajar antara
jenis-jenis keterampilan intelektual. Gagne (1896) mengaitkan pengetahuan
superordinate dengan hubungan prasyarat belajar antara jenis-jenis ketrampilan
intelektual. Ketrampilan sebagai kapabilitas belajar oleh Gagne dibedakan menjadi
5, yaitu; a) diskriminasi b) konsep konkrit c) konsep abstrak d) kaidah (rule) e)
kaidah tingkat lebih tinggi (higher order rule). Pada diagram diatas maka yang
menjadi pengetahuan superordinat adalah asam-basa.
Contoh: Konsep asam-basa superordinat dari teori-teori asam basa. Konsep
asam-basa nya lebih tinggi tetapi teori-teori tentang asam-basa tingkatannya lebih
rendah.
3. Pengetahuan Setingkat (coordinate knowledge)
Merupakan pengetahuan yang memiliki tingkat keumuman atau kekhususan
yang sama dengan pengetahuan yang dipelajari. Pengetahuan ini harus berkaitan
dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Contoh-contohnya harus dapat
dibedakan dengan (atau, tidak saling termasuk pada) contoh-contoh pengetahuan
baru, dan pengetahuan superordinatenya harus sama dengan pengetahuan
superordinate pengetahuan baru yang dipelajari.

Contoh: teori asam-basa arhenius dapat dibedakan dengan teori asam-basa


Bronsted-Lowry.
Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan coordinate yang telah
diketahui oleh siswa akan memudahkan perolehan pengetahuan baru itu. Ini
dilakukan dengan jalan membandingkan pengetahuan baru itu dengan pengetahuan
yang amat serupa yang telah diketahui siswa. Siswa juga dapat dengan mudah
mengorganisasi struktur ingatannya. Akhirnya, pengetahuan coordinate juga dapat
memudahkan pengungkapan kembali apa yang telah diorganisasi dalam ingatan
dengan jalan menciptakan kaitan-kaitan tambahan pada pengetahuan baru dalam
ingatan siswa (E. Gagne, 1978).
4. Pengetahuan Tingkat Lebih Rendah (Subordinate knowledge)
Merupakan kemampuan atau jenis dari pengetahuan yang dipelajari serta
merupakan "bagian" dari pengetahuan subordinate yang dipelajari. Di sini,
pengetahuan yang dipelajari adalah superdinate, sedangkan kemampuan awal yang
telah di miliki siswa adalah subordinate.
Contoh: konsep asam lemah, basa lemah dan asam kuat, basa kuat merupakan
subordinat jenis dari konsep asam-basa.
Pengetahuan tingkat yang lebih rendah memiliki fungsi yang sama dengan
pengetahuan yang didapat dari pengalaman (experiental knowledge), seterusnya
akan disebut pengetahuan subordinate pengalaman.
5. Pengetahuan Pengalaman
Mengacu pada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau objek-objek
khusus dan disimpan di dalam experiental data base.
Contoh: Asam dan basa dapat dengan mudah kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya jeruk yang rasanya asam. Maka dari itu jeruk tergolong asam.
Sedangkan contoh basa dalam kehidupan sehari-hari adalah sabun. Sabun
tergolong dalam basa karena bersifat licin dan rasanya pahit.
Perbedaan utama antara pengetahuan pengalaman dengan pengetahuan tingkat
lebih rendah adalah bahwa pengetahuan pengalaman selalu mengacu kepada
contoh-contoh atau kasus-kasus khusus, sedangkan pengetahuan tingkat yang lebih
rendah selalu merupakan pengetahuan yang dapat digeneralisasi (seperti: konsep,
prosedur, dan prinsip, masing-masing lebih dari satu contoh). Ilmu pengetahuan
sebenarnya telah lama mengakui pentingnya pengetahuan pengalaman ini,
sebagaimana dicerminkan dalam preskripsinya untuk menyediakan contoh-contoh
agar memudahkan belajar pengetahuan- pengetahuan pada tingkat hapalan dan/atau
aplikasi (Gropper, 1974). Menyajikan contoh-contoh baru juga sekaligus
membantu memperluas experiental data base (Reigeluth, 1983b). Mengaitkan

pengetahuan baru pada experiental data base penting sekali dilakukan untuk
meningkatkan

perolehan,

pengorganisasian,

dan

pengungkapan

kembali

pengetahuan baru itu. Mengaitkan pengetahuan baru pada experiental data base
juga penting untuk meningkatkan kemampuan meng-ungkapkan kembali apa yang
telah diorganisasi dalam ingatan karena kaitan-kaitan yang bermakna pada
pengetahuan baru diciptakan dari experiental data base (Lindsay dari Norman,
1977; E. Gagne, 1978).
6. Pengetahuan Analogis
Pengetahuan analogis Pengetahuan analogis seruapa dengan pengetahuan
coordinate, kecuali bahwa pengetahuan analogis berada di luar konteks isi yang
akan dipelajari. Antara pengetahuan analogis dan pengetahuan baru yang dipelajari
terdapat kaitan seperti berikut ini: (a) berada pada tingkat keumuman yang sama;
(b) memiliki keserupaan dalam hal-hal pokok, dan (c) contoh-contoh pengetahuan
analogis saling tidak termasuk dalam contoh-contoh pengetahuan baru.
Contoh: Pada konsep asam-basa disebutkan bahwa asam yang semakin mudah
melepas [H+], maka semakin tinggi keasamannya. Proton tersebut diibaratkan
dengan uang. Semakin seseorang mudah mengeluarkan uang maka kedudukan
seseorang tersebut semakin kuat/tinggi. Begitu pula sebaliknya.
Mengaitkan (dengan pembandingan) pengetahuan baru dengan pengetahuan
analogis yang telah dimiliki oleh siswa dapat memudahkan perolehan pengetahuan
baru itu. Pengaitan tersebut juga akan dapat membantu pengintegrasian strukturstruktur pengetahuan yang terpisah agar terorganisasi menjadi suatu struktur
kognitif yang lebih utuh.
7. Strategi Kognitif
Di antara semua kemampuan awal yang dibicarakan, strategi kognitif memiliki
cara kerja yang paling berbeda. Keterampilan yang dapat digunakan oleh seseorang
untuk memudahkan perolehan pengetahuan (ketrampilan belajar) atau untuk
memudahkan pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan yang telah
dipelajari (letrampilan mengingat). Stretegi kognitif berfungsi membantu
mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
Contoh: untuk memudahkan siswa memahami tentang teori asam-basa, guru
menjelaskan dengan bantuan gambar, video dll yang didesain semenarik mungkin
agar para siswa dapat lebih mudah memahami tentang teori asam basa

PENUTUP
Kesimpulan
Pengetahuan pengajar mengenai kendala dan karakter si-belajar sebagai bagian dari variabel
kondisi pembelajaran sangatlah penting karena dengan mengetahui kedua variabel tersebut
(dan juga variabel lain yang sudah dibahas sebelumnya) diharapkan pengajar bisa
menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kemampuan si-belajar. Pada bab kendala
pembelajaran dipelajari 2 faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yakni masalah
intern belajar (yang berasal dari diri si-belajar) dan masalah ekstern belajar (yang berasal dari
lingkungan belajar). Sedangkan pada bab karakteristik si-belajar dipelajari lebih lanjut
tingkatan pengetahuan awal masing-masing siswa yang berbeda.
Daftar Pustaka
Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar Dan Pembelajaran, _ : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Nyoman S. Degeng , Teori Pembelajaran 1: Takasonomi variabel, Malang : Universitas
Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai