Anda di halaman 1dari 11

PETA KONSEP

PENGERTIAN BAKAT
Bakat menurut para
ahli
JENIS-JENIS BAKAT
Bakat menurut fungsi
PETA KONSEP
BAKAT DALAM
PROSES BELAJAR
JENIS-JENIS BAKAT
Bakat menurut fungsi
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
BAKAT
Kendala-Kendala
Guru Dalam
Mengembangkan
Bakat Siswa
USAHA GURU
MENGENALI DAN
MENGEMBANGKAN
BAKAT
mengembangkan
bakat dan minat
remaja
PETA KONSEP
USAHA GURU
MENGENALI DAN
MENGEMBANGKAN
BAKAT
mengembangkan
bakat dan minat
remaja
A. PENGERTIAN BAKAT
Tujuan pendidikan pada umumya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan
dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap
orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda pula. Pendidik bertanggung jawab untuk
memandu yaitu mengidentifikasi dan membina serta memupuk, yaitu mengembangkan dan meningkatkan
bakat termasuk didalamnya adalah kreativitas. Dulu orang biasanya mengartikan "orang berbakat"
sebagai orang yang mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun sekarang makin disadari
bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya intelegensi (kecerdasan) melainkan juga kreativitas.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan
teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini kita semua terlibat dalam ancaman maut akan kelangsungan
hidup. Dewasa ini tampak adanya kesenjangan antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudannya
dalam masyarakat pada dan dalam pendidikan pada khususnya. Pendidikan disekolah pada umumnya
lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan (intelegensi) dari pada pengembangan kreativitas,
sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup.
Pengertian bakat menurut para ahli
S.C. Utami Munandar (1985)
Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Kartini Kartono (1979)
Bakat mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal pertama dari kehidupannya yang
kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, kecakapan, dan keterampilan khusus tertentu. Bakat
bersifat laten potensial (dalam arti dapat mekar berkembang).
Suganda Pubakawatja (1982)
Bakat sebagai benih dari suatu sifat, yang baru akan nampak nyata, jika mendapat kesempatan atau
kemungkinan untuk berkembang.
William B.Michael
Bakat adalah kemampuan individu melakukan tugas, sedikit atau tidak tergantung pada latihan
sebelumnya.
Bingham
Bakat adalah kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu
untuk menerima latihan (respon).
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus,
misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat musik
misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat
menguasai keterampilan tersebut. Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat, latihan,
pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
B. JENIS-JENIS BAKAT
Menurut Rahayu (2), ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya:
1. Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya
setiap orang memiliki.
2. Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang
memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga. Bakat khusus ini terbagi lagi
menjadi beberapa macam, diantaranya:
Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk angka.
Bakat bahasa (linguistik), yaitu bakat tentang penalaran analitis bahasa (ahli sastra) misalnya
untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain-lainnya.
Bakat kecepatan, ketelitian, klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk
laboratorium, kantor dan dalam kerohanian.
Bakat Relasi Ruang (spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau
berpikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta
dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan
alat-alat lainnya.
Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan,
diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
Bakat Skolastik, yaitu kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka. (Termasuk didalamnya
kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan
hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya
bersifat rasional).
Bakat juga digolongkan menurut fungsi dan aspek-aspek yang terlibat dan yang terlihat dalam berbagai
macam prestasi, yaitu:
a. Bakat psikofisik adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar bakat tersebut.
Seperti kemampuan motorik, ketangkasan, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan
jari, dan anggota tubuh lainnya.
b. Bakat kejiwaan yang bersifat umum adalah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan
inteligensi.
c. Bakat kejiwaan yang khas dan majemuk adalah bakat yang terarah pada suatu bidang yang
terbatas, seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat musik, bakat seni, bakat ilmu, dan lain-lain.
Sedangkan bakat majemuk seperti bakat hukum, bakat pendidik, bakat psikologi, bakat
kedokteran, bakat ekonomi, bakat politik, dan lain sebagainya.
d. Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan adalah bakat yang berhubungan
dengan watak, seperti kemampuan bersosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan dan
menghayati perasaan orang lain, dan sebagainya.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAKAT
Adapun sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat seseorang tidak dapat
mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal, dengan kata lain prestasinya di bawah potensinya dapat
terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.
1. Anak itu sendiri
Misalnya anak itu tidak atau kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau
kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau
masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai
dengan bakatnya.
2. Lingkungan anak
Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia
butuhkan atau ekonominya tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.
Bakat dalam proses belajar
Kendala-Kendala Guru Dalam Mengembangkan Bakat Siswa
Mengapa siswa sangat sulit untuk bertindak kreatif? Dalam kenyataannya, seseorang sering
menghadapi kendala dalam mengembangkan kreatifitasnya. Dari beberapa sumber kendala tersebut salah
satu diantaranya adalah sekolah dan guru. Tanpa disadari oleh guru atau sekolah, sering kita temui
beberapa tindakan guru yang bermaksud untuk mengembangkan kreatifitas, namun tindakan yang
dilakukan justru membunuh kreatifitas itu sendiri. Misalnya, guru lebih menekankan pada hasil belajar
berupa angka-angka ketimbang proses yang mengembangkan kreatifitas, tidak menanggapi umpan balik
dari siswa tentang proses kegiatan belajar mengajar atau guru senantiasa mengawasi dan khawatir dengan
tindakan siswa di kelas. Beberapa contoh lain dari hambatan pengembangan kreatifitas di sekolah adalah
guru sering memberikan instruksi yang terlalu detail tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa
sehingga siswa tidak mampu berkreasi secara bebas.
1. Pygmalion Effect
Ketika guru masuk ke dalam kelas, sebenarnya guru telah membawa sebuah sikap yang
ditentukan oleh harapan guru tersebut kepada siswanya. Bila guru akan masuk ke dalam kelas
yang sebagian besar muridnya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, maka guru cenderung
bersemangat dan memiliki harapan yang tinggi pula terhadap anak-anaknya. Sementara ketika
akan masuk ke dalam kelas yang mayoritas siswanya terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan
rata-rata maka guru pun akan cenderung memiliki harapan yang rendah. Sikap dan harapan ini
akan berdampak pada semangat dan sikap guru dalam mengajar anak/siswanya.
Dalam istilah motvasi kita mengenal istilah Pygmalion effect, yaitu bahwa tanpa disadari
seseorang berperilaku sebagaimana ia percaya orang lain mengharapkan ia berperilaku. Jika siswa
menyadari atau tidak, gurunya memberikan harapan yang tinggi kepada mereka, maka mereka
akan melakukannya sesuai dengan harapan guru tersebut. Namun sebaliknya, bila siswa
menyadari atau tidak bahwa gurunya tidak mempercayai mereka bisa berbuat yang terbaik, maka
mereka akan cenderung bertindak sesuai dengan harapan gurunya. Oleh karena itu, ketika guru
akan masuk ke dalam kelas, maka setiap guru harus berada pada titik 0, yaitu suatu keadaan batin
dan sikap netral memandang siswanya untuk kemudian secara sadar memberikan sikap dan
perlakuan yang sama kepada semua siswanya. Hal ini akan mengurangi dominasi prasangka dan
perasaan ketika akan memulai mengajar. Misalnya, karena masuk ke dalam kelas yang siswanya
didominasi oleh siswa cerdas maka guru tersebut memberikan bentuk soal latihan atau test yang
lebih menantang sementara karena masuk kelas yang siswanya memiliki kecerdasan rata-rata
maka guru memberikan soal atau latihan yang tidak menantang. Pygmalion effect juga sering
disebut self fulfilling prophesy, yaitu bahwa tanpa disadari orang akan berperilaku sebagaimana
mereka percaya orang lain mengharapkan mereka berperilaku (Chaplin, 1976). Jadi pada
prinsipnya, prestasi dan kreatifitas siswa akan sangat dipengaruhi juga oleh sikap dan perlakukan
guru terhadap mereka.
2. Metode Hafalan
Sampai saat ini, proses kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih menekankan pada hasil
ketimbang proses. Hal ini tentunya bukan hanya masalah guru namun juga sistem pendidikan
Indonesia secara umum yang memang menekankan hasil berupa angka ketimbang pemahaman
dan kemampuan siswa dalam memaknai ilmu dan informasi yang diperolehnya. Metode seperti
ini, dalam metode pendidikan disebut sebagai metode menghapal mekanis. Metode ini
termasuk metode yang sering dipakai dalam sistem pendidikan tradisional yang mengharapkan
supaya pendidikan back to basic untuk memberikan ilmu dasar sebagai landasan kuat bagi
siswa untuk masuk kedalam masyarakat. Pandangan ini bisa menjadi benar ketika kita berpikir
bahwa pendidikan tidak ada gunanya jika tidak berdasarkan pembelajaran bahan pengetahuan
dasar. Namun kelemahan dari metode ini adalah bahwa menumpuknya ilmu dalam benak siswa
belum tentu akan mampu dieksplor atau dimanfaatkan oleh siswa ketika mereka berhadapan
dengan masalah sebenarnya dalam hidup, bahkan bisa jadi masalah apabila proses penumpukan
ilmu itu pun dilakukan hanya sebatas ingatan semata. Kreatifitas tidak akan muncul melalui
pengumpulan ilmu dan teori namun harus dilatih melalui sebuah proses panjang sampai siswa
bisa merasakan sendiri dari manfaat ilmu yang dipelajarinya.
Namun dalam perkembangannya, ditengah-tengah masyarakat muncul tuntutan untuk
merubah metode tersebut dari metode menghapal mekanis kebentuk metode variatif dimana siswa
diberikan kebebasan untuk memahami ilmunya dengan metode democratic teaching. Metode
democratic teaching lebih menekankan pada proses diskusi dimana siswa diberikan keleluasan
waktu untuk mencari pengetahuan secara mandiri dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator
dan mediator.
3. Tekanan Teman Sebaya
Dalam pertemanan, siswa memiliki masalah yang jauh lebih rumit dari sekedar
menghapal sebuah teori atau memahami sebuah rumus. Hampir tidak ada materi pelajaran di
kelas yang bisa membekali siswa untuk bisa memahami apa yang mereka alami di lingkungannya.
Berbagai macam masalah dan konflik dan permasalahan mengalir begitu deras dalam pergaulan
mereka sehari-hari. Berbagai macam karakter guru dan teman terpampang jelas dan menantang di
depan wajah mereka.
Lantas dimana guru berperan?Tekanan dari teman bisa muncul dari sikap teman yang
meremehkan, berharap banyak, penilaian, ancaman atau sekedar teror mental berupa ucapan
terhadap tingkah siswa kita. Tekanan itu sangat berdampak dalam kemampuan siswa untuk
mengembangkan potensi bila tidak berhasil dimanage secara bijak. Proses penenggelaman
potensi ini berproses dalam jangka waktu tertentu yang berbeda antara satu siswa dengan siswa
lainnya. Sehingga sekolah dan guru memiliki waktu untuk membantu mereka mengatasi masalah
dalam pertemanan ini. tanpa bantuan guru, siswa bisa tidak fokus dalam menetapkan prioritas
masalah yang harus diselesaikan, diabaikan atau sekedar dipikirkan. Guru hanya membantu
dalam proses dimana siswa diberikan masukan, alasan dan alternatif solusi dan setelah itu biarkan
siswa memilih sendiri dengan kesadaran untuk menangung segala konsekuensi yang akan
dihadapinya. Proses penyadaran ini diharapkan melatih kemampuan siswa untuk mengatasi segala
permasalahannya secara kreatif dan tidak membuat mereka rendah diri untuk sekedar
menunjukkan kemampuannya dihadapan teman-temannya. Penyadaran ini memang
membutuhkan kesabaran semua pihak, karena dalam masa perkembangan mereka cenderung
untuk merasa benar dan telah mampu berdiri sendiri. Jangan datang kepada mereka namun ketika
mereka datang, kita harus dalam posisi ada untuk menyambut mereka.
4. Menyikapi Kegagalan
Kegagalan adalah sebuah kenyataan yang sering dialami oleh setiap orang, termasuk
Edison sekalipun. Namun yang menjadi pembeda dengan kita, Thomas Alfa Edison menganggap
bahwa setiap kegagalannya adalah sebagai sebuah hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Bagi
Edison, kegagalan adalah cara dia menemukan sesuatu yang belum benar. Bukan sebagai akhir
dari sebuah proses.
Guru harus mampu menanamkan kesadaran terhadap siswa didiknya bagaimana
mengelola sebuah kegagalan sebagai sebuah hikmah atau ilmu yang bermanfaat bagi dirinya
ketika menghadapi permasalahan yang sama dimasa mendatang. Memunculkan motivasi kepada
anak untuk mampu bangkit dari kegagalan adalah dengan cara membantu siswa untuk memahami
sumber atau penyebab utama terjadinya kegagalan tersebut. Guru harus mampu menggiring
bahwa penyebab kegagalan adalah bersumber dari segala sesuatu yang sebenarnya bisa dirubah.
Kalau ada anak yang menganggap bahwa kegagalan yang diperolehnya karena ketidakmampuan
dirinya untuk mencapai keberhasilan, maka guru harus menggiringnya menjadi sesuatu yang bisa
dirubah, misalnya karena kurang perencanaan, salah metode atau sekedar kurang giat usaha. Bila
siswa tidak diberikan gambaran tentang hal itu dan berkutat dengan keyakinan dirinya, bahwa
kegagalan itu adalah karena dirinya tidak mampu, maka siswa akan tidak termotivasi untuk
mencapai sasaran berikutnya karena menganggap, tujuan apapun akan gagal karena dirinya tidak
mampu.
5. Rasa Bosan Yang Memuncak
Kita menganal Thomas alfa Edison yang dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap
tidak mampu belajar dengan baik disekolahnya. Kita mengenal Einstein yang dikatakan malas
oleh gurunya dan dihakimi tidak akan berhasil dalam hidupnya, begitu juga dengan Charles
Darwin yang sering dimarahi gurunya karena lebih senang naik pohon dan mengamati makhluk
disekitarnya dibandingkan duduk manis di kelas mendengarkan guru yang sedang mengajar.
Contoh-contoh didepan merupakan beberapa contoh bagaimana sekolah kurang mampu
mengakomodasi berbagai macam bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh siswanya. Sekolah sering
terjebak pada sebuah anggapan bahwa semua siswa memiliki potensi, bakat , gaya belajar dan
tingkat kepandaian yang sama sehingga pada akhirnya diperlakukan dan dilayani dengan metode
yang seragam. Penyeragaman ini sangat berpotensi untuk membuat anak merasa jenuh dan
terhambat kreatifitasnya.
Dalam beberapa ulasan banyak diuraikan penyebab kejenuhan siswa terhadap kegiatan
belajar, salah satunya adalah metode belajar yang tidak tepat, tidak ada variasi pembelajaran,
sarana sekolah yang sangat terbatas atau cara guru yang mengajar dengan cara monoton. Dari
sebab-sebab diatas, tentunya yang paling berperan untuk melahirkan kembali hasrat untuk
berprestasi dan kreatif adalah kemampuan guru dalam merekayasa proses pembalajaran menjadi
lebih bermakna, berwarna dan bergaya.
D. UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT SISWA UNTUK BERPRESTASI
Guru sangat berperan penting dalam mengembangkan bakat siswa dalam berprestasi di sekolah.
Kerjasama antara guru, keluarga, dan lingkungan sekitar sangat penting untuk mengembangkan bakat
tersebut. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan antara keluarga, guru, dan lingkungan adalah sebagai
berikut :
Sejak usia dini cermati berbagai kelebihan, keterampilan dan kemampuan yang tampak menonjol pada
anak
Mengembangkan Bakat Dan Minat Remaja
Pada periode ini anak mencapai kematangan fisik dan diharapkan pula disertai dengan kematangan emosi
dan perkembangan sosialnya. Karena masa peralihan maka remaja pada umumnya masih ragu-ragu akan
perannya dan menimbulkan krisis identitas. Dalam usaha menemukan jati dirinya dalam arti mengatahui
kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya, maka pengembangan bakat
dan minat remaja sangat penting. Dan dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan
bimbingan dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, guru atau lingkungan terdekat anak untuk mengambangkan
bakat dan minat adalah:
sejak usia dini cernati berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak menonjol
pada anak.
Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya.
Kembangkan konsep diri positif pada anak.
Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di berbagai bidang.
Usahakan berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni bidang-
bidang yang menjadi kelebihannya.
Tingkatkan motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
Stimulasi anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
Sediakan fasilitas atau sarana untuk mengembangkan bakat anak.
Dukung anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan
bakatnya.
Jalin hubungan baik antara orang tua, guru, dengan anak atau remaja.
YEL YEL
anak kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk
mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga
ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya. Dan itu
adalah tugas guru dan sekolah membimbing dengan kreatifitas bukan membunuh bakatnya dengan lebih
menekankan kepada angka-angka
DAFTAR PUSTAKA
Yamin, Martinis, dkk. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : GP Press.2009
Semiawan, R Conny. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar.Jakarta : PT Indeks. 2002
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.2004.
H. Sunarto,dkk. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Rineka Cipta.1999.
SOAL DAN LATIHAN
1. Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang
masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud hal ini merupakan pengertian bakat
menurut ahli yang bernama?
a. S.C. Utami Munandar c. Suganda Pubakawatja
b. Kartini Kartono d. Bingham
2. Menurut Rahayu ada dua jenis bakat yaitu bakat khusus dan bakat umu, yang manakah yang
dibawah ini yang bukan termasuk bakat khusus?
a. Bakat Verbal c. Bakat Relasi Ruang (spasial)
b. Bakat Mekanik d. Bakat Elektronik
3. faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-
bakatnya secara optimal yaitu hal dibawah ini, kecuali?
a. Anak itu sendiri c. Orang tua
b. Guru d. Intelegensi anak
4. bahwa tanpa disadari seseorang berperilaku sebagaimana ia percaya orang lain mengharapkan ia
berperilaku, hal ini merupakan pengertian dari istilah?
a. Pygmalion Effect c. Hypnomass Effect
b. Psychonomia Effect d. Uptumio Effect
5. Kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar bakat tersebut. Seperti kemampuan
motorik, ketangkasan, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan jari, dan anggota tubuh
lainnya disebut dengan bakat?
a. Bakat Abstrak c. Bakat Psikofisik
b. Bakat Skolastik d. Bakat Relasi Ruang (spasial)
Essay
1. jelaskan pengertian dari bakat
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus,
misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat
musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih
cepat menguasai keterampilan tersebut. Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat,
latihan, pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
2. Sebutkan jika Bakat juga digolongkan menurut fungsi dan aspek-aspek yang terlibat dan yang
terlihat dalam berbagai macam prestasi?
e. Bakat psikofisik adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar bakat tersebut.
Seperti kemampuan motorik, ketangkasan, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan
jari, dan anggota tubuh lainnya.
f. Bakat kejiwaan yang bersifat umum adalah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan
inteligensi.
g. Bakat kejiwaan yang khas dan majemuk adalah bakat yang terarah pada suatu bidang yang
terbatas, seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat musik, bakat seni, bakat ilmu, dan lain-lain.
Sedangkan bakat majemuk seperti bakat hukum, bakat pendidik, bakat psikologi, bakat
kedokteran, bakat ekonomi, bakat politik, dan lain sebagainya.
h. Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan adalah bakat yang berhubungan
dengan watak, seperti kemampuan bersosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan dan
menghayati perasaan orang lain, dan sebagainya.
3. Jelaskan Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, guru atau lingkungan terdekat anak untuk
mengambangkan bakat dan minatnya?
a. sejak usia dini cernati berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak menonjol
pada anak.
b. Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya.
c. Kembangkan konsep diri positif pada anak.
d. Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di berbagai bidang.
e. Usahakan berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni bidang-
bidang yang menjadi kelebihannya.
f. Tingkatkan motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
g. Stimulasi anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
h. Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
i. Sediakan fasilitas atau sarana untuk mengembangkan bakat anak.
j. Dukung anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan
bakatnya.
k. Jalin hubungan baik antara orang tua, guru, dengan anak atau remaja

Anda mungkin juga menyukai