PERSPEKTIF GLOBAL
HAKIKAT DAN KONSEP PERSPEKTIF GLOBAL
Disusun Oleh :
Yola Noviani (17129102)
Yedika Fermana (17129440)
Yola Aprilya (17129441)
Yuliarti Fira Hasandi (17129445)
Dosen Pembimbing : Dra. Farida. S, M.Si
Seksi : 17 BB 07
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi, terdiri atas muka bumi yang berupa darat, perairan serta kolom udara di atasnya. Ruang
permukaan bumi ini secara bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional
sampai ke tingkat global. Oleh karena itu, perspektif geografi adalah perspektif keruangan yang
bertahap dari perspektif lokal, regional sampai ke perspektif global.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan itu tidak lagi melihat kawasan lokal semata,
melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, perspektif geografi ini
dapat disebut perspektif regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan menurut Peter
Haggett (1975:6) adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun binaan manusia
yang membedakan diri dari areal yang ada di sekitarnya. Ukuran region luasnya bervariasi mulai
dari yang sempit seperti wilayah kabupaten, lebih luas lagi ke wilayah provinsi, dan lebih luas
lagi seperti Kawasan Timur Indonesia, Kawasan ASEAN, Kawasan Asia Pasifik, Kawasan
Timur Tengah, dan seterusnya.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan yang paling luas adalah perspektif global.
Dalam bidang geografi dikenal adanya konsep dasar globalisme (Gabler, R.E., 1966:1361) dan
bumi sebagai suatu planet (James, P.E., 1979:115) yang mengungkapkan bahwa bumi sebagai
suatu global atau suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan kondisi
kehidupan yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet, di permukaannya
terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus juga terdapat perbedaan. Perspektif
global, tidak lagi asing dalam studi geografi. Angin, arus laut, pasang surut, iklim, cuaca, selain
ada lingkup lokal dan regional, juga ada lingkup globalnya.
Keterangan:
I. Lokal
II. Nasional/ Regional
III. Internasional/ Interegional
IV. Global
Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat
lokal sampai ke tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi
milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, apakah itu tumbuh –tumbuhan ataukah hewan,
tidak mungkin dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Di sinilah letak
keunikan umat manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lain non-manusia. Contoh
perkembangan kemajuan di sekitar seperti bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah permanen
sampai gedung bertingkat pencakar langit. jalan mulai jalan setapak, jalan desa, jalan kabupaten,
jalan provinsi, jalan negara sampai jalan tol yang dilengkapi dengan jembatan layang. Kendaraan
mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor, sampai
kendaraan ruang angkasa.Semua tidak lain hasil dari pengembangan akal pikiran manusia atau
hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan.
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati,
dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-
unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan umat manusia. Secara
perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber
daya (budaya). Hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh (budaya) dalam arti
yang seluas-luasnya, formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial (sosiologi-sosial) yang dilakukan
oleh anggota-anggota masyarakat bersangkutan. Suasana kondusif terselenggaranya pendidikan
sangat ditentukan oleh ketentraman, jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang
stabil (politik), sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota
masyarakat tadi (psikologi).
Dalam kehidupan umat manusia yang makin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan
hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan, kenyataanyya negara-negara
di dunia termasuk Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia,
kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar-pelajar antarnegara, belum lagi
pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam suasana
yang demikian, manusia menjadi dutanya berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa
dan dibawakan bercampur-baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi
persilangan unsur-unsur kebudayaan. Proses yang demikian, tidak dapat dicegah bahkan
dilakukan secara sengaja. Pada aspek-aspek tertentu, bahkan direncanakan secara sistematik.
Demikianlah proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok
manusia, dan bahkan oleh negara-negara di dunia ini.
7. Perspektif Global dari Visi IPTEK
Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh
sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah ataupun tidak, sudah pasti
memiliki pengetahuan. Namun yang namanya pengetahuan, sifatnya acak. Bagi kita manusia,
pengetahuan itu sangat potensial. Hanya, dalam kehidupan yang makin berkembang dan penuh
tantangan, pengetahuan acak tadi, nilai fungsionalnya tidak mencapai tingkat yang optimum
untuk menghadapi tantangan dan memecahkan masalah yang makin rumit. Oleh karena itu,
pengetahuan yang acak itu wajib ditingkatkan menjadi ilmu.
Pengetahuan yang acak dan terbuka, melalui proses yang panjang diorganisasikan serta
disusun menjadi bidang-bidang filsafat, humaniora dan ilmu. Selanjutnya ilmu itu
dikelompokkan menjadi ilmu eksak atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Ciri-ciri bila dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka terletak
pada adanya sistematik, objek kajian,ruang lingkup kajian dan metode yang diterapkan serta
dikembangkannya. Pengetahuan tidak memiliki ciri-ciri yang demikian. Pengetahuan dengan
ilmu hubungannya sangat erat. Oleh karena itu, dalam konsep ilmu, biasa juga disebut ilmu
pengetahuan. Sebutan atau panggilan yang demikian diterapkan pada panggilan Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pengetahuan apalagi ilmu (ilmu pengetahuan) fungsional dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Dengan pengetahuan, pemanfaatan benda, alat, senjata dan juga hewan menjadi
judah dan terarah untuk mencapai hasil. Apalagi setelah pengetahuan itu tersusun menjadi ilmu
atau ilmu pengetahuan, penerapannya memanfaatkan benda, alat,senjata dan hewan tadi menjadi
lebih baik lagi. Penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menghasilkan sesuatu, membuahkan kemampuan yang disebut teknologi. Oleh karena itu,
Brown & Brown (1980:2) mengungkapkan, Teknologi adalah penerapan pengetahuan oleh
manusia untuk mengerjakan suatu tugas yang dikehendakinya. Dengan demikian teknologi itu
dapat dikatakan sebagai penerapan praktis pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita
inginkan. Sedangkan Marwad Daud Ibrahim (Yudi Latif, editor, 1994:17) mengemukakan:
“Sekandar upaya untuk menyamakan presepsi, kiranya perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan ilmu pengetahuan disini adalah suatu jawaban sistematis dari kata “mengapa”(know
why). Sedangkan teknologi adalah jawaban praktis dari pernyataan “bagaimana” (know how).
Dengan teknologi orang lalu memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya”.
Dari dua pernyataan tadi dapat disimpulkan secara sederhana teknologi itu tidak lain
adalah penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan pengetahuan
tentang cara memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Selanjutnya dapat dikemukakan antara penggetahuan dengan ilmu (ilmu pengetahuan)
dan teknologi hubungannya sangat erat. Oleh karena itu dalam ucapan sehari-hari diungkapkan
sebagai ilmu pengethuan dan teknolohi yang singkatan populernya IPTEK. Perkembangan
peradaban masyarakat manusia dari waktu ke waktu ditandai oleh perkembangan IPTEK ini.
Untuk mengetahui sejarah perekonomian masyarakat manusia yang dimulai kemampuan
yang paling rendah sampai kepada kemampuan yang paling canggih saat ini. Untuk mengetahui
perkembangan tersebut, ikhtisarnya akan disampaikan sebagai berikut:
a. Masyarakat peramu pangan sederhana, kemampuannya hanya mengumpulkan bahan pangan
baik di darat (hutan, sabana, padang rumput) maupun diperairan (sungai, danau, rawa,
pantai).
b. Masyarakat peramu pangan lebih maju, kemampuan memungut bhan pangan sudah
berkembang dengan menggunakan peralatan tombak, panah untuk berburu dan menangkap
ikan serta menggunakan tongkat (sejenis linggis dari kayu) untuk mencari bahan pangan di
darat.
c. Pertanian sederhana dan penggembalaan mulai melakukan cocok tanam meskipun hanya
menggunakan tongkat untuk membuat lubang ditanah sebagai tempat benih tanaman. Belum
dilakukan pencangkulan, pupuk maupun pengairan. Perburuan binatang didarat berkurang,
sudah mulai dilakukan penggembalaan.
d. Pertania lebih maju telah menggunakan alat pertanian yang lebih maju seperti, semacam
cangkul, pemeliharaan tanaman, dan secara terbatas dilakukan pemupukan. Memanfaatkan
hewan untuk membantu mengolah tanah. Hewan peliharaan mulai dikandangkan
(peternakan sederhana). Pada masa ini telah terjadi revolusi hijau, terjadi perubahan yang
berarti dalam cocok tanam menggunakan peralatan yang lebih baik, secara terbatas
dilakukan pemupukan dan pengairan.
e. Masyarakat pengrajin mulai membuat peralatan, barang anyaman sederhana. Membuat
barang gerabah (keramik kasar sederhana).
Dalam tahap-tahap perkembangan cara memenuhi kebutuhan kebutuhan (perekonomian)
tentu saja terjadi juga perkembangan teknologinya. Teknologi tau lebih terpadu IPTEK, mulai
hanya dari memanfaatkan anggota badan (tangan,kaki) menggunakan peralatan sederhana
sampai peralatan yang lebih baik seperti linggis dari kayu, cangkul dari batu dan seterusnya.
Pada tahap perajinan, khususnya dalam membuat gerabah, api telah dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pemanfaatan api ini, membawa perkembangan IPTEK lebih maju lagi. Dari deretan
perkembangan tadi, sesungguhnya kita telah menerapkan kajian perspektif IPTEK atau lebih luas
lagi perspektif budaya. Tinjauan diatas lebih melihat perkembangan pada masyarakat sederhana
(masyarakat primitif).
Selanjutnya dengan menerapkan pendekatan perspektif budaya Alvin Toffler dalam
bukunya yang berjudul Gelombang Ketiga (1980) mengemukakan tiga tahap perkembangan.
Ikhtisar secara singkat sebagai berikut (Toffler, 1980:10):
Gelombang pertama : Ribuan tahun yang lalu telah terjadi perubahan
besar dalam bercocok tanam sederhana menjadi pertanian
yang paling maju. IPTEK pertanian yang lebih maju dari
periode sebelumnya, telah diterapkan dan dimanfaatkan.
Saat itu terjadi revolusi hijau.
Gelombang kedua : Tiga ratus tahun yang lalu tepatnya pada abad
XVII dengan ditemukan mesin uap mesin pemintal kapas
proses produksi di sektor industri cepat meningkat.
Perkembangan kemajuan dan penerapan IPTEK di bidang
produksi dan industri terjadi lonjakan sehingga periode ini
dikenal sebagi revolusi industri.
Gelombang Ketiga : Pada abad ini (XX) kemajuan IPTEK
elektronik maju dengan cepat radio, TV dan telepon maju
dengan cepat, termasuk penerapannya. Melalui media
elektronik ini berita dan peristiwa cepat tersiar ke seluruh
dunia. Dengan dimanfaatkannya satelit komunikasi
penyiaran TV semakin meluas, informasi semakin cepat
merambah. Oleh karena itu pada abad XX, telah terjadi
revolusi informasi. Melalui revolusi informasi proses
globalisasi berbagai aspek kehidupan makin dipacu.
Jika abad XX ini oleh Toffler disebut gelombang ketiga yang ditandai oleh revolusi
informasi, J. Naisbitt (1982) menjulukinya sebagai abad informasi. Pada abad ini segala
kemajuan sebelumnya mulai dari lonjakan IPTEK dalam bidang pertania yang dikenal dengan
revolusi hijau kemajuan dan penggunaan berbagai mesin dalam proses produksi yang dikenal
dengan revolusi industri makin meningkat dan makin meluas. IPTEK dibidang informasi sebagai
sarana penyebarluasan berbagai penemuan dan kemajuan makin memicu proses
globalisasi.kemajuan IPTEK dibidang industri petrokimia dan bioteknologi juga mendukung
revolusi hijau yang lebih maju serta lebih canggih. Rekayasa mekanik, kimiawi, biotik dan sosial
makin memacu proses produksi, baik dibidang pertanian maupun dibidang industri. Revolusi
hijau dipacu oleh revolusi industri dan disebarluaskan secara global oleh revolusi informasi.
Kondisi yang demikian itu berkat perkembangan kemajuan penerapan dan emanfaatan IPTEK.
Kita sebagai umat beragama wajib bersyukur. Namun juga wajib waspada. Berikut pernyataan
Marwah Daud Ibrahim (Yudi Latif, editor: 1994: 17, dalam Nursid, 1999:2.34) berikut ini:
“Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa gerangan fungsi IPTEK dan implementasi
logisnya bagi sosok kebudayaan suatu masyarakat, lalu tindakan apa yang harus diambiluntuk
mengoptimalisasikan Rahmat dan meminimalkan Laknat dari kehadiran teknologi yang
bermata dua ini. Inilah yang akan menjadi pusat perhatian diskusi kita selanjutnya”.
Seperti yang dinyatakan David Turney, Marwah Daud Ibrahim melihar bahwa teknologi
atau secara yang lebih lengkap IPTEK mengandung dilema atau bermata dua. Oleh karena itu
disatu pihak kita bersyukur menikmati rahmat dampak positif dari IPTEK itu namun dipihak lain
kita wajib waspada dari dampak negatif yang menimbulkan laknat malapetaka yang menimpa
lingkungan hidup yang pada akhirnya juga mengancam kehidupan RahmatNya, setelah diamati
bukan hanya telah mengglobal melainkan telah mengangkasa. IPTEK telah berhasil menciptakan
pesawat, bahkan satelit komunikasi juga memacu dersnya informasi.
Berbagai stasiun TV telah memanfaatkan penyiaran globalnya melalui satelit komunikasi
ini. Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobal. Berbagai
pencemaran yang telah berpengaruh terhadap kesehatan fisikbiologis dan mental psikologis juga
telah mengglobal. Dampak negatif perkembangan kemajuan dan penerapan IPTEK yang
menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Toffler (1976) disebut sebagai Guncangan Hari
Esok (Future Shock) tidak hany guncangan fisik (pshysial shcok) melainkan juga goncangan
kejiwaan (psychologgical schock)penyakit- penyakit yang timbul dimasyarakat yang telah
mengglobal. Ketegangan urat syaraf, darah tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk dsb. Sudah
bukan masalah fisik biologis dan mental psikologis di negar-negara tertentu melainkan telah
meluas ke berbagai negara dipenjuru dunia. IPTEK dibidang komunikasi informasimenjadi salah
satu sarana. Disinilah letak tuntutan bagi dunia pendidikan dalam arti seluas-luasnya untuk
menciptakan kiat mengatasi dampak negatif IPTEK terhadap guncangan fisik dan psikologis
tadi.
8. Perspektif Global dari Visi Psikologi Sosial dan Humaniora
Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh sosial
terhadap perilaku manusia. Psikologi sosial menganalisis cara seseorang berinteraksi dengan
orang lain, baik secara tunggal atau dalam bentuk kelompok besar. Psikolog sosial juga
membahas pengaruh budaya seperti iklan, buku perilaku, film, televisi, dan radio, melihat cara
ini dampak pengaruh di mana manusia.
Humaniora adalah ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan dalam berbagai bidang
pengetahuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya.
Kategori yang tergolong dalam ilmu humaniora :
a. Teologi = ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
beragama.
b. Filsafat = ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-
ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi dan politik.
c. Filologi = ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang
merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Kuswaya, Wihardit. 2014. Perspektif Global. Jakarta: Jurnal Hakikat Perspektif Global
Repository UT. Vol.2, No. 1:3-10
Makagiansar, M., Sudarmono P., Hamijoyo, S. 1990. Mimbar Pendidikan: Dampak Globalisasi.
Jurnal Pendidikan No. 4 Tahun IX Desember 1990. Bandung: University Press IKlP
Bandung.