Anda di halaman 1dari 16

MODUL 3

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Pokok Bahasan:
1. Pengertian strategi belajar mengajar
2. Pengertian belajar dan pembelajaran
3. Pengertian mengajar

Alokasi Waktu: 4 x 50 menit (2 x Pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi pembelajaran modul ini, mahasiswa


diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian strategi belajar mengajar


2. Menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran
3. Memahami pengertian mengajar.

B. Kegiatan Belajar
Agar mahasiswa mempelajari modul ini dengan baik, ikuti petunjuk
beajar di bawah ini:
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga dapat memahami setiap
komponen yang disajikan.
2. Setelah mempelajari materi pembelajaran modul ini, diharapkan menjawab
soal-soal latihan yang disediakan.

C.Materi Pembelajaran

1. Pengertian strategi belajar-mengajar


Istilah strategi, digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang
tidak selalu sama. Dalam konteks belajar-mengajar, strategi berarti pola
umum perbuatan Guru-Siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Sifat umum pola tersebut berarti bahwa berbagai macam dan urutan
perbuatan yang dimaksud, dipergunakan atau diperagakan oleh guru dan
siswa di dalam bermacam-macam peristiwa belajar-mengajar.
Dalam konteks pembelajaran, startegi dimaksudkan sebagai daya
upaya guru untuk menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran ee yang telah
dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna. Guru dituntut memiliki
kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran
sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen
pembelajaran dimaksud. Strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar
mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan
wawasan yang mantap tentang kemungkinan penggunaan strategi belajar
mengajar yang sesusai dengan kebutuhan tujuan belajar yang telah
dirumuskan.
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar, strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan
rencana mengajar, artinya: usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel
pengajaran soperti tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi, agar dapat
membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata yang
dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu
yang dinilai lebih efektif dan efisien dalam rangka menciptakan pembelajaran
yang kreatif dan menyenangkan. Dengan kata lain, strategi mengajar adalah
politik atau taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Politik atau taktik tersebut harus mencerminkan langkah-langkah yang
sistemik, artinya bahwa setiap komponen pembelajaran harus saling berkaitan
satu sama lain dan sistemik yang mengandung pengertian bahwa langkah-
langkah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran itu tersusun secara
rapi dan logis sehingga tujuan yang ditetapkan tercapai. Menurut Ahmadi dan
Prasetya, strategi meliputi empat kegiatan yaitu:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, pendekatan dan metode, serta teknik
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan dalam kegiatan pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan
strategi mengajar. Pertama adalah tahapan mengajar, kedua penggunaan
model atau pendekatan mengajar, dan ketiga penggunaan prinsip mengajar.

1 2 3
Tahap Pra Tahap Intruksional Tahap penilaian dan
Intruksional tindak lanjut
Gambar 1. Tahapan pelaksanaan pembelajaran

1) Tahapan mengajar
Secara umum ada tiga tahapan pokok yang terdapat pada tahapan
ini yakni tahapan permulaan (pra instruksional), tahapan pengajaran
(instruksional), serta tahapan penilaian dan tindak lanjut.
a) Tahapan Pra Instruksional
Tahap pra instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru
pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini:
(1) Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak
hadir, tidak perlu di absensi satu persatu, cukup ditanyakan yang
tidak hadir saja, dengan alasannya. Kehadiran siswa dalam
pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan quru
mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan oleh
kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-
lain), akan tetapi bisa juga terjadi karena guru tidak menyenangkan,
sikap yang tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada
waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian
tidak adil, memberi hukuman yang menyelbabkan frustrasi dan
rendah diri dan lain-lain).
(2) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran
sebelumnya. Hal ini bukan guru sudah lupa, tetapi menguji atau
mengecek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah
dipelajarinya. Dengan demikian guru akan mengetahui ada
tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-
tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
(3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang
sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
sampai dimana pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah diberikan. Apakah tahan lama diingat, atau tidak. Data
informasi ini bukan hanya berguna bagi siswa, tetapi juga bagi
guru. Jika ternyata siswa dapat menjawabnya, sangat bijaksana bila
guru memberikan pujian dan penghargaan.
(4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenal
bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan sebelumnya.
(5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran
sebelumnya) secara singkat yang mencakup semua aspek bahan
yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar
bagi pelajaran yang akan dibahas hari itu, dan sebagai usaha dalam
menciptakan kondisi belajar siswa

Tujuan tahapan ini pada hakikatnya adalah mengungkapkan


kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan
menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari
itu. Tahap pra Instruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan
pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi
keberhasilan siswa. Seperti seorang pemain bulu tangkis, melakukan
pemukulan pemanasan, sebelum ia bermain yang sebenarnya.
b) Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pembelajaran atau tahap inti. Yakni
tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru
sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan
sebagai berikut:
Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa. Berdasarkan
pengamatan, masih banyak guru yang tidak melaksanakan ini.
Sebaiknya tujuan tersebut ditulis secara ringkas di papan tulis, sehingga
dapat dibaca dan dipahami oleh semua siswa.
(1) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu. Pokok materi
tersebut dapat diambil dari buku sumber yang telah disiapkan
sebelumnya. Sudah barang tentu pokok materi tersebut sesuai
dengan silabus dan tujuan pembelajaran, sebab materi bersumber
dari tujuan.
(2) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam
pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara, yakni: Pertama,
pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran
menuju kepada topik secara lebih khsuus. Cara kedua dimulai dari
topik khusus menuju topik umum. Cara mana yang paling baik
bergantung pada guru masing-masing, Namun dernikian, cara
pertama diduga akan lebih efektif sebab siswa diberikan gambaran
keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pembelajaran
yang akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru
tetapi lebih baik lagi dibahas oleh siswa.
(3) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-
contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan
atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap materi
yang telah dibahas. Dengan demikian penilaian tidak hanya pada
akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pembelajaran
berlangsung. Jika ternyata siswa belum memahaminya, maka guru
mengulang kembali pokok materi tadí, sebelum melanjutkan pada
pokok materi berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua
pokok materi yang telah ditulis tadi selesai dibahas. Harus
diperhatikan bahwa siswa harus banyak terlibat dalam membahas
pokok materi.
(4) Penggunaan alat pengajaran untuk memperjelas setiap pokok
materi sangat diperlukan. Alat Bantu seperti alat peraga grafis,
model, atau alat peraga yang diproyeksikan (kalau ada) harus
disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase
kegiatan yakni (1) pada waktu guru menjelaskan bahan kepada
siswa, (2) pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa, sehingga
jawaban lebih jelas, (3) pada waktu guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa atau pada waktu memberi tugas kepada siswa, (4)
digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dan pada waktu siswa melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian alat peraga tersebut dapat digunakan oleh guru
dan siswa
(5) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya
ditulis di papan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula
dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin
diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada kegiatan ini siswa
diberikan waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya
kepada teman-temannya, atau mendiskusikannya dalam kelompok.

Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan


instruksional, sebaiknya dititip beratkan kepada siswa yang harus lebih
aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka harus dipilih pendekatan
mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

c) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut


Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi mengajar
adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut. Lanjutan tahapan
ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(instruksional). Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain:

(1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa,


mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan
kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran.
Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa secara lisan maupun
secara tertulis. Pertanyaan ini disebut post test. Berhasil tidaknya
tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat/tidaknya siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan guru. Salah satu patokan yang dapat
digunakan ialah, apabila kira-kira 70% dari jumlah siswa di kelas
tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka
proses pengajaran (tahapan kedua) dikatakan berhasil.
(2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa
kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang
belum dikuasai siswa. Teknik pembahasan bisa ditempuh dengan
berbagai cara. Cara pertama dijelaskan oleh guru sendiri atau
menyuruh siswa yang sudah dianggap menguasai materi. Cara
kedua diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang
belum dikuasai. Cara ketiga memberikan tugas pekerjaan rumah,
yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai
melalui kegiatan mandiri. Cara mana yang dipilih diserahkan
sepenuhnya kepada guru.
(3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa tentang materi yang
dibahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang
ada hubungan dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas
Misalnya tugas memecahkan masalah,menulis karangan, makalah,
membuat kliping dari koran dan lain-lain, yang erat hubungannya
dengan bahan yang telah dibahas.
(4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok
materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini
perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-
sumber yang dimilikinya.

Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu


rangkaian kegiatan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru
dituntut untuk dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel,
sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.
Disinilah letak keterampilan profesionalisme dari seorang guru
khususnya dalam melaksanakan strategi mengajar yang kreatif dan
menyengkan. Kemampuan mengajar seperti diuraikan di atas secara
teoritis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti
digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana,
kemampuan itu dapat diperoleh untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Penciptaan kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar
mengajar yang optimal ini didukung oleh komponen-komponen sebagai
berikut:
(a) Tujuan Instruksional yang ingin dicapai
(b) Materi pelajaran yang akan diajarkan
(c) Guru dan siswa
(d) Sarana dan Prasarana proses

Belajar dan mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau


hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam situasi
pendidikan (Rusyan dkk. 1989). Proses belajar-mengajar merupakan
suatu rangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.
Rusyan dkk, mengatakan bahwa setiap proses interaksi belajar-
mengajar selalu ditandai dengan adanya sejumlah unsur seperti:

(a) Tujuan yang ingin dicapai


(b) Adanya guru dan peserta didik
(c) Adanya bahan pelajaran dan
(d) Metode sebagai alat untuk menciptakan situasi belajar-mengajar.

2. Pengertian belajar dan pembelajaran


a. Pengertian belajar

Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan. Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Belajar dalam arti yang lebih luas ialah proses perubahan tingkah
laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan atau
pengalaman yang terorganisasi.
Dalam belajar terdapat perubahan yang berarti bahwa seseorang
setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah
laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek
sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi
sopan, dan lain-lain. Jadi belajar itu selalu menunjukkan proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu.
Menurut pendapat yang tradisional belajar adalah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Ada juga pendapat yang lebih
modern menganggap belajar sebagai a change in behavior(perubahan
tingkah laku).
Belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional
yang ada sebagai berikut:
1) Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan antara
lain: melihat, mendengar, merasakan, berpikir, berpraktik dan
sebagainya.
2) Belajar memerlukan latihan dengan jalan relearning, recall, dan
review agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.
3) Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan
mendapat kepuasan.
4) Peserta didik perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya.
5) Asosiasi besar manfaatnya dalam belajar karena semua pengalaman
belajar, antara yang lama dengan yang baru secara berurutan
diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian yang telah
dimiliki oleh peserta didik, besar perannya dalam proses belajar.
7) Faktor kesiapan belajar mempermudah kegiatan belajar dan lebih
berhasil.
8) Faktor fisiologis. Kondisi badan peserta didik yang belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah dan lelah,
menyebabkan perhatian tidak terkonsentrasi.
9) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan berminat akan mendorong
peserta didik untuk belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat

b. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun atas unsur-


unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Uraian kombinasi unsur-
unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Manusia yang terlibat dalam sisten pengajaran yang terdiri atas guru,
siswa, laboran, dan pustakawan.
2) Material meliputi buku-buku, papan tulis, alat dan bahan praktik,
3) Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan
berupa slide, film, OHP komputer, LCD projector, dan sebagainya
4) Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian materi, jadwal
praktik, jadwal ujian, dan lain-lain.

Berdasarkan unsur-unsur tersebut di atas, maka pandangan


mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu,
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan harus diganti dengan
prinsip pembelajaran. Mengapa demikian, minimal ada tiga alasan penting,
yaitu:
a) Siswa bukanlah orang dewasa yang berbentuk mini. Akan tetapi siswa
merupakan organisme yang sedang berkembang. mereka dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa
yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan
berkembang secara optimal. Oleh karena itu, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi kejuruan yang
memungkinkan setiap siswa dapat dengan mudah memperoleh ilmu
pengetahuan dan teknologi perlu dikuasai oleh guru. Tugas dan
tanggung jawab guru bukan semakin sempit, akan tetapi semakin luas
b) Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan
kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap
cabang ilmu. Begitu hebatnya cabang ilmu teknologi kejuruan, ilmu
eknomi, ilmu komunikasi. Tidak pernah terbayangkan bahwa mobil
dapat bekerja tanpa karburator, tetapi sekarang hal itu sudah digantikan
dengan sistem EFI (Electrical Fuel Injection) Begitu pula kehebatan
ilmu kedokteran, yang dapat mencangkok jantung, sehingga dapat
memperpanjang umur manusia. Abad pengetahuan dan teknologi itulah
yang perlu menjadi dasar perubahan dalam sistem pembelajaran. Bahwa
belajar bukan hanya sekadar menghafal informasi, menghafal rumus-
rumus, akan tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan
itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
c) Penemuan baru khususnya dalam bidang teknologi kejuruan, seperti
modifikasi komponen kendaraan, sistem informatika dan komputer
penggunaan e-mail untuk mengirim data lewat internet perlu ditunjang
dengan perubahan konsep pembelajaran. Oleh karena itu, proses
pembelajaran bukan lagi memberikan stimulus bagi siswa, akan tetapi
perlu usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sini siswa
tidak lagi sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek yang harus mencari
dan mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya sendiri.

Berdasarkan ketiga unsur tersebut di atas, menuntut dilakukan


perubahan dalam sistem mengajar. Mengajar jangan diartikan sebagai
proses penyampaian materi kepada siswa, akan tetapi dalam pelaksanaan
mengajar perlu diberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa
dengan melibatkan keempat komponen yaitu manusia, material, fasilitas
dan perlengakapan, serta prosedur.
Dalam istilah "pembelajaran" yang lebih dipengaruhi oleh
perkembangan hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan
utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut
beraktivitas secara penuh bahkan secara invidual mempelajari bahan
pelajaran. Dengan demikian. kalau dalam istilah "mengajar (pengajaran)
atau "teaching" menempatkan guru sebagai pemeran utama memberikan
informasi, maka dalam "instruction" guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator. Terdapat tiga karakteristik penting dari istilah pembelajaran,
yaitu:
1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah
membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses
pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai
materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah
melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi berperan
hanya sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang
membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.
Inilah makna proses pembelajaran berpusat kepada siswa (student
centered). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur
dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai
subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimilikinya. Oleh karena itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan
bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh
keinginan guru, akan tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja


Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa, maka proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja
Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar. Siswa dapat memanfaatkan
berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi
pelajaran. Ketika siswa akan belajar tentang fungsi bengkel misalnya,
maka bengkel itulah merupakan tempat belajar siswa.

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan


Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran,
akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi
pelajaran bukanlah akhir dari proses pembelajaran, akan tetapi hanya
sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas.
Artinya, sejauh mana materi pelajaran dikuasai siswa dapat membentuk
pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang
digunakan guru tidak hanya sekadar metode ceramah, akan tetapi
menggunakan berbagai metode seperti diskusi, penugasan, demonstrasi,
kunjungan ke objek tertentu dan sebagainya.
3. Pengertian Mengajar
Mengajar bukanlah suatu istilah baru, tetapi maknanya belum tentu
sama bagi setiap orang. Berikut ini ada beberapa pengertian pandangan
tentang mengajar.

a. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak sekadar


menyampaikan informasi atau pesan dari guru kepada siswa secara
efektif dan efisien sehingga tercipta pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan.
b. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan
kemungkinan bagi siswa untuk dapat terjadinya proses belajar-mengajar
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
c. Menurut Willam H. Burton: mengajar adalah upaya dalam memberikan
perangsang (stimulus), bimbingan, dorongan kepada siswa agar terjadi
proses belajar.
d. Pandangan Burton sejalan dengan Gagne&Briggs mengatakan yang
penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan,
melainkan bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan
tujuan.
e. Pengertian mengajar dalam pembahasan ini adalah penciptaan suatu
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem
lingkungan ini terdiri atas komponen-komponen yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Komponen-komponen tersebut meliputi:
pengarahan, dan
(1) Tujuan instruksional yang ingin dicapai
(2) Materi pelajaran yang akan diajarkan
(3) Adanya guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta berada
dalam hubungan soisial tertentu.
(4) Bentuk kegiatan yang dilakukan
(5) Sarana dan prasarana belajar yang tersedia
Komponen-komponen sistem lingkungan ini saling mempengaruhi
secara bervariasi, sehingga setiap peristiwa belajar mengajar memiliki profil
yang unik. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar ini mengakibatkan
tercapainya tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain, untuk
mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar
tertentu pula.Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit (jelas) diusahakan dengan
tindakan instruksional tertentu yang dinamakan efek instruksional biasanya
berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan-tujuan yang implisit
merupakan hasil ikutan, yaitu tercapainya suatu sistem lingkungan belajar
tertentu, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka
menerima pendapat orang lain yang dinamakan efek pengiring. Ada 3 (tiga)
pandangan tentang mengajar sebagai berikut:
(a) Tradisional: Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan dari seseorang
kepada kelompok. Di sini kegiatan berpusat pada guru.
(b) Mengajar adalah: membimbing peserta didik. Karena membimbing, maka
kegiatan belajar mengajar seluruhnya berpusat pada peserta didik. Dengan
demikian, prinsip pembelajaran berbasis keaktifan siswa dapat diterapkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(c) Mengajar adalah mengatur lingkungan sebaik-baiknya. lingkungan
merupakan rangsangan bagi terjadinya proses belajar-mengajar karena itu
lingkungan perlu ditata sebaik-baiknya agar berperan sebagai perangsang
belajar.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung


jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat
tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan-
kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya
dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses
belajar.
D. Soal-soal Latihan

1. Jelaskan pengertian strategi belajar mengajar!


2. Tuliskan empat masalah utama yang perlu diperhatikan dalam implementasi
strategi pembelajaran!
3. Jelaskan pengertian belajar dan pembelajaran!
4. Uraikan unsur-unsur utama pembelajaran!
5. Uraikan pengertian mengajar!
6. Tuliskan 3 (tiga) pandangan tentang mengajar!

Anda mungkin juga menyukai