Anda di halaman 1dari 40

Makalah

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Oleh
Kelompok I:
Parasian Sitinjak : 4172121029
Sabrianto Hutabarat : 4171121031

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Microteaching
Yang Diampu Oleh :
Dr. Mariati Purnama Simanjuntak S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
A. Keterampilan Bertanya
1. Pengertian dan Tujuan

Di dalam kelas, atau lebih luas lagi dalam interaksi belajar-mengajar,


guru sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para siswa, baik
pertanyaan mengenai diri siswa maupun pertanyaan yang berkaitan dengan
pelajaran. Umpamanya guru menanyakan bahan pelajaran yang telah diberikan
sebelum melangkah kepada bahan yang baru. Guru menanyakan apakah ada hal-
hal yang belum jelas tentang materi yang baru disajikan. Guru menanyakan
tentang tugas rumah yang harus dikerjakan oleh siswa. Guru menanyakan tentang
buku-buku sumber yang sudah dibaca oleh siswa. Dan seterusnya.

Kalau kita bandingkan pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari dengan


pertanyaan dalam interaksi belajar-mengajar, ternyata bertanya dalam kehidupan
sehari-hari cenderung untuk kepentingan si penanya, sedangkan di kelas (PBM)
cenderung untuk kepentingan yang ditanya (siswa).

Dalam proses belajar-mengajar, tujuan pertanyaan yang diajukan oleh


guru adalah agar siswa belajar, artinya memperoleh pengetahuan (informasi) dan
meningkatkan kemampuan berpikir. Mengajar bukanlah hanya sebuah aktivitas
yang sekedar menyampaiakn suatu informasi kepada siswa, melainkan merupakan
suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang guru, dari seorang
informater menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa.
Membelajarkan siswa berarti bahwa siswa terlibat secara aktif dalam proses
belajar itu, dan diharapkan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku siswa sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini berarti, dengan menggunakan
keterampilan dasar bertanya, proses dan hasil belajar siswa dapat ditunjang.

Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan dasar bertanya


tingkat dasar dan keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. Keterampilan dasar
bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan keterampilan
dasar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar bertanya
tingkat dasar, dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa,
memperbesar partisipasinya, dan mendorong agar siswa dapat mengambil
inisiatif sendiri.

Mengapa keterampilasn dasar bertanya perlu dikuasai guru maupun calon


guru?

 Pertama : Telah berakarnya mengajar dengan menggunakan metode ceramah


yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber informasi sedangkan
siswa menjadi penerima informasi yang pasif.
 Kedua : Latar belakang kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat yang kurang biasa mengajukan pertanyaan dan menyatakan
pendapat.
 Ketiga : Penggalakan penerapan gagasan cara belajar siswa aktif yang
menuntut para siswa lebih banyak terlibat secara mental dalam proses belajar-
mengajar seperti bertanya, berusaha menemukan jawaban masalah yang
dihadapinya.
 Keempat : Pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang
mengatakan bahwa pertanyaan hanya digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa.

Berdasarkan keempat hal tersebut, jelas bahwa penguasaan keterampilan


bertanya bagi seorang guru sangat penting karena, dengan menggunakan
keterampilan bertanya yang efektif dan efisien dalam proses belajar-mengajar,
diharapkan timbul perubahan sikap pada guru dan siswa. Perubahan pada guru
adalah bahwa dengan menerapkan secara bervariasi keterampilan dasar bertanya,
guru menciptakan interaksi yang dinamis, membantu siswa untuk berinisiatif
dalam perannya dalam proses belajar-mengajar.

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan yang harus dihindari

Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, ada beberapa prinsip yang perlu
mendapat perhatian guru pada waktu menggunakan keterampilan bertanya dalam
proses belajar-mengajar, baik keterampilan dasar bertanya tingkat dasar maupun
keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut.
a. Kehangatan dan kenatusiasan (sikap, gaya, suara, ekspresi wajah, dan
gerakan, dan posisi badan)
b. Bervariasi

Akan tetapi, kita sering dihadapkan pada kenyataan bahwa di lapangan


terdapat kebiasaan-kebiasaan menggunakan pertanyaan yang kurang
menguntungkan proses belajar-mengajar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut yang
perlu dihindari :

a. Mengulangi pertanyaan sendiri


b. Mengulangi jawaban siswa
c. Menjawab pertanyaan sendiri
d. Pertanyaan-pertanyaan yang memancing jawab serentak
e. Pertanyaan ganda
f. Menentukan siswa terlebih dahulu sebelum pertanyaan diberikan.

3. Komponen Keterampilan Dasar Mengajar Bertanya

Komponen keterampilan dasar mengajar bertanya yang meliputi


keterampilan dasar bertanya tingkat dasar :

a. Jelas dan singkat (clarity and brevity)


Susunan kata-kata perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan
siswa.
b. Pemberian acuan (structuring)
Sebelum mengajukan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan
acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban
yang kita harapkan dari siswa.
c. Pemusatan (focusing)
Pada umumnya dimulai dengan pertanyaan berpusat (berfokus) luas,
kemudian diikuti dengan pertanyaan yang lebih khusus yang berfokus sempit
(sesuai dengan tujuan khusus pengajaran).
d. Pindah gilir (re-directing)
Pada mulanya guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian
memilih beberapa siswa untuk menjawab dengan cara menyebutkan nama
mereka.
e. Penyebaran (distribution)
Giliran untuk menjawab pertanyaan harus disebar merata, baik kepada siwa
yang duduk di depan maupun yang di belakang, baik yang duduk yang di
sudut maupun yang duduk di sudut belakang.
f. Pemberian waktu berpikir (pausing)
Sesudah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru perlu memberi
waktuu beberapa detik (maksimum 30 detik) sebelum menunjuk seorang
siswa untuk menjawab.
g. Pemberian tunjangan (prompting)
Bila seorang siswa memberikan jawaban yang salah atau kurang sempurna
atau tidak menjawab pertanyaan, maka siswa tersebut perlu mendapat
tuntunan guru dengan harapan ia akan dapat menemukan jawaban yang
benar.

4. Komponen keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut

Komponen keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut meliputi :

a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan


Setiap jenis pertanyaan menuntut respons (jawaban) yang berbeda. Respons
yang muncul atau menampak merupakan perwujudan dari proses mental atau
proses berpikir. Jadi, kalo kita kaitkan dengan teori Taksonomi Bloom
tentang berbagai macam tingkat pertanyaan, dapat kita jumpai bahwa ada
pertanyaan yang tidak melibatkan proses mental yang kompleks (berpikir,
misalnya pertanyaan pengetahuan), tetapi ada pula yang melibatkan proses
mental (berpikir) yang sangat kompleks (misalnya pertanyaan analitis,
sintesis dan evaluasi). Tuntutan kegiatan mental (berpikir) inilah yang
dimaksud dengan tuntutan kognitif petanyaan, sedangkan pegubahan tuntutan
kognitif pertanyaan diartikan dengan kegiatan guru yang menampak dan
berkaitan dengan usahanya untuk mengembangkann proses mental siswa
melalui teknik bertanya. Jelasnya, jika guru memberikan pertanyaan,
hendaknya diusahakan agar pertanyaan itu tidak hanya tidak hanya meminta
siswa untuk sekedar mengingat kembali fakta-fakta, tetapi perlu ditingkatkan
kepada pertanyaan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, bahkan kalua
mungkin sampai evaluasi. Hendak diperhatikan bahwa perubahan tuntutan
kognitif itu sendiri harus benar-benar disadari oleh siswa. Artinya, siswa
sadar bahwa pertanyaan guru makin lama membutuhkan respons berpikir
yang kompleks. Ini
b. Pengaturan urutan pertanyaan
Apa yang dapat anda kerjakan jika anda ingin mengembangkan tingkat
kognitif yang rendah ke tingkat kognitif yang lebih tinggi atau kompleks?
Untuk maksud terbut, guru dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan
kepada siswanya. Disarankan dalam kegiatan mengatur urutan pertanyaan
jangan bolak-balik tak menentu. Hendaknya anda jangan cepat-cepat pindah
dari pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud untuk membangun tingkat
kognitif tertentu. Anda harus berhenti sebentar pada pertanyaan pada
pertanyaan terakhir. Setelah anda merasa yakin bahwa siswa telah
memahaminya, ubahlah tuntutan kognitif itu lebih tinggi setingkat, kemudian
berhenti untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam memahami
proses yang baru dikerjakannya. Untuk kepentingan praktis, Anda diharapkan
menyusun terlebih dahulu urutan pertanyaan yang akan diberikan kepada
siswa. Pertanyaan semacam itu perlu dirancang sebelum kegiatan tatap muka
dengan siswa.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Apa yang anda kerjakan jika anda ingin mengetahui lebih mendalam
pengetahuan siswa yang melatarbelakangi jawaban pertanyaaan yang telah
anda berikan? Misalnya, anda mengajukan sebuah pertanyaan yang
berhubungan dengan tugas membaca. Pertanyaan-pertanyaan yang anda
ajukan dapat dijawab siswa dengan baik. Kemudian anda ingin mengetahui
lebih jauh pemahaman siswa tentang pertanyaan pertama yang berkaitan
dengan membaca suatu materi. Untuk meningkatkan jawaban siswa, anda
dapat menggunakan teknik bertanya yang dikenal dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan melacak.
Teknik-teknik melacak :
1) Klarifikasi
Klarifikasi diartikan dengan kejelasan. Klarifikasi ini dilakukan guru bila
jawaban yang diberikan oleh siswa ternyata kalimatnya kurang jalan atau
kurang tepat kata-katanya. Teknik melacak yang disebut klarifikasi ini
dilakukan oleh guru dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau
mengatakan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa itu menjadi
jelas.
2) Meminta siswa memberikan alasan
Seringkali guru meminta siswa memberikan bukti untuk menunjang
pandangan yang diberikan dalam menjawab pertanyaan guru.
3) Meminta kesepakatan pandangan
Melacak tidak saja ditujukan kepada seorang siswa, tetapi kepada seluruh
kelas atau siswa yang lain. Melalui teknik ini guru berusaha meminta
siswa lain untuk menyatakan persetujuan atau penolakan mereka terhadap
pendapat temannya serta memberikan alasan-alasan pandangannya
terhadap pendapat temannya. Usaha ini dikerjakan dengan tujuan mencari
pandangan yang benar dan dapat diterima oleh semua pihak.
4) Meminta ketepatan jawaban
Adakalanya guru meminta siswa meninjau kembali jawabannya yang
kurang tepat. Tujuannya agar siswa memperoleh jawaban yang tepat.
Usaha ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan melacak. Perlu
diperhatikan, mengajukan pertanyaan melacak sebaiknya ditujukan
kepada siswa yang pandai di kelas dalam mata pelajaran tersebut.
Andaikata ia tidak dapat menjawab atau kurang sempurna jawabannya,
lebih baik guru menggunakan teknik menuntun.
5) Meminta jawaban yang relevan
Jawaban siswa terhadap pertanyaan guru sering kali kurang rekevan.
Melalui teknik bertanya, guru dapat meminta siswa menilai jawabannya
kembali atau mengemukakannya dengan kata-kata lain sehingga jawaban
itu benar dan relevan.
6) Meminta contoh
Apa yang dapat dikerjakan oleh guru bila siswa memberikan jawaban
yang samar-samar atau terlihat luas? Dalam hal ini guru meminta siswa
untuk memberikan suatu ilustrasi atau contoh kongkret tentang apa yang
dimaksudnya.

d. Peningkatan terjadinya interaksi


Kenyataan menunjukan bahwa jika guru menggunakan pertanyaan, hanya
sebagian kecil siswa saja yang secara sukarela merespons pertanyaan
tersebut. Dari kenyataan dan kejadian tersebut dituntut kemampuan guru
meningkatkan terjadinya partisipasi dan interaksi.
Agar siswa terlihat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan
dan hasil diskusi, hendaknya guru mengurangi atau menghilangkan perannya
sebagai penanya sentral. Untuk itu ada dua cara yang dapat ditempuh. Cara
pertama, guru harus menciptakan situasi sehingga pertanyaannya tidak
dijawab oleh seorang siswa saja. Situasi ini dapat diciptakan dengan memberi
komentar yang kritis terhadap pertanyaan teman sekelasnya.

B. Keterampilan Memberi Penguatan

Dalam kehidupan sehari-hari, usaha kita sering mendapat penghargaan.


Sesudah kita menolong seseorang, biasanya orang tersebut akan mengucapkan
terima kasih. Ucapan terima kasih merupakan penghargaan atas pertolongan.
Upah, kenaikan gaji, pemberian nilai, ijazah adalah bentuk penghargaan atas kerja
seseorang. Pada umumnya penghargaan itu mempunyai pengaruh yang positif
dalam kehidupan manusia, yaitu mendorong seseorang memperbaiki tingkah
lakunya dan meningkatkan kerjanya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan mempunyai arti penting.


Tingkah laku dan penampilan siswa yang positif diberi penghargaan dalam bentuk
senyuman atau kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan
pemampilannya.
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku, yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar kelihatannya


sederhana, baik dalam organisasinya maupun dalam penerapannya. Umpamanya
tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk
kata-kata membenarkan, pujian, senyuman, anggukan.

Akan tetapi, di lapangan, kenyataan berbicara lain. Para guru jarang


menggunakannya dalam interaksi belajar-mengajar. Sebaliknya, komentar
negative seperti, “goblok, utak udang, bodohmu itu warisan siapa?” terhadap
tingkah laku siswa yang salah, sering di jumpai di kelas. Padahal, komentar yang
demikian itu dapat mematikan inisiatif dan semangat belajar siswa. Siswa jadi
takut untuk mengulangi tingkah laku dan penampilannya pada situasi yang lain,
dan hal ini menjadi factor penghambat mental untuk berkembang, untuk
meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar-mengajara.

Berdasarkan pembahasan ini, akan tampak jelas perlunya para calon guru
memahami serta melatih diri secara teratur dan terarah agar terampil dalam
menggunakan keterampilan dasar mengajar memberi penguatan dalam rangka
peningkatan kegiatan belajar-mengajar.

Pemberian penguatan dalam penerapannya harus bijaksana dan sistematis


berdasarkan cara dan prinsip yang tepat. Hal ini akan membantu pencapaian
beberapa tujuan dan manfaat dalam proses belajar mengajar, yaitu :

a) Meningkatkan perhatian siswa


b) Memudahkan siswa dalam proses belajar mengajar
c) Membangkitkan dan memelihara motivasi
d) Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang produktif
e) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam mengajar
f) Mengarahkan cara berpikir tingkat tinggi
1. Cara penggunaan pemberian penguatan
a. Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa tertentu dengan menyebutkan
namanya sambal memandang kepada siswa yang berkepentingan langsung.
Penguatan ini akan kurang ternilai bagus bagi seorang siswa bila guru
mengatakan, “Tepat jawabanmu itu” sambil
b. Penguatan kepada kelompok siswa
Penguatan juga dapat diberikan kepada sekelompok siswa; umpamanya,
apabila satu kelas telah menyelesaikan tugas dengan baik, maka huru
memperbolehkan siswa bekerja bebas atau istirahat, tetapi dapat juga
menggunakann keterampilan dasar mengajar memberi penguatan secara
verbal (dalam bentuk kata atau kalimat) seperti : “Bapak bangga dengan kelas
ini, mudah-mudahan dapat dipertahankan untuk seterusnya. Mati kita
bertepuk tangan.”
c. Pemberian penguatan dengan segera
Pengauatan harus segera diberikan begitu tingkah laku atau respons siswa
yang diharapkan muncul. “Oh, ya, Bapak/Ibu mengucapkan terima kasih atas
karya kalian minggu yang lalu.
d. Penguatan tidak penuh
Apabila seorang siswa memberikan jawaban yang benar sebagian, tindakan
guru yang efektif ialah memberi penguatan tidak penuh (partial): “Ya,
jawabanmu sudah baik, hanya masih perlu dikembangkan sedikit.” Tindakan
guru selanjutnya adalah meminta siswa lain untuk menyempurnakan jawaban
temannya. Andaikan jawaban siswa yang bersangkutan sudah sempurna,
maka siswa yang pertama tadi dapat mengetahui bahwa jawabannya tidak
seluruhnya salah sehingga ia masih memiliki motivasi untuk berusaha
menemukan jawaban yang sempurna.
e. Variasi dalam penggunaan
Kalua setiap kali guru memberi penguatan dan kata yang dipakai ialah,
“Bagus”, maka lama-kelamaan kata “bagus” ini tidak lagi bermakna bagi
siswa. Hal ini berlaku pula pada penguatan dengan gerakan yang bersifat
monoton, umpamanya hanya dengan mengancungkan ibu jari saja. Perlu ada
variasi dalam penggunaan dan penentuan jenis komponen penguatan.

2. Prinsip-prinsip pemberian penguatan


a. Kehangatan dan keantusiasan
Dalam memberi penguatan hendaknya diwarnai denga kehangatan dan
antusiasme. Suara, mimic, dan gerakan badan guru adalah petunjuk adaanya
kehangatan dan keantusiasan sehingga penguatan yang diberikan akan
menjadi lebih efektif.
b. Makna
Bila guru mengatakan kepada seorang siswa, “Karangan Anda sangat baik”.
Padahal karangan tersebut bukanlah hasik karya siswa itu sendiri, maka
penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi siswa tersebut. Sebaiknya
kepada siswa ini guru menyatakan, “Karangan Anda akan lebih baik jika
Anda berusaha sendiri.” Dengan cara ini penguatan yang diberikan itu wajar
dan bermakna bagi siswa yang bersangkutan.
c. Hindarkan pemberian respons yang negative
Seperti telah disinggung pada materi sebelumnya, guru cenderung untuk
memberikan respons negative daripada yang positif walaupun teguran dan
hukuman tetap dapat digunakan untuk mengontrol dan membina tingkah laku
siswa. Akan tetapi, respons yang negative dari guru yang berupa komentar
bernada menghina, ejekan, kata-kata kasar, sindiran, dan yang sejenisnya,
perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk
mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu, apabila siswa tidak dapat
memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan,
tetapi memindahkan giliran untuk menjawab pertanyaan tersebut kepada
siswa yang lain. Jika pertanyaan tersebut terjawab oleh siswa lain, maka
siswa tadi tidak akan terlalu tersinggung harga dirinya, dan ia menyadari
kesalahannya. Keadaan ini akan membawa atau membantu dirinya untuk
tetap berusaha belajar sehingga, apabila mendapat giliran lagi, ia akan
mampu menjawabnya.
3. Komponen-komponen pemberian penguatan

Keterampilan dasar mengajar memberi penguatan terdiri atas beberapa


komponen (subkomponen) yang perlu dipahami sehingga kelak dengan terampil
digunakan dalam proses belajar-mengajar. Komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Penguatan verbal
1) Kata-kata : bagus, ya, benar, tepat, bagus sekali, tepat sekali dan lain-lain.
2) Kalimat : pekerjaan Anda baik sekali! Saya gembira dengan hasil
pekerjaan Anda! Inilah contoh siswa yang patut diteladani oleh teman-
teman sekelasnya.
b. Penguatan berupa mimik dan gerakan badan
Penguatan berupa mimik dan gerakan badan antara lain seperti senyuman,
anggukan, acungan ibu jari, tepuk tangan dan kadang-kadang dilaksanakan
bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, ketika guru memberikan
penguatan verbal “bagus”, pada saat yang bersamaan ia mengacungkan
jempolnya atau bertepuk tangan.
c. Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan dengan cara mendekati ialah mendekatkan guru dengan siswa
untuk menyatakan adanya perhatian dan kegembiaraan terhadap hasil
pekerjaannya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berdiri di samping
siswa, berjalan menuju ke arah siswa, duduk dekat seorang siswa atau
kelompok siswa, berjalan di sisi siswa. Seringkali tindakan guru ini
bersamaan dengan pemberian penguatan verbal sehingga suasana hangat dan
antusias akan terbentuk. Guru dapat mengira-ngira berapa lama ia berada
dekat dengan seorang atau kelompok siswa, sebab bila terlalu lama maka
akan menimbulkann suasana yang tidak baik di kelas, dan manfaat penguatan
akan menurun.
d. Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap siswa atas
usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan
atau mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan atau
berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan dengan sentuhan harus bijaksana,
artinya dipertimbangkan umur, jenis kelamin, latar belakang kebudayaan
setempat (umpamanya mengelus-elus rambut siswa).
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi
oleh siswa sebagai penguatan. Lebih bermakna bagi siswa kalau kegiatan dan
tugas-tugas yang akan digunakan sebagai penguatan itu berhubungan dengan
penampilan yang di beri penguatan. Umpamanya, seorang siswa
memperlihatkan kemajuan dalam pelajaran music ditunjuk untuk menjadi
pemimpin paduan suara sekolah atau diperbolehkan menggunakan alat-alat
music pada jam-jam bebas. Siswa yang lebih dahulu menyelesaikan
pekerjaan dengan baik dalam pelajaran matematika dapat diminta melakukan
tugas membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam pelajaran
ini. Hal ini tidak berarti bahwa kegiatan lain tidak boleh digunakan. Memberi
kesempatan memainkan suatu permainan, menjadi pemimpin barisan, dapat
digunakan asalkan disenangi oleh siswa.
f. Penguatan berupa symbol atau benda
Dalam penguatan ini digunakan bermacam-macam symbol atau benda. Yang
berupa symbol antara lain adalah tanda, komentar tertulis pada buku siswa,
sedangkan yang berupa benda dapat berupa kartu bergambar, bintang, plastic,
lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlalu mahal harganya, tetapi
mempunyai arti simbolis. Walaupun penguatan ini dapat digunakan sebagai
insentif, jangan terlalu sering digunakan, terutama berupa benda, agar tidak
menjadi kebiasaan untuk mengharapkan memperoleh benda tertentu sebagai
imbalan terhadap penampilannya. Komentar tertulis pada buku pekerjaan
siswa yang berarti pengakuan keberhasilan dan pemberian saran yang
konstruktif akan tetap besar nilainya dalam membelajarkan siswa.

C. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keanekaragaman atau dengan istilah lain disebut variasi sangat kuat


pengaruhnya dalam kehidupan kita, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Kita cenderung untuk merasa jenuh apabila menghadapi hal yang itu-
itu saja. Hal ini menyebabkan kita kehilangan semangat, dorongan, dan timbul
kekosongan dalam hidup.

Keluhan sering kita dengar dari para siswa, para guru, karyawan kantor,
maupun kepala sekolah. Dari pihak siswa sudah merupakan rahasia umum bahwa
guru mengajar dengan gaya itu-itu saja alias ceramah melulu. Materi yang
disajikan “kering, gersang”, tugas utama para siswa adalah “duduk, dengar, catat,
dan hafal”.

Keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi dapat diartikan sebagai


suatu proses pengubahan dalam pengajaran yang menyangkut tiga komponen,
yaitu gaya mengajar yang bersifat operasional, penggunaan media dan bahan-
bahan instruksional, dan pola serta tingkat interaksi guru dengan siswa.

Kalau kita mengembangkan pengertian variasi ini, dapat juga dipakai


untuk penggunaan keterampilan dasar mengajar yang lain seperti variasi dalam
menggunakan keterampilan dasar mengajar bertanya, memberi penguatan,
menjelaskan dan seterusnya.

1. Prinsip-prinsip penggunaan variasi

Dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi


perlu diperhatikan beberapa prinsip yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
sebagai berikut :

a. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengann


tujuan yang hendak di capai, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan
hakikat pendidikan. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat
dianjurkan. Sebaliknya, pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan
kebingungan, malahan dapat mengganggu proses belajar mengajar.
b. Variasi harus digunakan secara lancer dan bersinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian murid dan tidak mengganggu pelajaran.
c. Sejalan dengan prinsip a dan b, komponen variasi tertentu memerlukan
susunan dan perencanaan yang baik. Artinya, secara eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran (berstruktur). Akan tetapi, apabila diperlukan,
komponen keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan,
sesuai dengan pengembangan proses dalam belajar-mengajar dan balikan
dari siswa selama pelajaran berlangsung.

2. Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi

Seperti telah disebutkan di awal, ada tiga komponen keterampilan


mengadakan variasi. Berikut ini akan kita bicarakan satu persatu.

a. Variasi dalam gaya mengajar


Variasi dalam gaya mengajar guru banyak sekali. Bila ini dapat dilakukan
dengan hati-hati, akan sangat berguna dalam usaha menarik dan
mempertahankan minat dan semangat siswa dalam belajar. Biasanya variasi
semacam ini muncul di dalam dan di antara komponen-komponen sebagai
berikut :
1) Penggunaan Variasi Suara
Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras menjadi
lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah jadi lambat, dari
suara gembira menjadi sedih, atau pada saat memberikann tekanan pada
kata-kata tertentu. Dalam menyajikan pokok penting biasanya guru
memberi tekanan pada kata-kata tertentu, atau juga dapat
mengucapkannya lambat-lambat sehingga dapat diikuti dengan jelas
sekali.
2) Pemusatan Perhatian
Memusatkan perhatian pada hal ini dianggap penting dapat dilakukan
oleh guru dengan perkataan seperti “perhatikan baik-baik”, “nah, ini
penting sekali”, dengar baik-baik”, “ini agak sukar dipahami”, dan
berbagai kata atau kaliamt dan ungkapan yang senada dengan itu.
Biasanya cara pemusatan dengan lisan ini diikuti lagi dengan syarat sepeti
menunjukkan pada gambar yang tergantung di dinding, atau kepada
papan tulis dan sebagainya.
3) Kesenyapan
Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru
menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian
karena pengubahan stimulus dari adanya suara ke keadaan tenang dan
senyap atau dari keadaan adanya kesibukan kegiatan lalu dihentikan, akan
dapat menarik perhatian, sebab siswa ingin tahu “ada apa” yang terjadi.
Sudah tentu di sini perlu diingatkan bahwa jangan sekali-kali pengubahan
itu dilakukan (terutama menyangkut hal yang terakhir) bila akan
mengganggu jalannya pelajaran. Dalam mengajukan pertanyaan, guru
menggunakan “waktu tunggu” atau kesenyapan. Hal ini dilakukan untuk
memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir,, terutama untuk
menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang mendalam.
4) Mengadakan Kontak Pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya
pandangannya menjelajahi seluruh kelas dan melihat kepada mata murid-
murid untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka. Kontak
pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi (seperti
membesarkan mata tanda tercengang), atau dapat juga digunakan untuk
mengetahui perhatian dan pemahaman siswa.
5) Gerakan Badan dan Mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan,
adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja
sekedar menarik perhatian siswa tetapi dapat pula menyampaikan arti dari
pesan lisan yang dimaksudkan. Ekspresi wajah ini, misalnya tersenyum,
mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis, kelihatan tertarik dengan
memperhatikan, dan lain-lain. Gerakan kepala dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya mengangguk, menggeleng, mengangkat atau
merendahkan kepala. Jari dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran,
goyangkan tangan dapat diartikan “tidak”, dan mengangkat tangan
keduanya dapat diartikan “apa lagi”dan banyak lagi yang lain. Guru dapat
mengangkat bahu, berdiri diam kaku, santai,berjalan mendekati atau
menjauhi siswa, berdiri siap membantu, dan sebagainya.
6) Pergantian Posisi Guru dalam Kelas
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk
mempertahankan perhatian murid. Pergantian posisi di sini dimaksudkan
ke arah depan atau belakang, ke bagian samping siswa. Kadang-kadang
guru berdiri, kadang-kadang duduk. Hal yang penting ialah bahwa adanya
variasi ini dipergunakan dengan maksud tertentu dan dilakukan secara
wajar tidak berlebih-lebihan.

b. Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran


Media dan alat pengajaran, bila ditinjau dari indera yang digunakan, dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu yang dapat didengar, yang dapat dilihat dan
yang dapat diraba, dibau (dicium), atau dimanipulasikan. Karena
kemungkinan tiap anak mempunyai kesenangan yang berbeda dalam
menggunakan indera untuk belajar, maka pendekatan multiindera ini akan
dapat memenuhi selera anak yang berbeda tersebut.
Bahan dan alat yang baru juga akan dapat menambah rasa ingin tahu siswa.
Yang amat penting lagi ialah bahwa alat media dan bahan yang kaya dan
beragam serta relevan dengan tujuan pengajaran dapat merangsang pikiran
dan hasil belajar yang bermakna dan lebih bertahan lama. Biasanya jenis
variasi ini dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Variasi alat / bahan yang dapat dilihat
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah pemakaian bermacam alat
dan bahan yang meliputi benda atau objek sederhana, grafik, gambar di
papan tulis, papan bulletin, film, televise, sumber-sumber di
perpustakaan, ukiran, peta, poster, dan sebagainya.
2) Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
Biasanya suara guru merupakan mode komunikasi yang utama dalam
kelas. Selain keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat, dan gembira atau
sedih dari kualitas suara yang divariasikan oleh guru, juga pertukaran
kegiatan mendengar suara guru dengan selingan rekaman suara, atau
suara radio, suara music, deklamasi yang dibacakan siswa, drama, diskusi
dan sebagainya, dapat merupakan variasi yang sangat baik dan
bermanfaat. Demikian juga pertukaran kegiatan mendengar dengan
melihat atau sebaliknya sangat dianjurkan.
3) Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
Penggunaan alat dan bahan yang dapat diraba, dicium baunya, ataupun
dimanipulasi, sangat membantu perhatian siswa. Hal ini juga dapat
melibatkan siswa dalam membentuk dan meragakan kegiatannya, baik
secara tersendiri maupun dalam kelompok kecil. Alat dan bahan seperti
specimen (contoh), model, patung, alat mainan, binatang hidup yang
kecil, dan sebagainya, dapat diberikan kepada siswa untuk diraba atau
dimanipulasi. Banyak sekali kesempatan bagi guru untuk menggunakan
variasi jenis ini di dalam kelas.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Kegiatan belajar yang di dalamnya siswa ikut berpartisipasi dapat bermacam-
macam. Di samping mendengarkan guru atau berpartisipasi dalam diskusi
kelas, murid dapat juga ikut serta dalam kelompok-kelompok kecil, atau
bekerja sendiri, ataupun mengerjakan suatu projek dengan kelompok kecil.
Di samping itu, siswa dapat pula diminta melakukan karya tulis, membaca
dalam hati atau membaca nyaring, menonton film, dan banyak yang lainnya
lagi.
Susunan atau bentuk kelas dapat diubah sesuai dengan kegiatan belajar
tertentu. Dalam kegiatan diskusi, susunan meja melingkar lebih cocok
daripada susunan klasik dengan meja-meja berderet ke belakang dan meja
guru yang terletak di depan kelas. Belajar bebas (sendiri) dapat diatur di salah
satu pojok yang disediakan untuk itu atau, bila mungkin, di ruang khusus
dalam perpustakaan.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa baik dipihak guru maupun di pihak
murid dapat kita adakan variasi pola interaksinya. Dengan mengubah pola
interaksi ini guru dengan sendirinya mengubah kegiatan belajar murid,
tingkat dominasi guru, dan keterlibatann guru, dan keterlibatan murid tingkat
tuntutan kognitif dan susunan kelas.

D. Keterampilan Menjelaskan

Dalam pengajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan isi pelajaran


dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Dengan kata lain,
penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematik, yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, mislanya antara sebab
dan akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, atau antara huku
(dalil, defenisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.

Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam memberikan penjelasan di kelas


antara lain :

a. Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban dari


pertanyaan “mengapa” yang dikemukakan oleh guru atau yang diajukan
siswa.
b. Menolong siswa mendapat dan memahami hokum, dalil, dan prinsip-
prinsip umum secara objektif dan bernalar.
c. Melibatkan siswa untuk berpikir memecahkan masalah atau pertanyaan.
d. Untuk mendapat balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahan pengertian mereka.
e. Menolong siswa untuk menghayati dan mendapat proses, peralatan, dan
penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan (situasi) yang meragukan
(belum pasti).

1. Prinsip-prinsip dan Komponen


a. Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam
pertemuan (pelajaran), bergantung pada keperluannya. Pertanyaan itu
dapat diselingi dengan tanya jawab.
b. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pelajaran.
c. Guru dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa
ataupun direncanakan oleh guru sebelumnya.
d. Penjelasan itu sendiri, materinya harus bermakna bagi siswa.
e. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.
Secara garis besarnya komponen-komponen keterampilan menjelaskan
terbagi dua, yaitu pertama, menganalisis dan merencanakan, dan kedua,
menyajikannya.

a. Menganalisis dan merencanakan

Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik.


Dalam merencanakan ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu isi pesan
yang akan disampaikan dan penerima pesan itu sendiri (siswa).

1) Yang berhubungan denga isi pesan (materi)


Hal yang mencakup :
a) Menganalisis masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk
mengidentifikasi unsur-unsur apa yang dihubungkan (dikaitkan) dalam
penjelasan itu. Misalnya pesawat terbang dapat terbang karena adanya
unsur-unsur sayap khusus dan angina yang dapat dilihat
keterkaitannya.
b) Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang
dikaitkan itu, misalnya unsur yang satu bertentangan dengan yang lain.
Sebagai contoh, kecepatan angin yang berbeda pada bagian atas dan
bawah sayap pesawat terbang menyebabkan pesawat dapat terangkat.
c) Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan
hubungan yang telah ditentukan. Dalam hal ini juga termasuk
kemungkinan penerapan hokum tadi dalam peristiwa lain, misalnya
prinsip sayap pesawat terbang dapat dipakai dalam mendesain mobil
balap atau kapal hydrofoil.

2) Yang berhubungan dengan penerima pesan (siswa)


Daam merencanakan suatu penjelasan harus dipertimbangkan penerima
pesan, yaitu kepada siswa penjelasan itu hendak disajikan. Mengetahui
siswa yang akan diberi penjelasan sangat penting bagi seseorang guru
karena berhasil-tidaknya penjelasan tersebut sangat banyak bergantung
kepada kesiapan anak (siswa) yang mendengarkannya. Kesiapan anak
memahami ini berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan,
latar belakang social, dan lingkungan belajar. Oleh sebab itu, dalam
merencanakan suatu penjelasan harus selalu terbayang perbedaan-
perbedaan diatas tersebut.
Sehubungan dengan itu juga, ada tiga pertanyaan yang harus membimbing
seseorang untuk merencanakan suatu penjelasan, yaitu:
a) Apakah penjelasan itu cukup relevan, dengan pertanyaan yang
diajukan oleh siswa atau dengan situasi yang kelihatannya
membingungkan mereka.
b) Apakah penjelasan itu memadai, yakni mudah diserap siswa melalui
apa yang telah diketahuinya.
c) Apakah penjelasan itu cocok dengan khazanah pengetahuan anak pada
waktu itu. Misalnya anak-anak yang berada dalam tingkat “operasi
kongkret” yang pemakaian istilahnya masih terbatas, masih sukar
menangkap kalimat yang panjang, dan harus lebih banyak
menggunakan contoh, hendaknya menjadi perhatian utama dalam
merencanakan pembelajaran.

b. Menyajikan suatu penjelasan

Suatu perencanaan yang baik tidak akan berhasil bila penyajiannya kepada
pendengarnya tidak baik. Hasil pelaksanaan atau penyajiannya dapat ditingkatkan
dengan memperhatikan subkomponen di bawah ini.

1) Kejelasan
Kejelasan dalam menyajikan suatu penjelasan dapat dicapai dengan
berbagai cara. Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya,
ungkapannya, maupun volume suaranya. Pembicaraan dilakukan dengan
lancar, dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu. Kalimat disusun
dengan dengan tata Bahasa yang baik, dengan menghindari kalimat yang
tidak lengkap. Istilah-istilah teknis ataupun istilah baru harus
didefenisikan dengan jelas. Yang penting diperhatikan juga ialah, guru
juga hendaknya menggunakan waktu diam sejenak (senyap) untuk melihat
apakah yang dijelaskan itu telah dimengerti oleh siswa sebelum
dilanjutkan dengan penjelasan lain atau mengajukan pertanyaan.
2) Penggunaan contoh dan ilustrasi
Pola pemberian contoh dengan mengaitkannya dengan generalisasi (dalil)
biasanya menjadikan penjelasan lebih efektif. Salah satu contoh pola ini
yang sangat dianjurkan untuk digunakan adalah dalil-contoh-dalil, yakni
dimulai dengan suatu pernyataan pendahuluan singkat atau generalisasi
(dalail), diikuti dengan contoh-contoh pernyataan (dalil) tadi, dan
disimpulkan dengan mengulang pertanyaan pertama.
Pada umumnya, ada dua pola menghubungkan contoh dan dalil ini yang
mempunyai keefektifan tinggi, yakni :
a) Pola induktif, yakni guru memberikan contoh-contoh terlebih dahulu,
dan akhirnya dari contoh-contoh tersebut ditarik kesimpulan umum
atau dalil (rumus).
b) Pola deduktif, yakni contoh-contoh digunakan untuk memperjelas atau
merinci lebih dalam suatu hokum atau generalisasi yang telah
diberikan lebih dahulu.
3) Pemberian tekanan
Dalam suatu penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada
masalah pokok dan cara memecahkannya, serta mengurangi informasi
yang tidak begitu penting. Subketerampilan memberikan penekanan ini
dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu :
a) Mengadakan variasi dalam gaya mengajar guru. Yang paling banyak
dilakukan adalah memberi tekanan pada suara guru dalam butir-butir
yang dianggap penting.
b) Memberi struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang
menunjukkan arah atau tujuan utama sajian.

c. Balikan

Dalam menyajikan penjelasan, guru hendaknya memberi kesempatan


kepada siswa untuk menunjukkan pemahan atau keraguannya
(ketidakmengertiannya) selagi penjelasan itu berlangsung. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
menjawabnya, ataupun dengan memperhatikan tingkah laku dan mimik mereka
selama penjelasan itu disajikan.

Berdasarkan balikan itu, guru melakukan penyesuaian dalam


penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau
penggunaannya, atau mengulangi atau menyebut kembali hal-hal yang penting.
Pemahaman dan keterlibatan siswa dapat ditingkatkan dengan cara memberi
kesempatan kepada mereka untuk menyebutkan contoh-contoh berdasarkan
pengalaman mereka sendiri.

E. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Apakah yang dimaksud dengan “membuka pelajaran?” Membuka


pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana
siap mental dan untuk menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal
yang akan dipelajari.

Siswa yang siap mental untuk belajar adalah siswa yang mengetahui :

1. Tujuan pelajaran yang akan dicapai


2. Masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan
3. Langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan
4. Batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran

Untuk menimbukan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang


akan dipelajari, guru dapat melakukan berbagai macam usaha, antara lain :

1. Menimbulkan ras ingin tahu


2. Bersikap hangat dan antusias
3. Memvariasikan gaya belajar
4. Menggunakan berbagai media pengajaran
5. Memvariasikan pola interaksi belajar-mengajar

Apakah yang dimaksud dengan “menutup pelajaran”? Menutup pelajaran


adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran
dengan maksud untuk :
1. Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari
2. Mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan
3. Tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.

Usaha yang dilakukan oleh guru untuk menutup pelajaran, antara lain :

1. Merangkum kembali bahan pelajaran yang sudah disampaikan


2. Menyuruh siswa membuat ringkasan bahan yang sudah dipelajari
3. Mengadakan evaluasi tentang bahan pelajaran yang baru di berikan.

1. Dasar pemikiran

Ada beberapa dasar pemikiran, mengapa kita harus melakukan kegiatan


membuka dan menutup pelajaran serta melatih keterampilan “membuka dan
menutup pelajaran”.

a. Biasanya yang sering dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran ialah
menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyiapkan alat-alat pelajaran,
kemudian guru langsung masuk pada kegiatan inti pelajaran.
b. Jika guru berhasil membuka pelajaran sehingga siswa benar-benar siap
mental untuk belajar, maka akan Nampak siswa itu :
1) Asyik dalam melakukan tugas
2) Semangat dan kualitas respons yang tinggi
3) Banyak mengajukan pertanyaan dengan tepat
4) Cepat bereaksi terhadap saran-saran guru.
c. Jika guru berhasil menutup pelajaran dengan baik, maka selesai proses
belajar, siswa benar-benar memperoleh pengetahuan yang bulat (utuh)
sebagai hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan.
d. Guru tidak atau belum melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran,
antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum menguasai
keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
2. Penggunaan dalam kelas
a. Tujuan

Dilakukannya kegiatan membuka dan menutup pelajaran dengan baik di


kelas adalah dengan maksud agar diperoleh pengaruh positif terhadap proses dan
hasil belajar. Pengaruh positif tersebut, antara lain:

1) Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas


yang akan dikerjakannya.
2) Siswa tahu batas-batas tugas yang akan dikerjakan
3) Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan
yang mungkin diambil dalam memperlajari bagian-bagian dari mata
pelajaran.
4) Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah
dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum
dikenalnya.
5) Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan, atau
konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
6) Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari
pelajarann itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya
dalam mengajar.
b. Prinsip-prinsip penggunaan

Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan


keterampilan membuka dan menutup pelajaran ialah :

1) Bermakna
Usaha untuk menarik perhatian atau memotivasi siswa harus sesuai dengan
isi dan tujuan pelajaran.
2) Beruntun dan berkesinambungan
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengenalkan dan merangkum
kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari
kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip beruntun dan berkesinambungan ini
memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai
dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas anatara satu bagian dengan
bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.

3. Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup


pelajaran
a. Membuka pelajaran

Komponen- komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi menarik


perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan dan membuat kaitan.
Komponen-komponen dan aspek- aspek dalam keterampilan membuka pelajaran
adalah :

1) Menarik perhatian siswa


Berbagai cara dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa,
antara lain :
a) Gaya mengajar guru
Untuk menarik perhatian siswa, dapat diusahakan penggunaan gaya
mengajar yang bervariasi. Misalnyapada suatu saat guru memilih posisi di
kelas serta memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasa dilakukannya
dalam membuka pelajaran. Guru berdiri di tengah-tengah kelas, sambil
berdeklamasi dengan tenang dan dengan eksperesi wajah yang
menyakinkan.
b) Penggunaan media pengajaran
Untuk menarik perhatian siswa dapat digunakan berbagai macam media
pengajaran seperti gambar, model, skema, dan sebagainya. Dengan
pemilihanan dan penggunaan media yang tepat, guru dapat memperoleh
beberapa keuntungan, yaitu siswa tertarik perhatiannya timbul
motivasinya untuk belajardan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah
diketahuinya dengan hal-hal baru yang akan di pelajari.
c) Pola interaksi yang bervariasi
Agar siswa selalu tertarik dan memusatkan perhatiannya padapelajaran,
guru dapat menggunakan berbagai macam pola interaksi (pola interaksi
yang bervariasi), misalnya :
(1) Guru menerangkan dan mengajukan pertanyaan, siswa mendengarkan
dan menjwab pertanyaan.
(2) Guru berdemonstrasi, siswa mengamati
(3) Guru memberikan tugas, diskusi, dan sebagainya dan kemudian
mengawasinya.

2) Menimbulkan motivasi
Dengan adanya motivasi, proses belajar-mengajar menjadi dipermudah. Oleh
karena itu, setelah anak tertarik perhatiannya pada pelajaran, guru harus
berusaha untuk menimbulkan motivasi.
Ada beberapa cara untuk menimbulkan motivasi, antara lain :
a) Dengan kehangatan dan keantusiasan
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, hangat dan akrab.
Sikap yang demikian itu dapat menimbulkan rasa senang dalam
mengerjakan tugas sehingga timbul motivasi untuk belajar.
b) Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Motivasi siswa untuk beljar dapat timbul jika guru dapat menimbulkan
rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa.
c) Mengemukakan ide yang bertentangan
Guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan
masalah atau kejadian-kejadian dari kehidupan sehari-hari.
d) Dengan memperhatian minat siswa
Motivasi siswa dapat timbul dengan cara guru menyesuaikan topik-topik
pelajaran dengan minat siswa.

3) Memberi acuan
Dalam hubungannya dengan membuka pelajaran, memberi acuan diartikan
sebagai usaha mengemukakakn secara spesifik dan singkat serangkaian
alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas
tentang hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak di tempuh dalam
mempelajari bahan pelajaran. Usaha dan cara memberi acuan itu, anatara
lain adalah:
a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan
batas-batas tugas yang harus di kerjakan oleh siswa agar mereka
memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup bahan pelajaran
yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
b) Meyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
Pada permulaan pelajaran atau pada saat-saat tertentu selama penyajian
pelajaran, guru hendaknya memberikan saran-saran tentang langkah-
langkah yang harus ditempuh oleh siswa dalam belajar sehingga siswa
terarah usahanya untuk menguasai pelajaran.
c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang akan dilakukan oleh guru untuk mengingatkan
masalah pokok yang akan dibahas.
d) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh guru sebelum mulai
memjelaskan bahan pelajaranakan mengarahkan siswa dalam
mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajarinya.

4) Membuat kaitan
Hal-hal yang telah dikenal, pengalaman-pengalaman, minat dan kebutuhan
siswa, merupakan bahan pengait untuk mempermudah pemahaman. Usaha
guru untuk membuat kaitan itu, misalnya dengan cara :
a) Membuat kaitan antara kaitan aspek-aspek yang relevan dari mata
pelajaran yang telah dikenal oleh siswa.
b) Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa.
c) Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum
bahan pelajaran itu diberikan secara rinci.

b. Menutup pelajaran
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran, antara lain
adalah :
1) Meninjau kembali
Guru meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu
sudah dikuasai oleh siswa. Adapun cara meninjau kembali itu adalah :
a) Merangkum inti pelajaran
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau
siswa sendiri (disempurnakan oleh guru).
b) Membuat ringkasan
Dengan membuat ringkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan
pokok-pokok bahan pelajaran yang telah di pelajarinya.
2) Mengevaluasi
Untuk mengetahui apakah siswa telah memperoleh wawasan yang utuh
tentang sesuatu yang sudah diajarkan, guru melakukan penilaian.
Bentuk-bentuk evaluasi ialah :
a) Mendemostrasikan keterampilan
Setelah selesai mengarang prosa atau puisi, guru meminta siswa
maju ke depan kelas untuk membacakan dan menjelaskan apa isi
yang terkandung didalamnya.
b) Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Setelah guru menerangkan suatu rumus matematika, siswa disuruh
mengerjakan soal-soal baru dengan mengguanakan rumus tersebut.
c) Mengekspresikan pendap sendiri
Guru dapat menerima siswa untuk memberi komentar tentang
apakah suatu demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa lain
efektif atau tidak.
d) Soal-soal tertulis
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat memberikan soal-
soal tertulis untuk mengerjakan oleh siswa.

F. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi adalah suatu percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih.
Diskusi kelompok kecil ialah percakapan dalam kelompok yang memunuhi
syarat-syarat tertentu, yaitu :
a. Melibatkan kelompok yang banyak anggotanya berkisar antara 3-9 orang
(idealnya 5-9 orang)
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan)
dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan
untuk saling beradu pandangan dan saling mendengar serta berkomunikasi
satu dengan yang lain.
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antara
angota kelompok
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu
kesimpulan

Dengan mengingat syarat-syarat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang
teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman (saling
urun informasi atau pengalaman), mengambil keputusan atau memecahkan
suatu masalah.
Jadi, pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi
kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa
agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif. Dengan
singkat dapat dikatakan “keterampilan membimbing siswa agar dapat
berdiskusi secara efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan intruksional
tertentu”.
a. Pemanfaatan secara maksimal kekuatan/keuntungan diskusi
Kekuatan/keuntungan diskusi kelompok antara lain adalah :
1) Hasil keputusan kelompok lebih kaya (berasal dari berbagai sumber),
daripada hasil pemikiran individu.
2) Anggota kelompok sering di motivasi oleh kehadiran angota kelompok lain
3) Angota-angota pemalu lebih bebas mengemukakan pendapat/pikirannya
dalam kelompok kecil
4) Angota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan keputusan
kelompok, karena mereka terlibat di dalam proses pengambilan keputusan
5) Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap orang lain
(meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi)
b. Menghindari atau mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok
Kelemahan-kelemahan diskusi kelompok antara lain adalah :
1) Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara
belajar biasa.
2) Dapat memboroskan waktu, terutama jika terjadi hal-hal negative seperti
pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut,
penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang kurang baik
3) Anggota yang pendiam atau pemalu sering tidak mendapat kesempatan
megemukakan pendapatnya.
4) Jika pemimpin kurang bijaksana, diskusi hanya didominasi oleh orang-
orang tertentu.

1. Komponen-komponen keterampilan
Dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin diskusi kelompok, perlu dimiliki
enam macam keterampilan, yaitu :

a. Memusatkan perhatian
Memusatkan perhatian dapat dilakukan dengan cara :
1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi serta mengenalkan topic atau
masalah dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang menggugah
rasa ingin tahu.
2) Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakannya kembali bila
terjadi penyimpangan-penyimpangan
3) Mencatat dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang
mengakibatkan penyimpangan diskusi dari tujuan atau masalah pokok
yang akan dipecahkan
4) Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum
melanjutkan dengan masalah berikutnya.
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Penyimpangan ide yang kurang jelas (sukar ditangkap oleh anggota
kelompok) dapat menimbulkan kesalahpahaman hingga suasana dapat
menjadi tengang. Untuk menghindari hal itu guru (pimpinan diskusi) harus
memperjelas penyampaian ide tersebut dengan cara :
1) Menguraikan kembali gagasan siswa yang kurang jelas itu hingga
menjadi jelas (dimengerti dari anggota kelompok)
2) Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan
pertanyaan yang membantu memperjelas ide atau mengembangkan ide
tersebut
3) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan
atau contoh-contoh yang sesuai hingga mudah mengerti

c. Menganalisis pandangan siswa


Perbedaan pendapat ini dapat dimenfaatkan untuk membimbingan siswa
(kelompok) berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif, dengan cara; guru
(pimpinan diskusi) mampu menganalisis alas an perbedaan pendapat
tersebut, misalnya :
1) Meneliti apakah alas an tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
2) Memperjelas hal-hal yang telah disepakati dengan hal-hal yang tidak
disepakati
Keterampilan ini sangat berperan dalam kegiatan diskusi tentang tata nilai
atau jika diskusi bermaksud mencapai kesimpulan atau consensus

d. Meningkatkan urunan siswa


Diskusi akan benar-benar bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis bagi siswa jika guru (pimpinan diskusi) mampu
meningkatkan urunan pikiran yang diberikan oleh siswa dengan cara,
antara lain :
1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk
berpikir
2) Memberikan contoh-contoh, baik verbal maupun nonverbal, yang
sesuai dan pada saat yang tepat, misalnya cerita, gambar, grafik
3) Menghangatkan suasana dengan pertanyaan-pertanyaan yang
mengundangan perbedaan pendapat
4) Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh
komentar guru.
5) Memberikan dukungan terhadap urunan siswa dengan jalan
mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar positif,
sikap yang bersahabat, atau mimic yang memberikan penguatan

e. Menyebarkan kesempatan berprtisipasi


Dalam diskusi dihindari terjadi monopoli pembicaraan, baik oleh siswa
(peserta diskusi) maupun oleh guru (pimpinan diskusi).
Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan
cara, antara lain :
1) Mencoba memancing atau mendorong siswa yang enggan/malu-malu
mengeluarkan pendapat
2) Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak, dengan memberi
giliran pada siswa yang pendiam lebih dahulu
3) Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
4) Mendorong siswa untuk mengomentari urunan pikiran temannya
sehingga interaksi antara siswa dapat di tingkatkan
5) Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan pendapat yang sma, dapat
dicari pemecahan masalah secara alternative

f. Menutup diskusi
Menutup diskusi dapat dilakukan dengan cara :
1) Membuat rangkuman hasil dengan bantuan para siswa
2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut diskusi ataupun tentang topic
diskusi yang akan dating
3) Mengajak siswa menilai proses maupun diskusi yang telah dicapai
dengan cara observasi, wawancara, skala, sikap dan sebagainya.
Guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topic yang tidak sesuai dengan
minat dan latar belakang pengetahuan siswa
2) Mendominasi pembicaraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak
dan jawaban yang banyak pula
3) Membiarkan siswa tertentu memonopoli pembicaraan
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau
pembicaraan yang tidak eleven
5) Tergesa-gesa meminta respon siswa atau mengisi waktu dengan
berbicara; siswa tidak sempat berpikir
6) Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas atau mendukung urunan siswa
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif

G. Keterampilan Mengelola Kelas

Kegiatan guru saat pengajaran berlangsung dapat dikelompokkan menjadi


dua kegiatan pokok yaitu pengelolan pengajaran dan pengelolan kelas.
Pengelolaan pengajaran adalah kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan
secara langsung komponen materi pengajaran, metode pengajaran, dan alat bantu
mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran, sedangkan penglolaan kelas
adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat
berlangsung secara optimal. Secara sederhana, hubungan antara pengelolaan kelas
dan pengelolaan pengajaran dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pengelolaan Kelas Pengelolaan pengajaran Tujuan pengajaran

Gambar di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas tidak untuk


langsung mencapai tujuan pengajaran, tetapi agar pengelolaan pengajaran dapat
berlangsung dengan baik hingga dapat mencapai tujuan pengajaran.
a. Jenis masalah pengelolaan kelas

Seperti yang telah tersirat di atas, masalah pengelolaan kelas dapat di


kelompokkan menjadi dua, yaitu masalah yang bersumber dari siswa dan masalah
yang bersumber dari kondisi tempat belajar mengajar. Masalah yang bersumber
dari siswa dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu masalah individual dan
masalah kelompok. Masalah individual adalah masalah yang sumber
penyebabnya adalah individu, sedangkan masalah kelompok adalah masalah yang
bersumber penyebabnya adalah kelompok.

b. Pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas

Setiap guru saat mengajar akan menerapkan teknik-teknik pengelolaan


kelas : teknik-teknik yang biasanya digunakan adalah nasihat, teguran, larangan,
ancaman, teladan, hukuman, perintah dan hadiah. James cooper dan kawan-kawan
mengemukakan tiga pendekatan yang di dalamnya terdapat teknik-teknik yang
dinilai memadai dari berbagai segi pertimbangan, untuk digunakan dalam
mengelola kelas. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah pendekatan modifikasi
perilaku, pendekatan iklim social emosional, dan pendekatan proses kelompok .
ketiga pendekatan tersebut akan di bahas satu per satu dan di jadikan acuan dalam
membahas teknik-teknik dan komponen-komponen mengelola kelas.

c. Teknik dan komponen pengelolaan kelas


Teknik-teknik pengelolaan kelas tersebut dapat digolongkan kedalam
teknik preventif dan teknik kuratif. Teknik preventif adalah teknik untuk
mencegah timbulnya tingkah laku siswa yang menggangu kegiatan belajar-
mengajar, sedangkan teknik kuratif adalah teknik untuk menanggulangi tingkah
laku siswa yang menggangu kegiatan belajar-mengajar. Teknik-teknik tersebut
sekaligus merupakan komponen-komponen mengelola kelas.
1. Teknik preventif
Yang dapat digolongkan kedalam teknik preventuf adalah :
a. Sikap terbuka
b. Sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia
c. Sikap empati
d. Sikap demokratis
e. Mengarahkan siswa pada tujuan kelompok
f. Menghasilkan aturan kelompok yang disepakati bersama
g. Mengusahakan kompromi
h. Memperjelas komunikasi
i. Menunjukkan kehadiran
2. Teknik kuratif
Yang dapat digolongkan kedalam teknik kuratif adalah :
a. Penguatan negative
b. Pengahapusan
c. Hukuman
d. Membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran
e. Bersikap masa bodoh terhadap pelanggaran siswa, kemudian
memberikan respon positif terhadap tingkah laku siswa yang
positif (untuk siswa yang menunjukkan tingkah laku menarik
perhatian)
f. Memberikan tugas yang bersifat memimpin (bagi siswa yang
menujukkan tingkah laku menguasai)
g. Memberikan tugas yang memerlukan keberanian (bagi siswa yang
menunjukkan tingkah laku menguasai)
h. Memberiak tugas yang menuntut kekuatan fisik (bagi siswa yang
menunjukkan tingkah laku menguasai)
i. Tidak memberikan respon, ekspresi wajah tetap wajar (bagi siswa
yang menunjukkan tingkah laku membalas dendam)
j. Tidak menyalahkan siswa secara langsung, menunjukkan segi-segi
keberhasilan (bagi siswa yang menunjukkan tingkah laku
menunjukkan ketidakmampuan)
k. Mendorong partisipasi
l. Memeratakan partisipasi
m. Mengurangi tegangan
n. Mengatasi pertentangan antarpribadi atau antarkelompok
H. Keterampilan Mengajar Perorangan
Mengajar secara perseorangan ialah kegiatan guru mengahadapi banyak siswa
yang masing-masing mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan guru
serta memperoleh bantuan dan bimbingan guru secara perseorangan.
a. Komponen-komponen mengajar secara perseorangan
Ada empat yang harus di kuasai oleh guru untuk menyelenggarakan
pengajaran secara perseorangan, yaitu :
1. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajr-
mengajar
Guru harus mampu membuat perencanaan kegiatan belajar secara
perseorangan yang tepat. Ia dituntut untuk mampu mendiagnosis atau
menganalisis pengetahuan-pengetahuan yang telah memiliki siswa,
kemampuan memahami sesuatu, kecenderungan minat siswa, cara
belajar siswa dan tingkat kedisiplinan siswa.
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar mencakup kegiatan-kegiatan :
1. Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran yang dapat
dilakukan dengan diskusi atau menyiapkan bahan-bahan menarik
yang mampu menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tertentu
2. Merencanakan kegiatan belajar bersama para siswa yang
mencakup pembicaraan tentang kriteria keberhasilan, langkah-
langkah kerja,waktu, serta kondisi belajar
3. Bertindak atau berperan sebagai penasihat bagi siswa bila
diperlukan
4. Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuan sendiri.

2. Keterampilan mengorganisasi
Selama kegiatan belajar secara perseorangan berlangsung, guru
berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan
belajar dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Dalam hal ini perlu
menguasai keterampilan :
1. Memberi orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang
akan di pecahkan sebelum siswa mengerjakan tugasnya.
2. Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyedian ruangan kerja,
peralatan, cara kerja yang diperlukan, serta alokasi waktu yang
diperlukan
3. Mengoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta
menggunakan materi dan sumber sehingga dapat memberikan
bantuan pada saat yang tepat
4. Membagi-bagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa
sehingga guru siap dating membantu siapa saja yang
memerlukannya
5. Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi (pucak kegiatan)
yang dapat berupa laporan hasil kerja yang dicapai setiap siswa
dan dilanjutkan dengan kesimpulan tentang kemajuan yang telah
dicapai siswa dalam kegiatan belajar itu.

3. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi


Salah satu ciri pengajaran perseorangan ialah terjadinya hubungan
yang akrab dan sehat antara guru dengan siswa. Suasana keterbukaan,
sehat, akrab tersebut dapat diciptakan antara lain dengan cara :
1. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa
2. Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukan oleh siswa
3. Memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa
4. Membangun hubungan saling mempercayai
5. Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa
kecenderungan untuk mendominasi atau mengambil ahli tugas
siswa
6. Menerima pesanan siswa dengan penuh pengertian dan
keterbukaan
7. Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa aman,
penuh pemahaman, merasa dibantu serta merasa menemukan
alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya
4. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini memungkinkan guru untuk membantu siswa agar
dapat terus maju tanpa mengalami frustasi. Hal ini dapat dilakukan
guru dengan cara :
1. Memberikan penguatan yang tepat karena pada dasarnya
penguatan merupakan dorongan yang penting bagi siswa untuk
maju
2. Mengadakan supervise sejak proses awal, yaitu guru secara
berkeliling mendekati setiap siswa pada saat awal dimulainya
kegiatan belajar secara perseorangan, dengan maksud untuk
melihat, apakah siswa sudah mulai bekerja dengan arah yang benar
dan bersedia membantu jika perlu.
3. Mengadakan supervise proses lanjut, yakni kegiatan guru untuk
memberikan bantuan kepada siswa secara selektif bagi yang
memerlukan setelah kegiatan belajar perseorangan berlangsung
beberapa lama
4. Mengadakan supervise pemaduan, yakni guru mendatangi setiap
siswa, membantu menilai kemajuannya, menyiapkan dan
mengarahkannya pada kegiatan akhir yang harus dicapai dalam
waktu yang tersisa untuk mecapai target, laporan yang harus,
dibuat dan sebagainya.
Daftar Pustaka

Hasibuan, j.j, Ibrahim. 1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar


Pengajaran Mikro. Bandung : CV Remadja Karya.

Surakhmad, W. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung :


TARSITO

Anda mungkin juga menyukai