Oleh
Kelompok I:
Parasian Sitinjak : 4172121029
Sabrianto Hutabarat : 4171121031
JURUSAN FISIKA
2020
A. Keterampilan Bertanya
1. Pengertian dan Tujuan
Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, ada beberapa prinsip yang perlu
mendapat perhatian guru pada waktu menggunakan keterampilan bertanya dalam
proses belajar-mengajar, baik keterampilan dasar bertanya tingkat dasar maupun
keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut.
a. Kehangatan dan kenatusiasan (sikap, gaya, suara, ekspresi wajah, dan
gerakan, dan posisi badan)
b. Bervariasi
Berdasarkan pembahasan ini, akan tampak jelas perlunya para calon guru
memahami serta melatih diri secara teratur dan terarah agar terampil dalam
menggunakan keterampilan dasar mengajar memberi penguatan dalam rangka
peningkatan kegiatan belajar-mengajar.
a. Penguatan verbal
1) Kata-kata : bagus, ya, benar, tepat, bagus sekali, tepat sekali dan lain-lain.
2) Kalimat : pekerjaan Anda baik sekali! Saya gembira dengan hasil
pekerjaan Anda! Inilah contoh siswa yang patut diteladani oleh teman-
teman sekelasnya.
b. Penguatan berupa mimik dan gerakan badan
Penguatan berupa mimik dan gerakan badan antara lain seperti senyuman,
anggukan, acungan ibu jari, tepuk tangan dan kadang-kadang dilaksanakan
bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, ketika guru memberikan
penguatan verbal “bagus”, pada saat yang bersamaan ia mengacungkan
jempolnya atau bertepuk tangan.
c. Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan dengan cara mendekati ialah mendekatkan guru dengan siswa
untuk menyatakan adanya perhatian dan kegembiaraan terhadap hasil
pekerjaannya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berdiri di samping
siswa, berjalan menuju ke arah siswa, duduk dekat seorang siswa atau
kelompok siswa, berjalan di sisi siswa. Seringkali tindakan guru ini
bersamaan dengan pemberian penguatan verbal sehingga suasana hangat dan
antusias akan terbentuk. Guru dapat mengira-ngira berapa lama ia berada
dekat dengan seorang atau kelompok siswa, sebab bila terlalu lama maka
akan menimbulkann suasana yang tidak baik di kelas, dan manfaat penguatan
akan menurun.
d. Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap siswa atas
usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan
atau mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan atau
berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan dengan sentuhan harus bijaksana,
artinya dipertimbangkan umur, jenis kelamin, latar belakang kebudayaan
setempat (umpamanya mengelus-elus rambut siswa).
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi
oleh siswa sebagai penguatan. Lebih bermakna bagi siswa kalau kegiatan dan
tugas-tugas yang akan digunakan sebagai penguatan itu berhubungan dengan
penampilan yang di beri penguatan. Umpamanya, seorang siswa
memperlihatkan kemajuan dalam pelajaran music ditunjuk untuk menjadi
pemimpin paduan suara sekolah atau diperbolehkan menggunakan alat-alat
music pada jam-jam bebas. Siswa yang lebih dahulu menyelesaikan
pekerjaan dengan baik dalam pelajaran matematika dapat diminta melakukan
tugas membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam pelajaran
ini. Hal ini tidak berarti bahwa kegiatan lain tidak boleh digunakan. Memberi
kesempatan memainkan suatu permainan, menjadi pemimpin barisan, dapat
digunakan asalkan disenangi oleh siswa.
f. Penguatan berupa symbol atau benda
Dalam penguatan ini digunakan bermacam-macam symbol atau benda. Yang
berupa symbol antara lain adalah tanda, komentar tertulis pada buku siswa,
sedangkan yang berupa benda dapat berupa kartu bergambar, bintang, plastic,
lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlalu mahal harganya, tetapi
mempunyai arti simbolis. Walaupun penguatan ini dapat digunakan sebagai
insentif, jangan terlalu sering digunakan, terutama berupa benda, agar tidak
menjadi kebiasaan untuk mengharapkan memperoleh benda tertentu sebagai
imbalan terhadap penampilannya. Komentar tertulis pada buku pekerjaan
siswa yang berarti pengakuan keberhasilan dan pemberian saran yang
konstruktif akan tetap besar nilainya dalam membelajarkan siswa.
Keluhan sering kita dengar dari para siswa, para guru, karyawan kantor,
maupun kepala sekolah. Dari pihak siswa sudah merupakan rahasia umum bahwa
guru mengajar dengan gaya itu-itu saja alias ceramah melulu. Materi yang
disajikan “kering, gersang”, tugas utama para siswa adalah “duduk, dengar, catat,
dan hafal”.
D. Keterampilan Menjelaskan
Suatu perencanaan yang baik tidak akan berhasil bila penyajiannya kepada
pendengarnya tidak baik. Hasil pelaksanaan atau penyajiannya dapat ditingkatkan
dengan memperhatikan subkomponen di bawah ini.
1) Kejelasan
Kejelasan dalam menyajikan suatu penjelasan dapat dicapai dengan
berbagai cara. Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya,
ungkapannya, maupun volume suaranya. Pembicaraan dilakukan dengan
lancar, dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu. Kalimat disusun
dengan dengan tata Bahasa yang baik, dengan menghindari kalimat yang
tidak lengkap. Istilah-istilah teknis ataupun istilah baru harus
didefenisikan dengan jelas. Yang penting diperhatikan juga ialah, guru
juga hendaknya menggunakan waktu diam sejenak (senyap) untuk melihat
apakah yang dijelaskan itu telah dimengerti oleh siswa sebelum
dilanjutkan dengan penjelasan lain atau mengajukan pertanyaan.
2) Penggunaan contoh dan ilustrasi
Pola pemberian contoh dengan mengaitkannya dengan generalisasi (dalil)
biasanya menjadikan penjelasan lebih efektif. Salah satu contoh pola ini
yang sangat dianjurkan untuk digunakan adalah dalil-contoh-dalil, yakni
dimulai dengan suatu pernyataan pendahuluan singkat atau generalisasi
(dalail), diikuti dengan contoh-contoh pernyataan (dalil) tadi, dan
disimpulkan dengan mengulang pertanyaan pertama.
Pada umumnya, ada dua pola menghubungkan contoh dan dalil ini yang
mempunyai keefektifan tinggi, yakni :
a) Pola induktif, yakni guru memberikan contoh-contoh terlebih dahulu,
dan akhirnya dari contoh-contoh tersebut ditarik kesimpulan umum
atau dalil (rumus).
b) Pola deduktif, yakni contoh-contoh digunakan untuk memperjelas atau
merinci lebih dalam suatu hokum atau generalisasi yang telah
diberikan lebih dahulu.
3) Pemberian tekanan
Dalam suatu penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada
masalah pokok dan cara memecahkannya, serta mengurangi informasi
yang tidak begitu penting. Subketerampilan memberikan penekanan ini
dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu :
a) Mengadakan variasi dalam gaya mengajar guru. Yang paling banyak
dilakukan adalah memberi tekanan pada suara guru dalam butir-butir
yang dianggap penting.
b) Memberi struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang
menunjukkan arah atau tujuan utama sajian.
c. Balikan
Siswa yang siap mental untuk belajar adalah siswa yang mengetahui :
Usaha yang dilakukan oleh guru untuk menutup pelajaran, antara lain :
1. Dasar pemikiran
a. Biasanya yang sering dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran ialah
menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyiapkan alat-alat pelajaran,
kemudian guru langsung masuk pada kegiatan inti pelajaran.
b. Jika guru berhasil membuka pelajaran sehingga siswa benar-benar siap
mental untuk belajar, maka akan Nampak siswa itu :
1) Asyik dalam melakukan tugas
2) Semangat dan kualitas respons yang tinggi
3) Banyak mengajukan pertanyaan dengan tepat
4) Cepat bereaksi terhadap saran-saran guru.
c. Jika guru berhasil menutup pelajaran dengan baik, maka selesai proses
belajar, siswa benar-benar memperoleh pengetahuan yang bulat (utuh)
sebagai hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan.
d. Guru tidak atau belum melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran,
antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum menguasai
keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
2. Penggunaan dalam kelas
a. Tujuan
1) Bermakna
Usaha untuk menarik perhatian atau memotivasi siswa harus sesuai dengan
isi dan tujuan pelajaran.
2) Beruntun dan berkesinambungan
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengenalkan dan merangkum
kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari
kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip beruntun dan berkesinambungan ini
memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai
dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas anatara satu bagian dengan
bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
2) Menimbulkan motivasi
Dengan adanya motivasi, proses belajar-mengajar menjadi dipermudah. Oleh
karena itu, setelah anak tertarik perhatiannya pada pelajaran, guru harus
berusaha untuk menimbulkan motivasi.
Ada beberapa cara untuk menimbulkan motivasi, antara lain :
a) Dengan kehangatan dan keantusiasan
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, hangat dan akrab.
Sikap yang demikian itu dapat menimbulkan rasa senang dalam
mengerjakan tugas sehingga timbul motivasi untuk belajar.
b) Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Motivasi siswa untuk beljar dapat timbul jika guru dapat menimbulkan
rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa.
c) Mengemukakan ide yang bertentangan
Guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan
masalah atau kejadian-kejadian dari kehidupan sehari-hari.
d) Dengan memperhatian minat siswa
Motivasi siswa dapat timbul dengan cara guru menyesuaikan topik-topik
pelajaran dengan minat siswa.
3) Memberi acuan
Dalam hubungannya dengan membuka pelajaran, memberi acuan diartikan
sebagai usaha mengemukakakn secara spesifik dan singkat serangkaian
alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas
tentang hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak di tempuh dalam
mempelajari bahan pelajaran. Usaha dan cara memberi acuan itu, anatara
lain adalah:
a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan
batas-batas tugas yang harus di kerjakan oleh siswa agar mereka
memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup bahan pelajaran
yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
b) Meyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
Pada permulaan pelajaran atau pada saat-saat tertentu selama penyajian
pelajaran, guru hendaknya memberikan saran-saran tentang langkah-
langkah yang harus ditempuh oleh siswa dalam belajar sehingga siswa
terarah usahanya untuk menguasai pelajaran.
c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang akan dilakukan oleh guru untuk mengingatkan
masalah pokok yang akan dibahas.
d) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh guru sebelum mulai
memjelaskan bahan pelajaranakan mengarahkan siswa dalam
mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajarinya.
4) Membuat kaitan
Hal-hal yang telah dikenal, pengalaman-pengalaman, minat dan kebutuhan
siswa, merupakan bahan pengait untuk mempermudah pemahaman. Usaha
guru untuk membuat kaitan itu, misalnya dengan cara :
a) Membuat kaitan antara kaitan aspek-aspek yang relevan dari mata
pelajaran yang telah dikenal oleh siswa.
b) Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa.
c) Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum
bahan pelajaran itu diberikan secara rinci.
b. Menutup pelajaran
Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran, antara lain
adalah :
1) Meninjau kembali
Guru meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu
sudah dikuasai oleh siswa. Adapun cara meninjau kembali itu adalah :
a) Merangkum inti pelajaran
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau
siswa sendiri (disempurnakan oleh guru).
b) Membuat ringkasan
Dengan membuat ringkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan
pokok-pokok bahan pelajaran yang telah di pelajarinya.
2) Mengevaluasi
Untuk mengetahui apakah siswa telah memperoleh wawasan yang utuh
tentang sesuatu yang sudah diajarkan, guru melakukan penilaian.
Bentuk-bentuk evaluasi ialah :
a) Mendemostrasikan keterampilan
Setelah selesai mengarang prosa atau puisi, guru meminta siswa
maju ke depan kelas untuk membacakan dan menjelaskan apa isi
yang terkandung didalamnya.
b) Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Setelah guru menerangkan suatu rumus matematika, siswa disuruh
mengerjakan soal-soal baru dengan mengguanakan rumus tersebut.
c) Mengekspresikan pendap sendiri
Guru dapat menerima siswa untuk memberi komentar tentang
apakah suatu demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa lain
efektif atau tidak.
d) Soal-soal tertulis
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat memberikan soal-
soal tertulis untuk mengerjakan oleh siswa.
1. Komponen-komponen keterampilan
Dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin diskusi kelompok, perlu dimiliki
enam macam keterampilan, yaitu :
a. Memusatkan perhatian
Memusatkan perhatian dapat dilakukan dengan cara :
1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi serta mengenalkan topic atau
masalah dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang menggugah
rasa ingin tahu.
2) Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakannya kembali bila
terjadi penyimpangan-penyimpangan
3) Mencatat dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang
mengakibatkan penyimpangan diskusi dari tujuan atau masalah pokok
yang akan dipecahkan
4) Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum
melanjutkan dengan masalah berikutnya.
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Penyimpangan ide yang kurang jelas (sukar ditangkap oleh anggota
kelompok) dapat menimbulkan kesalahpahaman hingga suasana dapat
menjadi tengang. Untuk menghindari hal itu guru (pimpinan diskusi) harus
memperjelas penyampaian ide tersebut dengan cara :
1) Menguraikan kembali gagasan siswa yang kurang jelas itu hingga
menjadi jelas (dimengerti dari anggota kelompok)
2) Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan
pertanyaan yang membantu memperjelas ide atau mengembangkan ide
tersebut
3) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan
atau contoh-contoh yang sesuai hingga mudah mengerti
f. Menutup diskusi
Menutup diskusi dapat dilakukan dengan cara :
1) Membuat rangkuman hasil dengan bantuan para siswa
2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut diskusi ataupun tentang topic
diskusi yang akan dating
3) Mengajak siswa menilai proses maupun diskusi yang telah dicapai
dengan cara observasi, wawancara, skala, sikap dan sebagainya.
Guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topic yang tidak sesuai dengan
minat dan latar belakang pengetahuan siswa
2) Mendominasi pembicaraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak
dan jawaban yang banyak pula
3) Membiarkan siswa tertentu memonopoli pembicaraan
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau
pembicaraan yang tidak eleven
5) Tergesa-gesa meminta respon siswa atau mengisi waktu dengan
berbicara; siswa tidak sempat berpikir
6) Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas atau mendukung urunan siswa
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif
2. Keterampilan mengorganisasi
Selama kegiatan belajar secara perseorangan berlangsung, guru
berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan
belajar dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Dalam hal ini perlu
menguasai keterampilan :
1. Memberi orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang
akan di pecahkan sebelum siswa mengerjakan tugasnya.
2. Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyedian ruangan kerja,
peralatan, cara kerja yang diperlukan, serta alokasi waktu yang
diperlukan
3. Mengoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta
menggunakan materi dan sumber sehingga dapat memberikan
bantuan pada saat yang tepat
4. Membagi-bagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa
sehingga guru siap dating membantu siapa saja yang
memerlukannya
5. Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi (pucak kegiatan)
yang dapat berupa laporan hasil kerja yang dicapai setiap siswa
dan dilanjutkan dengan kesimpulan tentang kemajuan yang telah
dicapai siswa dalam kegiatan belajar itu.