A. Latar Belakang
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang
menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Pada hakikatnya guru dan
anak didik itu bersatu.
Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan
tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Keterampilan dasar
mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus guru punyai dalam hal ini. Dengan pemilikan
keterampilan dasar mengajar ini diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya dikelas.
Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh seorang guru, untuk memancing jawaban,
komentar, pahaman dari murid-murid. Baik ia sebelum mendengar atau mendapat penjelasan
materi pembelajaran dan setelah mendengar dan mendapat penjelasan materi pembelajaran dari
gurunya.
B. Pembahasan
1. Keterampilan Bertanya
Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal guru akan selalu menggunakan keterampilan
bertanya kepada siswanya. Cara bertanya untuk seluruh kelas, untuk kelompok, atau untuk individu,
memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya pada hasil belajar siswa, tetapi juga pada suasana
kelas baik sosial maupun emosional.
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan
pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa.
“Brown menyatakan bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan
ilmu pada diri sendiri”.[1]
Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar siswa merupakan
suatu hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu seorang guru hendaknya berusaha memahami dan
menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar guru dalam bertanya.
Pada dasarnya pertanyaan yang di ajukan merupakan suatu proses pemberian stimulus secara verbal
dengan maksud untuk menciptakan terjadinya proses intelektual pada siswa, dengan memperhatikan
respon atas pertanyaan tersebut.[2]
Sehingga para ahli percaya bahwa pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap
siswa, diantaranya:
b. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sebab berfikir itu sendiri pada hakikatnya
bertanya.
c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban.
d. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
Adapun kelebihan dan kelemahan keterampilan betanya dalam proses keterampilan bertanya
seorang guru didalam kelas dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Seberapa jauh mata pelajaran dapat diterima atau dipahami oleh siswa, sekalipun sedang ribut
atau yang mengantuk kembali tegar dan akan hilang.
b. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun sedang ribut atau yang
mengantuk.
Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal guru akan selalu menggunakan keterampilan
bertanya kepada siswanya. Cara bertanya untuk seluruh kelas, untuk kelompok, atau untuk individu,
memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya pada hasil belajar siswa, tetapi juga pada suasana
kelas baik sosial maupun emosional.
Kelancaran bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan
diajukan guru kepada siswa didalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi guru
didalam proses belajar mengajar. Komponen yang penting dalam bertanya antara lain harus jelas dan
ringkas.
Pemberian waktu (pausing) untuk berpikir setelah guru bertanya merupakan faktor yang penting.
Pemberian waktu ini akan menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya siswa yang merespon,
banyak pikiran muncul, siswa mulai berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya, banyak siswa
bertanya bertambah, atau guru cenderung meningkatkan variasi bertanya.[4]
Keterampilan bertanya (Questioning) sangat penting dikuasai guru , untuk memancing jawaban,
komentar, pemahaman dari murid-murid.
Keterampilan bertanya adalah cara-cara yang dapat digunakan guru untuk mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Kualitas pertanyaan akan menentukan kualitas jawaban siswa. Ada tiga hal penting
dalam keterampilan bertanya yaitu:
a. Pausing
Setelah guru mengajukan pertanyaan, murid diminta tenang sebentar. Ini bertujuan untuk:
Guru mengajukan pertanyaan “sulit”, sehingga tidak ada murid yang dapat menjawab, karena
sulitnya, atau karena pertanyaan tidak jelas. Oleh sebab itu guru harus melakukan “prompt”
mendorong. Caranya ialah:
3) Pecah pertanyaan semula menjadi beberapa sub pertanyaan sehingga akhirnya semua dapat
terjawab.
c. Probing
Melacak, menuntun, mengarahkan. Probing dilakukan karena belum diperoleh jawaban memuaskan.
Untuk memperoleh jawaban yang sempurna, maka guru menunjuk murid lain untuk menjawab.
Apabila belum puas, minta murid yang lain lagi. Yang akhirnya diperoleh jawaban yang sempurna.
2) Directing or distributing questions, pertanyaan harus diarahkan keseluruh kelas, kemudian carilah
murid yang akan menjawab.
Pertama-tama pertanyaan tidak dijawab oleh seluruh kelas, lalu yang mau menjawab, diminta
menunjuk. Kemudian masing-masing yang menunjuk diminta untuk menjawab satu persatu, ini
disebut redirecting.
a) Low order question, yaitu pertanyaan yang bersifat recall ini pertanyaan mudah, misalnya apa
ibukota provinsi Jawa Barat
b) Higher order question, yaitu pertanyaan ini agak sulit, dengan memakai kata, bagaimana,
mengapa?, Mengapa Bandung ditunjuk sebagai ibukota provinsi Jawa Barat?.[5]
Komponen keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar
dan keterampilan bertanya lanjutan. Adapun keterampilan bertanya dasar mencakup:
a. Penggunaan pertanyaan yang jelas dan singkat dengan mengunakan kata-kata yang mudah
dimengerti dan sesuai taraf perkembangannya.
b. Pemberian acuan, berupa pernyataan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang
diharapkan dari siswa.
c. Pemindahan giliran dan menyebar pertanyaan, untuk melibatkan seluruh siswa semaksimal
mungkin agar tercipta iklim pembelajaran yang menyenangkan.
Bagi guru baru, kadang ada pertanyaan siswa yang tak dapat dijawab guru baru itu, inilah kadang
yang menyebabkan suatu problem yang akan dihadapi seorang guru. Adapun langkah-langkah yang
dapat kita ambil dalam penyelasaian problem tesebut adalah:
b. Tanyakan kepada siswa, siapa yang dapat menjawabnya, atau tanyakan kelas untuk mencari
jawaban yang benar dari buku mereka.
c. Mengaku kepada siswa bahwa kita belum btahu jawaban dan berjanji akan menjawabnya (jangan
asal dijawab saja). Siswa dilatih mencari jawaban dan mereka hendaknya sadar bahwa seorang guru
bukan maha tahu.
Dan ada pula pertanyaan siswa yang melenceng atau tidak berhubungan dengan topik, maka
bagaimana cara menghadapinya?, caranya adalah sebagai berikut:
c. Nyatakan bahwa itu suatu pertanyaan yang baik dan akan dan akan dijawab lain kali.
d. Katakan bahwa pertanyaan itu menyimpang dari apa yang telah direncanakan untuk hari ini.
Adapun usaha seorang guru dalam memberikan pertanyaan nya pada siswa yang lemah, maka usaha
yang harus dilakikan seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan “probing” (pelacakan), pertanyaan ini bersifat membantu siswa untuk melacak
respon yang diharapkan.
b. Pertanyaan korektif, pertanyaan yang diajukan dengan maksud untuk menciptakan kondisi
emosional saja, karena itu pertanyaan ini tidak berhubungan dengan bahan pelajaran. Contohnya:
jika tiba-tiba kelas ribut, mungkin kita dapat bertanya apakah ada sesuatu yang mereka
permasalahkan.[7]
tingkat mengikat kembali fakta-fakta keberbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti
pemahaman, ppenerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Penggunaan pertanyaan pelacak dilakukan apabila juawaban dari peserta didik kurang memuaskan.
Apabila seorang guru dalam mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tidak ada yang menjawab
hindari pertanyaan itu dijawab oleh guru sendiri, usahakan untuk memberi informasi yang merujuk
pada jawaban.[8]
Untuk mengklasifikasikan cara berfikir siswa dalam hubungannya dengan pertanyaan lanjut guru,
digunakan konsep dan terminologi dan bloom:
Pertanyaan merecall adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat kembali informasi
yang telah diterima sebelumnya.
b. Pemahaman (comprehension)
c. Aplikasi
Pertanyaan aplikasi meminta siswa menggunakan abstraksi dan generalisasi pada situasi tertentu.
d. Analisis
Pertanyaan ini meminta siswa untuk dapat memecahkan (Break Down) masalah sampai ke bagian-
bagian kecil untuk mempelajari bagaimana hubungan antara bagian-bagian kecil untuk mempelajari
bagaimana hubungan antara bagian-bagian itu.
e. Sintesis
Pertanyaan sitesis meminta siswa untuk membuat atau membentuk pikiran atau tentang konsep,
perencanaan, atau percobaan.[9]
f. Evaluasi
Pertanyaan evaluasi meminta siswa untuk membuat keputusan atau menyatakan pendapat
khususnya tentang kualitas. Sebaiknya diajukan setelah beberapa kali pertemuan.
g. Sikuen
Membentuk cara berfikir maju yang bertahap-tahap dan melibatkan semua siswa pada kegiatan,
namun kecepatan dan kemampuan siswa tidak harus menjadi homogen.
C.Kesimpulan
Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidkan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan
tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Maka dari itu guru harus
memiliki kemampuan dan keterampilan. Salah satunya adalah keterampilan bertanya dasar dan
keterampilan bertanya lanjutan.
Keterampilan bertanya dasar adalah Pada dasarnya pertanyaan yang di ajukan merupakan suatu
proses pemberian stimulus secara verbal dengan maksud untuk menciptakan terjadinya proses
intelektual pada siswa, dengan memperhatikan respon atas pertanyaan tersebut, yang memiliki
tujuan, penyusunan kata, struktur, struktur, pemusatan, dan lain-lain.
Keterampilan bertanya lanjutan adalah Keterampilan bertanya lanjutan adalah merupakan lanjutan
dari pada keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan
kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi, dan mendorong lawan bicara agar dapat berinisiatif
sendiri.
Maka keterampilan ini sangat dibutuhkan seorang calon guru sebagai keterampilan dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas.
D.Daftar Pustaka
Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 1986.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya. 2005).
http://afidburhanuddin.wordpress.com.