Dasar Mengajar
Sabtu, 16 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang kompleks
untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain, pekerjaan
seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu melakukan
pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, seorang
guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial.
Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan yang
terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan
guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif. Keterampilan dasar
mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu dikuasi oleh semua
guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan tinggi. Dengan pemahaman
dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru
diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi
seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang studi yang
diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut hasil penelitian (Turney, 1979), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang
dianggap berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang
dimaksud adalah keterampilan:
1. Bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi kelompok kecil
7. Mengelola kelas
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
BAB II
PEMBAHASAN
a. KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari guru
memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.
Pada kenyataannya di lapangan ada banyak guru yang tidak menguasai teknik-teknik dalam
memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat
knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
1. Alasan Perlunya Keterampilan Bertanya
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan itu
antara lain:
Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode
ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber informasi, sedangkan siswa
adalah penerima informasi. Oleh karena itu, siswa bersikap pasif dan menerima, tanpa
keinginan dan keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya.
Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif,
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi sebagai sumber
informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk
bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Situasi seperti ini
menular ke dalam kelas. Kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru tidak banyak
dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa
untuk bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam kegiatan pembelajaran
menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual. Salah satu ciri dari pendekatan ini
adalah keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang memang perlu
dipertanyakan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai keterampilan
bertanya yang mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajkukan guru hanya berfungsi untuk
menguji pemahaman siswa.
2. Fungsi Pertanyaan
Turney (1979) mengindentifikasi 12 fungsi pertanyaan. Keduabelas fungsi tersebut antara
lain:
a) Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
b) Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
c) Menggalakkan penerapan belajar aktif
d) Merangsang siswa memberikan pertanyaan sendiri
e) Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal
f) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
g) Mengomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
h) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang
informasi yang diberikan
i) Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan
proses berpikir
j) Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru
k) Memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi
l) Membentu siswa menyetakan perasaan dan pikiran yang murni
Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk:
a. meningkatkan perhatian siswa
b. membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
c. memudahkan siswa belajar
d. mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang
positif
e. menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
f. memlihara iklim kelas yang kondusif
b. kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang
merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya.
c. menghindari penggunaan respons negatif
Respons negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaa, hukuman atau ejekan dari guru
merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan
kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respons
negatif tersebut.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk hal-hal sebagai berikut:
a. menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
b. meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu
c. mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru
d. melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
e. meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
D. KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Dan Tujuan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik
yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui dan yang
belum diketahui.
Dari segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna “membuat sesuatu menjadi
jelas”. Dalam kegiatan terkandung makna pengkajian makna secara sistematis sehingga yang
menerima penjelasan memiliki gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu
dengan informasi lainnya. Misal hubungan informasi baru dengan lama, hubungan sebab
akibat, hubungan antara teori dan praktik, atau hubungan antara dalil-dalil dengan contoh.
Kegiatan menjelaskan mempunyai beerapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain ialah:
a. Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil, dan sebagainya secara objektif
dan bernalar.
b. Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam proses
pembelajaran.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir
yang lebih sistematis.
d. Mendapatkan balikan dari siswa tentang tingkat pemahamannya terhadap konsep yang
dijelaskan dan untuk mengatasi salah pengertian.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian
ketidakpastian.
Sementara itu, penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk:
a. Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan
yang bermakna bagi siswa.
b. Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
c. Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
d. Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
e. Menggunakan waktu secara efektif.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka dan menutup
pelajaran adalah :
a. Menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
c. Memberikan gambaran yang jelas tentang batas- batas tugas yang harus dikerjakan siswa.
2) Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi siswa untuk
mempelajari atau memasuki topik/kegiatan yang akan di bahas atau dikerjakan,cara
memberikan motivasi ada bermacam-macam cara,diantaranya:
Sikap hangat dan antusias
Menimbulkan rasa ungin tahu.
Mengemukakan ide yang bertentangan.
Memperhatikan minat siswa.
3) Memberi Acuan
Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan
gambaran singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau kegiatan yang akan di pelajari
siswa. Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara seperti:
Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan.
Mengigatkan masalah pokok.
Mengajukan pertayaan-pertanyaan.
4) Membuat kaitan.
Salah satu aspek yang membuat pelajaran menjadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut
dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.Dalam hal ini guru berusaha
mengaitkan materi baru dengan pengetahuan,pengalaman,minat,serta kebutuhan
siswa,misalnya meninjau kembali pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang telah
diketahui dari materi baru yang akan di jelaskan,memberi kaitan materi baru dengan materi
yang sudah diketahui siswa atau apabila konsep yang akan dijelaskan terlebih dahulu.
b. Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan pada setiap akahir penggal kegiatan.Agar kegiatan
menutup pelajaran dapat berlangsung secara efektif,guru diharapkan menguasai cara menutup
pelajaran sebagai bahan sebagai berikut :
1) Meninjau kembali (mereviu)
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap inti pelajaran,pada akhir penggal kegiatan
guru hendaknya melakukan peninjauan kembali tentang penguasaan siswa.Hal ini dapat
dilakukan dengan 2 cara,yaitu merangkum dan atau membuat ringkasan inti pelajaran.
a) Merangkum inti pelajaran.
Kegiatan merangkum inti pelajaran pada dasarnya berlangsung selama proses
pembelajaran.Misalnya,ketika selesai menjelaskan suatu topik guru meminta siswa
merangkum topik yang telah dibahas.
b) Membuat ringkasan
Membuat ringkasan merupakan satu cara untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap inti
pelajaran.
2) Menilai (mengevaluasi)
Penggal kegiatan atau akhir satu pelajaran dapat ditutup dengan menilai penguasaan siswa
tentang pelajaran yang telah dibahas.Penilaian dapat dilakukan dengan cara berikut:
Tanya –jawab secara lisan.
Mendemostrasikan ketrampilan.
Mengaplikasikan ide baru.
Menyatakan pendapat tentang masalah yang di bahas.
Memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep
atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi
termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan langsung,
artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu pandang dan
saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok.
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan untuk
mengambil keputussan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik diskusi pada
umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi kedalam kelompok-
kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah seorang teman dari siswa dalam
kelompok tersebut. Setiap siswa dalam anggota kelompok masing-masing bebas tanpa ada
tekanan dari pihak manapun untuk urun rembung, menyumbang pendapat, saran, berbagi
pengalaman, untuk menghasilkan kesimpulan bersama atau terpecahkannya masalah yang
didiskusikan.
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama setiap
individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan temannya yang
lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh. Dengan demikian
melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran setiap individu siswa
dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-kekurangan dapat dipecahkan.
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif dan efisisen.
Salah satu aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila kegiatan diskusi tidak
terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua pembicaraan harus terfokus pada
permasalahan yang sedang dibahas. Oleh karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas dan terukur
yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
2) Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan harus menarik
minat, menantang dan memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Topik masih bisa
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan
tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara
aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
3) Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah diskusi.
Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi untuk meluruskan
pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga
dan terfokus pada masalah diskusi.
4) Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir diskusi, tapi
selama proses berlangsung hasil pembicaraan yang inti segera dirangkum, sehingga pada ahir
diskusi akan dapat menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan
yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga jelas mengaburkan pada
topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru
dalam diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin berkembang, karena akan mengganggu
proses dan hasil diskusi itu sendiri.
Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap pendapat atau
pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta diskusi lainnya.
Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diskusi urun rembug memberikan
penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan memiliki persepsi yang sama
terhadap ide yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi.
c. Menganilisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin terjadi.
Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah bagaimana agar
perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbimng setiap anggota kelompok untuk
berpartisipasi secara aktif dan konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
d. Meningkatkan urunan siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan berfikir siswa,
yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan lain sebagainya. Agar
sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam rangja mengembangkan kemmapuan berfikir
siswa secara opyimal, maka guru atau pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota
diskusi untuk berpikir dan menyampaikan buah fikirannya dalm forum diskusi tersebut.
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar sesama peserta
diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki kesempatan yang sama untuk
menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah
satu contoh penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau guru
harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh
sekelompok atau orang-orang tertentu saja.
f. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah ,menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif
dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan mengemukakan ide atau pikirannya,
sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama.
Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam
menutup diskusi antara lain adalah:
1) Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilkan dari
kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
2) Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan,
baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
3) Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan, seperti
melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan sebagainya. Penilaian ini berfungsi
sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap
peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui diskusi yang akan dilakukan pada
kegiatan berikutnya.
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang
untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan
siswa.
Berbagai hal yang harus dihindari guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalaha :
1) Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada kaitannya dengan topic
pembicaraan
2) Membiarkan diskusi dikuasai/dimonopoli oleh peserta didik tertentu
3) Membiarkan peserta didik tidak aktif
4) Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
5) Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk memikirkan
pemecahan masalah
6) Tidak merumuskan hasil diskusi dan tidak membentuk tindak lanjut
BAB III
PENUTUP
Penguatan adalah respons yang dberikan ole guru terhadap perilaku siswa yang baik, yang
menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkat perilaku baik
tersebut.
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu menjadi tidak monoton. Variasi dalam
kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan
keingintahuan siswa, melayani gaya belajar yang beragam, serta meningkatkan kadar
keaktifan siswa.
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru
yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Hal: 7.1-7.61