Anda di halaman 1dari 12

CARA BERTANYA KEPADA PESERTA DIDIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Microteaching


Dosen Pengampu : Ika Sukmawati S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :
Erdian Rizki Agung Nugroho 1910305048
Monica Wijaya 1910305055
Sofiya Salsabila 1910305075
Shinta Nurfaizah 1910305092

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2022
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Bertanya Guru
1. Pengertian Keterampilan Bertanya
Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah mengajar yang baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik
bertanya yang efektif. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan
dengan dengan pendapat yang mengatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya’.
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta proses dari seseorang yang
dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal
yang merupakan hasil pertimbangan.Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kemampuan berpikir.
Keterampilan bertanya, bagi seseorang guru merupakan keterampilan yang sangat
penting untuk dikuasai. Mengapa demikian? Sebab melalui keterampilan ini guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat anda rasakan,
pembelajaran akan menjadi sangat membosankan, manakala selama berjam-jam guru
menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik sekedar
pertanyaan pancingan, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Oleh karena
itu dalam setiap proses pembelajaran, model pembelajaran apapun yang digunakan
bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Menurut Wina Sanjaya dalam buku Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (2005:157), pertanyaan yang baik, memiliki dampak yang
positif terhadap siswa, diantaranya:
1) Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran.
2) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri
hakikatnya bertanya.
3) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
4) Memusatkan siswa pada masalah yang dibahas.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
Berikut ini Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya sebagaimana
disampaikan Moh. User Usman (2010:7-78), sebagai berikut.
a) Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Dasar
1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya.
2) Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan
acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan
jawaban yang diharapkan dengan siswa, contoh: Kita ketahui bahwa pasar
adalah tempat beremunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli. Coba kamu sebutkan faktor penyebab lain yang mengakibatkan
orang untuk berbelanja ke pasar.
3) Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa
karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
4) Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam pelajaran, guru perlu
menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.Ia hendaknya
berusaha semua siswa mendapat giliran secara merata. Perbedaannya dengan
pemindahan giliran adalah pemindahan giliran, beberapa siswa secara bergilir
diminta menjawab pertanyaan yang sama, sedangkan pada penyebaran,
beberapa pertnyaan yang berbeda, disebarkan giliran menjawabnya kepada
siswa yang berbeda pula.
5) Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi
waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa
untuk menjawabnya
6) Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah satu atau tidak dapat menjawab, guru
hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa agar ia dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar
b) Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Lanjutan
Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas dasar penguasaan komponen-
komponen bertanya dasar.Oleh sebab itu, komponen bertanya dasar masih
dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun Komponen-
Komponen Keterampilan Bertanya Lanjutan adalah sebagai berikut:
1) Pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang
berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang
tinggi. Oleh karena itu guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya
berusaha mengubah tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkat kognitif lainnya
yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis sintesis, dan
evaluasi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan pelacak (probing)
2) Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah yang lebih
tinggi dan kompleks guru hendaknya dapat mengatur pertanyaan yang
diajukan kepada siswa dari tingkat mengikat, kemudian pertanyaan
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan
memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik, misalnya
sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada pertanyaan
ingatan, dan kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini akan
mengakibatkan kebingungan kepada siswa dan partisipasi siswa dalam belajar
menurun.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetaoi masih
dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut.
4) Peningkatan terjadinya interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas
kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan
peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan
dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak
segera menjawab, tetapi melotarkannya kembali kepada siswa lainnya
3. Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya
Menurut Moh. Uzer Usman (2006:75), dasar-dasar pertanyaan yang baik yang
harus diperhatikan, diantaranya:
a. Jelas dan mudah untuk dimengerti.
b. Diberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Membagi pertanyaan secara merata.
e. Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul
keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.
f. Menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.
g. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan.
Menurut Rusman (2011:82), Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang
harus diperhatikan guru antara lain:
a. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas.
b. Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan.
c. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu.
d. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk
berpikir.
e. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.
4. Kebiasaan yang perlu di hindari dalam menggunakan Keterampilan Bertanya:
a. Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu
menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian dan
partisipasi.
b. Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.
c. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang di ajukan sebelum peserta didik
mermperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
d. Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak,
sebab kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar
dan siapa yang salah.
e. Menetukan siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan.
Oleh karena itu, pertanyaan diajukan lebih terdahulu kepada seluruh
siswa.Baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab.
f. Pertanyaan ganda. Guru kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda.
Menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa
5. Tujuan Keterampilan Bertanya
a. Mendorong anak berpikir untuk memecahkan suatu soal.
b. Membangkitkan pengertian yang lama atau yang baru.
c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran, dulu
sering bercorak pertanyaan ingatan, sebaiknya juga pertanyaan pikiran.
d. Membangkitkan minat siswa untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk
mempelajarinya.
e. Mendorong menggunakan pengetahuan dalam situasi-situasi lain
Menurut Syaiful Bahri Dzamarah (2000:107) , menjelaskan tujuan keterampilan
bertanya antara lain:
a. Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik
b. Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu
c. Mengembangkan belajar secara aktif
d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
e. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.
6. Alasan Keterampilan Bertanya Perlu Dikuasai Guru
Memberikan pertanyaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam perbuatan
guru. Beberapa alasan mengapa keterampilan bertanya perlu dikuasai adalah:
a. Guru cenderung mendominasi ceramah dalam kelas
b. Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan
c. Siswa harus dilibatkan secara mental- intelektual secara maksimal
d. Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji
pemahaman siswa.
7. Jenis-Jenis Pertanyaan yang harus dikuasai Guru
Jenis-Jenis Pertanyaan yang harus dikuasai Guru dikelompokkan dalam tiga jenis,
yaitu a) jenis pertanyaan menurut maksudnya; b) Jenis-jenis pertanyaan menurut
Taksonomi Bloom, dan c) jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.
Berikut ini penjelasan ketiga kelompok jenis pertanyaan tersebut yang dikutip dari
Hasibuan (2006:15-19)
a) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (Compliance question) yaitu pertanyaan yang
mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan.
2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena
merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa.
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)
merupakan pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa
dalam proses berpikir.
4) Pertanyaan menggali (probing question). yaitu pertanyaan lanjutan yang
akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap
pertanyaan sebelumnya.
b) Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
adalah pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya
hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya.
Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan
pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan.
2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question) pertanyaan ini
menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan
mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan
kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi
yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan
membandingkan atau membeda-bedakan.
3) Pertanyaan penerapan (application question) yaitu pertanyaan yang
menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara
menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-
lain yang pernah diterimanya.
4) Pertanyaan analisis (analysis question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan
cara:
 Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.
 Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang
suatu kesimpulan atau generalisasi.
 Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau
membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada.
5) Pertanyaan sintesis (synthesis question) Ciri pertanyaan ini ialah
jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan
menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya
kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk:
 Membuat ramalan atau prediksi:
 Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:
 Mencari komunikasi:
6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question) Pertanyaan semacam ini
menghendaki ssiwa untuk menjawabnya dengan cara memberikan
penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.
c) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran
1) Pertanyaan sempit (narrow question). Pertanyaan ini membutuhkan
jawaban yang tertutup, dan biasanya kunci jawabannya telah tersedia.
 Pertanyaan sempit informasi langsung: Pertanyaan semacam ini
menuntut siswa untuk menghafal atau mengingat informasi yang
ada.
 Pertanyaan sempit memusat: Pertanyaan ini menurut murid agar
mengembangkan ide atau jawabannya dengan cara menuntunnya
menilai petunjuk tertentu.
2) Pertanyaan luas (broad question). Ciri pertanyaan ini jawabannya
mungkin lebih dari satu sebab pertanyaan ini belum mempunyai
jawaban yang spesifik sehingga masih diharapkan hasil yang terbuka.
 Pertanyaan luas terbuka (open-ended question): Pertanyaan ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari
jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.
 Pertanyaan luas menilai (evaluating question): Pertanyaan ini
meminta siswa untuk mengadakan penelitian terhadap aspek
kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif bila guru
menghendaki siswa untuk:
- Merumuskan pendapat,
- Menentukan sikap,
- Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue.

B. Kemampuan Bertanya Siswa


Menurut Munandar (1988: 117) mengatakan bahwa: bertanya dapat diartikan
sebagai keinginan mencari informasi yang belum diketahui. Sehingga jika bertanya
adanya pada kondisi pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta keterangan
atau penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Latar belakang budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan
pertanyaan, padahal pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
mengemukakan gagasan. Gagasan gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses
belajar mengajar dimana guru menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar
dengan aman, tentram dan nyaman.
Dari segi proses, kemauan bertanya akan muncul apabila sesorang memiliki motif
ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang aman, sehingga tugas
gurulah yang harus menciptalan kondisi yang aman tersebut dengan cara menciptakan
iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan dalam pemebelajaran.
Bentuk-bentuk Kemampuan Bertanya:
Dalam kesehariannya kita selalu mengenal berbagai macam bentuk bertanya. Dilihat dari
jawaban yang diharakan ada dua macam bentuk bertanyan, yaitu bertanya tingkat rendah
dan bertanya tingkat tinggi.
1. Bertanya tingkat rendah, biasanya hanya ingin mengetahui sesuatu hal yang
bersifar pengetahuan, misalnya menggunakan kata tanya: apa, siapa, dimanakapan
(Yuliana; 1998: 65).
2. Kemampuan bertanya tingkat tinggi diperlukan dalam membaca kritis, ketika
seseorang tidak hanya membatasi diri pada soal mengerti dan mengingat
keterangan yang ada, tetapi juga menilai bahan yang dibaca. Pada tahap
kemampuan bertanya siswa menggunakan pertanyaan tingkat tinggi. Dimana
pertanyaan tersebut berupa pertanya sintesa (synthesis Question) dan pertanyaan
analisis (Analysis Question) serta pertanyaan Evaluasi (Evaluation Qustion).
a. Pertanyaan analisis yaitu pertanyaan yang dapat menggali kemampuan
untuk memecahkan masalah, menguraikan, membuat diagram, membeda-
bedakan, memisahkan, mengidentifikasi, menggambarkan, menarik
kesimpulan, membuat garis besar, menunjukan, menghubungkan,
memilih, memisahkan dan memerinci.
b. Pertanyaan sintesa yaitu pertanyaan yang dapat menggali kemampuan
mengolong-golongkan, menggabungkan, menghimpun, menyusun,
mencipta, mencipta rencana, merancang, menjelaskan, membangkitkkan,
membuat modifikasi, mengorganisir, merencanakan, menyusun kembali,
mengkonstruksikan, menghubungkan, mengorganisir kembali,
menyempurnakan, menceritakan, menulis, membaca, melaporkan,
memilih, ikut serta, berkarya, dan mempelajari.
c. Pertanyaan evaluasi dapat menggali kemampuan menilai,
membandingklan, menyimpulkan, mengkritik, memberikan, membedakan,
menjelaskan, mempertimbangkan kebenaran, menghubungkan,
menyimpulkan, menyokong atau mendukung.
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Usman, Moh. User. (2010). Menjadi Guru Professional. Remaja Rosda Karya

Usman, Moh. User. (2006). Menjadi Guru Professional. Remaja Rosda Karya

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja


Grafindo Persada.

Dzamarah, Syaiful B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta

Hasibuan (2006) Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya.

Warsono, W. (2017). Guru: antara pendidik, profesi, dan aktor sosial. The Journal of Society and
Media, 1(1), 1-10

Saragih, A. H. (2008). Kompetensi minimal seorang guru dalam mengajar. Jurnal Tabularasa,
5(1), 23-34.

Anda mungkin juga menyukai