B. Tujuan Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa memiliki tujuan, tujuannya adalah:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadapsuatu masalah yang sedang
dibicarakan.
2. Memusatkan perhatian siswa pada suatu masalah yang dibahas.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang menghambat siswa dalam belajar.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6. Mendorong siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar. (Saud, 2009: 62)
a) Klarifikasi
Jika ada salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan kalimat yang
kurang tepat, maka guru memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa
untuk menjelaskan atau dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa
menjadi lebih baik atau menyuruh siswa untuk mengulang jawabannya
dengan kata yang lebih lugas.
Contoh: Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang kamu maksud?
b) Meminta siswa memberikan alasan
Guru dapat meminta siswa untuk memberikan bukti yang menunjang
kebenaran suatu pandangan yang diberikan dalam menjawab pertanyaan.
Contoh: Mengapa kamu mengatakan demikian?
c) Meminta kesepakatan pandangan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswa lainnya untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan siswa serta memberikan alasan-alasannya terhadap
suatu pandangan yang diungkapkan oleh seorang siswa, dengan maksud agar
diperoleh pandangan yang benar dan dapat diterima oleh semua pihak.
Contoh: Siapa setuju dengan jawaban itu? Mengapa?
d) Meminta ketepatan jawaban
Jika jawaban siswa belum tepat guru dapat meminta siswa untuk meninjau
kembali jawaban itu agar diperoleh jawaban yang tepat atau guru dapat
menggunakan metode pemberian pertanyaan dengan sistem bergilir.
e) Meminta jawaban yang lebih relevan
Mengajukan pertanyaan yang memungkinkan siswa menilai kembali
jawabannya atau mengemukakan kembali jawabannya menjadi lebih relevan.
f) Meminta contoh
Jika ada jawaban dari siswa yang kurang jelas maka guru dapat meminta
siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh yang konkret.
Contoh: Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh dari jawabanmu?
g) Meminta jawaban yang lebih kompleks
Guru memberikan penjelasan agar jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan
mampu menemukan ide-ide penting lainnya.
Contoh: Dapatkah kamu memberikan penjelasan yang lebih luas lagi dari ide
yang dikatakan tadi?
Peningkatan terjadinya interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas
kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan
peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan
dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak
segera menjawab, tetapi melotarkannya kembali kepada siswa lainnya
E. Jenis-Jenis Pertanyaan
Jenis-Jenis Pertanyaan yang harus dikuasai Guru dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu
a) jenis pertanyaan menurut maksudnya; b) Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi
Bloom, dan c) jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan. Berikut ini penjelasan
ketiga kelompok jenis pertanyaan tersebut yang dikutip dari Hasibuan (2006:15-19) dalam
buku Proses Belajar Mengajar, terbitan Remaja Rosdakarya.
1. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
a. Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang
mengharapkan peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk
pernyataan.
b. Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud hanya menyampaikan
informasi kepada peserta didiknya.
c. Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan
yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat
menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan
ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan
seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya.
d. Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang dapat
mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan yang
diajukan sebelumnya. Jenis pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendorong peserta
didik meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan.
2. Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
a. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah,
yang hanya menuntut siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan
tentang fakta, kejadian, definisi dan sebagainya. Siswa hanya dituntut mengingat
kembali apa yang dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan untuk
pertanyaan pengetahuan ini antara lain: Apa?, Siapa?, Bilamana?, Di mana?,
Sebutkan!, Ingatlah istilah, Kemukakan definisi!, Pasangkan!, Berilah nama!, dan
Golongkan!.
b. Pertanyaan pemahaman
Pertanyaan ini meminta untuk menujukkan bahwa ia telah mengerti atau
memahami sesuatu. Ia dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat
mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan
menggunakan kalimatnya sendiri. Beberapa kata yang dapat digunakan untuk
pertanyaan pemahaman adalah: Bedakanlah, Terangkan, Simpulkan,
Bandingkanlah, Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, Terjemahkan, Ubahlah,
Berilah contoh, dan Berikan interpretasi.
c. Pertanyaan penerapan (aplikasi)
Pertanyaan penerapan adalah pertanyaan pertanyaan yang menuntut suatu
jawaban dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Siswa
dihadapkan pada pemecahan masalah sederhana dengan menggunakan
pengetahuan yang telah dipelajarinya. Dengan menggunakan konsep, prinsip,
aturan, hukum atau proses yang dipelajari sebelumnya, siswa diharapkan dapat
menentukan suatu jawaban yang benar terhadap masalah itu. Beberapa kata yang
sering digunakan untuk pertanyaan penerapan adalah: Gunakanlah, Tunjukkanlah,
Demonstrasikan, Buatlah sesuatu, Carilah hubungan, Tuliskan suatu contoh,
Siapkanlah, dan Klasifikasikanlah.
d. Pertanyaan analisis
Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat
tinggi. Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis,
bahkan menciptakan sesuatu yang baru, untuk menjawab pertanyaan analisis,
siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau mengadakan
deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori, dicari fakta-
faktanya). Oleh karena itu, pertanyaan analisis tidak hanya mempunyai satu
jawaban yang benar, melainkan berbagai alternatif. Pertanyaan analisis menuntut
siswa terlibat dalam proses kognitif sebagai berikut:
e. Pertanyaan sintesis
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa untuk
berpikir orisinil dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh kemampuan
untuk menghubungkan bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat menjadi suatu
kesatuan. Mereka dituntut untuk dapat mengambil suatu kesimpulan dari
informasi yang telah diberikan. Siswa tidak hanya menerka jawaban, melainkan
harus berpikir dengan sungguh-sungguh. Berikut ini adalah kata-kata yang sering
digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan sintesis: Ramalkanlah, Bentuk,
Ciptakanlah, Susunlah, Rancanglah, Tulislah, Bagaimana kita dapat memecahkan,
Apa yang terjadi seaindainya, Bagaimana kita dapat memperbaiki, dan
Kembangkan.
f. Pertanyaan evaluasi
Pertanyaan ini menuntut proses berpikir yang paling tinggi dan untuk dapat
menyatakan pendapat atau menilai berbagai ide, karya seni, pemecahan masalah
serta alasan-alasan keputusannya, harus digunakan kriteria-kriteria tertentu.
Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai
persoalan.pertanyaan yang menilai suatu ide
b. pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan masalah
c. pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik.
Pertanyaan luas terbuka (open end question). Pertanyaan ini memberi kesempatan
kepada murid untuk mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-
masing. Contoh: dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana penerapan bangun datar
lingkaran?
Pertanyaan luas menilai (valuing question). Pertanyaan ini meminta siswa untuk
mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih
efektif bila guru menghendaki siswa untuk merumuskan pendapat, menentukan
sikap, tukar menukar pendapat/perasaan terhadap suatu isu. Contoh: Bagaimana
pendapatmu tentang jawaban temanmu ini? (Supriyadi, 2013: 159)
F. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan dalam Proses
Mengajar pada Siswa:
1. Tujuan
Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus jelas.
2. Penyusunan Kata-Kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan
kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswanya dan harus memahami
bahwa pembendaharaan kata-kata dan pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan
siswa berbeda.
3. Struktur
Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi yang relevan
dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik sebelum maupun
sesudah pertanyaan itu diajukan.
4. Pemusatan
Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan guru agar
pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan menjadi tujuan materi
yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian terhadap jumlah pertanyaan yang
diberikan pada siswa.
5. Pindah Gilir
Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru dapat
melakukan pindah gilir terhadap pertanyaan yang diajukan, misalnya pertanyaan yang
diajukan pada salah satu siswa belum terjawab, maka guru bisa mengajukannya lagi
pada siswa yang lain dengan pertanyaan yang sama.
6. Distribusi/Penyebaran
Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru disarankan
mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar mengajar. Pertanyaan
dapat diberikan pada seluruh kelas kemudian baru pada salah satu siswa, dan guru
harus berusaha agar semua siswa mendapat giliran menjawab pertanyaan.
7. Pemberian Waktu
Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum menemukan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru.
8. Pemberian Tuntunan
Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban dengan baik
dan benar, misalnya dengan menanggapi jawaban yang kurang tepat atau jawaban
yang salah yang diberikan siswa.
9. Antusias dan Hangat
Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat memberikan arti
dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Misalnya tidak
secara langsung mengatakan bahwa jawaban si A salah dan langsung mengajukannya
pada siswa lain, akan tetapi memberikan arahan lain yang yang bersifat membantu
(Wartono, 2003).
G. Kelebihan dan Kelemahan dari Keterampilan Bertanya
1. Kelebihan
Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran
akan lebih menarik.
2. Kelemahan
Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.