Anda di halaman 1dari 23

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) merupakan keterampilan khusus (most specific

instructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien dan professional (As. Gilcman, 1991). Menurut Turney
(1973) ada 8 keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasi seorang guru. Adapun 8
keterampilan dasar mengajar itu adalah sebagai berikut.

Tujuan dan Manfaat Dari Ketrampilan Dasar Mengajar

1. Tujuan dari keterampilan dasar mengajar guru yaitu supaya guru atau tenaga pendidik
dapat memahami hakikat keterampilan dasar mengajar yang dapat dipratikkan di
dalam kelas, mengidentifikasi jenis-jenis keterampilan dasar mengajar dan terampil
menerapkan setiap jenis keterampilan dasar mengajar untuk meningkatkan kuaitas
proses dan hasil pembelajaran. Dengan memiliki pemahaman ini seorang guru akan
mempunyai persiapan mengajar yang baik dalam menguasai bahan pengajaran,
mampu memilih metode yang tepat serta bisa memberikan penguasaan kelas yang
baik.
2. Tujuan yang lain yaitu untuk membekali tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar
mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik hal ini akan memberi
pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar
secara terpisah, sedangkan bagi calon tenaga pendidik hal ini dapat mengembangkan
keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga
pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan
bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana
menerapkan dalam program pembelajaran sehingga pada akhir masa kuliah
mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai–
nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon
guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk
melakukan praktek pendidikan di sekolah/lembaga.

Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam
komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang
dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon)
dari peserta didik. Keterampilan bertanya suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari
keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.

Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di


kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di
kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan
sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan
mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga
kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran
dapat lebih di tingkatkan.
a. Macam-macam Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Keterampilan bertanya dasar : mempunyai beberapa komponen yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya
dasar terdiri atas 7 komponen. Ketujuh komponen-komponen itu ialah sebagai
berikut:
 Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan agar
pertanyaan yang diberikan guru mudah dipahami oleh siswa.
 Pemberian acuan, acuan dapat diberikan pada awal pertanyaan maupun
sewaktu-waktu saat guru akan memberikan pertanyaan. Acuan tersebut
berupa informasi yang perlu diketahui siswa. Hal ini bertujuan sebagai
pedoman bagi siswa dalam menjawab pertanyaan.
 Pemusatan, yaitu memfokuskan perhatian siswa agar terpusat pada inti
masalah tertentu sesuai dengan pertanyaan.
 Pemindahan giliran, siswa pertama memberikan jawaban, kemudian
guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban siswa pertama, lalu
siswa ketiga dan seterusnya. Hal ini dapat mendorong siswa untuk
selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta
meningkatkan interaksi antarsiswa.
 Penyebaran, berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan guru. Guru menunjukkan pertanyaan kepada seluruh
siswa kemudian menyebarkan pertanyaan secara acak sehingga semua
siswa siap untuk mendapat giliran.
 Pemberian waktu berpikir, guru mengajukan pertanyaan kemudian
menunggu beberapa saat untuk siswa berpikir bar kemudian meminta
atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan.
 Pemberian tuntunan, agar siswa yang tidak bisa menjawab atau siswa
yang bisa menjawab namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
setelah memperoleh tuntunan dari guru siswa tersebut akan mampu
memberikan jawaban yang diharapkan.
2. Ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang
mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa. Komponen
keterampilan bertanya lanjut terdiri dari:
 Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, guru
diharapkan memberikan pertanyaan yang bersifat pemahaman, aplikasi
(penerapan), alalisis dan sintesis, evaluasi, dan kreasi. Pertanyaan yang
bersifat ingatan hendaknya dibatasi sesuai dengan sifat materi dan
karakteristik siswa.
 Pengaturan urutan pertanyaan, agar kemampuan berpikir siswa dapat
berkembang secara baik dan wajar. Pertanyaan pada tingkat tertentu
hendaknya dimantapkan, kemudian beralih ke tingkat pertanyaan yang
lebih tinggi. Hal itu dikarenakan agar tidak membingungkan siswa dan
tidak menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
 Penggunaan pertanyaan pelacak, hal ini bertujuan agar guru dapat
membimbing siswa untuk mengembangkan jawabannya.
 Peningkatan terjadinya interaksi, merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa secara maksimal.
b. Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan
1) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok
bahasan.
2) Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
3) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
4) Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6) Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
7) Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
8) Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
c. Prinsip Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-
prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai
berikut:
1) Kehangatan dan keantusiasan
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan penuh keantusiasan dan kehangatan
karena hal ini akan mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab
pertanyaan.
2) Menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut:
a) Mengulangi pertanyaan sendiri
Mengulangi pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak
memperhatikan pertanyaan pertama sehingga menurunkan perhatian
dan partisipasi siswa.
b) Mengulangi jawaban siswa
Mengulangi jawaban siswa yang bertujuan untuk memberikan
penguatan sangat baik dilakukan oleh guru. Namun, jika guru terbiasa
mengulangi jawaban siswa maka siswa lain tidak akan mendengarkan
jawaban temannya karena jawabannya akan diulangi oleh guru.
c) Menjawab pertanyaan sendiri
Guru cenderung menjawab sendiri pertanyaannya kalau siswa tidak
ada yang memberikan jawaban. Kebiasaan ini tidak baik karena dapat
membuat siswa frustasi dan malas berpikir
d) Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
Sebagai satu selingan, guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan
yang memancing jawaban serentak sehingga kelas menjadi hidup.
Namun, kalau hal ini dibiasakan maka akan menurunkan fungsi
pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab dan siswa
malas berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan. Untuk
menghindari kebiasaan ini, guru hendaknya menyusun pertanyaan
secara baik dengan tingkat kesukaran yang sesuai sehingga siswa tidak
mungkin menjawabnya secara serentak.
e) Mengajukan pertanyaan ganda
Pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ganda dapat menyebabkan
siswa menjadi frustasi karena banyaknya pertanyaan dan pertanyaan-
pertanyaan itu dijadikan menjadi satu pertanyaan. Guru hendaknya
memecah pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sehingga siswa
yang kurang mampu berpikir dapat memikirkan jawaban dengan
tenang dan tidak menjadi frustasi.
f) Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
Guru kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk
menjawab pertanyaan yang akan diajukannya. Hal ini sebaiknya
dihindari karena dapat membuat siswa lain tidak memperhatikan
pertanyaan guru. Sebaiknya guru mengajukan pertanyakan ke seluruh
siswa, menunggu sejenak, kemudian baru menunjuk siswa tertentu
untuk menjawabnya.
3) Memberikan waktu berpikir
Pada pertanyaan tingkat lanjut, waktu berpikir yang diberikan hendaknya lebih
lama dari waktu berpikir yang diberikan ketika menerapkan keterampilan
bertanya dasar. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena siswa memerlukan
waktu yang cukup untuk berpikir dan menyusun jawabannya.
4) Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya
disiapkan secara cermat sehingga urutan tingkat kesukaran pertanyaan dapat
disusun lebih dahulu dan materi pelajaran dapat dicakup secara tuntas.
5) Menilai pertanyaan yang telah diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran
berlangsung sehingga ketepatan jumlah pertanyaan, tingkat kesukaran,
kualitas pertanyaan dalam mengembangkan kemampuan berpikir, dan cakupan
materinya dapat diketahui dengan jelas.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya tersebut,


diharap guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta
meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa melalui pertanyaan-pertanyaan
yang diajukannya.

d. Teknik-Teknik Dalam Bertanya


Teknik bertanya ini berguna untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas jawaban
murid, disamping guru harus memperhatikan ketiga faktor diatas. Teknik bertanya
tersebut adalah :
1. Teknik Menunggu
Teknik menunggu yaitu memberi waktu yang cukup bagi murid untuk berpikir.
Berikan waktu sejenak, 1-5 detik kepada murid untuk berpikir dalam rangka
menemukan jawabannya, pemberian waktu untuk memberikan kesempatan
berpikir pada murid itu ada efek positifnya, mislnya :
 Siswa dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lengkap
 Jawaban siswa lebih analisis dan kreatif
 Siswa akan merasa lebih yakin akan jawabannya dan
 Partisipasi siswa akan meningkat.
2. Teknik Reinforcement
Pemakaian yang tepat dari teknik ini akan menimbulkan sikap yang positif bagi
siswa serta meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar tinggi.
3. Teknik Menuntun dan Menggali (Prompting and Probing)
Prompting dan probing question dapat digunakan sebagai teknik untuk
meningkatkan kualitas jawaban siswa. Probing question ialah pertanyaan yang
bersifat menggali dan mendapatkan jawaban yang lebih lanjut dari siswa yang
bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya
lebih jelas, akurat serta lebih beralasan.
Contoh :
Guru : Apakah kalian sudah memperoleh jawabannya ?
Siswa : Ya
Guru : Bisa saya lihat jawabannya ?
Siswa : Ya, jawabannya adalah sebuah segitiga
Guru : Mengapa segitiga ?
Siswa : Karena yang lainnya juga berupa segitiga
Guru : Kalau warnanya bagaimana ?
Siswa : Warnanya adalah putih
Guru : Mengapa?
……….
Prompting question, pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun siswa agar ia
dapat menemukan jawaban yang lebih benar.
Contoh :
Guru : Bagaimana rumusan Teorema Pythagoras ? Coba Fulan, bagaimana
pendapatmu?
Fulan : Diam (sedang berfikir)
Guru : Silahkan kamu sebutkan ? . . . Fulan (Prompting)

Menurut (Sanjaya, 2006) dalam teknik bertanya juga perlu diperhatikan bagaimana
meningkatkan kualitas pertanyaan agar mampu menjadi alat untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan meninggkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa yaitu
terbagi dalam beberapa aspek antara lain:

1. Berikan pertanyaan secara berjenjang


Yang dimaksud pertanyaan berjenjang adalah pengaturan pertanyaan yang dimulai
dari pertanyaan tingkat rendah ke pertanyaan tingkat tinggi. Artinya, sebaiknya
dalam memberikan pertanyaan diawali dengan pertanyaan mengingat, lalu
pertannyaan pemahaman, penerapan, dan seterusnnya.
2. Gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk melacak
Pertanyaan yang sifatnya melacak sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas
bertanya sebagai alat pembelajaran. Beberapa hal yang berkaitan dengan
pertanyaan melacak antara lain:
1) Ketika guru mendapatkan jawaban siswa dengan struktur kalimat yang rancu
atau tidak jelas, maka guru dapat mengajukan pertanyaan yang
mengaharapkan siswa memperbaiki kalimat yang diajukan.
2) Ketika siswa menjawab berdasarkan alur pikiran atau pandangan menurut
siswa sendiri, maka guru dapat mengajukan pertanyaan agar siswa dapat
meberikan argumentasi yang tepat.
3) Ketika siswa menjawab belum lengkap sesuai dengan konsep yang benar,
maka guru dapat membimbing agar siswa memberika jawaban yang lengkap.
Dalam hal ini dapat jug diteruskan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bia
mendorong siswa memberikan ilustrasi dan contoh-contoh yang konkrit.

Ketrampilan Memberikan Penguatan


Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non
verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut.

Yang dimaksud dengan memberi penguatan di sini adalah suatu respon positif dari guru
kepada anak yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik. Pemberian penguatan ini
dilakukan oleh guru dengan tujuan agar anak dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi
belajar mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik itu.

Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari
siswa merupakan hal yang sangat diperlukan, sehingga dengan penghargaan atau pujian itu
diharapkan agar siswa terus berusaha berbuat lebih baik. Misalnya guru yang tersenyum atau
mengucapkan kata-kata bagus kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah
dengan baik akan besar pengaruhnya kepada siswa. Siswa tersebut akan merasa puas dan
merasa diterima atas hasil yang telah dicapai, dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti
itu.

a. Tujuan Pemberian Penguatan


Pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa tujuan dan
manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat. Tujuan dan manfaat yang dimaksud
adalah :
 Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
 Dapat mendorong siswa untuk berbuat lebih baik dan produktif.
 Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pada diri siswa itu sendiri.
 Dapat menimbulkan interaksi antara siswa secara aktif.
 Dapat meningkat cara belajar siswa aktif.
 Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
b. Jenis-jenis Penguatan
Secara garis besar ada 2 macam jenis penguatan yang daapat diberikan kepada siswa
yaitu :
1) Penguatan Verbal
Penguatan verbal biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan
kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus,
bagus sekali, betul, pintar, yaa seratus buat kamu !
2) Penguatan Nonverbal
Pada dasarnya penggunaan penguatan jenis nonverbal ini banyak sekali yang
bisa dilakukan, diantaranya adalah :
 Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala,
senyum, kerut kening, acungan jempul, wajah mendung dll
 Penguatan pendekatan : guru mendekati siswa untuk menyatakan
perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku atau
penampilan siswa. Misalnya, guru berdiri disamping siswa, berjalan
menuju siswa, duduk dekat dengan seorang siswa, atau berjalan disisi
siwa.
 Penguatan dengan sentuhan (contact) guru dapat menyatakan
persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa
dengan cara menepuk-nepuk pundak siswa, berjabat tangan,
mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingann.
Penggunaan harus mempertimbangkan dengan seksama agar sesuai
dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
 Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan: guru dapat
menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas yang disenangi oleh siswa
sebagai penguatan.
 Penguatan berupa simbol atau benda: penguatan ini dilakukan dengan
cara menggunakan berbagai simbol berupa benda seperti kartu
bergambar, bintang plastik, lencana dan komentar tertulis pada buku
siswa.
c. Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu :
1) Kehangatan dan keantusiasan
Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai dengan kehangatan dan
keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan
berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara
yang riang penuh dengan perhatian atau sikap yang memberi kesan bahwa
penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Sebaliknya, penguatan
yang diberikan dengan suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung,
tidak akan ada dampak positif bagi siswa, bahkan hanya akan menimbulkan
kesan negatif bagi siswa.
2) Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa
memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya.
3) Menghindari penggunaan respons yang negatif
Respons negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaa, hukuman atau ejekan
dari guru merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas
yang kondusif dan kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghindari segala jenis respons negatif tersebut.
Di samping ketiga prinsip di atas, dalam memberikan penguatan guru hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan
penguatan kepada siswa tertentu, “Maron, karanganmu bagus sekali”. Contoh
penguatan kepada kelompok siswa ataupun kepada seluruh siswa secara utuh,
“Wah, Ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas 2 ini”. Dengan demikian,
setiap penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas sasarannya, apakah dituju
kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil siswa atau kepada seluruh siswa.
2) Penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang penguatan
haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respons yang diharapkan.
Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respons yang ditunjukkan dengan
penguatan yang diberikan.
3) Variasi dalam penggunaan
Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya sehingga
dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan
kata-kata yang sama dan terus-menerus akan kehilangan makna hingga tidak
berarti apa-apa bagi siswa. Demikian juga penguatan nonverbal yang dilakukan
secara terus-menerus akan membosankan dan tidak berdampak apa-apa, bahkan
mungkin akan menimbulkan respon negatif, misalnya menjadi bahan tertawaan.
Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari variasi baru dalam memberi
penguatan.

Keterampilan Mengadakan Variasi


Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi stimulus adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk
mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi.

a. Komponen mengadakan variasi


Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan
dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau
komponen, yaitu :
1) Variasi dalam gaya mengajar
Agar tidak terjadi kebosanan anak dalam belajar maka guru harus dapat
melakukan variasi dalam gaya mengajarnya, yang mana dalam member variasi
gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan cara variasi dalam suara,
pemberian kesenyapan, variasi dalam gerakan badan dan mimic, dan variasi
dalam pergantian posisi dalam kelas.
 Variasi dalam suara
Suara guru dalam mengajar hendaknya tidak selalu sama dari awal
hingga akhir, tetapi sebaiknya diberi variasi. Hal demikian agar siswa
dapat memperbaharui pendengarannya, misalnya yang semula bosan
dengan suara keras kemudian aktif lagi belajar karena suara guru
diubah lambat dan pelan. Variasi suara dalam mengajar berupa
perubahan suara keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari
cepat menjadi lambat. Semua perubahan ini hendaknya disesuaikan
dengan situasi dan kondisinya dalam proses belajar mengajar.
Misalnya, suara guru yang cepat hendaknya diubah menjadi lamat
apabila guru hendak memberi tekanan hal hal yang penting, sehingga
siswa menjadi lebih jelas dengan apa yang disampaikan guru
khususnya pada hal-hal yang dianggap penting.
 Kesenyapan
Dalam proses belajar mengajar ada kalanya guru perlu mengubah
situasi menjadi senyap (diam) sejenak. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk menimbulkan minat siswa dalam mengikuti pelajran. Kenyataan
menunjukkan bahwa semakin lama siswa mendengarkan ceramah guru
maka perhatiannya terhadap pelajran semakin kurang (semakin
menurun). Untuk itulah pada saat tertentu guru perlu istirahat sebentar
dengan jalan diam (adanya kesenyapan).
 Variasi dalam gerakan badan dan mimik
Gerakan badan dan mimik guru hendaknya selalu mengalami variasi
dalam bentuk proses belajar mengajar hal ini disamping menarik
perhatian siswa juga dapat diartikan sebagai maksud pesan-pesan
tertentu. Misalnya, guru menganggukkan kepala diwaktu menyetujui
jawaban murid, kemudian menunjukkan ibu jari diwaktu siswa lain
menjawab pertanyaan dengan betul, dan lain sebagainya. Semua
gerakan badan dan mimic hendaknya selalu diadakan variasi yang
sesuai dengan situasi saat itu.
 Variasi dalam posisi guru di kelas
Pergantian posisi guru di waktu mengajar juga perlu diadakan variasi,
kalau guru mengajar dari awal hingga akhir selalu duduk di kursi akan
mengakibatkan minat anakuntuk menerima materi dari gurusemakin
menurun. Demikian sebaliknya, guru yang berdiri di muka papan tulis
saja juga akan mengakibtkan kebosanan bagi anak. Untuk itulah maka
posisi guru selama mengajar hendaknya selalu diadakan variasi.
2) Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat
digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba.
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut :
 Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Contohnya:
gambar-gambar, diagram, grafik, papan, buletin, slide presentasi,
ukiran, peta, globe dan semua alat yang dapat dilihat oleh manusia.
 Variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids). Contohnya:
rekaman suara binatang, rekaman pidato, rekaman nyanyian, rekaman
kuis atau ujian listenning, radio, dll.
 Variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat
atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
Contohnya: biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan,
alat-alat laboratorium, globe, dll.
3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan
agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan
suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
b. Tujuan dan Manfaat Mengadakan Variasi
 Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
belajar mengajar yang relevan.
 Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui
dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
 Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih
baik.
 Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima
pelajaran yang disenanginya.
c. Prinsip Penggunaan Mengadakan Variasi
 Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
 Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
 Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran atau satuan pelajaran.
Keterampilan Menjelaskan
Kegiatan menjelaskan dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang mutlak
dilakukan oleh guru. Bahkan dapat dikatakan inti dari proses belajar-mengajar, karena
apapun metode yang digunakan, materi apapun yang disampaikan, apapun jenis sekolah, dan
bagaimanapun tingkat umur siswa, maka kegiatan menjelaskan selalu harus dilaksanakan
oleh guru, hanya saja cara penyampaiannya dan kualitasnya yang berbeda-beda sesuai dengan
situasi saat itu.

Kegiatan menjelaskan dapat diartikan sebagai usaha penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasikan secara sistematis yang bertujuan untuk menunjukkan hubungannya, misalnya
antara sebab dan akibat, antara yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, antara
hukum, dalil, teori, defenisi yang berlaku umum dengan bukti-bukti atau contoh sehari-hari,
dan kegiatan menjelaskan ini diberikan khususnya dalam menyampaikan bab/materi baru
kepada siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan menjelaskan adalah
kegiatan yang harus dikuasai oleh guru secara efektif dan efesian agar proses belaja-mengajar
dapat berjalan lancar.

a. Tujuan Keterampilan Menjelaskan


Ada beberapa tujuan dalam keterampilan menjelaskan kepada siswa, diantaranya
adalah :
 Membimbing siswa untuk dapat memahami hukum, dalil, fakta, defenisi, dan
prinsip secara objektif dan bernalar.
 Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau
pertanyaan.
 Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahaman dan untuk
mengatasi kesalahan pahaman mereka.
 Membimbing murid untuk menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan
menggunkan bukti-bukti pemecahan.

Sementara itu, penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk :

 Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar


merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
 Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
 Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
 Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
 Menggunakan waktu secara efektif.

b. Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan memberi penjelasan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar,


yaitu :

a) Merencanakan
Merencanakan isi materi pembelajaran, merupakan tahap awal dalam proses
menjelaskan. Di dalamnya mencakup :
 Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk
unsur-unsur yang terkait.
 Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan tersebut.
 Menelaah hukum, rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat
digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
 Menganalisis karakteristik penerimaan pesan, agar guru mampu mengetahui
apakah siswanya sudah paham tentang materi yang dijelaskan atau masih
belum paham.
b) Penyajian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan menyajikan penjelasan :
 Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa.
 Penggunaan contoh ilustrasi; dalam memebrikan penjelasan sebaiknya
digunakan conroh-contoh yang ada hubungan dengan sesuatu yang dapat
ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari
 Pemberian tekanan; dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan
perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang
tidak begitu penting.
 Penggunaan balikan; Guru hendaknya member kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidak mengertiannya
ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan.

c. Prinsip Keterampilan Menjelaskan

 Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik


 Penjelasan harus diselingi tanya jawab
 Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru
 Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
 Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi peserta didik
 Dapat menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang kongkrit dan
dihubungkan dengan kehidupan

d. Aspek Keterampilan Menjelaskan

Dalam memberikan penjelasan, guru perlu memperhatikan aspek seperti di bawah ini :

 Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan harus sederhana, terang dan jelas
 Bahan yang akan diterangkan dipersiapkan dan dikuasai terlebih dahulu
 Pokok-pokok yang diterangkan harus disimpulkan
 Dalam menjelaskan serta dengan contoh dan ilustrasi
 Adakan pengecekan terhadap tingkat pemahaman peserta didik melalui
pertanyaan-pertanyaan

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan membuka pelajaran (set induction) adalah usaha guru untuk mengkondisikan
mental peserta didik agar siap dalam menerima pelajaran. Dalam membuka pelajaran peserta
didik harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan langkah-langkah yang akan ditempuh.
Adapun tujuan membuka pelajaran antara lain, yaitu :

 Menarik perhatian siswa


 Menumbuhkan motivasi belajar siswa
 Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.

Keterampilan menutup pelajaran (closure) adalah keterampilan guru dalam mengakhiri


kegitan inti pelajaran. Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu untuk memberikan gambaran
yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam
menutup pelajaran misalnya merangkum atau membuat garis besar permasalahan yang
dibahas, memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.

a. Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


1. Membuka Pelajaran
Komponen keterampilan yang dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah
sebagai berikut :
 Menarik perhatian siswa
Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
memvariasikan gaya mengajar, mengunakan alat-alat bantu mengajar, dan
penggunaan pola interaksi yang bervariasi.
 Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi
siswa untuk mempelajari atau memasuki topik/kegiatan yang akan di
bahas atau dikerjakan,cara memberikan motivasi ada bermacam-macam
cara, diantaranya ialah sikap hangat dan antusias, menimbulkan rasa ingin
tahu, mengemukakan ide yang bertentangan,dan memperhatikan minat
siswa.
 Memberi acuan
Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk
memberikan gambaran singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau
kegiatan yang akan di pelajari siswa. Acuan dapat diberikan dengan
berbagai cara seperti: Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengigatkan masalah
pokok, dan mengajukan pertayaan-pertanyaan.
 Membuat kaitan
Salah satu aspek yang membuat pelajaran menjadi bermakna adalah jika
pelajaran tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Dalam hal ini guru berusaha mengaitkan materi baru dengan pengetahuan,
pengalaman, minat, serta kebutuhan siswa, misalnya meninjau kembali
pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang telah diketahui dari materi
baru yang akan di jelaskan,memberi kaitan materi baru dengan materi
yang sudah diketahui siswa atau apabila konsep yang akan dijelaskan
terlebih dahulu.
2. Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan pada setiap akhir penggal kegiatan. Agar
kegiatan menutup pelajaran dapat berlangsung secara efektif,guru diharapkan
menguasai cara menutup pelajaran sebagai bahan sebagai berikut :
 Meninjau kembali (mereview)
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap inti pelajaran, pada akhir
penggal kegiatan guru hendaknya melakukan peninjauan kembali tentang
penguasaan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
merangkum dan atau membuat ringkasan inti pelajaran.
 Merangkum inti pelajaran
Kegiatan merangkum inti pelajaran pada dasarnya berlangsung selama
proses pembelajaran. Misalnya, ketika selesai menjelaskan suatu topik
guru meminta siswa merangkum topik yang telah dibahas.
 Membuat ringkasan
Membuat ringkasan merupakan satu cara untuk memantapkan penguasaan
siswa terhadap inti pelajaran.
 Menilai (mengevaluasi)
Penggal kegiatan atau akhir satu pelajaran dapat ditutup dengan menilai
penguasaan siswa tentang pelajaran yang telah dibahas. Penilaian dapat
dilakukan dengan cara berikut: Tanya jawab secara lisan,
mendemostrasikan ketrampilan, mengaplikasikan ide baru, menyatakan
pendapat tentang masalah yang di bahas, dan memberikan soal-soal tertulis
yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis.
 Memberi tindak lanjut
Agar siswa dapat memantapkan/mengembangkan kemampuan yang baru
dipelajari,guru perlu memberikan tindak lanjut yang dapat berupa: Tugas-
tugas dapat dikerjakan secar individual, seperti pekerjaan rumah (PR) dan
tugas kelompok untuk merancang sesuatu atau memecahkan masalah
berdasarkan konsep yang baru dipelajari.
b. Prinsip-Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Penerapan ketrampilan membuka dan menutup pelajaran harus mengikuti prinsip
tertentu. Tanpa memperhatikan prinsip tersebut, kegiatan membuka dan menutup
pelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Prinsip itu adalah:
1. Bermakna
Harus bermakana artinya harus relevan dengan materi yang akan dibahas dan
disesuaikan dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang
diinginkan, seperti menarik perhatian, meningkatkan motivasi, memberi acuan,
membuat kaitan, mereview atau menilai.
2. Berurutan dan Berkesinambungan
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari kegiatan
pembelajaran, dan bukan merupakan kegiatan yang lepas-lepas dan berdiri itu
sendiri. Dalam hal ini guru hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang
tepat, yang sesuai dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa, serta jelas
kaitanya antara yang dengan yang lain.
c. Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran
 Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas yang
akan dihadapi.
 Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan
dikerjakan.
 Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan
dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran.
 Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-
pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.

Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang
memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu
proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta
membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.

Beberapa Hal Agar Diskusi Berjaalan dengan Baik, yaitu:

 Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim yang bebas dan penuh dengan
keterbukaan, kehangatan hubungan antar pribadi, keantusiasan berpartisipasi,
kesediaan menerima dan menghargai pendapat orang lain.
 Perencanaan yang matang akan mempertinggi efektivitas diskusi, perencanaan
meliputi:
o Pemilihan topik atau masalah.
o Perencanaan dan penyiapan bahan-bahan pengait.
o Menyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pimpinan diskusi.
o Penetapan besarnya kelompok.
o Pengaturan tempat duduk yang menyenangkan

a. Prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kecil :


 Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan
 Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
 Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
 Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi
b. Komponen keterampilan guru dalam megembangkan pembimbingan kelompok kecil :
 Memperjelas permasalahan
Permasalahan dapat diperjelas dengan cara :
1) Merangkum ide-ide siswa.
2) Melacak komentar siswa.
3) Menguraikan dan memperluas pandangan siswa dengan cara
memberikan informasi tambahan.
 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Partisipasi semua anggota kelompok sangat penting. Untuk itu diperlukan
kemampuan guru meningkatkannya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan
oleh guru antara lain:
1) Memberikan pertanyaan langsung kepada siswa yang kurang
berpartisipasi.
2) Mencegah kegaduhan, menghindarkan pembicaraan serentak.
3) Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
4) Mendorong siswa untuk memberi komentar terhadap pendapat teman.
 Pemusatan perhatian
Selama diskusi berlangsung, guru harus dapat memusatkan perhatian siswa.
Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan cara:
1) Merumuskan tujuan atau topik diskusi.
2) Menyatakan masalah-masalah yang spesifik dan menegaskan kembali
bila terjadi penyimpangan.
3) Menandai dengan cermat pembicaraan yang tidak relevan yang akan
menyimpang dari tujuan diskusi.
4) Membuat rangkuman sementara atau tradisional sebelum melanjutkan
kepada masalah berikutnya.
 Menganalisa pandangan peserta didik
Analisis pandangan siswa berkaitan erat dengan usaha guru memperjelas
permasalahan. Maksudnya agar kelompok tetap berada dalam suasana
partisipasi dan konstruktif.
 Meningkatkan urutan pikiran peserta didik
Kemampuan guru dalam meningkatkan urutan pendapat siswa sangat penting
dalam usaha mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis. Beberapa cara
yang dapat dikerjakan oleh guru adalah
a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa.
b. Memberikan contoh-contoh verbal maupun non-verbal.
c. Menghangatkan dan memancing suasana dengan mengajukan
pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat.
d. Memberikan dukungan terhadap urunan pendapat siswa.
 Menutup diskusi
Ketrampilan menutup diskusi dapat diidentifikasikan sebagai:
1) Membuat rangkuman secara jelas dan singkat tentang butir-butir yang
penting.
2) Memberitahukan langkah tindak lanjut hasil diskusi Dan mengajak
siswa menilai hasil dan proses diskusi.
c. Hal-hal yang harus dihindari dalam membimbing diskusi kelompok kecil :
 Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik
 Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk
memikirkan pemecahan masalah
 Membiarkan diskusi dikuasai oleh peserta didik tertentu
 Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada kaitannya
dengan topik pembicaraan
 Membiarkan peserta didik tidak aktif
 Tidak merumuskan hasil diskusi dan tiadak membentuk tindak lanjut
d. Tujuan dan Manfaat Diskusi
Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
o Memupuk sikap toleransi yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap
pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
o Memupuk kehidupan demokrasi yaitu setiap siswa secara bebas dan
bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
o Mendorong pembelajaran secara aktif yaitu siswa dalam membahas suatu
topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui
kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan
kemmapuan berfikirnya.
o Menumbuhkan rasa percaya diri yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi
yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong
keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi
pemecahan.
e. Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
o Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik.
o Termotivasi oleh kehadiran teman.
o Mengurangi sifat pemalu.
o Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok.
o Meningkatkan pemahaman diri anak.
o Melatih sisa untuk berfikir kritis.
o Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
o Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa.
d. Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
o Waktu belajar lebih panjang.
o Dapat terjadi pemborosan waktu.
o Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif.
o Dominasi siswa tertentu dalam diskusi.
o Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti
kegiatan pembelajaran.

Keterampilan Mengelola Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengambalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-
mengajar. Jadi pengelolaan kelas yaitu : kegiatan-kegiatan untuk menciptkan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Misalnya
penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas. Pemberian
pengajaran bagi ketepatan waktu menyelesaikan tugas oleh siswa, penetapan norma
kelompok yang produktif.

a. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah :


 Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
memgembangkan kemampuannya secara optimal
 Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disipilin yang dapat
merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar
 Mempertahankan keadaan yang stabil dalam susana kelas, sahingga bila
terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan dihindari
 Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik
 Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual
peserta didik dalam kelas.
b. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
 Keluwesan, digunakan apabila guru mendapatkan hambatan dalam perilaku
peserta didik, sehingga guru dapat merubah strategi mengajarnya
 Kehangatan dan keantusiasan
 Bervariasi, gunakan variasi dalam proses belajar mengajar
 Tantangan, gunakan kata-kata, tindakan atau bahan sajian yang menantang
 Tanamkan disiplin diri, selalu mendorong peserta didik agar memiliki disipin
diri
 Menekankan hal-hal positif, memikirkan hal positif dan menghindarkan
konsentrasi pada hal negatif
c. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut:
 Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan
kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan
pembelajaran, sehingga berjalan secara optimal, efisien dan efektif.
Keterampilan tersebut meliputi :
- Menunjukkan sikap tanggap
Melalui perbuatan sikap tanggap ini siswa merasakan bahwa “guru hadir
bersama dengan mereka” dan “ tahu apa yang mereka perbuat” (withitness).
Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara saksama,
gerak mendekati, memberikan pertanyaan, dan memberikan reaksi terhadap
gangguan serta kekacauan siswa.
- Memberi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif ditandaidengan membagikan perhatian yang
efektif pula. Perbuatan membagi perhatian dapat dikerjakan secara visual dan
verbal.
- Memusatkan perhatian kelompok
Perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke
waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa, menuntut
tanggung jawab siswa.
- Memberikan petunjuk yang jelas
- Menegur
- Memberi penguatan
 keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan
siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tendakan remedian untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah :
a. Memodifikasi tingkah laku; beberapa langkah yang dipergunakan untuk
mengorganisasi tingkah laku ialah :
1) merincikan tingkah laku yang menimbulkan gangguan
2) memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi
tujuan dalam program remedial.
3) bekerjasama dengan rekan atau konselor.
4) memilih tingkah laku yang akan diperbaiki.
5) memvariasikan pola penguatan yang tersedia misalnya dengan cara
meningkatkan tingkah laku yang diinginkan, mengajarkan tingkah
laku baru, mengurangi dan menghilangkan tingkah laku yang tidak
diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya menghapus penguatan,
member hukuman, membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak.
b. Pengelolaan kelompok: pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat
dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masala-
masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang diperlukan antara lain:
 melancarkan tugas,
 memelihara kegiatan kelompok.
c. Menentukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah:
seperangkat cara yang dapat dikerjakan, menurut Marshall, adalah:
 pengabaian yang direncanakan,
 campur tangan dengan isyarat,
 mengawasi dari dekat,
 menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan yang
negatif,
 mengugungkapkan perasaan siswa,
 memindahkan masalah yang bersifat mengganggu,
 menyusun kembali rencana belajar,
 menghilangkan ketegangan dengan humor,
 memindahkan penyebab gangguan,
 pengekangan fisik,
 pengasingan

Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan


Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta
didik dalam belajar secara kelompok dengan jumlah peserta didik berkisar antara 3 hingga 5
orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam
pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam
mennetukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran
dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual peserta didik.

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian


terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa. Ciri-ciri pengajaran kelompok kecil dan perorangan
adalah sebagai berikut :

 Terjadi hubungan ( interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta siswa
dengan siswa.
 Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemempuan, dan minatnya sendiri.
 Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
 Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan
alat yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai
 Peran guru dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
- Organisator kegiatan pembelajaran
- Sumber informasi bagi siswa
- Pendorong bagi siswa untuk belajar / motivator
- Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
- Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan memberibantuan yang sesuai dengan
kebutuhannya.

a) Tujuan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Menurut Mulyasa keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai


berikut:

 Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan
baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
 Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan
komunikasi.
 Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

b) Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Ada empat komponen yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan
perorangan, yakni :

 Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi


Prinsip yang penting dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah
terjadinya hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat
diciptakan dengan cara :
a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan
siswa
b) Memberikan respon positif terhadap pikiran siswa
c) Membangun hubungan saling mempercayai
d) Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa
kecendrungan mengambil alih atau mendominasi tugas siswa
e) Mendengarkan secara simpati
f) Menrima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan
keterbukaan
g) Berusaha mengendalikan situasi sehingga siswa merasa aman,
merasa dibantu serta merasa menemukan alternative
pemecahan masalah yang dihadapi
 Keterampilan mengorganisasi
Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama
pelajaran berlangsung adalah:
a) Memberikan orientasi umum terhadap tujuan, tugas atau
masalahyang dapat dipecahkan secara jelas
b) Memvariasikan kegiatan yang mencakup penetapan ruangan kerja,
peralatan, cara kerja, aturan, dan waktu.
c) Membentuk kelompok yang tepat pada berbagai tugas dan
kebutuhan siswa
d) Mengkordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan serta
penggunaan materi dan sumber sehingga dapat memberikan
bantuan dengan tepat
e) Membagi-bagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan
siswa sehingga guru siap datang membantu siapa saja yang
memerlukannya.
f) Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang dapat berupa
laporan hasil dan kesimpulan dari kegiatan
 Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini memerlukan untuk membantu siswa maju tanpa mengalami
frustasi. Adapun beberapa keterampilan yang menunjang adalah ;
a) Memberikan penguatan
b) Mengembangkan supervise proses awal yang dikerjakan
dengan tujuan melihat apakah siswa sudah bekerja
sesuai dengan arah, member bantuan bila diperlukan,
dan sebagainya.
c) Mengadakan supervise proses lanjut, dikerjakan setelah
kegiatan berjalan lama, dan sifatnya selektif. Interaksi
yang muncul dapat berupa memberikan bimbingan
tambahan, melibatkan diri sebagai peserta untuk
memotivasi siswa, memimpin diskusi, dan sebagai
katalisator.
d) Mengadakan supervise pemaduan, dikerjakan untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat
dicapai dalam rangka menyiapkan pelaksanaan
rangkuman dan pemantapan. Pada akhirnya siswa dapat
saling belajar serta memperoleh wawasan yang
menyeluruh tentang kegiatan tersebut.
 Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Keterampilan ini meliputi :
a) Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran
b) Merencanakan kegiatan belajar siswa
c) Berperan sebagai penasehat bagi siswa bila perlu
d) Membantu menilai pencapaian dan kemajuan sendiri
SUMBER

http://aulia-kesenangan.blogspot.com/2016/09/makalah-keterampilan-dasar-mengajar.html?
m=1

https://matematikaboy.wordpress.com/2012/08/11/teknik-bertanya/

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/13/teknik-bertanya-pada-pembelajaran-anak-
sd/

https://muhammadnurkholiss345.blogspot.com/2017/03/8-keterampilan-dasar-
mengajar.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai