Anda di halaman 1dari 20

MATERI 2

Metodologi Penelitian

a. Pengertian Metode dan Teknik


Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau lagkah- langkah
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian
adalah cara sistematis untuk menyususn ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik
penelitian adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian
biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.

b. Pentingnya Kegiatan Penelitian


Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah merupakan aspek penting bagi
kehidupan suatu manusaia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan
sebagai berikut:
(1) Tuntutan kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial terus berkembang
sejalan dengan perkembangan kehidupan .
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia selalu berusaha untuk
mencoba menemukan, menghasilkan, dan menerapkan berbagai
pengetahuannya termasuk penemuan dibidang teknologi dan inovasi.
(2) Penemuan dibidang teknologi dan inovasi telah mendorong para
ilmuwan untuk terus meneliti, mengembangkan penemuan- penemuannya.
(3) Selain didorong oleh rasa ingin tahu, para peneliti juga didorong oleh
adanya tuntutan praktis di lapangan .
Eskalasi perkembangan tuntutan praktis dengan jelas tidak lepas dari invensi dan
inovasi, serta kegiatan penelitian yang terus menerus. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mendorong invensi-invensi-invensi. Inivensi-
invensi inilah yang mendorong perkembangan inovasi dan telah menjadikan
suatu bangsa semakin maju dan berkembang. Invensi-invensi (penemuan baru)
timbul karena adanya dorongan untuk mengadakan penelitian-penelitian ilmiah.
Penelitian-penelitian ilmiah itulah yang didorong oleh keingintahuan dan
tuntutan praktis.
c. Pendekatan Memperoleh Kebenaran
Filsafat ilmu merupakan pengetahuan tentang hakikat kebenaran suatu ilmu.
Filsafat mempelajari akal budi manusia, yang salah satu cirinya adalah selalu
ingin tahu terhadap berbagai hal dan persoalan yang belum diketahui dan
dipahaminya. Karena dorongan ingin tahu itulah, maka manusia selalu
mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan, seperti apa (what), mengapa
(why), dan bagaimana (how).
Untuk memperoleh jawaban dan kebenaran dari berbagaipertanyaan tersebut di
atas, ada tiga cara atau pendekatan yang lazim digunakan, yaitu:
(1) Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Wahyu.
Kebenaran yang didasarkan pada wahyu merupakan kebenaran mutlak
(absolut), karena didasari oleh keyakinan dankepercayaan. Kebenaran kitab
suci ( misalnya Al-quran) bagi umatislam merupakan wahyu dari Allah yang
kebenarannya mutlak. Karena kebenaran itu mutlak, maka kebenaran
tersebut tidak perludipertanyakan dan diuji lagi. Misalnya, Allah itu ada,
Esa, adil dan maha penguasa alam semesta.

(2) Penemuan Kebenaran Melalui Pendekatan Non-ilmiah.


Penemuan kebanaran pengetahuan tidak selalu melalui prosedur dan proses
ilmiah, tetapi juga bisa lelui pendekatan non-ilmiah. Pendekatan kebenaran
non-ilmiah diperoleh melalui akal sehat, kebetulan, intuitif, trial and error,
otoritas dan kewibawaan.
(3) Penemuan kebenaran melalui pendekatan akal sehat, Pendekatan ini
biasanya kurang dapat diterima sebagai kebenaran ilmiah. Hal tersebut
menurut Kerlinger (1992 : 4-8) disebabkan:
(a) Penggunaan teori-teori dan konsep-konsep dalam pengertian yang
longgar;
(b) Hasil pengujian hipotesis secara selektif karena semata-mata cocok
dengan hipotesisnya;
(c) Kurang memperhatikan kendali atau kontrol terhadap sumber-
sumber pengaruh di luar yang dipersoalkan;
(d) Dalam menjelaskan hubungan antar fenomenaa-fenomena tidak
begitu tajam dan kurang hati hati.
Kebenaran yang diperoleh melalui akal sehat biasanya ditemukan dan
digunakan dalam kehidupan praktis. Misalnya, kebenaran tentang pengaruh
pendapatan seseorang terhadap tingkat konsumsinya.
(4) Penemuan kebenaran melalui pendekatan kebetulan.
Penemuan kebenaran melalui pendekatan kebetulan bukanlah kebenaran
yang diperoleh secara ilmiah, tetapi memang secarakebetulan menemukan,
misalnya penemuan obat sakit malaria (pohon kina), yang secara
kebetulan. Penemuan pohon kinasebagai obat malaria sebagai kebenaran
telah diterima olehkalangan masyarakat termsuk masyarakat ilmiah.
(5) Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error.
Penemuan kebenaran melalui pendekatan trial and error dilakkukan oleh
manusia secara aktif dengan cara mengulang-ulang pekerjaannya sampai
ditemukan suatu kebenaran tertentu. Dalam melakukan pekerjaan ini,
manusia melakukan kegiatantanpa adanya suatu tuntunan atau pedoman
sistematis sepertipada penelitian ilmiah, tetapi secara untung-
untungan menemukan kebenaran tertentu, misalnya seseorang yang
menemukan cara mengajar yang paling efektif karena ia telahmengajar
secara terus menerus.
(6) Penemuan kebenaran melalui pendekatan intuitif ,
Penemuan kebenaran melalui pendekatan intukitif diperoleh melalui proses
luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir ilmiah.
Penemuan kebenaran ini pada umumnya diperoleh sangat cepat. Misalnya,
penemuan kebenaran.
(7) Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan Kewibawaan ,
Penemuan kebenaran melalui pendekatan otoritas dan kewibawaan muncul
dari pernyataan-pernyataan mereka yang memegang otoritas atau yang
memiliki kewibawaan tertentu, misalnya pernyataan dari seorang ilmuwan
dalam suatu forum ilmiah atau pernyataan seseorang yang menjadi kunci
dalam kelompok tertentu. Pernyatan –pernyataan mereka diterima begitu
saja tanpadiuji terlebih dahulu.
(8) Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Ilmiah
Penemuan kebenaran melalui Pendekatan Ilmiah, yaitu kebenaran yang
diperoleh dari proses berfikir dan prosesdur ilmiah seperti telah
dikemukakan di bagian terdahulu, yaitu diawali dengan merumuskan
masalah, merumuskan kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Dalam penemuan kebenaran melalui metode ilmiah, ada beberapa kriteria
metode ilmiah yang harus diperhatikan, diantaranya:
1) Berdasarkan fakta,
2) Pertimbangan objektif,
3) Sifatnya kuantitatif,
4) Logika deduktif–hypotetik,
5) Logika hipotetik-generalisasi.
Selain kriteria di atas, ada prinsip-prinsip kegiatan penelitian yang harus
diperhatikan, yaitu:
a) Kegiatan penelitian merupakan usaha sadar memalui proses berfikir ilmiah
dalam mencari kebenaran.
b) Kegiatan peneltian harus dilakukan secara hati-hati melalui prosedur kerja
yang teratur, sistematis dan terkontrol sehingga kondisi ini akan
menumbuhkan keyakinan kritis mengenai hasil penelitian.
c) Kegiatan penelitian adalah suatu kegiatan yang mengkaitkan antara penalaran
dan empiris atau atara teori , konsep, ilmu pengetahuan dengan empiris
(kenyataan).
d) Kegiatan Penelitian harus memperhatikan beberapa nilai seperti netralitas
emosiaonal, universalisme, keterbukaan, kemandirian, dan kekuatannya
terletak pada argumen.

d. Macam-macam Metode Penelitian


Pada umumnya penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu:penelitian
menurut:
a) Sifat Masalahnya (Dirjen Dikti, 1981)
1) Penelitian Historis;
Bertujuan untuk membuat rekonstruksi masalampau, secara sistematis dan
objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan
mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti
guna memperoleh kesimpulan yang akurat.
Contoh: * Studi tentang Praktek Bawon di Pulau Jawa.
2) Penelitian Deskriptif;
Bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Apabila,
diambil beberapa sampelnya saja, disebut survey deskriptif.
Contoh:
* Studi tentang kebutuhan pendidikan keterampilan di Daerah X.
* Survey Pendapat Umum Tentang Sikap Berhemat Masyarakat.
* Penelitian Tentang Daya Serap Siswa SMA dalam Pelajaran X.
3) Penelitian Perkembangan (Development Research );
Bertujuan untuk menyelidiki pola urutan pertumbuhan atau perubahan
sebagaifungsi waktu.
Contoh:

* Studi Longitudinal Pertumbuhan yang Mengukur Sifat-sifat


Perubahan X.
* Studi Cross-sectional Tentang Sifat-sifat Pertumbuhan X
* Studi Kecenderungan Tentang Pola-pola Perubahan X.
4) Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field
Research).
bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: Individu, kelompok dan
masyarakat. Penelitian ini cirinya bersifat mendalam tentang suatu unit
sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan
terorganisisir.
Contoh:

* Studi Kasus yang dilakukan Piaget tentang Perkembangan Kognitifpada


Anak-anak
* Studi Kasus tentang Pola Konsumsi Masyarakat Kota dan Pola-pola
Kehidupannya.
* Studi Lapangan yang tentang Kelompok Masyarakat Terpencil.
5) Penelitian Eksperimen ; bertujuan utnuk menyelidiki kemungkinan sebab
akibat dengan cara mengenakan kepada suatu atau lebih kondisi perlakukan
dan membandingkan hasilnya dengan sssuatu atau lebih kelompok kontrol.
Contoh: * Eksperimen tentang gejala-gejala alam
6) Penelitian Korelasional,
Bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi-variasi pada suatu
faktorberkaitan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan koefisien
korelasi.
Contoh: * Studi tentang Hubungan antara Pola Belajar dengan Prestasi
Belajar.
7) Penelitian Kausal Komparatif ,
Bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat terjadinya suatu
fenomena.
Contoh :*Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan
efisisensi perusahaan.
8) Penelitian Tindakan (action research ),
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keteraampilan baru atau
cara-cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan cara
penerapan langsung didunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Contoh:
* Penelitian tentang Program “Inservice-Training” untuk melatih para
Penyluh Pertanian Lapangan.
* Penelitian Tindakan Kelas oleh Guru-Guru di SMU
b) Tujuannya (Rusidi, 1991):
1) Penelitian Penjajagan (Eksploratif),
Penelitian yang masih terbuka dan masih mencari unsur-unsur, ciri-ciri,
sifat-sifat (UCS). Penelitian ini biasanya belum memiliki hipotesis dan
kerangka pemikiran. Untuk mengalirkan Pikiran peneliti, biasanya
digunakan pendekatan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian, bukan kerangka pemikiran.
2) Penelitian Penjelasan (Eksplanatory atau Confirmatory).
Penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel dengan menggunakan
kerangka pemikiran terlebih dahulu, kemudian dirumuskan dalam bentuk
hipotesis.
3) Penelitian Deskriptif (Dvelopmental),
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik
tertentu atau frekuensi terjadinya sesuatu aspek fenomena sosial tertentu,
dan untuk mendeskripsikan fenomena tertentu secara terperinci (Masri
Singarimbun, 1982). Penelitian ini biasanya tanpa menggunakan hipotesis
yang dirumuskan secara ketat, tetapi adakalanya ada yang menggunakan
hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik.

e. Langkah-langkah Penelitian (Proses Kegiatan Ilmiah)

Mengidentifkasi, memilih

dan merumuskan masalah


1

Menyusun kerangka
pemikiran
2

Merumuskan Hipotesis
3

Menguji hipotesis secara

empirik
4
Melakukan pembahasan
5

Menarik Kesimpulan
6

B A G A N LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUANTITATIF


1. Mengidentikasi, Memilih dan merumuskan Masalah
a. Mengidentifikasi Masalah
1) Mengidentifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling
relevan dan menarik untuk diteliti.
2) Masalah dapat dicari melalui “Pancaindera ”, yaitu pengamatan,
pendengaran, penglihatan, perasaan, dan penciuman.
3) Permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen
dan das sein , yaitu ada perbedaan antara apa yang seharusnya
dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan
dengan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan. Masalah
berkaitan dengan suatu kondisi yang mengancam, mengganggu,
menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. “A problem as any
situation where a gap exist betweenthe actual and the desire d ideal
state (Sekaran, 1992).
b. Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:
1) Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian
2) Seminar, diskusi dan lain-lain pertemuan ilmiah
3) Pernyataan pemegang otoritas
4) Pengamatan sepintas
5) Pengalaman pribadi
6) Perasaan intuitif.
c. Memilih Masalah/Pembatasan
Dalam mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu
masalah, dan tidak semua masalah dapat/layak diteliti. Oleh sebab itu
perlu diadakan pemilihan/pembatasan masalah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah:
1) Masalaha tersebut layak atau tidaknya untuk diteliti,
tergantung pada :

* Ada/tidaknya sumbangan terhadap teori dan ada/tidaknya


teoriyang relevan dengan itu ,
* Ada/tidaknya kegunaan untuk pemecahan masalah-masalah
praktis.
2) Managebility, yaitu cukup dana, cukup waktu, cukup alat, cukup
bekal kemampuan teoritis, dan cukup penguasaan metode yang
diperlukan.
d) Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifkasi dan dipilih/dibatasi, selanjutnya masalah
tersebut hendaknya:
1) Dirumuskan dalam kalimat tanya (?) yang padat dan jelas.
2) Memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data
guna menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut.
Contoh:

* Apakah diversifikasi usaha lebih lebih berhasil daripada


intensifikasiusaha?
* Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dengan
produktivitas kerjakaryawan?
2. Penyususnan Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah konstruksi berfikir yang bersifat logisdengan
argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun. Menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti
menduduk-perkarakan masalah dalam kerangka teoritis (theoritical
framework) atau disebut juga proses deduktif.
Untuk menyusun kerangka pemikiran, perhatikanlah hal-hal berkut ini:
1) Cari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang
relevan untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian. Teori-
teori dan konsep-konsep tersebut berasal dari acuan umum yaitu
dari kepustakaan seperti buku teks, ensiklopedia, monografh dan
sejeneisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Kriteria sumber bacaan adalah prinsip kemutakhiran(recency) dan
relevansi. Menurut Rusidi (1993), tahap penguraian teori yang
menjadi titik tolak berfikir untuk menjawab masalah kepada
konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap
conceptioning.
2) Dari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi tersebut, lakukan
perincian analisis melalui penalaran deduktif. Sedangkan dari hasil-
hasil penelitian yang terdahulu dilakukan pemaduan (sistesis)dan
generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi
itu dilakukan secara iteratif, sehingga dihasilkan jawaban yang
paling mungkin terhadap masalah. Jawaban inilah yang dijadikan
hipotesis penelitian.
3. Perumusan Hipotesis
1) Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang jawabannya harus diuji.
2) Hipotesis dirangkum atau diturunkan dari kerangka
pemikiran/kesimpulan teoritis.
3) Ada dua jenis hipotesis:
a) Hipotesis Deskriptif, yaitu hipotesis yang menunjukan pemaknaan
suatu konsep dari sautu teori.
b) Hipotesis verivikatif, yaitu hipotesis yang menghubungkan atau
mempertautkan dua veriabel atau lebih untuk diuji.
4) Hipotesis verifikatif hendaknya menyatakan pertauatan duavariabel
atau lebih.
5) Hipoteis dinyatakan dalam kalimat deklaratif/pernyataan yang
jelas, padat dan spesifik.
6) Harus teruji/dapat diuji.
4. Menguji Hipotesis Secara Empirik
1) Menguji dengan alat statistik inverensial dan statistik deskriftif, untuk
membuktikan apakah teori-teori tersebut teruji secara meyakinkan
(significant) atau tidak berdasarkan hasil uji fakta-fakta secara
empirik (Penelitian Kuantitatif).
2) Menguji dengan tanpa statistis untuk mencari pemaknaan (Penelitian
Kualitatif).

Praktek Kelompok
Perhatikan dengan seksama dari fenomena berikut ini. Selanjutnya Saudara
menjawab pertanyaan berikut ini.
1. Coba tunjukkan dimana permasalahan yang ingin ditunjukkan peneliti.
2. Rumuskan masalahnya, tujuan, dan kegunaan penelitiannya.
3. Coba berikan judul yang logis untuk ke tiga fenomena di bawah ini.
4. Menurut masalahnya, termasuk macam penelitian apa?
5. Menurut tujuannya, termasuk macam penelitian apa?.
6. Coaba buka https://www.youtube.com/watch?v=QUccrp3Z7Vs
7. Cari 5 judul artikel dari Indonesia dan 2 artikel dari luar negri yang memiliki
focus penelitian yang mirip.
Kumpulkan jam 21.00, Selasa 8 Maret 2022 di email
Fenomena 1.
Pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar yang berkualitas
merupakan upaya dalam meningkatkan kemajuan bangsa. Tujuan
pendidikan nasional di Indonesia berdasar UU no. 20 Tahun 2003 pasal 3
yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pendidikan bertujuan mewujudkan peserta didik
berkualitas, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan berdasarkan nilai
kebudayaan dan pancasila (Sujana, 2019: 31). Basic education was held to
develops attitudes and skill and provide knowledge and basic skills needed
to live in a society. Tujuan pendidikan dasar mengembangkan keterampilan,
sikap, dan pengetahuan peserta didik (Wuryani & Yamtinah, 2018: 76).
Tujuan pendidikan yaitu mewujudkan generasi bangsa yang memiliki
keimanan, ketakwaaan, dan berakhlak (Ariston et al., 2018: 295). Dapat
disintesiskan bahwa tujuan pendidikan yaitu proses berkelanjutan yang
memiliki tujuan mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak agar
menjadi insan berkualitas yang memiliki iman dan taqwa kepada Allah SWT
sesuai dengan nilai kebudayaan dan pancasila.
Berdasarkan hal tersebut perkembangan pendidikan diwujudkan
dengan adanya kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia. The
existence of 2013 curriculum regulations in indonesia that replaces the 2006
curriculum regulation. Kurikulum 2013 yang ada di Indonesia menggantikan
kurikulum 2006 (Andi, 2020: 269). Kurikulum tersebut merupakan
pembelajaran berbasis tematik terpadu yang terdiri dari lebih dari satu mata
pelajaran yang dipadukan berdasar sebuah tema (Novika Auliyana et al.,
2018: 1572). Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang didalamnya
tidak ada pemisahan mata pelajaran, bersifat fleksibel, menumbuhkan
bakat, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan social.
peserta didik (Ananda & Fadhilaturrahmi, 2018: 13). Kurikulum 2013
tidak hanya berorientasi dan mengedepankan pada aspek pengetahuan
dan keterampilan saja namun juga memiliki keunggulan dalam aspek sikap.
Berdasarkan pemaparan tersebut disintesiskan bahwa pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran berdasarkan sebuah tema yang terdapat
beberapa muatan pembelajaran yang dipadukan sehingga tidak ada
pemisah antar mata pelajaran dan bersifat fleksibel yang bertujuan untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kemampuan sosial,
dan minat bakat sesuai kemampuan peserta didik.
Pembelajaran tematik merupakan karakteristik dalam kurikulum 2013
sesuai dengan permendikbud nomor 57 tahun 2014 tentang kurikulum 2013
di Sekolah Dasar yang diharapkan mampu mengakomodasi kemampuan
berpikir kritis peserta didik di sekolah dasar melalui pembelajaran yang
sesuai dengan situasi saat ini. Berdasarkan hal tersebut diperlukan
pengembangan dan perbaikan dalam proses pembelajaran tematik yang
sesuai dengan peraturan agar mampu memecahkan permasalahan yang
terjadi dalam praktek pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 dan
terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien agar mampu
mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik di sekolah.
Peran sekolah diharapkan mampu mengembangkan sumber daya
manusia (SDM) di Indonesia agar memiliki keterampilan berpikir kritis dalam
memecahkan suatu permasalahan di lingkungan masyarakat. Pada era
abad 21 peserta didik diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis agar
mampu memecahkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Seorang yang memiliki keterampilan berpikir kritis mampu
menganalisis dan mengambil keputusan dengan baik saat menemui suatu
permasalahan (Lieung, 2019: 75). Perlu mengembangkan model
pembelajaran yang terpusat kepada peserta didik dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis agar lebih mudah membangun pemahaman
terhadap materi pembelajaran dan peserta didik lebih aktif dalam
menemukan sendiri pengetahuannya (Simanjuntak & Sudibjo, 2019: 109).
Hal tersebut sesuai dengan permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang
standar kompetensi lulusan yang menyatakan bahwa lulusan sekolah dasar
diharapkan memiliki keterampilan berpikir kritis.
Pandemi covid-19 di Indonesia saat ini berdampak pada perubahan
proses pelaksanaan pembelajaran dalam dunia pendidikan, sehingga
diperlukan inovasi dan pengembangan dalam pembelajaran sebagai
langkah untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam
lingkungan masyarakat. Pada masa pandemi covid-19 diperlukan
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi agar mampu
memberikan pengalaman belajaran yang bermakna bagi peserta didik. Hal
tersebut sesuai dengan Surat Edaran nomor 3/KB/2021 tentang
penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi covid-19. Salah satu
sistem pembelajaran yang sesuai dengan situasi saat ini yaitu melalui
blended learning system. Adanya model pembelajaran yang sesuai kondisi
dan situasi diharapkan mampu memberikan kegiatan belajar mengajar yang
bermakna bagi peserta didik. Blended Learning System merupakan model
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang
dimiliki peserta didik karena dengan model tersebut peserta didik dituntut
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Blended learning system adalah sistem belajar yang memadukan
pembelajaran tatap muka dan berbasis teknologi secara online (Widiara,
2018: 51). Blended learning is one way in which a teacher can incorporate
technology to customize student learning. Maksudnya yaitu melalui
pembelajaran campuran guru bisa memanfaatkan teknologi dalam proses
pembelajaran sesuai materi pembelajaran anak. (Fazal & Bryant, 2019: 50).
Blended learning program can offer a seamless approach to differentiated
instruction, identifying areas of skill deficiencies and providing targeted
instruction and extended practice to overcome such deficiencies. Blended
learning sebagai solusi dari permasalahan pembelajaran dan mampu
meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah dasar (Prescott, et al.,2018:
505). Blended learning may have on STEM achievement, with some portion
of instructional time being given to experiential learning. Melalui
pembelajaran dengan blended learning system peserta didik mampu
mendapatkan pengalaman belajar bermakna (Seage et al., 2020: 133).
Pembelajaran di sekolah dengan menggunakan sistem pembelajaran
campuran atau blended learning system dapat memengaruhi kemampuan
berpikir kritis peserta didik (Anggraeni Anggian, Supriana Edi, 2019: 762).
Dari uraian diatas dapat disintesiskan bahwa blended learning system
adalah model pembelajaran kombinasi antara pembelajaran tatap muka
dan pembelajaran berbasis online dengan memanfaatkan teknologi yang
bertujuan memberikan pengalaman bermakna peserta didik saat belajar di
sekolah dasar.
SD Negeri 9 Boyolali merupakan salah satu sekolah unggulan di
Boyolali yang melaksanakan pembelajaran tematik dengan menggunakan
blended learning system yang memadukan pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran daring (online) sebagai langkah pengembangan dan ivonasi
dalam pembelajaran dan sebagai cara untuk memutus rantai virus covid-19
yang berada di lingkungan pendidikan kabupaten Boyolali. Sekolah ini
terletak di pusat kota Boyolali tepatnya di Jl. Merbabu No. 84 desa
Surowedanan, RT.01 RW.09, kelurahan Pulisen, kecamatan Boyolali,
kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil pra-penelitian melalui observasi dan wawancara
dengan pihak sekolah dasar negeri 9 Boyolali ditemukan bahwa saat
pembelajaran di kelas peserta didik di sekolah tersebut memiliki tingkat
pemahaman yang cukup baik sehingga dalam proses pembelajaran guru
menerangkan satu kali peserta didik sudah memahami materi yang
disampaikan, meski masih ada beberapa peserta didik yang memiliki tingkat
pemahaman yang kurang. Permasalahan dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah tersebut yaitu sekitar 63% kemampuan
berpikir kritis peserta didik belum terlihat karena dalam proses
pembelajaran peserta didik kurang memiliki motivasi dalam belajar,
cenderung pasif, dan hanya menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru
tanpa mengikuti proses pembelajaran dengan baik sesuai harapan dan
tujuan pembelajaran. Hal tersebut menjadi suatu permasalahan yang harus
segera dicari solusinya agar pembelajaran mampu mengakomodasi
kemampuan berpikir kritis peserta didik di sekolah dasar dengan baik
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Era pandemi covid-19 sekolah tersebut menerapkan kebijakan belajar
dari rumah (BDR) dengan sistem pembelajaran campuran sesuai dengan
kebijakan pemerintah Indonesia. Hal tersebut didukung dengan mayoritas
peserta didik yang memiliki perangkat elektronik seperti handphone atau
laptop dan akses internet, terkhusus di kelas tinggi yang masing-masing
kelas memiliki peserta didik antara 38 sampai 40 anak sejumlah 100%
peserta didik memiliki ponsel yang mampu menunjang pelaksanaan proses
pembelajaran dari rumah. Meski ada beberapa peserta didik yang
ponselnya milik orang tua sehingga penggunaannya harus bergantian
namun hanya sekitar 10% dari keseluruhan jumlah peserta didik yang
mengalami permasalahan akses internet yang disebabkan keberadaan
beberapa sinyal operator yang jaringannya buruk. Selain itu karakteristik
peserta didik yang sudah melek teknologi di SD Negeri 9 Boyolali
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal tesebut
dibuktikan dengan hampir seluruh peserta didik sudah mampu mengakses
dan menggunakan ponsel yang dimiliki dengan baik. Namun dalam proses
pelaksanaan pembelajaran masih ditemukan beberapa permasalahan yang
terjadi di sekolah, diantaranya: (1) Era pandemi guru menemui kendala
dalam proses penilaian bagi peserta didik sebab tidak setiap hari anak
berangkat ke sekolah; (2) sebagian peserta didik mengalami kendala
karena keterbatasan akses internet yang berdampak pada kelancaran
proses pembelajaran; (3) sebagian guru belum mampu memadukan
beberapa muatan pembelajaran dalam sebuah tema; (4) beberapa guru
masih kurang memahami konsep-konsep pembelajaran tematik.
Berdasarkan pemaparan diatas diperlukan adanya pengelolaan
pembelajaran tematik dengan blended learning system yang sesuai dengan
peraturan pemerintah baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran agar proses pembelajaran mampu mengakomodasi
kemampuan berpikir kritis peserta didik secara optimal. Menurut penelitian
(Novika Auliyana et al., 2018: 1581) yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar” menyatakan bahwa
penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar yang di teliti meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian telah terlaksana dengan baik.
Persamaan dengan penelitian ini membahas penerapan pembelajaran
tematik kelas tinggi di sekolah dasar, namun terdapat perbedaan pada
variabel penelitiannya yaitu penelitian tersebut hanya terfokus pada
pembelajaran tematik sedangkan penelitian ini terfokus pada pembelajaran
tematik dengan blended learning system di sekolah dasar.
Hal ini sesuai dengan penelitian (Suhartono, 2021: 12) yang berjudul
“Pelaksanaan Pembelajaran Tematik pada Masa Pandemi Covid-19 di MI
Darussalam Sambiroto Baron Nganjuk Tahun Pelajaran 2020/ 2021”
menyatakan bahwa penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu keduanya
membahas pelaksanaan pembelajaran tematik pada masa pandemi Covid-
19, namun perbedaannya dalam penelitian ini membahas pembelajaran
tematik dengan blended learning system dalam perspektif berpikir kritis.
Didukung dengan penelitian (Syaifuddin, 2017: 143) yang berjudul
“Implementasi Pembelajaran Tematik di Kelas 2 SD Negeri Demangan
Yogyakarta” menyatakan bahwa di sekolah dasar pada tahap perencanaan,
pembelajaran, dan penilaian sudah menggunakan pembelajaran tematik.
Persamaannya tersebut dengan penelitian ini keduanya membahas
implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dan perbedaannya
yaitu penelitian tersebut terfokus pada implementasi pembelajaran tematik
di kelas rendah sedangkan dalam penelitian ini fokus pada implementasi
pembelajaran tematik di kelas tinggi.
Penelitian (Syofyan et al., 2019: 1) berjudul “ Use of Integrated
Thematic Teaching Materials Based on Problem Solving in Natural Science
Learning in Elementary Schools” menyatakan bahwa thematic learning is
based on problem-solving skills can improve elementary school student
learning achievement. Maksudnya yaitu pembelajaran tematik yang
berbasis keterampilan pemecahan masalah mampu meningkatkan prestasi
belajar peserta didik sekolah dasar. 7
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu
variabel penelitiannya membahas pembelajaran tematik di sekolah dasar,
namun terdapat perbedaan karena penelitian tersebut terfokus pada
pembelajaran tematik berbasis pemecahan masalah sedangkan penelitian
ini membahas pembelajaran tematik dalam perspektif kemampuan berpikir
kritis di sekolah dasar. Sejalan dengan penelitian (Narti et al., 2016: 1855)
yang berjudul “Thematic Learning Implementation in Elementary School
(Phenomenology Studies in Pamotan SDN 01 and 01 Majangtengah Dampit
Malang)” menyatakan bahwa the purpose of integrated thematic learning is
to create more meaningful and comprehensive learning and thematic
learning an important role to improve attention, learning activities, and the
students' understanding of the material. Artinya yaitu pembelajaran tematik
mempunyai tujuan menciptakan pembelajaran yang bermakna dan
komprehensif dan berperan penting dalam meningkatkan perhatian,
aktivitas belajar, dan pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran di sekolah. Persamaan antara penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah keduanya membahas pembelajaran tematik di sekolah
dasar, sedangkan perbedaanya yaitu penelitian tersebut merupakan jenis
penelitian studi fenomenologi dan penelitian ini studi kasus terkait
implementasi pembelajaran tematik dengan blended learning system dalam
perspektif kemampuan berpikir kritis di sekolah dasar.
Fenomena 2.
Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan mulus.
Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu harus berpisah
dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim-piatu bahkan
mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan adanya ketidak
lengkapan di dalam suatu keluarga. Ketidak lengkapan ini pada kenyataanya secara
fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan tetapi secara psikologis dapat dilakukan
dengan diciptakannya situasi kekeluargaan dan hadirnya tokoh-tokoh yang dapat
berfungsi sebagai pengganti orang tua .
Menurut Hurlock (1997:213) masa remaja dikatakan sebagai masa transisi
karena belum mempunyai pegangan, sementara kepribadianya masih menglami
suatu perkembangan, remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi
fisiknya. Remaja masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.
Remaja sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai
individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman
tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam
menjalani kehidupannya, sehingga di peroleh suatu gambaran yang jelas tentang
dirinya dan supaya sremaja bias menjalankan apa yang sudah didapatkannya.
Pemahaman akan diri seseorang sangatlah mutlak untuk diketahui. Oleh
karena itu semua orang harus mengerti tentang dirinya. Baik secara internal maupun
secara eksternal. Ketika seseorang mengetahui kondisi dan gambaran tentang
dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki
rasa percaya diri yang kuat karena sudah memiliki pandangan diri yang jelas.
Dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan, semua orang memiliki
kemampuan dan keinginan yang berbeda. Salah satu faktor yang membuat
seseorang dapat melakukan apa yang dia ingin lakukan adalah ketika dia memiliki
kepercayaan diri yang cukup untuk melakukannya. Ketika seseorang kurang
memeiliki rasa percaya diri maka kemungkinan orang tersebut tidak akan dapat
bergaul dengan sesama temannya, melakukan apa yang diinginkannya dan pergi
sesuai keinginannya.
Remaja yang tinggal di panti asuhan mempunyai rasa rendah diri atau minder
terhadap keadaan dirinya, tidak seperti teman-teman dalam kondisi keluarga
normal. Hal ini berpengaruh terhadap pergaulan dengan lingkungan. Sementara itu
masyarakat atau teman-teman dalam lingkungan sosial sering memberikan label
negatif pada anak-anak panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau
bagaimana berbagai hal negatif ini akan terjadi. Adanya penyimpangan antara
harapan dan kenyataan itulah, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti hal
tersebut.
Fenomena 3.
Perkembangan teknologi informasi begitu pesat dan penggunaannya
sudah mencakup seluruh bidang kehidupan. Teknologi informasi yang
berkembang saat ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menunjang
segala
aktivitas kehidupannya. Salah satu bentuk teknologi informasi yang banyak
digunakan adalah internet. Internet merupakan suatu jaringan global yang
dapat menghubungkan jutaan jaringan komputer di seluruh dunia.
Internet dapat dimanfaatkan untuk membantu aktivitas manusia.
Melalui internet, manusia dapat memperoleh informasi kapan pun dan di
mana pun mereka butuhkan.
Internet dapat dimanfaatkan di segala bidang kehidupan, salah satunya di
dunia pendidikan. Internet dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses
pembelajaran. Melalui internet siswa dapat belajar mandiri dan mengakses
berbagai informasi yang mereka butuhkan. Maka dari itu, pemanfaatan
teknologi informasi internet dalam dunia pendidikan harus lebih optimal lagi
yaitu dengan mengembangkannya menjadi sumber belajar bagi siswa yang
dapat digunakan kapan saja dan di mana saja mereka butuhkan.
Pengembangan sumber belajar harus disesuaikan dengan kebutuhan
mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki materi dan konsep
pembelajaran yang berbeda, sehingga membutuhkan sumber belajar yang
berbeda pula, salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). IPS merupakan salah satu mata pelajaran dengan materi yang
kompleks, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menerjemahkan
konsep-konsep
dari materi tersebut, sedangkan alokasi jam pelajaran di sekolah untuk IPS
masih sedikit. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
bantuan sumber belajar yang sesuai, yaitu dengan memanfaatkan internet.
Salah satu hasil integrasi dari teknologi informasi dalam dunia
pendidikan adalah electronic learning (e-learning) atau pembelajaran
elektronik (Deni Darmawan, 2011: 11). E-learning pada awalnya hanya
menggunakan peralatan elektronik seperti tape video atau audio, tv maupun
CD-ROM namun seiring perkembangan teknologi internet, e-learning kini
dapat dikembangkan dengan website atau biasa disebut dengan web based
learning. Melalui e-learning berbasis web, guru dan siswa tidak harus
bertatap muka secara langsung di dalam kelas. Kegiatan belajar dapat
dilakukan selama 24 jam, tidak terbatas atau tidak tergantung pada ruang
dan waktu. Hal tersebut sangat bermanfaat sekaligus menjadi solusi kreatif
untuk mengajarkan materi IPS yang kompleks. Materi IPS yang tidak dapat
diajarkan di sekolah karena terbatasnya waktu KBM (kegiatan belajar
mengajar) di dalam kelas, dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa
dengan memanfaatkan e-learning berbasis web sebagai salah satu sumber
belajarnya.
Menurut Lusia Kus Anna (2012: www.kompas.com), saat ini Sebagian
besar guru belum menerapkan e-learning berbasis kemajuan teknologi
informasi untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
penelitian
yang akan dilakukan adalah mengembangkan e-learning berbasis web
sebagai salah satu sumber belajar IPS. E-learning yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi adobe
dreamweaver yang dipilih karena keunggulannya yaitu lebih banyak
mengintegrasikan beragam fitur untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan situs web. E-learning yang
dikembangkan berisi materi keragaman budaya sebagai hasil interaksi
manusia, yaitu materi IPS terpadu kurikulum 2013 kelas VII SMP yang
sampai saat ini
belum banyak dikembangkan oleh guru IPS.
Mengacu pada uraian di atas, maka penelitian ini mengembangkan e-
learning IPS berbasis web yang menarik, inovatif, dan memudahkan siswa
dalam mempelajari materi secara mandiri. Penelitian ini difokuskan untuk
mengembangkan e-learning berbasis web berbantuan adobe dreamweaver
dengan materi pokok keragaman budaya sebagai hasil interaksi manusia
sebagai sumber belajar IPS SMP Kelas VII serta mengetahui kelayakan e-
learning untuk digunakan sebagai sumber belajar IPS.

Anda mungkin juga menyukai