Anda di halaman 1dari 3

Keterampilan Dasar Dalam Ilmu-Ilmu Sosial

1. Keterampilan Bertanya

A. Pengertian Keterampilan Bertanya.

Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai.
Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna.
Pembelajaran akan menjadi sangat membosankan, jika selama berjam-jam guru menjelaskan materi
pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancingan, atau
pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir.

Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam suatu proses komunikasi, termasuk dalam
komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan
guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari peserta didik. Ada
hal penting dalam keterampilan bertanya yaitu :

1. Pausing

Setelah guru mengajukan pertanyaan, murid diminta tenang sebentar. Ini bertujuan untuk :

a. Memberikan kesempatan berpikir mencari jawaban

b. Untuk memperoleh jawaban yang komplit

c. Memahami pertanyaan / menganalisa pertanyaan

d. Agar banyak murid yang menjawab.

2. Prompting

Guru mengajukan pertanyaan sulit sehingga tidak ada murid yang dapat menjawab, karena sulitnya,
atau karena pertanyaan tidak jelas. Oleh sebab itu guru harus melakukan prompt mendorong. Caranya
ialah :

a. Memberikan informasi tambahan, agar murid dapat menjawab

b. Mengubah pertanyaaan dalam bentuk lain

3. Probing

Melacak, menuntun, mengarahkan. Probing dilakukan karena belum diperoleh jawaban yang
memuaskan. Untuk memperoleh jawaban yang sempurna, maka guru menunjuk murid lain untuk
menjawab. Apabila belum puas, minta murid yang lain lagi.

komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah:

1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif tingkat tinggi dalam menjawab pertanyaan.


Pada umumnya yang dikemukakan guru dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda. Ada
yang menuntut proses berpikir rendah, dan ada juga pertanyaan yang menuntut poses berpikir tinggi.
Oleh sebab itu guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya dapat berusaha mengubah tuntutan
tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yang sekedar mengingat fakta-fakta yang telah
dipelajari siswa, ke berbagai tingkat kognitif seperti dalam taksonomi tujuan pengajaran dari Bloom
yaitu tingkat kognitif yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, sintesis, dan evaluasi. Selain
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan memperhatikan taksonomi Bloom tersebut,
guru dapat pula menyusun dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak untuk memenuhi maksud
pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.

2. Pengaturan Urutan Pertanyaan

Guru hendaknya mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari mulai tingkat kognitif
rendah ketingkat kognitif tinggi. Contonya, guru memulai dengan mengajukan pertanyaan pemahaman
setelah itu pertanyaaan penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sebaliknya jangan bolak-balik tidak
menentu, misalnya guru sudah sampai pada pertanyaan analisis lalu kembali pada pertanyaan
penerapan atau pemahaman dan setelah itu kembali ke pertanyaan analisis. Perpindahan secara tidak
menentu, bolak-balik, maju mundur seperti itu hanya akan membingungka siswa dan karenanya
partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran akan menurun. Untuk itu guru hendaknya jangan cepat-
cepat pindah dari pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud melacaki atau membangun tingkat kognitif
tertentu, tetapi sebaiknya siswa dapat diberi kesempatan untuk bekerja beberapa waktu lamanya pada
satu tingkat tertentu saja dulu, sampai mantap, baru pindah ke tingkat kognitif berikutnya.

3. Penggunaan Pertanyaan Melacak

Jika jawaban yang diberikan siswa dinilai oleh guru benar, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi
lebih sempurna, maka guru dapat mengajukan pertanyaan-partanyaan pelacak kepada siswa. Ada
beberapa tehnik pertanyaan melacak yang dapat digunakan guru, yaitu klarifikasi, memberikan alasan,
meminta kesepakatan, meminta ketepatan jawaban,

4. Peningkatan Terjadinya Interaksi.

Agar peserta didik lebih terlihat secara keseluruhan, jawaban yang mungkin belum sempurna diberikan
oleh salah seorang siswa tidak harus langsung kita jawab, namun kita lontarkan kembali ke semua orang
agar memberikan komentar atau jawaban. Kalau bisa hindari menjadi tenaga pendidik otoriter yang
hanya mau menang sendiri dalam berpendapat tanpa melibatkan peserta didik. Apalagi untuk konteks
peserta didik sudah mampu berpikir mandiri. Yang kita perlukan hanya kisi-kisi atau poin-poin pokok
saja.

5. Variasi Taksonomi

Untuk variasi mengklarifikasikan jenis pertanyaan dan tujuan khusus cara berpikir siswa dalam
hubungannya dengan pertanyaan guru,
DAFTAR PUSAKA

Radieta. Keterampilan Bertanya, [online], tersedia: (http:/www.google.com, diakses 25 September


2012).

Ramli, kamrianti. Bertanya, [online],tersedia: (http:/www.google.com, diakses 25 September 2012).

Anda mungkin juga menyukai