Anda di halaman 1dari 19

Nama : Sri Wahyuni

NIM : F1072161005
Kelas : PP.APK
Tugas : Kemampuan Dasar Mengajar ( KDM )

RANGKUMAN KETERAMPILAN BERTANYA

A. Definisi Keterampilan Bertanya

Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih (2007:59), menyatakan bahwa
bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa.

Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan
dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru
mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa (Sofa, 2008).

B. Jenis-Jenis Keterampilan Bertanya

Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

1. Keterampilan Bertanya Dasar

a. Pengertian

Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan menjadi dua suku kata yaitu
“terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya”
yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap
dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan
bertanya secara sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam
meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.

Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya
atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan
meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh
G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang
menginginkan tanggapan verbal (lisan).

Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak
selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu
dimaksudkan adanya respon siswa.
b. Komponen-Komponen

Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata
yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.

Pemberian acuan.

Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi
yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.

Pemindahan giliran.

Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa
benar atau belum memadai.

Penyebaran.

Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan


giliran menjawab pertanyaan secara acak.

Pemberian waktu berfikir

Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk berfikir
sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.

Pemberian tuntunan

Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan
tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

2. Keterampilan Bertanya Lanjut

a. Pengertian

Dalam kegiatan pembelajaran di atas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk mendapatkan
keterangan atau informasi dari siswa. Untuk menindaklanjuti pertanyaan pertama diikuti oleh
pertanyaan berikutnya atau disebut dengan pertanyaan lanjut.

Dengan demikian, pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar) yaitu
mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam dan komperehensif dari
pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan mengembangkan kemampuan berfikir yang
dilakukan melalui bertanya lanjut banyak dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang
dikembangkan melalui pengggunaan pertanyaan dasar.

Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih mengutamakan usaha
mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara
agar lebih aktif dan kritis mengembangkan kemampuan berfikirnya.

b. Komponen-Komponen

Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan

Pengubahan ini artinya agar seorang guru dalam mengajukan pertanyaan dapat berusaha
mengubah tingkat kognitif siswa dalam menjawab suatu pertanyaan dari tingkat yang rendah ke
tingkat kognitif yang lebih tinggi. Seperti: tingkat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
maupun tingkat evaluasi.

Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat

Dalam memberikan urutan pertanyaan seorang guru harus memberikannya secara terurut, misal:
pertama seorang guru mengajukan pertanyaan pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan yang
terakhir lanjut ke pertanyaan evaluasi. Selain itu, seorang guru hendaknya memberikan waktu
yang cukup untuk bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.

Penggunaan pertanyaan pelacak

Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan oleh seorang guru.

a) Klarifikasi

Jika ada salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan kalimat yang kurang tepat, maka
guru memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa untuk menjelaskan atau dengan kata-
kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik atau menyuruh siswa untuk mengulang
jawabannya dengan kata yang lebih lugas.

Contoh: Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang kamu maksud?

b) Meminta siswa memberikan alasan

Guru dapat meminta siswa untuk memberikan bukti yang menunjang kebenaran suatu pandangan
yang diberikan dalam menjawab pertanyaan. Contoh: Mengapa kamu mengatakan demikian?

c) Meminta kesepakatan pandangan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau
penolakan siswa serta memberikan alasan-alasannya terhadap suatu pandangan yang
diungkapkan oleh seorang siswa, dengan maksud agar diperoleh pandangan yang benar dan
dapat diterima oleh semua pihak.
Contoh: Siapa setuju dengan jawaban itu? Mengapa?

d) Meminta ketepatan jawaban

Jika jawaban siswa belum tepat guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu
agar diperoleh jawaban yang tepat atau guru dapat menggunakan metode pemberian pertanyaan
dengan sistem bergilir.

e) Meminta jawaban yang lebih relevan

Mengajukan pertanyaan yang memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya atau


mengemukakan kembali jawabannya menjadi lebih relevan.

f) Meminta contoh

Jika ada jawaban dari siswa yang kurang jelas maka guru dapat meminta siswa untuk
memberikan ilustrasi atau contoh yang konkret.

Contoh: Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh dari jawabanmu?

g) Meminta jawaban yang lebih kompleks

Guru memberikan penjelasan agar jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan mampu
menemukan ide-ide penting lainnya.

Contoh: Dapatkah kamu memberikan penjelasan yang lebih luas lagi dari ide yang dikatakan
tadi?

Peningkatan terjadinya interaksi

Ada 2 cara guru untuk menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral.

Guru mencegah pertanyaan dijawab langsung oleh seorang siswa tetapi siswa diberi
kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya untuk didiskusikan.
Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab pertanyaan dari murid, tetapi
melontarkan kembali pertanyaan tersebut kepada siswa untuk didiskusikan.

Komponen ini akan dapat membantu siswa memberikan komentar yang wajar dan mampu
mengembangkan cara berfikir siswa.

c. Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya

Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain:

Kehangatan dan keantusiasan


Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan, sehingga merasa
nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang
menyenangkan antara lain yaitu bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa
psikologis yang hangat dan mendorong semangat belajar yang tinggi.

Memberikan waktu berfikir

Setelah guru mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk salah seorang dari
siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi memberikan kelonggaran (waktu)
kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan jawaban atas pertanyaannya.

C. Jenis-Jenis Pertanyaan

Jenis-jenis pertanyaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom

Menurut Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam
merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan
pertanyaan yang diajukan guru di kelas.

Ada tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan
dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang
menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan).

Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh karena
seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein
kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang
berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan ialah:

Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:


pengetahuan (knowledge)
pemahaman (comprehension)
penerapan (application)
Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
analisis (analysis)
sintesis (synthesis)
evaluasi (evaluation)

Dari keenam tingkatan tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut:

Pertanyaan pengetahuan

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah, yang hanya
menuntut siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan tentang fakta, kejadian,
definisi dan sebagainya. Siswa hanya dituntut mengingat kembali apa yang dipelajarinya. Kata-
kata yang sering digunakan untuk pertanyaan pengetahuan ini antara lain: Apa?, Siapa?,
Bilamana?, Di mana?, Sebutkan!, Ingatlah istilah, Kemukakan definisi!, Pasangkan!, Berilah
nama!, dan Golongkan!.

Pertanyaan pemahaman

Pertanyaan ini meminta untuk menujukkan bahwa ia telah mengerti atau memahami sesuatu. Ia
dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan
kembali apa yang dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Beberapa kata yang
dapat digunakan untuk pertanyaan pemahaman adalah: Bedakanlah, Terangkan, Simpulkan,
Bandingkanlah, Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, Terjemahkan, Ubahlah, Berilah contoh,
dan Berikan interpretasi.

Pertanyaan penerapan (aplikasi)

Pertanyaan penerapan adalah pertanyaan pertanyaan yang menuntut suatu jawaban dengan
menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Siswa dihadapkan pada pemecahan
masalah sederhana dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Dengan
menggunakan konsep, prinsip, aturan, hukum atau proses yang dipelajari sebelumnya, siswa
diharapkan dapat menentukan suatu jawaban yang benar terhadap masalah itu. Beberapa kata
yang sering digunakan untuk pertanyaan penerapan adalah: Gunakanlah, Tunjukkanlah,
Demonstrasikan, Buatlah sesuatu, Carilah hubungan, Tuliskan suatu contoh, Siapkanlah, dan
Klasifikasikanlah.

Pertanyaan analisis

Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan
analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis, bahkan menciptakan sesuatu
yang baru, untuk menjawab pertanyaan analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab,
motif-motif atau mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori,
dicari fakta-faktanya). Oleh karena itu, pertanyaan analisis tidak hanya mempunyai satu jawaban
yang benar, melainkan berbagai alternatif. Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat dalam
proses kognitif sebagai berikut:

Menguraikan alasan atau sebab-sebab dari suatu kejadian


Mempertimbangkan dan menganalisis inforamsi yang tersedia agar mencapai suatu
kesimpulan atau generalisasi berdasarkan informasi
Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang menunjang atau
menyangkal kesimpulan/generalisasi itu.

Kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan analisis adalah: Analisislah, Kemukakan
bukti-bukti, Mengapa, Identifikasikan, Tunjukkanlah sebabnya, dan Berilah alasan-alasan.

Pertanyaan sintesis
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa untuk berpikir orisinil
dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian atau unsur-unsur agar dapat menjadi suatu kesatuan. Mereka dituntut untuk dapat
mengambil suatu kesimpulan dari informasi yang telah diberikan. Siswa tidak hanya menerka
jawaban, melainkan harus berpikir dengan sungguh-sungguh. Berikut ini adalah kata-kata yang
sering digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan sintesis: Ramalkanlah, Bentuk, Ciptakanlah,
Susunlah, Rancanglah, Tulislah, Bagaimana kita dapat memecahkan, Apa yang terjadi
seaindainya, Bagaimana kita dapat memperbaiki, dan Kembangkan.

Pertanyaan evaluasi

Pertanyaan ini menuntut proses berpikir yang paling tinggi dan untuk dapat menyatakan
pendapat atau menilai berbagai ide, karya seni, pemecahan masalah serta alasan-alasan
keputusannya, harus digunakan kriteria-kriteria tertentu. Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan
sebagai berikut:

pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai persoalan


pertanyaan yang menilai suatu ide
pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan masalah
pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik.

2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya

Menurut Hutasoit (2010), pertanyaan berdasarkan maksudnya, terdiri atas:

Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang mengharapkan peserta


didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pernyataan.
Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban,
tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud hanya menyampaikan informasi kepada peserta
didiknya.
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang
bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri
jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin
agar peserta didiknya memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti
dari bahan yang disajikannya.
Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang dapat mendorong
peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Jenis
pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendorong peserta didik meningkatkan kuantitas dan kualitas
jawaban yang diberikan.

3. Pertanyaan Berdasarkan Tujuannya

Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan maksudnya terdiri atas:

Pertanyaan Kognitif
Pertanyaan kognitif adalah pertanyaan yang dilakukan guru kepada siswa dengan tujuan untuk
menguji pengetahuan, pemahaman, dan pendapat siswa tentang materi pelajaran. Contohnya
dalam ilmu fisika: “ Apa yang dimaksud dengan tekanan?”

Pertanyaan Performansi

Pertanyaan performansi adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dengan tujuan agar
siswa melakukan penampilan/performansi sesuai dengan yang dianjurkan guru. Contonya: “
Bisakah Kamu mengerjakan soal itu di papan tulis?”.

Pertanyaan Konsekuensi

Pertanyaan konsekuensi adalah adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dengan
tujuan agar siswa menjelaskan atau memberikan alas an terhadap tindakan ataupun pendapat
yang telah dikemukakan. Contohnya: “Apa yang terjadi ketika tembaga dan kayu didekatkan
pada sebuah magnet? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?”

Pertanyaan Eksplorasi

Prtanyaan eksplorasi adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dengan tujuan untuk
menjajagi sejauh mana pengetahuan dan pengalaman siswa sebelum ia menempuh pelajaran
baru. Contonya: setelah guru selesai menjelaskan tentang besaran dan satuan, kemudian
meberikan pertanyaan “Kecepatan dan usaha termasuk besaran apa?”.

4. Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya

Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan sifatnya terdiri atas:

Pertanyaan Ingatan

Pertanyaan ingatan adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk mengenal atau mengingat
kembali apa yang telah dipelajari. “ Ada berapa macam besaran di fisika?”

Pertanyaan Pemahaman

Pertanyaan pemahaman adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk membuktikan bahwa
mereka telah mempunyai pengertian yang cukup untuk menyusun materi yang telah diketahui
secara mantap. Contihnya: “ Tolomg jelaskan dengan bahasa kamu sendiri, bagaimana proses
terjadinya interferensi pada gelombang cahaya?”.

Pertanyaan Analisis

Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk berpikir secara kritis dan
mendalam.Biasanya meminta siswa untuk mencari alasan atau sebab dari suatu masalah atau
dapat juga dengan menganalisa suatu informansi. Contohnya: “ Mengapa gas kalau dipanaskan
tekanannya meningkat?”.

Pertanyaan Sintesis

Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa untuk menampilkan
pikiran yang murni dan kreatif. Contohnya: “ Apa yang terjadi seandainya dua benda yang
beratnya berbeda dijatuhkan bersama-sama dari gedung yang tinggi?”

Pertanyaan Evaluasi

Pertanyaan evaluasi adalah pertanyaan tingkat tinggi berdasarkan proses mental yang terlibat di
dalamnya. Pertanyaan evaluasi tidak memiliki satu jawaban yang benar mutlak dan tidak
mempunyai jawaban tunggal. Contohnya: “ Menurut kalian cara mana yang paling mudah untuk
menyelesaikan soal integral ini?”.

5. Pertanyaan Berdasarkan Caranya

Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan caranya terdiri atas:

Pertanyaan Mengarahkan

Pertanyaan mengarahkan adalah pertanyaan yang diberikan guru untuk menuntun siswa dalam
dalam proses berpikir, sehingga siswa dapat menemukan inti permasalahannya. Contohnya: pada
saat guru menerangkan tentang sifat-sifat bayangan pada cermin datar, guru menyuruh siswa
untuk menggambar bayangan benda di depan cermin datar berdasarkan hukum pemantulan pada
cermin datar.

Pertanyaan Menggali

Pertanyaan menggali adalah pertanyaan lanjutan yang mendorong siswa untuk lebih mendalami
maksud dari pertanyaan yang diajukan sebelumnya, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas
pertanyaan sebelumnya.

Pertanyaan Memancing

Pertanyaan memancing adalah pertanyaan yang bertujuan untuk memancing ide-ide siswa secara
original, sehingga siswa dapat memberikan jawaban secara tepat, jujur, benar, tidak malu, dan
takut menjawabnya.

D. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan dalam Proses
Mengajar pada Siswa

Tujuan

Tujuan yang dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus jelas.
Penyusunan Kata-Kata

Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan kata-kata
yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswanya dan harus memahami bahwa
pembendaharaan kata-kata dan pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan siswa berbeda.

Struktur

Selama proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi yang relevan dengan
tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik sebelum maupun sesudah pertanyaan itu
diajukan.

Pemusatan

Pemusatan sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan guru agar pertanyaan
tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan menjadi tujuan materi yang diajarkan.
Pemusatan lainnya yaitu perhatian terhadap jumlah pertanyaan yang diberikan pada siswa.

Pindah Gilir

Agar respon dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru dapat melakukan pindah
gilir terhadap pertanyaan yang diajukan, misalnya pertanyaan yang diajukan pada salah satu
siswa belum terjawab, maka guru bisa mengajukannya lagi pada siswa yang lain dengan
pertanyaan yang sama.

Distribusi/Penyebaran

Untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru disarankan mendistribusikan
pertanyaan secara acak selama proses belajar mengajar. Pertanyaan dapat diberikan pada seluruh
kelas kemudian baru pada salah satu siswa, dan guru harus berusaha agar semua siswa mendapat
giliran menjawab pertanyaan.

Pemberian Waktu

Guru perlu memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum menemukan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan guru.

Pemberian Tuntunan

Guru dapat memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban dengan baik dan benar,
misalnya dengan menanggapi jawaban yang kurang tepat atau jawaban yang salah yang
diberikan siswa.

Antusias dan Hangat

Sikap antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat memberikan arti dalam
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Misalnya tidak secara langsung
mengatakan bahwa jawaban si A salah dan langsung mengajukannya pada siswa lain, akan tetapi
memberikan arahan lain yang yang bersifat membantu (Wartono, 2003).

E. Kelebihan dan Kelemahan dari Keterampilan Bertanya

Kelebihan

Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.


Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran akan lebih
menarik.
Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma (Munsyi (1981:70) dalam
Albantati, 2010).

Kelemahan

Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.


Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
Tidak semua anak mengerti dan dapat mengajukan pendapat (Munsyi (1981:70) dalam
Albantati, 2010).

Memberi penguatan
Ada beberapa pendapat tentang pengertian keterampilan memberi penguatan diantaranya adalah :
JJ. Hasibuan mendefinisikan memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam
merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku
tersebut timbul kembali.
Moh Uzer Usman menerangkan arti keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah
segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu
tindak dorongan ataupun koreksi. Atau penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku
yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut”.
Made Pidarta menyebutkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Penguatan terhadap
individu-individu sehingga dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta
meningkatkannya menjadi lebih baik”.
A. Mursal dan H.M. Taher menjelaskan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Suatu
alat pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi belajar yang
dicapai”.
Sudirman menerangkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Alat pendidikan
refresif yang menyenangkan untuk membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan
pujian, hadiah, tanda penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang
disenangi oleh siswa”.
Toenlioe mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Pemberian respon
terhadap suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah laku
yang direspon tersebut”.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan
memberi penguatan merupakan suatu alat pendidikan yang menyenangkan berupa pujian, hadiah
dan tanda penghargaan yang bertujuan untuk memperkuat tingkah laku anak didik yang sudah
baik, sukses dalam belajar serta berprestasi yang diberikan sebagai imbalan atas prestasinya.
Sehingga, prestasi atau tingkah laku yang baik itu dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta
akan berulang di masa yang akan datang.
Atau juga sebagai suatu keterampilan yang memberi penguatan berupa respon positif dari guru
kepada anak didik yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini
dilakukan oleh guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam interaksi belajar
mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan
sangat mudah pelaksanaannya, namun kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak
melakukan pemberian penguatan kepada muridnya yang melakukan perbuatan baik.
2.2 Pembagian Keterampilan memberi penguatan
Dalam kaitannya dengan teori keterampilan memberi penguatan (penguatan) dikenal 2 macam
penguatan, yaitu :
a) Keterampilan memberi penguatan positif (penguatan positif)
Menurut Dalyono keterampilan memberi penguatan positif merupakan penyajian stimulus yang
dapat meningkatkan probabilitas suatu respon.Hal ini berarti pemberian sesuatu sebagai stimulus
untuk meningkatkan tingkah laku yang sudah terjadi. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Dimyati, yaitu mengartikan keterampilan memberi penguatan sebagai suatu
stimulus tertentu yang menyenangkan ditunjukkan atau diberikan sesudah perbuatan dilakukan.
Sedangkan menurut Siti Partini keterampilan memberi penguatan positif adalah suatu penguatan
terhadap tingkah laku yang baik yang diberikan berupa pujian, hadiah, tanda penghargaan.
Diantara pendapat yang telah dikemukakan diatas, sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan-
perbedaan yang prinsipil, hanya saja terdapat variasi dalam pengungkapannya. Maka dari
berbagai pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan memberi
penguatan adalah suatu tindakan menyenangkan yang berupa pujian, hadiah untuk memperkuat
suatu tingkah laku yang sudah baik dengan harapan tingkah laku tersebut dapat ditingkatkan
serta berulang dimasa yang akan datang.
Keterampilan memberi penguatan positif diberikan pada respon yang baik atau yang sesuai
dengan harapan, misalnya bila siswa mendapat skor yang tinggi ia berhak menerima pujian,
hadiah dan tanda penghargaan. Hal ini sebagai penguat atas tingkah laku siswa yang baik agar
siswa yang bersangkutan tetap konsisten dengan tindakannya yang sudah baik itu serta
frekuensinya berulang dimasa yang akan datang.
b) Keterampilan memberi penguatan negatif (penguatan negatif)
Beberapa ahli yang mendefinisikan tentang keterampilan memberi penguatan negatif diantaranya
adalah Made Pidarta yang mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan negatif
adalah setiap stimulus yang perlu dihilangkan untuk memantapkan respon yang terjadi. Misalnya
tugas yang terlalu berat perlu dihilangkan agar siswa tetap rajin belajar dan pengertian ini dapat
diartikan bahwa seorang pendidik sebaiknya menghindari tindakan yang membebani atau
memberatkan siswa, karena tindakan ini akan menyebabkan anak didik membenci guru sehingga
siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar pelajaran yang diajarkan guru.
Menurut Dalyono keterampilan memberi penguatan diartikan sebagai pembatasan stimulus yang
tidak menyenangkan apabila dihentikan akan mengakibatkan probalitas respon.Pengertian yang
dikemukakan ini mengandung makna mengenai tindakan guru yang sifatnya tidak
menyenangkan murid semisal celaan, sebaiknya dihilangkan karena celaan ini bukannya
mendatangkan kebaikan namun akan menimbulkan suatu tindakan yang kurang baik dari seorang
siswa.
Bila seorang guru mendapati seseorang yang berbuat tidak baik, tidak perlu memberikan respon
yang kurang menyenangkan semisal celaan atau hukuman. Namun untuk membuat anak jera
hendaknya para pendidik atau guru menggunakan cara-cara yang dapat menjauhkan anak
melakukan perbuatan yang tidak baik dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan serta
berbentuk persuasif. Apabila seorang pendidik ingin mencegah anak berbuat buruk lebih baik
menggunakan cara dengan membiasakan mereka seolah-olah tidak diperhatikan (metode ta’rudh)
bukan dengan cara langsung menegurnya dengan keras atau kasar (metode tasrich). Bahkan
mereka sebaliknya diperlakukan dengan kasih sayang, karena dengan demikian anak tidak akan
selalu berbuat buruk. Menurut Al-Ghozali sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Futuh, et.al,
menegur secara keras akan mengakibatkan rasa takut dan menimbulkan keberanian menyerang
orang lain atau melawan serta mendorong timbulnya keinginan untuk tetap melakukan
pelanggaran.

3.1 Pengertian
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun
nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, yang betujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas
jawaban atau perbuatannya sebagai suatu motivasi ataupun koreksi. Atau, penguatan adalah
respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar.
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Pemberian hadiah maupun pemberian hukuman
merupakan respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Pemberian hadiah
merupakan respon positif, sedangkan pemberian hukuman merupakan respon negatif. Namun,
kedua respon tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku seseorang
dari yang kurang positif menjadi positif, atau yang dari positif menjadi lebih positif lagi.
Pemberian respon dalam proses interaksi edukatif disebut pemberikan penguatan karena hal
tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain,
pengubahan tingkah laku siswa (behavior modification) dapat melakukan dengan memberikan
penguatan.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus di kuasai oleh guru
karena penguatan yang di berikan kepada siswa akan membangkitkan semangat murid dalam
melakukan kegiatan pembelajaran, semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkab
ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat di raih dengan baik.
Keterampilan memberikan penguatan sangat dekat dengan motivasi, sehingga di awal ini akan di
paparkan mengenai motivasi dan mengapa begitu pentingnya motivasi dalam belajar
3.2 Teknik keterampilan memberikan penguatan
Teknik memberikan keterampilan dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik keterampilan
penguatan verbal dan teknik penguatan non verbal.
Keterampilan memberi penguatan verbal (penguatan positif verbal)
Penguatan verbal merupakan penguatan yang berupa komentar yang diucapkan oleh guru karena
tingkah laku siswa yang baik atau berhasil dalam belajar. Komentar ini berupa kata-kata pujian,
dukungan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku siswa yang sudah baik.
Pujian sebagai bentuk penguatan verbal yang diberikan kepada anak didik menunjukkan bahwa
seorang pendidikan berkenan dan menghargai perbuatan serta prestasi yang telah dicapai anak
didik. Pujian merupakan suatu penguatan yang paling mudah untuk dilaksanakan, karena hanya
berupa kata-kata sugesti seperti baik, betul, benar dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat
misalnya hasil pekerjaanmu baik sekali. Pujian sebagai bentuk motivasi ekstrinsik harus
diberikan secara tepat dan dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan
dan meningkatkan semangat belajar serta sekaligus akan membangkitkan siswa. Hal ini sesuai
dengan hukum sebab-akibat dari Torndike sebagaimana disampaikan oleh Sardiman yaitu
tentang hubungan stimulus respon akan menjadi kurang erat atau lenyap kalau disertai oleh rasa
tidak senang. Jadi pujian, dorongan perlu diberikan secara bijaksana dan secara tepat karena
pujian akan mempengaruhi serta dapat mewujudkan tujuan karena pujian dan dorongan dapat
menghapus rasa minder atau rasa takut pada anak didik.
Keterampilan memberi penguatan non verbal
Penguatan non verbal merupakan penguatan yang berbentuk gerakan tubuh serta mimik muka
yang cerah. Diantara penguatan non verbal adalah :
Penguatan berupa mimik muka dan gerakan tubuh
Penguatan ini dapat diberikan dengan senyuman, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam
dan lain-lain. Keterampilan memberi penguatan yang mudah dan ringan untuk diberikan namun
lebih dari itu, seyuman, tepuk tangan dan lain-lain dapat menunjukkan besarnya rasa cinta dan
sayang serta perhatian pendidik terhadap anak didik.
Sikap cinta dan penerimaan yang baik dari pendidik akan lebih membekas dalam diri anak,
sekaligus akan menimbulkan rasa pecaya diri dan rasa tenang dalam jiwa anak didik serta anak
akan berkembang sesuai dengan potensi yang ada.
Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan dengan cara mendekati bisa dilakukan seorang guru dengan mendekati secara fisik
kepada siswa sebagai bentuk perhatian dan rasa tertariknya seorang guru terhadap keberhasilan
siswa, contohnya dengan mendekati atau berjalan di arah siswa, berdiri di samping siswa, dan
lain-lain. Penguatan ini biasanya memperkuat penguatan verbal, hal ini terjadi karena
diperkuatnya kehangatan dan keantusiasan oleh guru dengan mendatangi siswa.
Penguatan dengan sentuhan (contact)
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa
dengan menepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang
menang dalam pertandingan, merangkul dan lain-lain. Hal ini bisa menjadikan pendidik lebih
dakat dengan anak didik.
Hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan ini harus disesuaikan dengan umur,
jenis kelamin serta adat istiadat di tempat tersebut. Contohnya jika di suatu pesantren tidak
mungkin untuk memberikan sentuhan kepada jenis kelamin yang berbeda.
Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan siswa
Kegiatan yang menyenangkan siswa dapat bermakna menjadi suatu penguat manakala siswa
yang menerimanya menyikapi sebagai sebuah kehormatan dan atau kepercayaan yang di berikan
kepadanya. Dengan demikian, ia tidak dipandang sebagai sebuah beban baru bagi siswa
melainkan sebagai sebuah perhatian yang diberikan kepadanya. Keterampilan memberikan
penguatan terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara seperti siswa yang memiliki prestasi di
bidang musik diberi kepercayaan untuk memimpin paduan suara di sekolahnya, atau siswa yang
memiliki karya ilmiah yang baik diberi kesempatan untuk memamerkan hasil karyanya di ruang
guru.
Penguatan berupa simbolik/benda
Simbol tampaknya mempunyai arti penting di hadapan para siswa. Simbol dapat berupa bintang,
lencana, piagam, tanda penghargaan. Benda bisa berupa alat-alat tulis, tas, bahkan baju seragam
sekolah. Benda-benda tersebut tidak mesti mahal namun di usahakan memiliki arti simbolis yang
dalam, bahkan berkomentar secara tertulis atas hasil pekerjaan siswa juga dapat berfungsi
sebagai penguatan.
Penguatan ini sebaliknya tidak terlampau sering digunakan, terutama yang berwujud benda, agar
maknanya tidak hilang atau agar tidak menjadi kebiasaan bahwa siswa mengharapakan imbalan
dari penampilannya.
Penguatan tak penuh
Pada penguatan ini siswa yang salah tidak langsung di salahkan secara kasar tetapi dengan
memberikan penguatan tetapi tidak penuh, misalnya “yang kamu sudah kerjakan sudah sesuai
dengan caranya tetapi sebaiknya kamu lebih teliti terhadap nilai sin di kuadaran 3”. Kemudian,
diminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui
bahwa jawabannya tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah, atau guru juga dapat
memberikan penguatan dengan mengatakan kepada siswanya seperti “Ya !! jawabanmu sudah
baik tetapi perlu disempurnakan. Coba yang lain! “.
3.3 Tujuan pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar.
Pemberian penguatan dan penerapannya secara bijaksana dan sistematis berdasarkan cara
dan prinsip yang tepat, akan dapat mencapai beberapa tujuan yang merupakan kemungkinan
kemanfaatan penggunaan penguatan.
Dalam kegiatan pembelajaran, penghargaan mempunyai arti penting untuk meningkatkan
tingkah laku dan penampilan siswa yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman
ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan
siswa.
Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Umpamanya seorang guru memberikan penguatan
berupa pengantar terhadap urunan pemikiran yang baik dari seseorang siswa dalam diskusi,
dengan pengharapan komentar itu dapat membesarkan hati siswa tersebut, sehingga nanti ia
dapat memberikan urunan pikiran yang baik atau lebih baik dalam diskusi-diskusi selanjutnya.
Penguatan yang diberikan guru terhadap siswa dalm proses belajar mengajar diberikan dengan
berbagai tujuan tertentu diantaranya adalah :
meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi dalam belajar, yaitu ada kalanya
siswa mengalami sedikit penurunan perhatian terhadap pelajaran yang bisa saja diakibatkan oleh
waktu dalam proses belajar yang berakibat pada kebosanan. Dengan keterampilan ini maka
kebosanan tersebut akan hilang dikarenakan meningkatnya perhatian yang diberikan siswa
terhadap belajar.
mengontrol dan memotivasi perilaku yang negatif
menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar
memelihara iklim kelas yang kondusif
meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan
secara selektif
memberi motivasi kepada siswa. dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa
yang mengganggu
mendorong siswa untuk berbuat baik dan meningkatkan cara belajar yang produktif
mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan
inisiatif yang bebas.
Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif
Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
3.4 Prinsip – prinsip memberikan penguatan
Dalam menggunakan prinsip – prinsip dalam memberikan penguatan, maka guru harus
memperhatikan hal-hal seperti :
a. Hangat dan Antusias
Dalam memberikan penguatan, guru hendaknya menampakkan kehangatan dan keantusiasan,
menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang
dengan sikap guru diwaktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru
menunjukkan ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak
didengar. Sikap dan gaya guru termasuk suara, mimik, dan gerakan badan, akan menunjukkan
adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Kehangatan dan
keantusiasan guru akan menjadikan penguatan yang diberikannya lebih efektif. Sebaliknya,
kadang-kadang siswa mendapat kesan bahwa guru tidak ikhlas memberikan penguatan karena
tidak disertai kehangatan dan keantusiasan.
b. Bermakna
Kebermaknaan dalam artian penguatan diberikan sesuai dengan respon dan tingkah laku
sehingga menimbulkan keyakinan dalam diri siswa apakah ia pantas diberikan penguatan atau
tidak.
Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan
mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima
siswa dengan senang hati.
Siswa perlu memahami hubungan antara tingkah laku dan penampilannya dengan penguatan
yang diberikan kepadanya. Ia harus dapat mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan itu
karena sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya. Dengan demikian peguatan itu bermakna
baginya. Bila guru mengatakan kepada siswa “karanganmu ini sangat baik”’ padahal siswa itu
mengetahui dengan pasti bahwa ia terkenal di kelasnya sebagai siswa yang kuranh mampu dalam
mengarang, maka pernataan guru itu dapat dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak sungguh-
sungguh, sehingga tidak mendorongnya mengembangkan dirinya. Penguatan ini tidak bermakna
baginya. Sebaiknya terhadap siswa ini guru mengatakan “karanganmu hari ini sudah agak lebih
baik daripada yang lalu”, jika memang ada kemajuan dalam karangannya. Dengan cara ini,
penguatan yang diberikan itu wajar dan bermakna bagi siswa tersebut.
c. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah
motivasi,penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat
kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat
yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi,pemberani, hukuman
dianggap sebagai kebanggaan,dan peristiwa akan terulang kembali
d. Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun
caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang
sama misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi ngupemberiannya
bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas,kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu,
atau sebaliknya tidak berurutan.
Bila sebagai penguatan, msks nilainya akan berkurang. Kalau setiap kali guru akan memberikan
penguatan, kata yang digunakan adalah “bagus”, maka lama kelamaan, kata “bagus” ini tidak
lagi memdorong siswa meningkatkan penampilannya, demikian pula keadaaannya, jika terlalu
sering digunakan gerakan yang semacam saja sebagai penguat umpamanya, mengacungkan ibu
jari. Sebab itu perlu adanya variasi dalam cara penggunaan maupun dalam jenis penguatan.
e. Sasaran penguatan harus jelas
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan
memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga
perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus
bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
3.5 Model penguatan
Ada berbagai jenis model dalam memberikan penguatan diantaranya adalah :
Penguatan seluruh kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara
terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatn verbal,
gestrual., tanda dan kegiatan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan
pada seluruh anggota kelompok.
Penguatan yang ditunda
Pemberian penguatan dengan menggunakan komponen yang mana pun, sebaiknya sesegera
mungkin diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respon. Penundaan penguatan pada
umumnya adalah kurang efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Tetapi
penundaan tersebut dapat dilakukan dengan memberi penjelasan atau isyarat verbal, bahwa
penghargaan itu ditunda dan akan diberiakn kemudian. Pepatah yang sesuai untuk ini misalnya :
lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”.
Penguatan partial
Penguatan partials ama dengan penguatan sebagian – sebagian atau tidak berkesinambungan,
diberi kepada siswa untuk ebagian dari responya. Sebenarnya penguatan tersebut digunakan
untuk menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.
Penguatan perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut
kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif dari pada tidak
menyebut apa – apa.

Anda mungkin juga menyukai