Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian keterampilan memberi penguatan

Ada beberapa pendapat tentang pengertian keterampilan memberi penguatan diantaranya adalah :

JJ. Hasibuan mendefinisikan memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam
merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut
timbul kembali.

Moh Uzer Usman menerangkan arti keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala
bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun
koreksi. Atau penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut”.

Made Pidarta menyebutkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Penguatan terhadap
individu-individu sehingga dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya
menjadi lebih baik”.

A. Mursal dan H.M. Taher menjelaskan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Suatu alat
pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi belajar yang dicapai”.

Sudirman menerangkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Alat pendidikan refresif yang
menyenangkan untuk membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah,
tanda penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa”.

Toenlioe mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Pemberian respon terhadap
suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah laku yang direspon
tersebut”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan memberi
penguatan merupakan suatu alat pendidikan yang menyenangkan berupa pujian, hadiah dan tanda
penghargaan yang bertujuan untuk memperkuat tingkah laku anak didik yang sudah baik, sukses dalam
belajar serta berprestasi yang diberikan sebagai imbalan atas prestasinya. Sehingga, prestasi atau
tingkah laku yang baik itu dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta akan berulang di masa yang akan
datang.

Atau juga sebagai suatu keterampilan yang memberi penguatan berupa respon positif dari guru
kepada anak didik yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh
guru dengan tujuan agar anak lebih giat berpartisiasi dalam interaksi belajar mengajar dan siswa agar
mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya,
namun kadang-kadang banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada
muridnya yang melakukan perbuatan baik.

2.2 Pembagian Keterampilan memberi penguatan

Dalam kaitannya dengan teori keterampilan memberi penguatan (penguatan) dikenal 2 macam
penguatan, yaitu :

a) Keterampilan memberi penguatan positif (penguatan positif)

Menurut Dalyono keterampilan memberi penguatan positif merupakan penyajian stimulus yang dapat
meningkatkan probabilitas suatu respon.Hal ini berarti pemberian sesuatu sebagai stimulus untuk
meningkatkan tingkah laku yang sudah terjadi. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Dimyati, yaitu mengartikan keterampilan memberi penguatan sebagai suatu stimulus
tertentu yang menyenangkan ditunjukkan atau diberikan sesudah perbuatan dilakukan.

Sedangkan menurut Siti Partini keterampilan memberi penguatan positif adalah suatu penguatan
terhadap tingkah laku yang baik yang diberikan berupa pujian, hadiah, tanda penghargaan.

Diantara pendapat yang telah dikemukakan diatas, sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan-perbedaan
yang prinsipil, hanya saja terdapat variasi dalam pengungkapannya. Maka dari berbagai pendapat
tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan memberi penguatan adalah suatu
tindakan menyenangkan yang berupa pujian, hadiah untuk memperkuat suatu tingkah laku yang sudah
baik dengan harapan tingkah laku tersebut dapat ditingkatkan serta berulang dimasa yang akan datang.

Keterampilan memberi penguatan positif diberikan pada respon yang baik atau yang sesuai dengan
harapan, misalnya bila siswa mendapat skor yang tinggi ia berhak menerima pujian, hadiah dan tanda
penghargaan. Hal ini sebagai penguat atas tingkah laku siswa yang baik agar siswa yang bersangkutan
tetap konsisten dengan tindakannya yang sudah baik itu serta frekuensinya berulang dimasa yang akan
datang.

b) Keterampilan memberi penguatan negatif (penguatan negatif)


Beberapa ahli yang mendefinisikan tentang keterampilan memberi penguatan negatif diantaranya
adalah Made Pidarta yang mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan negatif adalah
setiap stimulus yang perlu dihilangkan untuk memantapkan respon yang terjadi. Misalnya tugas yang
terlalu berat perlu dihilangkan agar siswa tetap rajin belajar dan pengertian ini dapat diartikan bahwa
seorang pendidik sebaiknya menghindari tindakan yang membebani atau memberatkan siswa, karena
tindakan ini akan menyebabkan anak didik membenci guru sehingga siswa tidak mempunyai motivasi
untuk belajar pelajaran yang diajarkan guru.

Menurut Dalyono keterampilan memberi penguatan diartikan sebagai pembatasan stimulus yang tidak
menyenangkan apabila dihentikan akan mengakibatkan probalitas respon.Pengertian yang dikemukakan
ini mengandung makna mengenai tindakan guru yang sifatnya tidak menyenangkan murid semisal
celaan, sebaiknya dihilangkan karena celaan ini bukannya mendatangkan kebaikan namun akan
menimbulkan suatu tindakan yang kurang baik dari seorang siswa.

Bila seorang guru mendapati seseorang yang berbuat tidak baik, tidak perlu memberikan respon yang
kurang menyenangkan semisal celaan atau hukuman. Namun untuk membuat anak jera hendaknya para
pendidik atau guru menggunakan cara-cara yang dapat menjauhkan anak melakukan perbuatan yang
tidak baik dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan serta berbentuk persuasif. Apabila seorang
pendidik ingin mencegah anak berbuat buruk lebih baik menggunakan cara dengan membiasakan
mereka seolah-olah tidak diperhatikan (metode ta’rudh) bukan dengan cara langsung menegurnya
dengan keras atau kasar (metode tasrich). Bahkan mereka sebaliknya diperlakukan dengan kasih sayang,
karena dengan demikian anak tidak akan selalu berbuat buruk. Menurut Al-Ghozali sebagaimana
dikemukakan oleh Abdul Futuh, et.al, menegur secara keras akan mengakibatkan rasa takut dan
menimbulkan keberanian menyerang orang lain atau melawan serta mendorong timbulnya keinginan
untuk tetap melakukan pelanggaran.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal,
yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang betujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas jawaban atau perbuatannya
sebagai suatu motivasi ataupun koreksi. Atau, penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku
yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut
dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi
dalam interaksi belajar-mengajar.

Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Pemberian hadiah maupun pemberian hukuman merupakan
respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Pemberian hadiah merupakan respon positif,
sedangkan pemberian hukuman merupakan respon negatif. Namun, kedua respon tersebut memiliki
tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku seseorang dari yang kurang positif menjadi positif,
atau yang dari positif menjadi lebih positif lagi. Pemberian respon dalam proses interaksi edukatif
disebut pemberikan penguatan karena hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Dengan kata lain, pengubahan tingkah laku siswa (behavior modification) dapat
melakukan dengan memberikan penguatan.

Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus di kuasai oleh guru karena
penguatan yang di berikan kepada siswa akan membangkitkan semangat murid dalam melakukan
kegiatan pembelajaran, semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkab ilmu sehingga
nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat di raih dengan baik. Keterampilan memberikan
penguatan sangat dekat dengan motivasi, sehingga di awal ini akan di paparkan mengenai motivasi dan
mengapa begitu pentingnya motivasi dalam belajar

3.2 Teknik keterampilan memberikan penguatan

Teknik memberikan keterampilan dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik keterampilan penguatan
verbal dan teknik penguatan non verbal.

Keterampilan memberi penguatan verbal (penguatan positif verbal)

Penguatan verbal merupakan penguatan yang berupa komentar yang diucapkan oleh guru karena
tingkah laku siswa yang baik atau berhasil dalam belajar. Komentar ini berupa kata-kata pujian,
dukungan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku siswa yang sudah baik.

Pujian sebagai bentuk penguatan verbal yang diberikan kepada anak didik menunjukkan bahwa seorang
pendidikan berkenan dan menghargai perbuatan serta prestasi yang telah dicapai anak didik. Pujian
merupakan suatu penguatan yang paling mudah untuk dilaksanakan, karena hanya berupa kata-kata
sugesti seperti baik, betul, benar dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat misalnya hasil pekerjaanmu
baik sekali. Pujian sebagai bentuk motivasi ekstrinsik harus diberikan secara tepat dan dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan meningkatkan semangat belajar serta
sekaligus akan membangkitkan siswa. Hal ini sesuai dengan hukum sebab-akibat dari Torndike
sebagaimana disampaikan oleh Sardiman yaitu tentang hubungan stimulus respon akan menjadi kurang
erat atau lenyap kalau disertai oleh rasa tidak senang. Jadi pujian, dorongan perlu diberikan secara
bijaksana dan secara tepat karena pujian akan mempengaruhi serta dapat mewujudkan tujuan karena
pujian dan dorongan dapat menghapus rasa minder atau rasa takut pada anak didik.

Keterampilan memberi penguatan non verbal

Penguatan non verbal merupakan penguatan yang berbentuk gerakan tubuh serta mimik muka yang
cerah. Diantara penguatan non verbal adalah :

Penguatan berupa mimik muka dan gerakan tubuh

Penguatan ini dapat diberikan dengan senyuman, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam dan
lain-lain. Keterampilan memberi penguatan yang mudah dan ringan untuk diberikan namun lebih dari
itu, seyuman, tepuk tangan dan lain-lain dapat menunjukkan besarnya rasa cinta dan sayang serta
perhatian pendidik terhadap anak didik.

Sikap cinta dan penerimaan yang baik dari pendidik akan lebih membekas dalam diri anak, sekaligus
akan menimbulkan rasa pecaya diri dan rasa tenang dalam jiwa anak didik serta anak akan berkembang
sesuai dengan potensi yang ada.

Penguatan dengan cara mendekati

Penguatan dengan cara mendekati bisa dilakukan seorang guru dengan mendekati secara fisik kepada
siswa sebagai bentuk perhatian dan rasa tertariknya seorang guru terhadap keberhasilan siswa,
contohnya dengan mendekati atau berjalan di arah siswa, berdiri di samping siswa, dan lain-lain.
Penguatan ini biasanya memperkuat penguatan verbal, hal ini terjadi karena diperkuatnya kehangatan
dan keantusiasan oleh guru dengan mendatangi siswa.

Penguatan dengan sentuhan (contact)

Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan
menepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam
pertandingan, merangkul dan lain-lain. Hal ini bisa menjadikan pendidik lebih dakat dengan anak didik.
Hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan ini harus disesuaikan dengan umur, jenis
kelamin serta adat istiadat di tempat tersebut. Contohnya jika di suatu pesantren tidak mungkin untuk
memberikan sentuhan kepada jenis kelamin yang berbeda.

Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan siswa

Kegiatan yang menyenangkan siswa dapat bermakna menjadi suatu penguat manakala siswa yang
menerimanya menyikapi sebagai sebuah kehormatan dan atau kepercayaan yang di berikan kepadanya.
Dengan demikian, ia tidak dipandang sebagai sebuah beban baru bagi siswa melainkan sebagai sebuah
perhatian yang diberikan kepadanya. Keterampilan memberikan penguatan terhadap siswa dapat
dilakukan dengan cara seperti siswa yang memiliki prestasi di bidang musik diberi kepercayaan untuk
memimpin paduan suara di sekolahnya, atau siswa yang memiliki karya ilmiah yang baik diberi
kesempatan untuk memamerkan hasil karyanya di ruang guru.

Penguatan berupa simbolik/benda

Simbol tampaknya mempunyai arti penting di hadapan para siswa. Simbol dapat berupa bintang,
lencana, piagam, tanda penghargaan. Benda bisa berupa alat-alat tulis, tas, bahkan baju seragam
sekolah. Benda-benda tersebut tidak mesti mahal namun di usahakan memiliki arti simbolis yang dalam,
bahkan berkomentar secara tertulis atas hasil pekerjaan siswa juga dapat berfungsi sebagai penguatan.

Penguatan ini sebaliknya tidak terlampau sering digunakan, terutama yang berwujud benda, agar
maknanya tidak hilang atau agar tidak menjadi kebiasaan bahwa siswa mengharapakan imbalan dari
penampilannya.

Penguatan tak penuh

Pada penguatan ini siswa yang salah tidak langsung di salahkan secara kasar tetapi dengan memberikan
penguatan tetapi tidak penuh, misalnya “yang kamu sudah kerjakan sudah sesuai dengan caranya tetapi
sebaiknya kamu lebih teliti terhadap nilai sin di kuadaran 3”. Kemudian, diminta siswa lain untuk
menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak
seluruhnya benar, namun juga tidak salah, atau guru juga dapat memberikan penguatan dengan
mengatakan kepada siswanya seperti “Ya !! jawabanmu sudah baik tetapi perlu disempurnakan. Coba
yang lain! “.

3.3 Tujuan pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar.


Pemberian penguatan dan penerapannya secara bijaksana dan sistematis berdasarkan cara dan
prinsip yang tepat, akan dapat mencapai beberapa tujuan yang merupakan kemungkinan kemanfaatan
penggunaan penguatan.

Dalam kegiatan pembelajaran, penghargaan mempunyai arti penting untuk meningkatkan tingkah laku
dan penampilan siswa yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian
yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.

Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Umpamanya seorang guru memberikan penguatan berupa
pengantar terhadap urunan pemikiran yang baik dari seseorang siswa dalam diskusi, dengan
pengharapan komentar itu dapat membesarkan hati siswa tersebut, sehingga nanti ia dapat
memberikan urunan pikiran yang baik atau lebih baik dalam diskusi-diskusi selanjutnya.

Penguatan yang diberikan guru terhadap siswa dalm proses belajar mengajar diberikan dengan berbagai
tujuan tertentu diantaranya adalah :

meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi dalam belajar, yaitu ada kalanya siswa
mengalami sedikit penurunan perhatian terhadap pelajaran yang bisa saja diakibatkan oleh waktu dalam
proses belajar yang berakibat pada kebosanan. Dengan keterampilan ini maka kebosanan tersebut akan
hilang dikarenakan meningkatnya perhatian yang diberikan siswa terhadap belajar.

mengontrol dan memotivasi perilaku yang negatif

menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar

memelihara iklim kelas yang kondusif

meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara
selektif

memberi motivasi kepada siswa. dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang
mengganggu

mendorong siswa untuk berbuat baik dan meningkatkan cara belajar yang produktif

mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang
bebas.

Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif

Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.

3.4 Prinsip – prinsip memberikan penguatan


Dalam menggunakan prinsip – prinsip dalam memberikan penguatan, maka guru harus memperhatikan
hal-hal seperti :

a. Hangat dan Antusias

Dalam memberikan penguatan, guru hendaknya menampakkan kehangatan dan keantusiasan,


menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan
sikap guru diwaktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan
ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak didengar. Sikap dan gaya
guru termasuk suara, mimik, dan gerakan badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan
keantusiasan dalam memberikan penguatan. Kehangatan dan keantusiasan guru akan menjadikan
penguatan yang diberikannya lebih efektif. Sebaliknya, kadang-kadang siswa mendapat kesan bahwa
guru tidak ikhlas memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan.

b. Bermakna

Kebermaknaan dalam artian penguatan diberikan sesuai dengan respon dan tingkah laku sehingga
menimbulkan keyakinan dalam diri siswa apakah ia pantas diberikan penguatan atau tidak.

Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan
mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa
dengan senang hati.

Siswa perlu memahami hubungan antara tingkah laku dan penampilannya dengan penguatan yang
diberikan kepadanya. Ia harus dapat mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan itu karena
sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya. Dengan demikian peguatan itu bermakna baginya. Bila
guru mengatakan kepada siswa “karanganmu ini sangat baik”’ padahal siswa itu mengetahui dengan
pasti bahwa ia terkenal di kelasnya sebagai siswa yang kuranh mampu dalam mengarang, maka
pernataan guru itu dapat dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak sungguh-sungguh, sehingga tidak
mendorongnya mengembangkan dirinya. Penguatan ini tidak bermakna baginya. Sebaiknya terhadap
siswa ini guru mengatakan “karanganmu hari ini sudah agak lebih baik daripada yang lalu”, jika memang
ada kemajuan dalam karangannya. Dengan cara ini, penguatan yang diberikan itu wajar dan bermakna
bagi siswa tersebut.

c. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif


Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi,penampilan
dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara
psikologis agak kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang tidak
dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi,pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan,dan
peristiwa akan terulang kembali

d. Penggunaan Bervariasi

Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan
diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru
selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi ngupemberiannya bervariasi, mula-mula
keseluruhan anggota kelas,kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau sebaliknya tidak
berurutan.

Bila sebagai penguatan, msks nilainya akan berkurang. Kalau setiap kali guru akan memberikan
penguatan, kata yang digunakan adalah “bagus”, maka lama kelamaan, kata “bagus” ini tidak lagi
memdorong siswa meningkatkan penampilannya, demikian pula keadaaannya, jika terlalu sering
digunakan gerakan yang semacam saja sebagai penguat umpamanya, mengacungkan ibu jari. Sebab itu
perlu adanya variasi dalam cara penggunaan maupun dalam jenis penguatan.

e. Sasaran penguatan harus jelas

Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan
siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa
penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan
menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

3.5 Model penguatan

Ada berbagai jenis model dalam memberikan penguatan diantaranya adalah :

Penguatan seluruh kelompok

Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus
menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatn verbal, gestrual., tanda
dan kegiatan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota
kelompok.

Penguatan yang ditunda

Pemberian penguatan dengan menggunakan komponen yang mana pun, sebaiknya sesegera mungkin
diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respon. Penundaan penguatan pada umumnya
adalah kurang efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Tetapi penundaan
tersebut dapat dilakukan dengan memberi penjelasan atau isyarat verbal, bahwa penghargaan itu
ditunda dan akan diberiakn kemudian. Pepatah yang sesuai untuk ini misalnya : lebih baik terlambat
daripada tidak sama sekali”.

Penguatan partial

Penguatan partials ama dengan penguatan sebagian – sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi
kepada siswa untuk ebagian dari responya. Sebenarnya penguatan tersebut digunakan untuk
menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.

Penguatan perorangan

Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut


kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif dari pada tidak
menyebut apa – apa.

Anda mungkin juga menyukai