Anda di halaman 1dari 11

PROSES REPRODUKSI IKAN MULAI DARI FERTILISASI

SAMPAI EMBRIO

ISLAELY AMALYA
105941101417

BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
Proses Reproduksi Ikan Mulai Dari Fertilisasi Sampai Embrio

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan


sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. tidak setiap
individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan
berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini.
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi
lingkungan tertentu setiap tahun. 4 Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi
reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi
yang paling menonjol :

1) memijah hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia

2) memijah dalam proporsi ketersediaan energi

3) memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu
individu tersebut akan mati.

Berdasarkan ketiga strategi itu, maka ikan memiliki ukuran dan jumlah telur
yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki
jumlah telur yang banyak, namun ukurannya kecil, sebagai konsekuensi dari
sintasan yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur yang sedikit,
ukuran atau diameter setiap telurnya dipastikan akan berukuran besar, dan kadang
memerlukan perawatan yang lebih dari induknya. Berdasarkan strategi reproduksi
yang dimiliki oleh ikan maka dikenal tipe reproduksi sexual dengan fertilisasi
internal dan reproduksi sexual dengan fertilisasi eksternal. Reproduksi seksual
dengan fertilisasi internal, dilakukan dengan menempatkan sperma ke dalam tubuh
betina sehingga mengurangi kemungkinan kekeringan atau mengatasi kekurang
dekatan sperma dan telur sehingga fertilisasi dapat berlangsung, sedangkan 5
fertilisasi eksternal, merupakan penggabungan dua gamet ( sperma dan telur ) di
luar tubuh masing masing induk secara terkoordinasi. Perkembangan sel telur
(oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia.
Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi
pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase meiosis
pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer
kemudian berkembang dan tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase
previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume
sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning
telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning
telur yang disintesis di hati, kemudian dilepas dalam darah dan dibawa ke dalam
oosit secara mikropinositosis. Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau
perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat
perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan stadianya.
Menurut Nagahama (1983) stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume
sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning
telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas.
Yamamoto dalam Nagahama (1983) membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia
kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir nukleolus),
stadium oil drop stadium yolk primer, sekunder, tertier, dan stadium matang.

Awal perkembangan embrio ikan dimulai pada saat pembuahan (fertilisasi)


sebuah sel telur oleh sel sperma yang membentuk zygot (zygot). Gametogenesis
merupakan fase akhir perkembangan individu dan persiapan untuk generasi
berikutnya. Proses perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai
dengan membentuk zygot disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut
embriogenesis (blastogene) yang mencakup pembelahan sel zygot (cleavage),
blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi. Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu
pembentukan alat-alat (organ) tubuh.Embriologi mencakup proses perkembangan
setelah fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir.
Cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini berjalan teratur dan
berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga dikatakan proses pembelahan sel
yang terus menerus hingga terbentuk bulatan, seperti bola yang di dalamnya berisi
rongga. Gastrulasi merupakan proses kelanjutan bblastulasi. Hasil proses ini adalah
terbentuknya tiga lapisan, yaitu ektoderrm, modeterm dan entoderm. Organogenesis
adalah tahapan dimana terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan
diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan entoderm. Setiap lapisan membentuk organ
yang berbeda. Ektoterm membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf
pendengaran. Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati
dan tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin.

penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana proses ini


merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi merupakan suatu proses
yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari serangkaian proses yang
terjadi sebelumnya (Puja et al., 2010). Fertilisasi juga mempunyai pengertian
suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbeda, yaitu sel gamet
jantan dan betina, yang akan membentuk zygote yang mengandung satu sel.
Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor hereditas
pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nukleus
(Toelihere, 1985). Fertilisasi diawali dengan proses pembentukan gamet yang
disebut dengan gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa
(spermatogenesis) pada jantan dan pembentukan ovum (oogenesis) pada betina.
Spermatogenensis berlangsung di dalam testis pada bagian tubulus seminiferus,
sedangkan oogenesis berlangsung di dalam ovarium (Puja et al., 2010). Fertilisasi
mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang
perkembangan dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung,
dilanjutkan dengan proses embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot,
blastulasi, gastrulasi, dan neurolasi, dan proses akhir adalah organogenesis yaitu
proses pembentukanorgan-organ tubuh

Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan


banyak sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes
mani bisa ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang
dihasilkan oleh jenis ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya,
tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran
sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah.
Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma berjumpa
dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung
kepada spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika sperma
diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila terletak
dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel sperma juga dipengaruhi oleh
suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu yang rendah dari pada
suhu tinggi.

Fertilisasi merupakan suatu proses kompleks, dimana terjadi penggabungan


antara gamet jantan (sperma) dan gamet betina (sel telur). Pada dasarya, fertilisasi
mempunyai dua fungsi, yaitu menyebabkan telur berkembang menjadi embrio, dan
untuk memasukkan inti jantan yang haploid ke dalam sitoplasma sel telur (Berril,
1971). Proses fertilisasi dimulai apabila sperma benar-benar telah melekat pada
telur. Masuknya sperma diikuti oleh suatu perubahan cepat dan dramatik dalam
telur itu sendiri. Meskipun banyak sperma dapat masuk ke dalam telur, namun
hanya satu sel sperma yang memberikan nukleusnya (inti) pada bakal zigot.
Peristiwa terakhir dalam fertilisasi adalah pembentukan inti zigot yang diploid,
dilanjutkan dengan pembelahan mitosis yang pertama dari sel, untuk kemudian
dimulai tahap perkembangan embrio (Kimball, 1994).

Fertilisasi merupakan suatu proses kompleks, dimana terjadi


penggabungan antara gamet jantan (sperma) dan gamet betina (sel telur). Pada
dasarya, fertilisasi mempunyai dua fungsi, yaitu menyebabkan telur berkembang
menjadi embrio, dan untuk memasukkan inti jantan yang haploid ke dalam
sitoplasma sel telur (Berril, 1971). Proses fertilisasi dimulai apabila sperma benar-
benar telah melekat pada telur. Masuknya sperma diikuti oleh suatu perubahan
cepat dan dramatik dalam telur itu sendiri. Meskipun banyak sperma dapat masuk
ke dalam telur, namun hanya satu sel sperma yang memberikan nukleusnya (inti)
pada bakal zigot. Peristiwa terakhir dalam fertilisasi adalah pembentukan inti
zigot yang diploid, dilanjutkan dengan pembelahan mitosis yang pertama dari sel,
untuk kemudian dimulai tahap perkembangan embrio (Kimball, 1994).
     Pembuahan atau fertilisasi merupakan asosiasi gamet, dimana asosiasi ini
merupakan mata rantai awal dan sangat penting pada proses fertilisasi. Rasio
pembuahan sering digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi kualitas telur.
Penggabungan gamet biasanya disertai dengan pengaktifan telur. Selama fertilisasi
dan pengaktifan, telur-telur ikan teleostei mengalami reaksi kortikal. Kortikal
alveoli melebur, melepaskan cairan koloid, dan selanjutnya memulai pembentukan
ruang periviteline (Kjorsvik et al., 1990 dalam Utiah, 2006).
Kortikal alveoli muncul setelah terjadinya fertilisasi dan reaksi kortikal
yang tidak lengkap menunjukkan kualitas telur yang jelek. Beberapa hal yang
mempengaruhi pembuahan adalah berat telur ketika terjadi pembengkakan oleh
air, pH cairan ovari, dan konsentrasi protein (Lahnsteiner et al., 2001).
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan` yang
diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan
zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat
terjadi secara eksternal atau secara internal. Fertilisasi eksternal merupakan
penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam
suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam
tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu
masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal
terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok
reptil, aves dan mamalia. Namun ada sebagian dari golongan pisces yang
melakukan pembuahan di dalam.

Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di


dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization). Namun
demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external
fertilization). Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar.
Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh si
jantan. Proses pembuahan sel telur (oosit) oleh sel sperma berlangsung di luar
tubuh ikan dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut
dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam sebuah
sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot. Sebaliknya ikan
yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan jenis ini
berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan
betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina,
kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang
berkembangbiak secara ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy,
guppy, dan molly. Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan
yang dihasilkan setiap kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk
terbatas.

Proses kawinnya ikan didahului dengan pematangan sel-sel telur pada


betina dan sel-sel sperma dalam testis pada ikan jantan. Selanjutnya proses
kawin(spawning) pada ikan ini berlangsung secara alamiah/insting Diketahui ada
cara lain dalam perkembangbiakan ikan yang direkayasa oleh manusia. Prosesini
disebut induced spawning. Namun proses ini umumnya adalah untuk mematangkan
gonad pada ikan yang dirangsang sedemikian rupa sehingga ikan mudah
mengeluarkan telurnya dan mempercepat proses fertilisasi. Pada sebagian besar
ikan, betina dan jantan merupakan individu terpisah. Akan tetapi, pada beberapa
famili, seperti Sparidae dan Serrinadae, jantan dan betinanya bisa terdapat pada satu
invidu sehingga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal
sebagai hermaphroditic. Pada hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama
dihasilkan (baik pada waktu sama, maupun berbeda), selanjutnya mereka kawin
dengan jenis hermafrodit lainnya. Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi
pada ikan hermaphrodit yang akanmengeluarkan telur dan sperma secara simultan.
Pada jenis hermafrodit yang lain pembuahan internal sendiri juga berlangsung.
Stadia induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Dalam
stadia ini, gonad ikan betina sudah dapat memproduksi telur dan gonad ikan jantan
sudah dapat memproduksi sperma. Ikan dengan stadia demikiansudah dapat
melakukan aktivitas reproduksi (pemijahan).Selain keberadaan telur dan sperma
dalam tubuh, induk betina dan induk jantan dibedakan yakni ikan betina umumnya
memiliki alat kelamin berupa lubang, sedangkan induk ikan jantan berupa tonjolan.
Induk ikan betina umumnya juga memiliki perut yang buncit dan bila diraba pada
bagian tersebut terasa lembek dan tidak keras, sedangkan induk ikan jantan relatif
ramping, warna tubuh yang khas, seperti dahi yang lebih menonjol (bengkung),
sirip punggung yang lebih panjang, warna dan pola warna yang lebih cemerlang
dan menarik, serta yang lebih aktif dan galak . Induk dalam melanjutkan
keturunannya bisa bersifat parental care atau non-parental care . Induk ikan
budidaya yang bersifat parental care (aktif atau pasif) adalah induk yang menjagai
keturunannya (telur, larva, atau benih), sedangkan yang bersifat non parental care
adalah induk yang tidak peduli terhadap keturunannya. Parental care pasif
diwujudkan oleh induk dalam memproduksi telur yang berukuran cukup sebagai
sumber energi bagi embrio dan larva dalam memulai kehidupan. Bentuk parental
care pasif 65 lainnya adalah adanya zat racun pada telur sehingga dihindari oleh
ikan predator (pemangsa). Pada parental care aktif, induk jantan maupun betina
secara aktif menjaga telur, larva atau benih. Sifat penjagaan tersebut dilakukan
sejak pemilihan dan penyiapan tempat dan substrat untuk menempelkan telur,
mengumpulkan dan membuat sarang hingga mengoksigenasi telur dengan cara
mengipasi telur menggunakan sirip dada dan ekor, membersihkan substrat telur dan
larva menggunakan mulut dan sirip dada, menjaga dan mengusir predator,
menginkubasi telur dan larva di dalam mulut (mouth breeder), atau menempatkan
telur di tempat tersembunyi dan aman.

Telur (Zigot) = embrio Stadia telur (yang dibuahi) adalah output dari
aktivitas pemijahan dan ketika menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan
setelah keluar dari tubuh induk bersifat melekat (adesif) dan tidak melekat
(nonadesif). Telur yang melekat memiliki lapisan pelekat pada dinding
cangkangnya dan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air. Sifat pelekatan
telur dibagi menjadi dua macam, yaitu pada objek (substrat) dan antar telur
sehingga membentuk rumpun atau masa telur. Tempat pelekatan (substrat) telur
berupa benda keras dan lunak. Substrat benda keras seperti batu, pipa paralon, dan
kaca akuarium biasanya digunakan untuk penempelan telur ikan siklid seperti ikan
diskus, manvis, louhan, nila dan 66 mujair. Benda lunak seperti ijuk, akar eceng
gondok, daun tanaman air dan lempeng akar pakis sering digunakan sebagai
substrat penempelan telur ikan mas, lele, neon tetra, dan mas koki. Telur yang
bersifat tidak melekat dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan berat
jenisnya terhadap air, yaitu mengapung dipermukaan air, melayang di dalam kolam
air, dan menggelinding di dasar wadah. Telur yang dibuahi selanjutnya berkembang
menjadi embrio dan menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi
(mati). Untuk perkembangan, digunakan energi yang berasal dari kuning telur
( yolk sac ) dan kemudian butir minyak ( oil globule ). Oleh karena itu, kuning telur
terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Embrio terus berkembang
dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak
sanggup lagi mewadahinya maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal
sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva
(menetas).

Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapatn


membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa
diejakulasikan ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang
melalui serviks, ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat
membuahi sel telur. Sel spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam
(Cambridge, 1998). Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati
tahap kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu. Kapasitasi merupakan suatu
masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam.
Selama itu suatu selubung glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput
plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi
akrosom terjadi setelah penempelan spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut
membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida
yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996) Oosit (ovum) akan mencapai tuba satu
jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil
dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa yang ada
sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum. Setelah spermatozoa
menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya dan menyimpan
komplemen kromosom ganda yang lazim. Kromosom ini mengandung semua
informasi genetic yang nantinya akan diturunkan kepada keturunannya (Canbridge,
1998). Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot yang terus membelah
secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya.
DAFTAR PURTAKA

repository.unmul.ac.id>bukuPDFreproduksiperkembanganhewan-
unmulrepositoryhome
repository.unair.ac.id>c01...PDFbiologireproduksiikan.indd-repository-unair-
universitasAirlangga
https://www.dosenpendidikan.co.id/fase-pertumbuhan-ikan-beserta-penjelasannya

https://perkembangandanfertilisasiikanmas.blogspot.com/2015/10/laporan-
embriologi.html

http://www.bibitikan.net/asal-mula-dan-perkembangan-embrio-ikan
https://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/Ebook/Sistem%20Organ
%20Ikan/bab10sistem reprouksi.pdf

Simdos.unud.ac.id>uploadsPDFfertilisasicleveagedanimplantasi

Anda mungkin juga menyukai