Anda di halaman 1dari 20

FERTILISASI

MAKALAH ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Perkembangan Hewan 2
yang Dibina Oleh Dr. Umie Lestari, M.Si & Ajeng Dhaniarsih, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :
1. Fauzi Ibnu Nahdiyan (180341617538)
2. Khumaidah (180341617566)
3. Annisyah Nurmitha O. (180210103034)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fertilisasi adalah suatu proses dimana sel gamet jantan (sel sperma)
dengan sel gamet betina (sel telur) bergabung bersama-sama untuk melebur
dan memulai penciptaan individu baru yang mempunyai sifat sama dengan
induknya (Gilbert.2010). Fertilisasi berfungsi untuk mentransmisikan gen
yang berasal dari induk kepada anak serta berfungsi untuk memulai
mematikan sel telur sehingga akan terjadi penggabungan antara bahan nukleus
dan sitoplasma yang akan membentuk zigot.
Proses fertilisasi diawali dengan pembentukan gamet (sel kelamin) yang
disebut dengan gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa
(spermatogenesis) pada jantan dan pembentukan ovum (oogenesis) pada
betina. Setelah proses fertilisasi berlangsung, selanjutnya terdapat proses
embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan
neurolasi, dan proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan
organ-organ tubuh (Puja et al., 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjabaran latar belakang tersebut, terdapat beberapa rumusan
masalah, diantaranya :
1. Apa saja syarat terjadinya fertilisasi ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya fertilisasi?
3. Bagaimana mekanisme parthenogenesis?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya individu kembar?

1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui syarat-syarat terjadinya fertilisasi
2. Mahasiswa mampu memahami mekanime dan proses terjdinya fertilisasi
3. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme parthenogenesis
4. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme terjadinya individu yang
identik atau kembar.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses peleburan spermatozoa dan sel telur yang meliputi
inti (genom) dan sitoplasma. Fertilisasi adalah suatu proses dimana sel gamet
jantan (sel sperma) dengan sel gamet betina (sel telur) bergabung bersama-
sama untuk memulai penciptaan individu baru yang mempunyai sifat sama
dengan induknya (Gilbert.2010).

Fungsi Fertilisasi terbagi menjadi dua yaitu :

1. FungsiReproduksi
Pada fungsi ini fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsur-
unsur genetik dari induknya. Jika pada proses pembentukan gamet terjadi
reduksi unsur genetik dari diploid menjadi haploid, maka pada proses
fertilisasi kemungkinan terjadi pemulihan kembali unsur genetiknya,
sehingga diperoleh individu normal 2n.
2. FungsiPerkembangan
Pada fungsinya dalam perkembangan, fertilisasi menyebabkan rangsangan
pada sel telur untuk menyelesaikan proses meiosis kemudian membentuk
pronukleus betina yang akan melakukan zyngami dengan pronukleus
jantan, dan akan membentuk zygot akhirnya akan berkembang menjadi
embryo dan fetus.
2.2 Syarat-Syarat Terjadinya Fertilisasi

2.2.1 Bentuk dan Kematangan Sel Sperma

Spermatozoa dihasilkan melalui spermatogenesis dalam gonad jantan


(testis) melalui pembelahan meiosis. Proses spermatozoa awal memakan
waktu sekitar 70 hari. Tahap spermatid adalah di mana sperma
mengembangkan ekor. Tahap berikutnya dimana ia menjadi sepenuhnya
matang memakan waktu sekitar 60 hari dan selanjutnya disebut spermatozoa.
Sel sperma dikeluarkan dari tubuh laki-laki dalam cairan yang dikenal sebagai
air mani.Sperma ini dibawa bersama cairan semen (mani) ketika dikeluarkan
(diejakulasikan) melalui lubang uretra pada penis, yang selanjutnya akan
menuju ke vagina untuk melakukan fungsi utamanya, yaitu sebagai fungsi
reproduksi juga berkembang biaknya manusia dan juga hewan, dengan
kemampuan sperma untuk menembus lapisan terluar dari ovum sehingga
terjadi fertilisasi (pembuahan).
Bentuk sperma normal adalah sebagai berikut:
 Memiliki bentuk oval dengan panjang 5-6 mikrometer dan lebar 2,5-3,5
mikrometer.
 Memiliki sebuah tutup terdefinisi (akrosom), yang mencakup 40%-70%
dari kepala sperma.
 Tidak ada kelainan yang terlihat dari leher, bagian tengah, atau ekor.
 Tidak ada tetesan cairan di kepala sperma yang lebih besar dari satu
setengah ukuran kepala sperma.
2.2.2 Pergerakan sel sperma

Gambar. Proses pembentukan flagel pada sel sperma


Sumber : Gilbert. 2010

Motilitas adalah persentase sperma yang bergerak. Agar terjadi fertilisasi,


sperma harus berenang ke saluran reproduksi wanita untuk membuahi
telur. Pergerakan atau motilitas sperma menjadi faktor penentu terjadinya
pembuahan, karena sperma hanya bisa bertahan hidup dalam waktu singkat.
Oleh karenanya sel sperma harus memiliki alat gerak atau flagel untuk
bergerak cepat dan gesit untuk mencapai sel telur. Gerakan sel sperma sendiri
sebenarnya bermacam-macam tergantung pada strukturnya. Beberapa
mungkin ada yang mengalami kelainan seperti bentuk ekor yang lebih pendek
sehingga menyebabkan gerakannya tidak lincah ketika menuju rahim.
Gerak sperma ada empat macam, yaitu:
 Gerak lurus cepat
 Gerak lurus lambat
 Gerak di tempat, dan
 Tidak bergerak.
Tidak semua sel sperma yang dilepaskan ke dalam vagina akan bertahan
sampai leher rahim. Hanya sel sperma hidup yang sehat dan lurus akan
memiliki kesempatan untuk mencapai sel telur. Jika tidak ada sel telur untuk
dibuahi, sel-sel sperma dapat tetap hidup hingga lima hari atau lebih dalam
saluran reproduksi wanita.

Gambar. Susunan Mikrotubulus


Sumber : Gilbert.2010
Bagian motor utama pada flagel adalah axoneme, yaitu struktur yang
dibentuk oleh mikrotubulus yang berasal dari sentriol di dasar inti sperma. Inti
axoneme terdiri dari dua mikrotubulus pusat yang dikelilingi oleh deretan 9
doublet mikrotubulus. Sebenarnya, hanya satu mikrotubulus dari setiap
doublet memiliki 13 protofilamen; yang lainnya berbentuk-C dan hanya
memiliki 11 keluhan protofi. Protofilamen yang saling berhubungan dibuat
secara eksklusif dari tubulin protein dimeric.
Meskipun tubulin adalah dasar untuk struktur flagel, protein lain juga
penting untuk fungsi flagel. Kekuatan untuk propulsi sperma disediakan oleh
dynein, protein yang melekat pada mikrotubulus. Dynein adalah ATPase,
enzim yang menghidrolisis ATP, mengubah energi kimia yang dilepaskan
menjadi energi mekanik untuk mendorong sperma. Energi ini memungkinkan
geser aktif mikrotubulus doublet luar, menyebabkan flagel untuk ditekuk.
Pentingnya dynein dapat dilihat pada individu dengan sindrom genetik yang
dikenal sebagai triad Kartagener.

2.2.3 Kematangan ovum


Fertilisasi dapat terjadi apabila ovum telah matang, telah mengalami
proses oogenesis dan telah terjadi ovulasi. Telur yang matang ditutupi oleh
selaput sel atau plasmalemma. Pada kebanyakan hewan kecuali spons dan
coelenterata, membran plasma dikelilingi oleh membran telur pelindung
khusus.

Gambar. Struktur Komponen Pada Sel Telur


Sumber : (Gilbert.2010)
Sel telur berukuran lebih besar daripada sel sperma karena mereka
membawa sitoplasma dan organel yang diperlukan untuk memulai
pembelahan dan pertumbuhan sel, sementara sel-sel sperma pada dasarnya
adalah inti sel dan ekor. Beberapa materi yang terdapat pada sitoplasma sel
telur yaitu :
a. Protein Kuning Telur
Embrio belum mampu memberikan makan dirinya sendiri atau
bahkan mendapatkan makanan dari embrio ibu, sehingga sel-sel
embrionik awal membutuhkan pasokan energi dan asam amino. Pada
banyak spesies, hal ini dilakukan dengan mengumpulkan protein
kuning telur di dalam telur. Kebanyakan protein kuning ini dibuat di
organ lain dan berjalan melalui darah ibu di oosit
b. Ribosom dan t-RNA
Embrio awal perlu membuat banyak protein struktural dan
enzimnya sendiri, dan pada beberapa spesies terdapat ledakan sintesis
protein segera setelah pembuahan. Sintesis protein dilakukan oleh
ribosom dan tRNA yang ada dalam telur.
c. m-RNA
Oosit tidak hanya mengakumulasi protein, tetapi juga
mengakumulasi m-RNA yang mengkode protein untuk tahap awal
pengembangan.
d. Faktor Morfogenik
Molekul yang mengarahkan diferensiasi sel ke dalam tipe sel
tertentu ada di telur. Ini termasuk faktor transkripsi dan parakrin. Pada
banyak spesies, mereka terlokalisasi dalam berbagai jenis daerah telur
dan menjadi terpisah menjadi berbeda sel selama pembelahan
e. Bahan Kimia
Embrio tidak bisa melarikan diri dari predator atau pindah ke
lingkungan yang lebih aman, sehingga harus dilengkapi sesuatu hal
untuk menghadapi ancaman. Banyak telur mengandung filter
ultraviolet dan enzim perbaikan DNA yang melindungi mereka dari
sinar matahari.

Gambar sel sperma memasuki sel telur


Sumber : (Gilbert. 2010)

Sitoplasma adalah membran sel telur. Membran ini harus mampu


menyatu dengan membran sel sperma dan harus mengatur aliran ion tertentu
selama pembuahan. Di luar membran sel adalah matriks ekstraseluler yang
membentuk tikar berserat di sekitar telur dan sering terlibat dalam pengenalan
sperma-telur. Pada invertebrata, struktur ini biasanya disebut amplop vitelline.
Amplop vitelline mengandung beberapa glikoprotein yang berbeda.
Yaitu dilengkapi dengan ekstensi glikoprotein membran dari membran sel dan
oleh "pos" proteinase itu rekatkan selubung vitelline ke membran. Amplop
vitelline sangat penting untuk pengikatan sperma spesifik. Banyak jenis telur juga
memiliki lapisan selai telur di luar amplop vitelline. Meshwork glikoprotein ini
dapat memiliki fungsi, tetapi sebagian besar biasanya digunakan untuk menarik
atau mengaktifkan sperma-telur, kemudian, ada sel khusus untuk menerima
sperma dan memulai pengembangan.
Dalam telur mamalia, amplop ekstraseluler adalah matriks yang terpisah
dan tebal yang disebut zona pellucida. Telur mamalia juga dikelilingi oleh lapisan
sel yang disebut cumulus, yang terdiri dari sel-sel folikel ovarium yang
memelihara telur pada saat keluar dari ovarium. Sperma mamalia harus melewati
sel-sel ini untuk membuahi sel telur. Lapisan terdalam sel kumulus, berbatasan
langsung dengan zona pellucida disebut corona radiata
2.3 Mekanisme Terjadinya Fertilisasi
2.3.2 Fertilisasi Eksternal
Fertilisasi eksternal terjadi di luar tubuh organisme, misalnya di air
laut/air tawarSperma dan ovum dikeluarkan oleh organisme ke dalam air.
Oleh karena itu, diperlukan adanya mekanisme yang mencegah sperma
agar tidak membuahi sel telur dari lain spesies. Mekanisme tersebut antara
lain spesifik-spesifik sperm attraction dan spesifik-spesifik sperm
activation.
Spesifik-spesifik sperm attraction telah teridentifikasi pada
berbagai spesies cnidarian, moluska, Echinodermata, amphibian dan
urochordata. Sperma akan tertarik pada ovum dari organisme sejenis
dengan kemotaksis, mengikuti gradient molekul kimia yang disekresikan
oleh ovum. Mekanisme kemotaksis berbeda pada setiap spesies, molekul
kimia sebagai sinyal pun berbeda meskipun spesiesnya berkerabat dekat.
Pada Echinodermata, arah pergerakan sperma dirangsang oleh peptida
kemotaksis yang disebut resact. Resact adalah 14-asam amino yang
diambil dari ovum Arbacia punctnlata. Resact spesifik bagi organisme
Arbacia punctnlata dan tidak menarik sperm organisme lain. Ketika
reseptor pada sperma menempel pada resact, maka akan terjadi
pengaktifan guanilil siklase yang akan membuka gerbang Ca2+.

Gambar 1 Skema peptide kemotaksis


Sumber: Gilbert, 2010

Selain itu, resact juga berfungsi sebagai protein pengaktivasi


sperma. Peptida ini akan meningkatkan respirasi mitokondria dan
pergerakan sperma. Peningkatan cyclic GMP dan Ca2+ juga mengaktifkan
mitochondrial ATP-generating apparatus dan dynein ATPase yang
menstimulasi pergerakan flagella sperma.
a. Reaksi akrosomal
Setelah sperma mengenali ovum organisme sejenisnya, maka akan
terjadi reaksi akrosomal. Reaksi akrosomal mengandung dua
komponen, yaitu fusi vesikel akrosom dengan sel membrane dan
pemanjangan akrosom melewati matriks ekstraseluler yang disebut
lapisan vitellin. Ketika akrosom berfusi dengan membrane sel, maka
akan terjadi eksositosis enzim proteolitik dan proteasome yang akan
mencerna lapisan jelly pada permukaan ovum. Ketika reseptor
ditempeli oleh sperma, maka akan terjadi: (1) Ca2+ akan memasuki
kepala sperma, (2) Pompa Na+/K+ akan memompa Na+ masuk dan H+
keluar, dan (3) Enzim phospholipase yang akan membuat IP3, IP
menyebabkan pengeluaran Ca2+ dalam sperma. Peningkatan
konsentrasi Ca2+ menyebabkan fusi akrosom. usi akrosom dan
membrane ovum dibantu oleh protein akrosomal yang disebut bindin.
Bindin terjadi pada organisme yang satu spesies, tidak akan terbentuk
bindin jika sperma dan ovum berasal dari spesies yang berbeda.

Gambar 2 Reaksi akrosomal pada bulu babi


Sumber: Gilbert, 2010

b. Mekanisme fast-blok untuk mencegah polispermi


Pemblokiran cepat untuk mencegah polispermi diraih dengan
pengubahan potensial eletrik dari membrane sel ovum. Perubahan ini
disebabkan karena perbedaan konsentrasi ion Na+ dan K+. Konsentrasi
Na+ tinggi di luar sel, sedangkan K+ tinggi di dalam sel. Selama 1-3
detik setelah penempelan sperma, potensial membrane menjadi sekitar
+20 mV. Sperm tidak dapat berfusi dengan membrane yang
mempunyai potensial positif.
c. Mekanisme slow-blok untuk mencegah polispermi
Mekanisme ini terjadi karena reaksi granula kortikal. Mekanisme
ini terjadi sekitar satu menit setelah fusi sperma dan ovum. Reaksi ini
ditemukan pada banyak spesies, termasuk bulu babi dan mamalia.
Ketika sperma masuk, granula kortikal akan berfusi dengan membrane
sel telur mengeluarkan material ke daerah antara membrane sel
dengan lapisan protein vitellin. Enzim granula kortikal serine protease
yang dikeluarkan oleh granula akan memecah protein yang
menghubungkan lapisan vitellin dengan membrane sel dan akan
menjepit bindin reseptor sehingga tidak ada lagi sperma yang dapat
menempel. Komponen granula kortikal mengikat lapisan vitellin
membentuk selubung fertilisasi. Selubung fertilisasi ini menjauh dari
membrane sel karena dikeluarkannya glikosaminoglikan oleh granula
kortikal. Senyawa kental ini menyerap air untuk memperluas ruang
antara membrane sel dan selubung fertilisasi, sehingga selubung
fertilisasi berpindah secara radial menjauhi sel telur.

Gambar 3 Skema reaksi kortikal


Sumber: Gilbert, 2010

2.3.3 Fertilisasi Internal


Fertilisasi merupakan proses bertemu dan meleburnya sel
ovum dan sel sperma untuk memulai proses pembentukan individu
baru yang kromosomnya berasal dari kombinasi kromosom
parentalnya. Detail proses fertilisasi berbeda untuk setiap spesies,
tetapi secara umum tetap melalui 4 tahap, yaitu: komunikasi dan
pengenalan antara sperma dan ovum, regulasi sperma memasuki
ovum, fusi material genetic sperma dan ovum, dan aktivasi
metabolisme sel telur untuk memulai perkembangan.
a) Komunikasi dan pengenalan antara sperma dan ovum
Sperma harus mengalami proses perubahan fisiologis yang
disebut kapasitasi. Hal ini menyebabkan tidak semua sperma bisa
masuk ke ovum. Kapasitasi terjadi di dalam saluran reproduksi wanita
yang prosesnya meliputi:
a. Penghapusan kolesterol dari membrane sperma oleh protein
albumin dalam saluran reproduksi wanita. Hal ini menyebabkan
lokasi lipid yang mengandung reseptor terkonsentrasi di atas
kepala sperma anterior. Microdomain lipid ini mengandung
protein yang dapat mengikat zona pellucida dan berpartisipasi
dalam reaksi akrosom.
b. Protein atau karbohidrat khusus pada permukaan sperma hilang
selama. Ada kemungkinan senyawa ini memblokir situs
pengakuan untuk sperma protein yang mengikat zona pellucida.
c. Potensi membran sel sperma menjadi lebih negatif ketika ion
kalium meninggalkan sperma. Perubahan potensial membran ini
memungkinkan saluran kalsium akan dibuka dan memungkinkan
untuk kalsium masukkan sperma. Ion kalsium dan bikarbonat
penting dalam mengaktifkan produksi cAMP dan dalam
memfasilitasi peristiwa fusi membran dari reaksi akrosom.

Gambar 4 Kapasitasi sperma pada mamalia


Sumber: Gilbert, 2010
d. Terjadi fosforilasi protein yang mungkin memainkan peran
penting dalam membentuk reseptor untuk mengikat zona
pellucida.
e. Membran akrosom luar berubah dan melakukan kontak dengan
membran sel sperma untuk mempersiapkan fusi

Gambar 5 Skema fusi membrane sperma dengan akrosom


Sumber: Gilbert, 2010

Pergerakan sperma dalam saluran reproduksi wanita tidak hanya


dipengaruhi oleh gerakan flagella sperma, tetapi juga karena kontraksi
uterus. Hal ini dibutuhkan karena proses fertilisasi terjadi pada bagian
ampulla dari oviduk. Gerakan sperma merupakan gerak kemotaksis.
Molekul kimia yang teridentifikasi sebagai sinyal untuk sperma adalah
hormone progesterone yang disekresikan oleh sel comullus yang
melingkupi oosit sekunder.

b) Regulasi sperma memasuki ovum


Regulasi sperma memasuki ovum antara lain:
1. Penempelan sperma pada bagian zona pellucida, eksositosis
vesikel akrosomal sperma, pengikatan sperma pada matriks
ekstraseluler (vitelin envelope atau zona pelusida) dari sel telur,
dan perjalanan sperma melewati matriks ekstraseluler
Zona pellucida tersusun atas 3 komponen besar
glikoprotein, yaitu ZP1, ZP2, dan ZP3. Penempelan sperma pada
zona pellucida menginduksi terjadinya reaksi akrosomal. ZP3
mengandung molekul karbohidrat yang dapat berikatan dengan
sperma sehingga mengurangi kemampuan sperma untuk
menembus zona pellucida. Eksositosis akrosom mengeluarkan
berbagai enzim protease (misalnya proteasome) yang
menghancurkan zona pellucida. Pengikatan kepala sperma pada
ZP3 dapat menyebabkan terbukanya kanal Ca2+ , sehingga
konsentrasi Ca2+ dalam ovum meningkat.

Gambar 6 Molekul penyusun zona pellucida


Sumber : Gilbert, 2010

2. Fusi membrane sperma dan ovum


Pada mamalia, kontak sperma-ovum tidak pada ujungnya
(seperti dalam kasus landak laut), tetapi di sisi kepala sperma.
Reaksi akrosom, selain mengeluarkan enzim dari akrosom, juga
memperlihatkan bagian dalam membran akrosom yang ke luar.
Persimpangan antara membran akrosom bagian dalam ini dan
membran sel sperma disebut wilayah equatorial. Dimulai dari
equatorial ini fusi membran antara sperma dan sel telur dimulai.
Untuk mencegah polispermia terdapat mekanisme
pemblokiran lambat oleh enzim yang dihasilkan dari granula
kortikal pada zona pellucida. Enzim yang dihasilkan adalah N-
acetylglukosaminidase yang memutus ikatan ZP3 dengan N-
acetylglukosamine. ZP2 terjepit oleh granula kortikal lainnya
sehingga baik ZP3 maupun ZP2 tidak dapat mengikat sperma
lagi.
Gambar 7 Fusi sperma dengan membrane ovum
Sumber : Gilbert, 2010

c) Fusi material genetic sperma dan ovum


Ovum yang siap difertilisasi berada pada tahap metaphase 2,
artinya belum haploid secara sempurna. Sentriol yang berada pada
badan basal flagellum sperma menghasilkan gelendong mitotic untuk
pembelahan sel pertama. Kedua perangkat kromosom (masing-
masing gamet) berbagi berbagi gelendong mitotic selama pembelahan
mitosis pertama dari zigot. Dengan demikian, setelah pembelahan
pertamalah kromosom-kromosom dari kedua induk berada dalam satu
nucleus diploid sejati dengan satu membrane nucleus.

Gambar 8 Fusi material genetic pada manusia


Sumber : Gilbert, 2010
d) Aktivasi metabolisme sel telur untuk memulai perkembangan
Kenaikan konsentrasi Ca2+ dalam sitoplasma menyebabkan
2+
aktivasi sel telur pada mamalia. Konsentrasi Ca dalam sitoplasma
dipertahankan melalui produksi IP3 oleh enzim phospholipase. Pada
mamalia, ion kalsium dilepaskan oleh IP3 yang berikatan dengan
serangkaian protein termasuk diaktivasi dengan calmodulin protein
kinase (yang penting dalam menghilangkan penghambat terjemahan
mRNA), MAP kinase (yang memungkinkan dimulainya kembali
meiosis), dan synaptotagmin (yang membantu memulai fusi granula
kortikal). Ion kalsium yang tidak digunakan dipompa kembali ke
retikulum endoplasma, dan ion kalsium tambahan diperoleh dari luar
sel. Eksositosis granula kortikal terjadi sebelum dimulainya kembali
meiosis dan terjemahan mRNA ibu.

2.4 Parthenogenesis

Parthenogenesis merupakan proses perkembengan embrio yang tidak


didahului fertilisasi oleh sel gamet jantan sebelumnya. Parthenogenesis berasal
dari kata “partenos” yang berarti dara dan “genesis” yang berarti kelahiran,
(Surjono, 2001). Parthenognesis umum terjadi pada berbagai jenis hewan
golongan arthropoda. Hal Tersebut termasuk ke dalam parthenogenesis alami.
Parthenogenesis dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Parthenogenesis alami
Seperti yang sudad disebutkan sebelumnya, parthenogenesis alami
umum terjadi pada hewan-hewan dari golongan arthropoda seperti lebah,
tawon dan kutu air. Pada lebah madu atau tawon, ovum yang dibuahi akan
tumbuh menjadi individu baru, sedangkan ovum yang tidak dibuahi akan
tumbuh menjadi lebah jantan yang bertugas untuk membuahi sang ratu.
Hal tersebut dikarenakan hewan jantan yang lahir dari proses
parthenogenesis bersifat fertil, sedangkan hewan betinanya bersifat steril
dan bertugas sebagai pekerja, (Surjono, 2001).
b. Parthenogenesis buatan
Parthenogenesis buatan merupakan proses parthenogenesis yang
sengaja dibuat oleh manusia. Parthenogenesis buatan dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu mengganggu tekanan osmosa cairan
lingkungan ovum, goncangan atau shock dan menusuk ovum dengan
jarum. Secara garis besar metode untuk melakukan parthenogenesis buatan
dapat digolongkan menjadi cara fisika dan kimiawi, (Bos-Mikich dkk,
2016).
Berbagai jenis cairan kimia sudah diuji cobakan untuk memicu
terjadinya parthenogenesis, bahan-bahan tersebut berupa berbagai garam
klorida, asam organik, asam butirat, asam laktat dan asam oleat, (Surjono,
2001). Bahan kimia yang diujicobakan memberikan hasil yang berbeda
untuk setiap spesies yang berbeda. Contohnya, pada oosit bovine yang
memperlihatkan hasil sangat bagus saat diberi Ca2+ ionomycin selama lima
menit yang diikuti dengan 2mM 6-dimetilaminopurin selama tiga setengah
jam, (Bos-Mikich dkk, 2016). Selain itu, parthegenesis buatan juga dapat
dipicu dengan faktor fisika seperti perubahan suhu drastis dan
menggunakan aliran listrik untuk menyebabkan shock. Individu yang
dihasilkan dari proses parthenogenesis memiliki kromosom 2N, hal
tersebut mungkin terjadi karena kromosom ovum yang akan
berparhenogenesis berduplikasi terlebih dahulu sebelum melakukan
mitosis. Pada mammalia terkadang kromosom polosit bergabung kembali
dengan kromosom ovum sehingga kromosom pada ovum menjadi diploid,
individu mammalia yang dihasilkan dari proses parthenogenesis berjenis
kelamin betina, (Surjono, 2001).
Penelitian mengenai parthenogenesis terus dilakukan oleh manusia dengan
berbagai tujuan dan berbagai bidang seperti medis, ekonomi dan perkembagan
sains. Penelitian mengenai parthenogenesis dan sel punca pada manusia
mengungkap mekanisme yang menyebabkan terjadinya perkembangan embrio
dan eksperimen cloning menggunakan sel somatic. Penelitian tentang sel punca
yang dihasilkan dari proses parthenegenetic memiliki potensi mengurangi
penolakan tubuh pada bagian transplantasi, (Bos-Mikich dkk, 2016).
2.5 Proses Terjadinya Kembar

Anak kembar merupakan dua atau lebih individu yang dilahirkan oleh ibu
yang sama dalam waktu yang relatif tidak berbeda jauh. Ada beberapa jenis
kembar yaitu :
 Kembar identik (monozigotik)
Kembar identik atau monozigotik adalah kembar yang berasal dari
satu sel telur yang kemudian membelah menjadi dua zigot yang berbeda,
(Gazali, 2019). Pada kembar identik sel telur yang sudah dibuahi oleh
sperma kemudian akan membelah dan berkembang menjadi dua embrio
yang berbeda. Jika proses pembelahan zigot terjadi pada 1-3 hari setelah
pembuahan biasanya kedua embrio akan memiliki satu plasenta, tetapi
berada pada dua kantung ketuban yang berbeda. Jika proses pembelahan
zigot terjadi 14 hari setelah pembuahan, maka kemungkinan besar proses
pembelahan zigot tidak akan sempurna sehingga embrio yang ada akan
menempel satu sama lain dan menyebabkan kembar siam, (redaksi
halodoc, 2018).
 Kembar fraternal (dizigotik)
Kembar tidak identik atau disebut juga dizigotik merupakan kembar yang
terjadi akibat dari adanya dua sel telur matang yang dibuahi oleh dua sel
sperma, (Gazali, 2019). Pada kembar tidak identik kedua sel telur yang
dibuahi memiliki plasenta dan kantung ketuban yang berbeda, jadi kembar
tidak identik sama dengan terjadinya dua pembuahan pada masa
kehamilan yang sama, (Gazali, 2019).
DAFTAR RUJUKAN

Bos-Mikich, Adriana et al. 2016. Parthenogenesis and Human Assisted


Reproduction. Hindawi Publishing Corporation Stem Cell lnternational
Campbell dkk. 2008. Biologi. 8th edition. US: Pearson Education, Inc.

Redaksi Halodoc. 2018. Inilah Proses Terbentuknya Anak Kembar, (online)


www.halodoc.com, diakses pada 3 September 2019
Solahuddi, Gazali. 2019. 4 Jenis Kehamilan Kembar dan Penyebabnya, Obat Jadi
Penyebab Kembar siam, (Online) www.health.grid.id, diakses pada 3
September 2019
Gilbert, S. F. 2010. Developmental Biology. 9th edition. USA: Sinauer Associates,
Inc.
Surjono, Tien Wiati, dkk. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai