Anda di halaman 1dari 2

A.

Topik : Isolasi Kering


B. Tujuan
1. Mengetahui spesies hewan infauna yang ditemukan di kebun Biologi Universias
Negeri Malang.
2. Mengetahui nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan
infauna di kebun Biologi Universias Negeri Malang.
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap nilai H,E,R jenis hewan tanah yang
ditemukan di kebun Biologi Universias Negeri Malang.
C. Dasar Teori
Tanah merupakan suatu sistem terbuka, artinya sewaktu-waktu tanah itu dapat
menerima tambahan bahan dari luar atau kehilangan bahan-bahan yang telah dimiliki
tanah. Sebagai sistem terbuka, tanah merupakan bagian dari ekosistem dimana
komponen-komponen ekosistem tanah, vegetasi dan hewan saling memberi dan
menerima bahan-bahan yang diperlukan (Hardjowigeno, 2007).
Fauna tanah dapat diartikan sebagai hewan yang hidup di tanah, baik di
permukaan tanah maupun di dalam tanah (Sari, 2015). Di dalam ekosistem tanah,
fauna tanah memegang peran yang penting dalam menjaga ketersediaan hara tanah
yaitu dengan mendekomposisi bahan organik kasar menjadi bahan organik halus yang
kemudian akan didekomposisi lebih lanjut oleh mikrob tanah (Nurrohman dkk, 2016).
Epifauna adalah hewan yang hidup di permukaan tanah, sedangkan Infauna adalah
hewan yang hidup didalam tanah.
Variasi faktor abiotic yang ada pada lingkungan akan menyebabkan perbedaan
komposisi dan jenis infauna antara tanah di lingkungan satu dengan tanah di
lingkungan lain. (Hasyim, 2009). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
aktifitas organisme tanah yaitu : iklim (curah hujan, suhu), tanah (suhu tanah, hara,
kelembaban tanah, kemasaman) dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya
matahari (intensitas cahaya) (Irwan, 1992). Jenis infauna pada suatu lokasi dapat
diketahui melalui isolasi kering. Pada metode ini penggunaannya dibantu oleh adanya
cahaya yang menghasilkan panas dan menyebabkan hewan pada sampel tanah akan
terjebak kebawah. Dalam penggunaan barlese tullgreen, sumber panas yang
didapatkan dari cahaya matahari langsung. Menurut Arias, dkk (2003), cahaya dalam
metode ini memiliki efek ganda karena cahaya tersebut memaksa organisme fotofobik
untuk menjauh dari sumber cahaya dan dapat memanaskan sampel agar sampel
kering. Ketika sampel mengering, gradien suhu dan kelembaban terbuat antara
permukaan atas dan bawah sampel. Gradien ini akan bergerak ke bawah, sehingga
hewan masuk ke dalam cairan pengumpul (botol sampel).

Dafpus :
Arias, María Fernanda Barberena, Grizelle González, dan Elvira Cuevas. 2003.
Quantifying Variation of Soil Arthropods Using Different Sampling Protocols:
Is Diversity Affected?. Tropical Forest, (Online), 51-70,
(http://www.fs.fed.us), diakses 20 Februari 2020.
Sari, M. (2015). Identifikasi Serangga Dekomposer di Permukaan Tanah Hutan Tropis
Dataran Rendah (Studi Kasus di Arboretum dan Komplek Kampus UNILAK
dengan Luas 9, 2 Ha). Bio-Lectura, 2(2), 140-149.
Irwan, Z.D.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem,Komunitas dan
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Nurrohman, E., Rahardjanto, A., & Wahyuni, S. (2016). Keanekaragaman
makrofauna tanah di kawasan perkebunan coklat (Theobroma cacao l.) sebagai
bioindikator kesuburan tanah dan sumber belajar biologi. JPBI (Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia), 1(2).
Hasyim, M. A. (2009). Studi keanekaragaman fauna tanah pada perkebunan jeruk
organik dan anorganik Desa Bumiaji Kota Batu (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Anda mungkin juga menyukai