Anda di halaman 1dari 20

GAMETOGENESIS

Kelompok 1 :
Offering C
Dini Febrianti S (160341606100)
Inayatul Karimah (160341606057)
Nanda Choirun Nisa Z.M (1603416060)
Shara Habibah (1603416060 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2017
GAMETOGENESIS

Gamet atau sel kelamin adalah sel yang terpenting dalam embriogenesis. Sel kelamin
ditentukan keberadaannya oleh adanya plasma benih (germ plasm) pada sel tersebut. Sel badan
(soma) tidak mengandung plasma benih oleh karena itu mati, sedang sel kelamin potensinya
tidak pernah mati karena diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses reproduksi.
Asal usul sel kelamin ada beberapa konsep. Satu pendapat menyatakan bahwa sel
kelamin berasal dari epitel germinativum pendapat lain mengatakan bahwa sel kelamin berasal
dari lapisan entoderm embrio yang mengalami migrasi dan kemudian berkembang dalam
gonade. Pada binatang dewasa sel kelamin jantan diproduksi dalam testis dan pada betina sel
telur diproduksi di dalam ovarium. Terlepas dari asal usulnya, gamet mengalami
perkembangan dalam tingkatan sebagai berikut :

Tingkat sebagai calon (gonosit)


Sel ini dapat dibedakan dengan sel somatik karena mempunyai ukuran lebih besar dan
sitoplasmanya jernih. Pada tingkat ini belum dapat dibedakan antara sel kelamin betina
atau jantan.

Tingkat perbanyakan
Dalam tingkat ini calon sel kelamin dapat dibedakan sebagai spermatogonium dan
oogonium. Oogonium berukuran relatif lebih besar. Masing-masing membelah secara
mitosis beberapa kali menjadi spermatogonium / oogonium tingkat I, II dan III. Kemudian
istirahat.

Tingkat pertumbuhan
Spermatogonium / oogonium tumbuh karena adanya kegiatan sintesis baik berupa
transkripsi maupun translasi. Sel yang sedang tumbuh disebut auksosit. Spermatogonium
tumbuh menjadi spermatosit I, sedang oogonium tumbuh menjadi oosit I. Proses
pertumbuhan sel kelamin dikendalikan oleh hormon gonadotrofin dari hipofise. Gen
berperan dalam proses pertumbuhan terutama dalam sintesis vitellus.

Tingkat pembelahan meiosis


Spermatosit I / oosit I mengalami pembelahan meiosis, dari sel diploid menjadi haploid
yaitu spermatosit II / oosit II pada meiosis I. Pada meiosis II pembelahan terjadi seperti
mitosis saja. Satu sel spermatosit I menjadi 4 sel spermatozoa berfungsi setelah
mengalami metamorfosis (spermiogenesis). Satu oosit I menjadi 1 sel telur dan 3 buah
polosit.
Pengeluaran sel kelamin
Sel kelamin yang masak keluar dari tempat pembuatannya. Spermatozoa mengalami
spermasi sedang sel telur mengalami ovulasi. Spermatozoa mammalia tersalurkan dalam
epididimis dan vas deferen, sedangkan telur tersalurkan dalam saluran telur (oviduct).
Keduanya menuju ke tempat fertilisasi, baik secara internal maupun eksternal
SPERMATOGENESIS

Pembentukan sel kelamin vertebrata maupun invertebrata mempunyai tahapan yang


sama yaitu : tingkat perbanyakan (mitosis); pertumbuhan (sintesis); pemasakan (miosis);
pengeluaran dari dalam gonade. Calon sel kelamin jantan embrional dapat dibedakan sel lain
karena ukurannya yang relatif lebih besar, bentuk epitelial dan intinya juga lebih besar. Sintesis
DNA terjadi pada stadium perbanyakan untuk membentuk inti baru sel anakan setelah itu istirahat
menunggu stimulasi hormon sampai stadium pertumbuhan dimulai.
Sintesis DNA dan RNA terjadi pada stadium pertumbuhan sampai terbentuk
spermatosit I. Ukuran sel ini yang terbesar karena kaya DNA dan RNA. Asam nukleat ini
khusus untuk dicurahkan ke dalam sel telur pada waktu fertilisasi. Pertumbuhan berakhir pada
spermatosit I, kemudian mengalami pembelahan pemasakan menjadi spermatosit II.
Pembelahan sekali lagi menjadi spermatid yang haploid. Inti spermatid menjadi lebih padat,
seolah olah tidak terjadi aktifitas sintesis.
Perkembangan berikutnya adalah spermiogenesis, merupakan perubahan bentuk dari sel
yang pasif menjadi sel yang dapat bergerak. Perubahan bentuk ini dikendalikan oleh inti yang
haploid. Sebagian sitoplasma dibuang ke luar sel. Spermatozoon kaya akan mitokrondria
sebagai pembangkit tenaga gerak. Protein khusus yang disintesis selama spermiogenesis adalah
tubulin yang berada dalam leher dan filament sebagai ekornya. Kedua protein ini yang
menyebabkan spermatozoon dapat bergerak aktif. Gen yang mengendalikan sintesis protein itu
didukung dalam kromosom Y. Spermatozoon juga mensintesis enzim yang digunakan untuk
melisiskan selaput telur. Enzim itu disekresikan oleh Apparatus Golgi dan disimpan dalam
akrosoma. Enzim hialuronidase pada spermatozoon mammalia dan acrosin pada invertebrata.
Spermatogenesis terjadi di dalam testis. Pada mammalia terjadi di dalam tubulus
seminiferus. Testis vertebrata jumlahnya sepasang, besarnya berbanding langsung dengan ukuran
tubuh. Sel kelamin jantan dalam berbagai tingkat perkembangan terdapat pada dinding
tubulus seminiferus.

Spermatogonium letaknya berada di dekat membrana basalis. Dalam proses


perkembangannya, sel kelamin jantan berangsur bergerak menuju ke arah lumen. Spermatosit I
berukuran paling besar, spermatosit II lebih kecil dan spermatid paling kecil. Spermatozoa berada
dalam lumen yang sebelumnya menempel pada sel Sertoli.

Struktur spermatozoon vertebrata terdiri dari : akrosoma berisi enzim untuk melisiskan
selaput telur. Bagian kepala mengandung inti, leher mengandung sentriol, bagian tengah
mengandung mitokondria sebagai penghasil tenaga gerak dan mengandung mikrotubule yang
kontraktil. Bagian prinsipal mengandung filamen aksial dan bagian ujung sebagai flagellum.
Proses pembentukan spermatozoon meliputi 2 komponen yaitu perkembangan inti dan
sitoplasma. Perkembangan sitoplasma spermatogonium sampai spermatosit I bertambah
banyak untuk kemudian terbagi dalam pembelahan meiosis sama besar. Sitoplasma pada
perkembangan dari spermatid ke spermatozoon sebagian besar dikeluarkan dari sel agar sel
menjadi langsing dan lincah.

Pengendalian hormon pada spermatogenesis


Spermatogenesis dipengaruhi oleh sistem hormon gonadotrophin. Hormon dari hipofise
yang terlibat dalam spermatogenesis adalah : ICSH, FSH DAN LH. ICSH menstimulasi
pertumbuhan sel Leydig sehingga menghasilkan testosteron. Testosteron menstimulasi
pertumbuhan sel Sertoli dan saluran spermatozoon seperti epididymis dan vas deferen dan
menstimulasi timbulnya tanda kelamin sekunder. FSH menstimulasi spermatogenesis pada
pertumbuhan spermatosit I. FSH dan LH dalam konsentrasi berimbang menstimulasi
spermiogenesis. LH juga berperan dalam pelepasan spermatozoon dari sel Sertoli, kemudian
mengalami spermasi.
Mekanisme kerja hormon terhadap sel/organ target dengan cara yang disebut protein
reseptor. Protein ini terdapat dalam membran sel target dan mampu menerima pengaruh dengan
cara reaksi khusus sehingga inti sel dapat mengadakan transkripsi dan akhirnya sel menjadi
aktif. Sintesis protein (translasi) juga terjadi, dengan demikian protein struktural terbentuk atau
enzim juga terbentuk untuk proses perkembangan. Protein struktural untuk flagellum juga ter
bentuk pada proses spermioteleosis sehingga spermatid berekor menjadi spermatozoon.

Oogenesis
Oogenesis terjadi dalam ovarium. Kebanyakan ovarium vertebrata sepasang, kecuali
bangsa burung (Aves) hanya satu yang berkembang. Pada dasarnya ovarium terdiri dari bagian
korteks berisi sel telur dan bagian medulla berisi jaringan ikat. Ukuran ovarium tergantung
dari jumlah telur yang diproduksi. Pada mammalia sangat kecil, pada vertebrata rendah relatif
besar dan telur yang dibentuk jumlahnya cukup besar. Ovarium pada masa reproduksi penuh
dengan telur yang masak.

Sel telur vertebrata dalam ovarium mengalami perkembangan dari oogonium sampai
oosit I. Tingkat pembelahan meiosis terjadi di luar ovarium. Bahkan pada spesies tertentu,
pembelahan meiosis diselesaikan setelah spermatozoon masuk telur. Sel telur dipersiapkan
untuk kelangsungan hidup dari induk ke perkembangan awal, oleh karena itu dilengkapi
dengan cadangan sumber energi yaitu Vitellus (yolk). Yolk terdiri dari protein, lipid dan
karbohidrat. Enzim atau prekusornya juga dipersiapkan untuk proses metabolisme dalam
perkembangan zygot.
Yang terlibat dalam proses perkembangan sel telur yaitu sel folikel (sel nutrisi), inti
(vesicula germinativa) berisi gen sebagai pengkomando terjadinya sintesis vitellus. Bioplasma
sebagai substansi hidup dan deutoplasma sebagai bahan baku sumber energi. Antara inti dan
ooplasma berhubungan timbal balik dalam proses pembentukan vitellus.
Calon sel kelamin yang embrional belum dapat dibedakan antara yang jantan dan betina
yaitu sebagai gonosit. Setelah deferensiasi, calon sel telur berukuran lebih besar, baik inti
maupun ukuran selnya. Inti sel telur disebut vesicula germinativa, relatif besar karena kegiatan
sintesis jauh lebih besar dari sel manapun.

Sintesis DNA pada stadium perbanyakan dipersiapkan untuk pembentukan inti baru
pada anakan sel. Pada akhirnya stadium perbanyakan, sintesis terhenti dalam stadium istirahat
sampai tahap pertumbuhan dimulai karena pengaruh hormon yang merangsang pertumbuhan sel
telur.
Sintesis DNA dan RNA pada stadium pertumbuhan sangat aktif. Replikasi DNA dan
transkripsi RNA di dalam inti, sedangkan sintesis protein (translasi) di dalam sitoplasma.
Transkripsi menghasilkan hnRNA (heterogenousRNA), kemudian mengalami prosesing.
Segment mRNA yang mengandung gen yang akan diekspresikan disebut exon, sedang yang
tidak mengandung gen disebut intron. mRNA keluar dari inti untuk kemudian mengalami
translasi pada proses vitellogenesis. Jenis RNA yang disintesis sangat bervareasi dan
jumlahnya besar.
Pada oosit Drosophyla kurang lebih terdapat 5000 jenis urutan codon dalam
mRNA (DNA sequence). Sebagian mRNA mengalami translasi pada vitellogenesis, sebagian
lain yang mengkode asam amino untuk pembentukan protein khusus untuk perkembangan
berikut belum mengalami translasi. mRNA demikian itu sebagai gen maternal untuk
perkembangan zigot. Bila mRNA berasal dari inti oosit sendiri maka telur tipe ini disebut
ponoistik. Bila mRNA berasal dari sel folikel yang masuk oosit melalui jembatan sitoplasma ke
dalam oosit, tipe telur ini disebut meriostik. Akhir stadium pertumbuhan sel telur yaitu sebagai
oosit primer. Sintesis berhenti tinggal menunggu pembelahan pemasakan.
Ovulasi menyebabkan perubahan lingkungan sehingga oosit primer terstimulasi
mengadakan pembelahan meiosis. Pada saat keluar dari ovarium terbentuk polosit I, sehingga
sekarang menjadi oosit II. Pada kebanyakan sel telur vertebrata stadium oosit II sudah siap
dibuahi. Polosit II terbentuk setelah spermatozoon masuk telur. Ada varieasi saat masuknya
sperma ke dalam telur yaitu pada saat oosit I, oosit II atau ovum, tergantung dari jenis bintang.

Peranan gen dalam oogenesis


Peranan inti sel telur dalam vitellogenesis adalah membentuk mRNA untuk sintesis
vitellus. Kegitan sintesis diawali dengan aktivitas gen, membukanya pilin DNA. Kejadian itu
dapat dilihat pada kromosom "lump brush pada oosit katak Afrika (Xenopus laevis).
Transkrripsi DNA selalu terjadi selama pertumbuhan oosit, meliputi sintesis mRNA, tRNA dan
rRNA. Translasi atau pembentukan vitellus terjadi dalam ooplasma setelah mRNA keluar dari
inti. Cadangan mRNA selalu disintesis sebanyak mungkin untuk persiapan perkembangan
embrio, terutama pada pembelahan zygot.

Perkembangan ooplasma (vitellogenesis)


Oosit muda mengandung ooplasma yang homogen, karena bioplasma dan deutoplasma
belum jelas terdiferensiasi. Yolk mengandung protein, karbohidrat dan lipid. Struktur vitellus
ada 2 macam yaitu tipe Balbiani berasal dari awan mitokondria dan Brambel dibentuk oleh
aparatus Golgi. Pada telur katak, yolk berupa platelet. Pada telur burung, yolk berupa kuning
telur (kunir). Pada telur mammalia, antara bioplasma dan deutoplasma tidak mudah dibedakan
karena tersebar sama rata.

Pengendalian hormon pada oogenesis


Hormon yang terlibat dalam oogenesis mammalia adalah FSH, LTH dan LH yang
berasal dari hipofisa. FSH menstimulasi pertumbuhan sel folikel sehingga menghasilkan
estrogen. Estrogen menstimulasi perkembangan saluran telur. LH menstimulasi perubahan sel
folikel menjadi korpus luteum sehingga menghasilkan progesteron. LTH mempertahankan
kehidupan korpus luteum untuk tetap menghasilkan progesteron, menjaga kehamilan.
Kerjasama dari hormon-hormon tersebut dapat mempertahankan kehidupan sel telur.
Ovulasi dipengaruhi oleh konsentrasi antara FSH dan LH. Hormon dapat mempengaruhi sel
target karena adanya protein reseptor pada sel target. Protein reseptor bereaksi dengan molekul
hormon sehingga menstimulasi adenilsiklase menjadi aktif dalam sitoplasma. Adenil siklase
bereaksi dengan molekul ATP membentuk AMP siklis (cAMP). Molekul ini mengaktivasi
kinase, yang akhirnya dapat mempengaruhi inti sel untuk terjadi transkripsi.
MACAM MACAM TIPE TELUR

Sel telur mempunyai sistem sumbu atau polaritas. Polus animalis mengandung inti dan
polus vegetativus mengandung vitellus. Variasi jumlah vitellus (lecith) menentukan tipe telur.
Tipe telur berdasarkan atas proses pembentukan vitellus, sedikit-banyaknya vitellus, dan
penyebaran vitellus. Bahan dasar vitellus adalah pospoprotein disebut pospovitin dan
lipoprotein, disebut lipovitellin.

a. Tipe telur atas dasar proses pembentukan vitellus


Telur ponoistik : Telur ini juga disebut tipe endogen karena sintesis vitellus di dalam telur
itu sendiri. Sintesis DNA dan RNA berada di dalam inti telur. Precursor vitellus dari luar
sel dan masuk melalui jembatan sitoplasma dari sel folikel. Proses demikian ini terjadi pada
kebanyakan hewan.
Telur meroistik : Telur ini juga disebut tipe eksogen karena sintesis DNA dan RNA ada di
dalam sel folikel, kemudian masuk sel telur melalui jembatan sitoplasma. Telur serangga
termasuk tipe ini. Proses terjadinya dari sel induk oogonium membelah menjadi calon sel
telur dan sel nutrisi. Hasil sintesis dari sel nutrisi berupa RNA dikirim ke dalam sel telur,
kemudian untuk proses vitellogenesis. Inti sel telur sendiri tidak aktif dalam pembentukan
vitellus.
b. Tipe telur atas dasar sedikit-banyaknya kandungan vitellus (lecith)
Alecithal, telur hampir tidak mempunyai vitellus, biasanya berukuran mikroskopis.
Oligolecithal, telur mempunyai sedikit vitellus. Telur Amphioxus dan mammalia termasuk
tipe ini, kecuali Platipus (mammalia bertelur).
Mesolesital, telur mengandung sedang sampai banyak vitellus, berukuran besar (1-3 mm).
Telur ikan dan katak termasuk tipe ini.
Polylecithal Megalecithal, telur mengandung vitellus yang sangat kaya sehingga inti
terdesak ke tepi. Telur burung dan Reptil termasuk tipe ini.
c. Tipe telur atas dasar polaritas penyebaran vitellus
Isolecithal, vitellus tersebar samarata di semua bagian, inti di bagian tengah sehingga
simetris radial. Telur mammalia dan protochordata termasuk tipe ini.
Telolecithal, vitellus berada di salah satu ujung telur (biasanya pada kutub vegetatif), inti
eksentrik, simetris bilateral. Telur Amphibia, Aves termasuk tipe ini.
Centrolecithal, vitellus berada di tengah, inti dan bioplasma di tepi. Yang termasuk tipe ini
adalah telur insekta.

SIKLUS REPRODUKSI
Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa seksual
dan tidak hamil yang meliputi perubahan-prubahan siklik pada organ-organ reproduksi tertentu
misalnya ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon reproduksi. Siklus
reproduksi meliputi antara lain siklus estrus, siklus ovarium, dan siklus menstruasi. Pendapat lain
mengatakan Siklus reproduksi adalah serangkaian kegiatan biologik kelamin yang berlangsung
secara periodik hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Jika siklus reproduksi dari
suatu makhluk terputus maka kehadiran makhluk tersebut di dunia menjadi terancam (Adnyana,
2012). Siklus reproduksi meliputi antara lain siklus esterus, siklusovarium, dan siklus menstruasi.
Pada kasus itu, ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai
menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi
embrio. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina
dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap
kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Camble,2004).
Pada mamalia umumnya daur pembuahan dempet dengan daur estrus. Daur ini berdasarkan
perubahan berkala pada ovarium, yaitu terdiri dari 2 fase folikel dan lutein. Banyak hewan yang
memiliki daur estrus sekali setahun, disebut monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang harimau,
kucing dan sebagainya. Adapula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut poliestrus
(Anggraeni, 2012).
A. Siklus estrus
Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata,kemauan menerima hewan-
hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau berahi. Selama estrus, hewan-hewan
betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan
perubahan-perubahan struktural terjadi di dalam organas sesori seks betina. Hewan-hewan
monoestrus menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun, sedangkan hewan-hewan poliestrus
menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu dengan kehamilan.
Siklus estrus adalah siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan non primata betina dewasa
seksual yang tidak hamil. Pada mencit, siklus estrus terdiri atas beberapa fase utama yaitu
fasediestrus, fase proestrus, fase estrus, dan fase metestrus. Pendapat lain mengatakan bahwa
seluruh siklus estrus dapat dibagi kedalam beberapa fase, yaitu (Djuhanda, 1981: h. 98-99) :

1. Pada Proestrus, terjadi penambahan ustrinitas kelenjar-kelenjar dan pembuluh pada


endometrium dan mukosa vagina. Dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus, serta lebih
glandular; pada pertumbuhan maksimal dari kelenjar-kelenjarnya, digetahkan cairan yang
agak pekat yang disebut uterin milk yang disimpan dalam kripta mukosa dan dipergunakan
bagi makanan. Pada fase ini folikel graf di dalam ovarium telah masak dan menghasilkan
hormon-hormon estron dan progesteron segera sebelum terjadi ovulasi. Perubahan-
perubahan tersebut karena disebabkan hormon gonadotrop dan hipofise, yaitu FSH (Folicle
Stimulating Hormone).
2. Pada Estrus, produksi estron bertambah dan terjadi ovulasi. Mukosa dari uterus
mengembung dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina siap untuk
menerima hewan jantan.
3. Pada Metestrus, terjadi pembentukan corpus luteum dari sel-sel folikel. Progesteron pada
waktu ini aktif sekali mempersiapkan dinding uterus bagi implantasi ovum, sebaliknya
estron hanya ada sedikit di dalam tubuh. Pada keadaan yang demikian hewan betina tidak
lagi menunjukkan usaha pembiakan, kadang-kadang menentang jika jantan mendekat. Jika
ovum tidak dibuahi, Maka jaringan yang disediakan bagi implantasi tadi bersamaan dengan
lapisan permukaan endometrium akan dilepaskan dibantu oleh kontraksi uterus yang hebat.
Hal ini dapat diikuti oleh suatu pendarahan, proses ini disebut menstruasi.
4. Anestrus, fase ini adalah periode istirahat seksual, uterus kembali lagi mengambil struktur
semula. Korpus luteum diwaktu ovulasi pada akhir siklus estrus bekerja sebagai kelenjar
endokrin. Jika tidak terjadi pembuahan, ia akan berdegenerasi pada akhir siklus estrus.
Sesudah menstruasi, pada waktu itu ia dinamakan korpus luteous menstruationis, maka ia
berubah menjadi korpus arbikan dan yang terakhir ini hilang sebelum ovulasi berikutnya
terjadi.
5. Pada betina, pola sekresi hormon dan berbagai peristiwa reproduktif yang diatur oleh
hormon terjadi secara bersiklus. Sangat berbeda dari pola jantan. Sementara jantan
menghasilkan sperma secara kontinyu, betina membebaskan hanya satu atau beberapa telur
sperma setiap satu siklus. Pengontrolan siklus betina sangat kompleks (Campbell, 2004:
h.160).
6. Pada manusia satu daur menstruasi (menses) dihitung mulai dari hari pertama terjadi
pendarahan menses sampai pada hari pertama pendarahan menses berikutnya. Daur
menstruasi dapat dibagi atas 4 fase yaitu pasca menstruasi, proliferasi, sekretoris, dan
menstruasi (Ferial, 2012: h. 42).
Fase-fase siklus estrus dapat didentifikasi dengan membuat apusan vagina. Pengamatan
terhadap sitologi apusan vagina dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Aplikasi uji apusan vagina dapat digunakan untuk menentukan aktivitas esterogenik suatu bahan
(Elghamry et al.,1963). Pada saat hewan berada pada fase diestrus, maka pada saat ituhewan-hewan
tersebut tidak aktif secara seksual. Semua hewanmamalia betina kecuali primat tingkat tinggi,
kopulasi hanya dimungkinkan berlangsung pada periode tertentu di dalam setiap siklusestrusnya.
Periode dimana secara psikologis dan fisiologis hewan betina bersedia menerima pejantan
dinamakan berahi atau estrus. Ketika berahi, seekor betina berada pada status psikologis yang
berbeda secara jelas dibandingkan dengan sisa periode di luar berahi di dalam siklus.Pejantan
biasanya tidak menunjukkan perhatian seksual pada betina diluar masa berahi, dan bila pejantan
akan mengawini betina, maka hewan betina akan menolak.
Banyak hewan ketika berahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapipada saat berahi berjalan empat
atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa masa siklusnya. Aktivitas yang tinggi
inidisebabkan oleh esterogen. Tikus yang berada di dalam kandang berlarisecara spontan jauh
lebih banyak ketika berahi dibandingkan selama diestrus (Nalbandov, 1990). Sikluis estrus
berhubungan erat denganperubahan organ-organ reproduksi yang berlangsung pada hewan betina.
a. Vagina
Selama masa estrus atau berahi atau perkembangan folikel yang maksimal, serviks mensekresi
lender dalam jumlah terbesar dan tercair;atau kalau pada manusia terdapat pada saat ovulasi.
Lendir serviks memiliki pH 6,6 s/d 7,5 (Pada sapi rata-rata 6,9), dan pH ini kira-kira tetap stabil
sepanjang siklus. Sperma tetap dapat hidup dalam serviks(72 jam pada wanita), jauh lebih baik
dibandingkan di dalam vagina yang hanya dalam beberapa jam saja sperma sudah tidak
dapat bergerak. pH vagina bersifat alkalis tetapi di antara individu menunjukkan variasi yang luas
dan juga terdapat variasi yang luas didalam siklus. Pada sapi, pH vagihna bervariasi antara 7,5 s/d
8,5. Pada semua species hewan yang telah diselidiki (sapi, kuda, wanita dantikus), vagina menjadi
lebih alkalis selama fase tidak birahi (diestrus bagi hewan non primat) dan menjadi lebih asam
selama berahi.Perubahan pH ini disebabkan oleh esterogen telah dapat ditunjukkan dengan injeksi
hormon pada wanita dan sapi yang di ovariektomi.
b. Uterus
Bila dilakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan histologi dan morfologi uterus
selama siklus, maka akan ditemukan bahwa ukuran maupun histology uterus tidak pernah statis.
Perubahan yang sangat nyata terjadi di endometrium dan kelenjarnya. Selama fasefolikuler dari
siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan lurus dengan sedikit cabang. Penampilan kelenjar
uterus ini menandakan untuk stimulasi esterogen. Selama fase luteal, yakni saat progeteron beraksi
terhadap uterus, endometrium bertambah tebal secara mencolok. Diameter dan panjang kelenjar
meningkat secara cepat, menjadi bercabang-vabang dan berkelok-kelok.
c. Ovarium
Puncak peristiwa siklus estrus adalah pecahnya folikel dan terlepasnya ovum dari ovarium.
Pada sapi, 75% mengalami ovulasi 12s/d 14 jam setelah berahi berakhir; yang lain mengalami
ovulasi 45% lebih awal, yaitu 2,5 jam sebelum berahi berakhir. Pada wanita akan mengalami
ovulasi kira-kira hari ke 14 dari siklus. Pada beberapa hewan, variasi saat ovulasi tidak jelas.
Hampir mayoritas kelinci tanpa memperhatikan bangsanya, ovulasi terjadi 10 s/d 11 jam setelah
kopulasi atau sesudah injeksi dengan hormone yang menginduk diovulasi. Pada tikus dan mencit,
panjang siklus dan saat ovulasi sangat konstan pada setiap macam strain (Nalbandov, 1990).

B. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi adalah siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan primata betina
dewasa seksual yang ditandai dengan adanya haid. Pada manusia menstruasi biasanya ber-akhir
pada umur di atas 45 hingga 50 tahun. periode ini biasa disebut periode monopause. Lama siklus
menstruasi biasanya kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi biasanya dimulai antara usia 12 dan
15 tahun. Periode ini biasa disebut periode menarch, dan terus berlangsung hingga mencapai
periode menopause.
Siklus menstruasi terdiri atas 3 fase yaitu (i) fase proliferasi, (ii)fase sekresi, (iii) fase
menstruasi.
a. Fase proliferasi merupakan fase dimana kelenjar endometrium mengalami pertumbuhan
sebagai akibat berlangsungnya pembelahan sel secara berulang-ulang. Fase ini bertepatan
dengan perkembangan folikel ovarium dan pembentukan hormone esterogen yang
diproduksi oleh sel-sel folikel. Pada fase ini kadar hormon esterogen di dalam plasma darah
meningkat. Pada akhir fase ini performance kelenjar tampak lurus, lumen sempit dan sel-
selmulai mengakumulasi glikogen pada daerah disekitar inti, arteri spiralis memanjang dan
berkelok-kelok.
b. Fase sekresi atau fase luteal dimulai setelah ovulasi dan sangat tergantung pada
pembentukan korpus luteum yang mensekresikan progesteron. Progesteron bekerja
merangsang sel-sel kelenjar untuk bersekresi. Kelenjar menjadi berkelok-kelok karena
lumennya melebar akibat bahan sekret yang terakumulasi di dalamnya. Pada fase ini
endometrium mencapai tebal yang maksimum sebagai akibat penimbunan bahan sekret
dan terjadinya oedema stroma. Selama fase ini pembelahan mitosis mulai sangat menurun,
sementara itu pemanjangan dan berkelok-keloknya arteri spiralis terus berlangsung dan
meluas ke bagian superfisial endometrium.
c. Fase Menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi sehingga tidak ada implantasi. Tidak
adanya implantasi menyebabkan tidak terbentuknya plasenta. Tidak adanya plasenta
menyebabkan tidak terbentuknya human chorionic gonadotrophin (hCG), sehingga tidak
ada yang memelihara korpus luteum. Akibatnya korpus luteum berdegenerasi. Degenerasi
korpus luteum menjadi korpus albican menyebabkan produksi progesteron menurun secara
drastis hingga mencapai kadar yang tidak mempu mempertahankan
penebalanendometrium. Akibatnya terjadi penyusutan dan peluruhan endometrium
(Junqueiro dan Carneiro, 1982). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron,
LH (Lutenizing Hormon) berada pada kadar terendahnya selama siklus berlangsung, dan
kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) mulai meningkat.

Pada umumnya panjang siklus menstruasi rata-rata berkisar 28 hari. Menstruasi adalah
peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid berasal dari lumen uterus dan timbul akibat
terlepasnya bagian lapisan fungsional dari endometrium yang sebelumnya dipersiapkan untuk
menerima sel telur yang telah dibuahi atau zygot. Lama menstruasi berkisar 2- 6 hari. Jangka
waktu dari hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya disebut daur haid atau siklus
menstruasi. Siklus menstruasi dianggap normal apabila berlangsung diantara 21-45 hari lamanya,
dan dikatakan teratur bilamana perbedaan dalam daur haid yang dialami seorang wanita tidak lebih
dari satu minggu lamanya.
Perubahan-perubahan selama siklus menstruasi sangat erat kaitannya dengan perubahan-
perubahan yang berlangsung di dalamovarium. Perubahan-perubahan yang berlangsung pada
ovariummeliputi tiga tahap adalah (i) pra ovulasi (ii) ovulasi, dan (iii) pasca ovulasi. Tahap pra
ovulasi adalah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi. Lamanya tahap
praovulasi dapat berubah-ubah pada seseorang dan berbeda diantara para wanita. Tahap
pasca ovulasi adalah jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid berikutnya.Pada hari-
hari terakhir sebelum ovulasi, folikel Graaf bertambah besar dengan cepat dibawah pengaruh FSH
dan LH, dan membesar hingga mencapai garis tengah 15 mm. Bertepatan denganperkembangan
terakhir folikel Graaf, oosit primer, dimana pada saat itu masih dalam tahap diktioten melanjutkan
dan mengahiri pembelahan miosis pertamanya.
Sementara itu permukaan ovarium menonjol tanpa pembuluh darah dan disebut stigma.
Sebagai akibat kelemahan setempat dan degenerasi dari permukaan ovarium, cairan folikel
merembes keluar melalui stigma yang berangsur-angsur membuka. Bila cairan yang keluar
semakin banyak, tekanan di dalamfolikel semakin berkurang dan oosit bersama sel cumulus
ooforus yang mengelilinginya terlepas dan hanyut meninggalkan ovarium. Beberapa diantara sel-
sel cumulus ooforus tersebut kemudian menyusun diri disekeliling zona pellusida dan membentuk
corona radiate. Pada saat oosit dengan cumulus ooforusnya dikeluarkan dari ovarium (ovulasi),
pembelahan miosis pertama berakhir dan oosit sekunder memulai pembelahan miosis kedua
(Sadler, 1988). Pada beberapa wanita, ovulasi disertai dengan sedikit rasa nyeri,dikenal dengan
nama nyeri tengah, karena peristiwa itu normal terjadidekat pertengahan daur menstruasi. Pada
umumnya ovulasi juga disetai dengan peningkatan suhu tubuh, suatu peristiwa yang dapat diamati
untuk membantu penentuan saat terjadinya ovulasi (Sadler,1988).
Untuk semua siklus menstruasi, lamanya tahap pasca ovulasi tetap sama rata-rata 14 hari, adalah
antara 12-16 hari lamanya .Oleh sebab itu panjang pendeknya daur menstruasi tidak ditentukan oleh
tahap pasca ovulasi, melainkan oleh tahap pra ovulasi.

STRUKTUR HISTOLOGI OVARIUM


a. Ovarium tergolong kelenjar ganda (menghasilkan getah eksokrin dan endokrin).
Bentuknya lonjong menggepeng. Terletak intrapertoneal di dalam fossa ovarika.
Permukaan ovarium dilapisi oleh epitel kuboid yang di namai epitel germinatovium.
Di bawah epitel terdapat jaringan ikat padat yang di sebut tunika albugenia.
b. Pada potongan ovarium dapat di bedakan daerah medula dan korteks.
Medula terdiri dari jaringan fibroelastis longgar yang mengandung pembuluh darah, limfe
dan saraf.
Korteks terdiri atas stoma padat seluler yang mengandung folikel ovarium.
c. Folikel ovarium ada 3 macam yaitu:
1. Folikel muda terdiri dari oosit besar dilapisi selapis sel gepeng, oosit berinti agak ke
tepi.
2. Folikel tumbu, sel folikel yang semula berbentuk gepeng menjadi kuboid dan kemudian
silindris dan berkembang menjadi berlapis. Proliferasi sangat cepat, terbentuk ruang di
sebut antrum yang berisi cairan folikel. Sementara folikel bertambah besar stroma
sekitarnya beratur diri hingga membentuk simpai yang di sebut teka interna yang kaya
pembuluh darah dan teka eksterna mengandung banyak serat kolagen.
3. Folikel matang (folikel de graaf) ia menonjol ke permukaan ovarium.
d. Saluran reproduksi perempuan
Secara ultra struktur tuba uterina (fallopi) terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan
lapisan peritonium. Lapisan mukosa mempunyai epitel kolumnar tinggi bersilia dan sel
kelenjar. Lapisan otot terdiri dari:
1. Lapisan otot intriksik yang tebal mukosa
2. Berkas otot menyerupai pembuluh darah
3. Lapisan sub peritonial berupa serabut seperti kisi dan pita.
e. Uterus, dindingnya terdiri dari 3 lapis yaitu endometrium (mukosa), miometrium (dinding
otot), parametrium/peritonium. Endometrium di bagian dalam dilapisi epitel selapis
silindris bersilia.
f. Miometrium mempunyai 3 lapisan otot walaupun batasnya kurang jelas yaitu, lapisan sub
vaskular (serat otot tersusun memanjang), lapisan vaskular (lapisan otot tengah tebal)
seratnya tersusun melingkar dan serong dengan banyak pembuluh darah, lapisan lapisan
suprs vaskuler lapisan otot luar memanjang yang tipis tepat di bawah peritonium.
g. Vagina, dindingnya terdiri dari 3 lapis yaitu: lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan
adventisia. Lapisan mukosa memiliki lipatan mendatar dan diliputi epitel berlapis pipih
tanpa tanduk, selnya di penuhi glikogen. Di bawah epitel terdapat lamina propia yang
merupakan jaringan ikat padat dengan banyak serat elastin, leukosit, limfosit terkadang
nodulus limfatikus. Lapisan otot vagina terdiri atas berkas otot polos yang tersusun
berjalinan. Adventisianya berupa lapisan tipis jaringan ikat padat yang berbaur dengan
adventisia organ sekitarnya.
1. Struktur histologi sperma
Gonad yaitu testis
Diagram testis (Mannelijk, 2014)
Testis adalah gonad pria yang memiliki fungsi untuk menghasilkan sperma dan hormon
pada pria. Testis pada pria berjumlah sepasang, berbentuk oval, dan terletak di skrotum. Di dalam
testis terjadi proses pembuatan sel kelamin jantan dan hormon kelamin. Pada testis terdapat
pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus, saluran ini mempunyai bentuk berkelok-kelok
yang mengandung calon sperma pada bagian dindingnya. Diantara tubulus seminiferus terdapat
sel bernama sel interstitial atau sel leydig yang berfungsi menghasilkan hormon kelamin, misalnya
testosteron. Selain itu terdapat juga sel berukuran besar yang dinamakan sel sertoli. Sel sertoli
inilah yang akan menghasilkan hormon estrogen dan nutrisi sel sperma, serta merangsang
spermiasi.
Saluran reproduksi jantan
Saluran reproduksi jantan vertebrata berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa ke luar
tubuh. Saluran reproduksi jantan terdiri atas epididimis, vas deferens, duktus ejakulatoris, dan
uretra.
Epididimis

Diagram epididymis (Hillary, 2013


Epididimis merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai tempat pematangan
sperma. Selain itu, epididimis terbentuk oleh saluran berlekuk-lekuk yang tidak teratur dan juga
menjadi tempat penyimpanan sperma sementara sebelum dikeluarkan. Saluran yang
menghubungkan antara epididimis dan testis disebut duktus eferen testis. Epididimis memiliki
panjang 7 meter, epididimis melekat di bagian luar testis. Setiap epididimis terdiri dari saluran
kumparan rapat, tunggal terbungkus selubung fibrosa. Di dalam epididimis ini, sperma yang
dihasilkan di dalam testis akan ditampung untuk beberapa saat, kurang lebih selama 2 minggu dan
mengalami proses pematangan hingga sperma menjadi dewasa.
Vas deferens
Vas deferens merupakan suatu saluran untuk mengangkut sperma ke vesikula seminalis
(kantung sperma). Pada satu ujung, vas deferens menempel epididimis, sedangkan ujung lainnya
berada dalam kelenjar prostat. Arah vas deferens ini ke atas, kemudian melingkar. Vas deferens
menerima sekret berupa cairan nutrisi dari vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
cowpery. Epididimis dan vas deferens merupakan salah satu kantung cadangan yang menyimpan
sel sperma sementara waktu dan tempat pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Setelah dari
vas deferens, mani yang terbentuk akan dialirkan ke duktus ejakulatoris.

duktus ejakulatoris
Duktus ejakulatoris terdiri atas sepasang dan merupakan bagian dari vas deferens yang
berfungsi memancarkan semen ke uretra. Secara struktural, saluran ini amat pendek. Setelah
melewati saluran ejakulasi, sperma keluar tubuh melalui uretra.

Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun pada
sistem seksual. Pada pria, uretra berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran
pengeluaran air mani. Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra
pada pria dibagi menjadi empat bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya, yaitu:
1. Prostatica uretra, terletak di prostat. Pada bagian uretra ini terdapat pembukaan kecil, di mana
terletak muara vas deferens.
2. Membranosa uretra, panjang sekitar 1,5 cm dan di bagian lateral terdapat kelenjar
bulbouretralis.
3. Spongiosa/ cavernosa uretra, panjang sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.

Diagram uretra (John, 2016)


SIKLUS ESTRUS MENCIT
Akbar (2010) menyebutkan bahwa siklus estrus merupakan siklus reproduksi dari hewan
mamalia betina dewasa, pada primata dan manusia siklus ini disebut siklus menstruasi. Pada siklus
estrus dan menstruasi, ovulasi terjadi setelah endometrium mulai menebal dan dialiri banyak darah
karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Siklus estrus ini juga
merupakan cerminan dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara hipotalamus, hipofisis,
dan ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai perubahan baik pada organ reproduksi maupun
pada perubahan tingkah laku seksual. Mencit termasuk hewan poliestrus, artinya dalam periode
satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang.
Siklus estrus mencit berlangsung 4-5 hari. Meskipun pemilihan waktu siklus dapat
dipengaruhi oleh faktor- faktor eksteroseptif seperti cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan
sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat dikenali melalui pemeriksaan apus vagina. Apus vagina
merupakan cara yang sampai kini dianggap relatif paling mudah dan murah untuk mempelajari
kegiatan fungsional ovarium (Nadjamudin dkk, 2010). Melalui apus vagina dapat dipelajari
berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung mencerminkan
perubahan fungsional ovarium. Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus.
a. Proestrus
adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel ovarium tumbuh menjadi
folikel de graaf dibawah pengaruh FSH. Fase ini berlangsung 12 jam. Setiap folikel
mengalami pertumbuhan yang cepat selama 2-3 hari sebelum estrus. Sistem reproduksi
memulai persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium yang membuat
sekresi estrogen dalam darah semakin meningkat sehingga akan menimbulkan
perubahan-perubahan fisiologis dan saraf, disertai kelakuan birahi pada hewan-hewan
betina peliharaan. Perubahan fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel,
meningkatnya pertumbuhan endometrium, uteri dan serviks serta peningkatan
vaskularisasi dan keratinisasi epitel vagina pada beberapa spesies. Preparat apus vagina
pada fase proestrus ditandai akan tampak jumlah sel epitel berinti 13 dan sel darah putih
berkurang, digantikan dengan sel epitel bertanduk atau kornifikasi.
b. Estrus
adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk
berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf membesar dan
menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan kearah pematangan.
Pada fase ini pengaruh kadar estrogen meningkat sehingga aktivitas hewan menjadi
tinggi, telinganya selalu bergerak-gerak dan punggung lordosis. Ovulasi hanya terjadi
pada fase ini dan terjadi menjelang akhir siklus estrus. Pada preparat apus vagina
ditandai dengan menghilangnya leukosit dan epitel berinti, yang ada hanya epitel
bertanduk dengan bentuk tidak beraturan dan berukuran besar.
c. Metestrus
adalah periode segera sesudah estrus. Saat fase ini corpus
luteum tumbuh lebih cepat dari sel granulosa folikel yang telah pecah di bawah
pengaruh LH dan adenohypophysa. Metestrus sebagian besar berada di bawah
pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesteron menghambat
sekresi FSH oleh adenohypophysa sehingga menghambat pembentukan folikel de
graafyang lain dan mencegah terjadinya estrus. Selama metestrus uterus mengadakan
persiapan-persiapan seperlunya untuk menerima dan memberi makan pada embrio.
Menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena
pengendoran otot uterus. Fase ini berlangsung selama 21 jam. Pada preparat apus
vagina ciri yang tampak yaitu epitel berinti dan leukosit terlihat lagi dan jumlah epitel
menanduk makin lama makin sedikit.
d. Diestrus
adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternakternak dan mamalia. Fase
ini berlangsung selama 48 jam. Serviks menutup dan lendir vagina mulai kabur dan
lengket. Selaput mukosa vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode
ini corpus luteum memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vakualisasi
secara gradual. Endometrium dan kelenjar-kelenjarnya berubah keukuran semula.
Mulai terjadi perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali
ke proestrus. Pada preparat apus vagina dijumpai banyak sel darah putih dan epitel
berinti yang letaknya tersebar dan homogeny
Setiap fase umunya akan terlihat perubahan dengan ciri-ciri yang berbeda antara fase
proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Gambaran apus vagina akan menunjukkan setiap fase dari
siklus estrus pada mencit (Musmusculus L.).
Daftar pusaka :
Busman, H., 2013, Histologi Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Masa Subur Mencit Betina
Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki, Prosiding Semirata, FMIPA Universitas
Lampung, 08 April 2013.
Champbell., A.N., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G., 2004, Biologi edisi ke-5, Jilid 3, Erlangga,
Jakarta.
Megawati,D., Sutarno, Shanti L., 2005, Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus
Putih (Rattus norvegicus, L.) Setelah Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Secara Oral, J. B
i o S MART, 7(I) : 47-52.
Sadler, T. 1985. (Alih bahasa Susanto, 1988). Medical Embryology. William and Wilikins. Baltimore.
Adnan, Gassing.2010. Siklus Reproduksi.Biologi Fmipa UNM

Anda mungkin juga menyukai