Gametogenesis : adalah merupakan serangkaian proses perkembangan sel gamet ( Germ cell menjadi sel gamet dewasa yang terjadi di dalam organ gonad
Gemetogenesis ada 2 yaitu
1. Spermatogenesis adalah suatu proses yang terdiri atas tiga fase, yaitu: spermatositogenesis (mitosis), pembelahan meiosis, dan spermiogenesis, yaitu metamorfosis dari sel yang bentuknya speris menjadi spermatozoa yang bentuknya memanjang dan motil. Spermatogonia ini berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis, jumlah kromosomnya berkurang. Pada proses meiosis ini, spermatosit primer menjadi spermatosit sekunder dan kemudian menjadi spermatid, yang mengandung kromosom haploid. Spermatid mengalami pematangan menjadi spermatozoa muda, Spermatogenesis Terjadi di Tubulus Seminiferus, Testis merupakan organ reproduksi utama pada hewan jantan, testis mempunyai dua fungsi utama, yaitu menghasilkan spermatozoa dan hormone seks jantan (androgen). Testis tidak mengandung spermatozoa sejak lahir, seperti pada ovarium yang mengandung oosit sejak hewan dilahirkan. Spermatozoa pada testis dihasilkan melalui serangkaian proses pembelahan sel spermatogonia pada tubulus seminiferus menjadi spermatozoa. Parenkim testis terdiri atas tubulus seminiferus, yang diselingi oleh jaringan interstisial yang mengandung sel interstisial endokrin (sel Leydig), pembuluh darah, limfe, dan jaringan saraf. Sel interstisial endokrin menghasilkan hormon testosteron, progesteron, dan kemungkinan pula hormon estrogen. Bentuk sel Leydig tidak teratur dan polihedral dengan inti bulat di tengah dengan kandungan kromatin tersebar di luar membran inti. Sitoplasma banyak mengandung retikulum endoplasmik halus (sER). Mitokondria pada sitoplasma memiliki buluh-buluh krista yang berperan dalam sintesis hormon testosteron. Sel Leydig merupakan satu-satunya sel pada testis yang mempunyai reseptor untuk hormon Luteinizing hormone (LH). Sel Sertoli mempunyai fungsi menyediakan makanan untuk spermatozoa, perlindungan, dan menunjang sel spermatogonia. Sel Sertoli merupakan satu-satunya sel di dalam testis yang mempunyai reseptor untuk Follicle stimulating hormone (FSH). Pada hewan jantan, FSH merangsang pertumbuhan tubulus seminiferus. Pada masa perkembangan fetus, testis pada umur tertentu bergerak turun dari tempat asalnya yaitu dekat ginjal melewati saluran kanalis inguinalis masuk ke dalam skrotum. Jadi, letak testis tidak seperti ovarium, yang tetap tinggal pada rongga tubuh hewan betina. Pada semua mamalia, spermatogonia mengalami tahap pembelahan sel yang jumlah pembelahannya tergantung pada spesies hewan. Pada hewan mamalia, terjadi pembelahan mitosis sebanyak tiga sampai enam kali. Spermatogonia yang berada pada bagian membrana basalis mengalami pembelahan mitosis membentuk spermatogonia dengan bentuk yang berbeda satu dengan lainnya. Pembelahan meiosis pertama terjadi pada spermatosit primer dan menghasilkan spermatosit sekunder. Tahap meiosis pertama pada spermatosit primer disebut tahap pemasakan pertama. Spermatosit sekunder mengalami meiosis kedua dan menghasilkan spermatid yang bersifat haploid. Selanjutnya, spermatid ini berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Jadi, selama meiosis, dua pembelahan inti berlangsung secara beruntun. Pembelahan ini menghasilkan pengurangan jumlah kromosom dari diploid (2n) menjadi haploid (n). penting selama spermiogenesis adalah pembentukan suatu struktur bermembran mirip topi yang terdapat paa bagian anterior inti spermatozoa (akrosom), pemadatan, transformasi, pergeseran inti ke posisi eksentrik dalam sel, dan terbentuknya ekor yang mampu bergetar. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, spermatozoa terlihat memiliki dua bagian utama, yaitu kepala dan ekor. Pemeriksaan dengan mikroskop elektron menunjukkan bahwa bagian ekor dapat dibagi atas bagian leher (neck piece), badan (middle piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (end piece). Bentuk kepala spermatozoa ditentukan oleh bentuk inti. Kepala spermatozoa mengandung material kromatin yang sangat padat dan tercampur dengan protein yang disebut protamin. Kutub anterior kepala tertutup oleh tudung akrosom. Akrosom tersebut mengandung lipoprotein yang kompleks, termasuk di dalamnya enzim akrosin dan hyaluronidase. Enzim tersebut berperan dalam menghancurkan kumulus ooforus dan zona pellucida dari ovum pada proses fertilisa. Follicle Stimulating Hormone (FSH) berperan dalam mempertahankan fungsi testis, tetapi peran FSH pada spermatogenesis tidak begitu jelas. FSH tampaknya mempermudah tingkat terakhir pematangan spermatid. Akan tetapi, FSH dapat menimbulkan pengaruh ini melalui kerjanya pada sel Sertoli atau FSH merangsang spermatogenesis secara tidak langsung melalui pengaktifan sel Sertoli. Spermatogenesis memerlukan suhu yang jauh lebih rendah daripada suhu dalam tubuh. Spermatogenesis tidak dapat terjadi pada suhu badan yang normal. 2. Oogenesis Pertumbuhan ovum pada Ovarium, Ovarium tergolong kelenjar ganda, sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Organ ini dipandang sebagai kelenjar eksokrin karena menghasilkan sel kelamin betina (ovum) dan sebagai kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon reproduksi betina, terutama estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut berfungsi mempengaruhi pola awal perkembangan organ reproduksi, fisiologi, dan perilaku hewan betina. Ovarium mengandung banyak sekali populasi oosit pada hewan yang baru lahir. Namun, tidak semua oosit mempunyai potensi yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Karena itu, oosit yang tidak mampu tumbuh dan berkembang tersebut akan berumur pendek. Akibatnya, hanya sebagian kecil dari oosit yang terlepas dari ovarium pada saat ovulasi. Oosit hanya akan bisa bertumbuh dalam ovarium apabila dikelilingi oleh sel folikel. Proses ini terjadi mulai sebelum lahir, ketika sel telur menempatkan dirinya di sekeliling sel folikel. Struktur yang terbentuk ketika sel secara lengkap berkembang disebut dengan folikel primer. Dengan terbentuknya oosit primer, maka sel-sel yang mengitarinya membentuk sel-sel folikel yang berbentuk pipih selapis. Sel telur atau ovum dengan sel folikel yang mengitarinya membentuk folikel primordia. oosit primer dalam folikel memasuki pembelahan sel secara khusus yaitu pembelahan reduksi (meiosis) tahap pertama untuk menghasilkan oosit sekunder. Interaksi seluler oosit dengan rete ovarii dianggap penting untuk mengawali meiosis. Dalam pembelahan meiosis tahap pertama, pasangan kromosom terbentuk dan terjadi pencampuran materi genetik. Peristiwa ini diikuti oleh pemisahan pasangan kromosom serta dihasilkannya badan kutub (polar body) pertama. Folikel primer terdiri atas oosit primer, yang dikelilingi oleh epitel pipih atau kubis selapis. Folikel primer paling muda dikelilingi oleh epitel pipih selapis. Folikel primer ini terdapat tepat di bawah tunika albugenia, yaitu lapis yang langsung berada di bawah epitel permukaan, dan terbagi-bagi dalam kelompok kecil. Folikel primer tersebut selanjutnya menjadi folikel sekunder (folikel tumbuh). Lapis vaskular yang terdiri atas sel berbentuk kincir, disebut sel-sel theka, mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder. Pembentukan antrum itu menandai tercapainya stadium folikel tersier atau folikel Graaf. folikel tersier merupakan struktur besar berisi cairan yang membengkak ke luar permukaan ovarium. Pada folikel tersier yang besar, bentuk sel yang mengitari oosit menjadi silinder dengan susunan radial dikenal dengan korona radiata. Pada folikel tersier, sel granulosa membentuk lapisan folikel parietal yang disebut dengan stratum granulosum. Stratum granulosum yang mengelilingi antrum pada bagian tertentu yang tertata pada membrana basalis disebut cumulus ooforus. Stratum granulosum dikitari oleh lapis theka folikel. Pada folikel tersier, theka folikel tersebut berdiferensiasi menjadi dua lapis, yakni theka interna dengan banyak pembuluh dan theka eksterna di sebelah luar sebagai penunjang. Sel theka interna berperan dalam produksi estrogen, sedangkan sel granulosa pada korpus luteum berperan menghasilkan hormon progesterone Folikel atretik, Sebagian besar folikel tidak berhasil berkembang sampai ke stadium ovulasi dan menyusut ukuran dan strukturnya selama dalam perkembangannya. Ketidakberhasilan folikel berkembang disebabkan karena tidak lengkapnya pendewasaan dan umur folikel yang pendek. Korpus luteum, Pada umumnya, korpus luteum berwarna kuning. Namun, korpus luteum pada anjing berwarna merah muda cerah (bright salmon pink) dan konsistensinya padat. Korpus luteum tersebut bertindak sebagai penghasil progesteron. Korpus luteum bertahan di dalam ovarium sampai akhir kebuntingan. Setelah kelahiran anak, korpus luteum akan mengalami degenerasi. Bekas tempat korpus luteum tersebut berubah menjadi jaringan parut berwarna coklat kepucatan-pucatan. Struktur itu disebut korpus albikan. Korpus albikan tersebut tidak mempunyai peran dalam proses reproduksi. Macam telur Berdasarkan Jumlah Kuning telur Jumlah kuning telur sebagai penyedia makanan pada telur sangat bervariasi pada jenis binatang dan juga penyebarannya. Berdasarkan jumlah kuning telur (vitelin), telur dibagi menjadi 3 macam yaitu: - Microlecithal atau oligolecithal. - Mesolecitha - Megalecithal atau macrolecithal atau polylecithal Macam telur Berdasarkan Penyebaran Kuning telur Berdasarkan distribusi atau penyebaran kuning telur dalam telur maka telur dapat dibagai menjadi 3 macam yaitu : - Homolecithal atau isolecithal - Telolecithal - Centrolecithal