Anda di halaman 1dari 31

TENTIRAN PRAKTIKUM BIOLOGI 1 DAN 2 Modul Tumbuh Kembang 2010

SEKSI PENDIDIKAN 2009 Ade Ilyas Mukmin Anggi Puspita Nalia Pohan Karina Kalani Firdaus Monika Besti Yolanda Oktrian Zahra Suhardi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

BIOLOGI 1

1.

MITOSIS Mitosis adalah pembelahan sel yang hanya berlangsung di inti sel untuk menghasilkan dua anak sel yang secara genetis identik dengan sel induk. Pada mitosis setiap anggota kromosom bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Pembelahan inti tersebut umunya diikuti oleh pembelahan sitoplasma (sitokinesis).

Mitosis terbagi menjadi 4 fase, yaitu: Profase: Profase diawali dengan replikasi sentriol dan pasangan sentriol akan bermigrasi ke arah yang berlawanan dengan sisi nucleus. Benang kromosom memendek dan menebal dan tiap kromosom terdiri dari 2 kromatid. Di fase ini umumnya inti menghilang dan membran inti mengalami disintegrasi.

Metafase: Pada fase ini, semua kromosom tersusun di bidang ekuator dan akan tampak jelas strukturnya yang masing-masing terdiri dari 2 kromatid. Profase Masing-masing kromosom diikat oleh mikrotubulus yang berjalan dari sentromer ke arah sentriol membentuk gelendong mitotik.

Anafase: Kromatid yang disebut sebagai anak kromosom tersusun menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok akan ditarik sentromer ke arah kutub yang berlawanan.

Telofase:

Pada telofase tiap kromosom menjadi lebih panjang dan menipis (memanjang dan mengurai), membrane inti nampak kembali, terjadi pembelahan sitoplasma yang membagi badan sel menjadi dua sel anak, dan masing-masing memasuki stadium interfase.

Pada fase akhir mitosis terlihat suatu pengkerutan alur cleavage ( cleavage furrow) pada permukaan sitoplasma. Lama-lama, si cleavage furrow nya ini akan makin dalam dan akhirnya membagi membran plasma sel menjadi 2 bagian sel anak. Cleavage furrow ada pada sel yang sedang melakukan sitokinesis. Interfase

Fase ini merupakan fase antarmitosis. Pada interfase materi kromatin nampak granuler, panjang tiap kromosom mencapai ukuran maksimum. Selanjutnya di fase ini juga terjadi duplikasi organel-organel sel, duplikasi kromosom, dan terjadi sintesis protein.

Interfase

2.

SPERMATOGENESIS Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa dewasa secara terus menerus dalam tubulus seminifirus, melalui beberapa tingkat perkembangan
1 2 3 4

spermatozoa. Di dalam tubulus seminifirus terdapat sel-sel spermatogenik pada berbagai tingkat perkembangan. Dalam mempelajari proses spermatogenesis ini preparat yang dipakai adalah gonad jantan tikus. Spermatogenesis tikus dapat itu bisa dibilang sama dengan spermatogenesis manusia. Spermatogenesis berlangsung di tubulus vseminifirus yang dimulai dari tepi dan akan berakhir di lumennya yang berada di tengah tubulus. (Kalo untuk proses lengkapnya si spermatogenesis ini bisa dibaca di tentir sumatif 1 yaa ) Tubulus seminifirus mengandung beberapa sel spermatogonia sepanjang membran basalis; beberapa lapis sel spermatosit; beberapa kelompok sel spermatid, dan spermatozoa yang umumnya berada di sekitar lumen tubulus.

Dalam proses ini dibantu dengan adanya sel Sertoli dan sel Leydig. Sel Sertoli merupakan sel somatic dalam tubulus seminifirus yang berfungsi sbg penyokong atau sel nutrisi seminifirus, letaknya ada di membran basal, intinya besar dan menyerupai segitiga. Sedangkan sel Leydig terdapat pada jaringan intertubular (jadi dia adanya di antara tubulus-tubulus), bentuknya polygonal atau bulat, erat hubungannya dengan pembuluh jaringan tersebut.
Tubulus 1. 2. 3. Seminifirus Spermatogonia Membran basalis Spermatosit primer 4. Spermatozoa

darah inter

pada tubuler

3.

OOGENESIS

1. Tujuan Memahami pembentukan gamet pada gonad betina.

2. Landasan teori Oogenesis adalah proses diferensiasi oogonia menjadi oosit yang matang. Maturasi oosit sudah terjadi sejak sebelum bayi lahir. PGC akan berdiferensiasi menjadi oogonia ketika tiba di gonad wanita. Sel-sel tersebut akan bermitosis dan pada akhir bulan ketiga, mereka akan tersusun berkelompok-kelompok dikelilingi oleh selapis lapisan epitel pipih, sel folikuler.

Mayoritas oogonia melanjutkan mitosis, tetapi beberapa menahan pembelahan pada profase meiosis I dan membentuk oosit primer. Pada akhir bulan kelima, setelah oogonia di rahim mencapai 7 juta sel, dimulailah proses degenerasi oogonia menjadi atretik. Hanya beberapa oogonia di dekat permukaan yang tidak berdegenerasi. Sebelum waktu kelahiran, seluruh oosit primer memulai profase meiosis I dan bertahan pada tahan diploten. Oosit primer ini akan tetap bertahan pada profase I hingga mencapai masa pubertas. Penahanan ini dibantu oleh OMI (oocyte maturation inhibition), senyawa peptida yang disekresikan oleh sel folikuler. Tahapan perkembangan ovum dipengaruhi oleh hormon. Sekali lagi, hormon yang berperan adalah FSH dan LH. FSH maupun LH akan menyebabkan sekresi estrogen. Estrogen ini akan membantu perkembangan folikel. Folikel itu kumpulan sel yang mengelilingi oosit. Semakin banyak FSH yang dikeluarkan, semakin terstimulasi folikel berkembang. Dari selapis sel (folikel primer), dua lapis (sekunder), tiga lebih (tersier) dan membentuk cairan dalam rongga yang disebut antrum. Hasil akhirnya adalah Ketika oosit primer tumbuh, sel folikuler yang tadinya pipih berubah menjadi kuboid dan berproliferasi untuk menghasilkan lapisan sel granulosa yang bertingkat, dinamakan folikel primer. Sel granulosa terletak di membran basal, memisahkan mereka dari jaringan ikat ovarian dan membentuk theca folliculi. Selain itu sel granulosa bersama oosit mensekresikan selapis glikoprotein pada permukaan oosit membentuk zona pelusida. Theca folliculi kemudian berkembang membentuk dua lapisan; theca interna (lapisan dalam sel sekretori) dan theca externa (lapisan kapsul berfibrosa pada bagian luar). Pada perkembangan selanjutnya, terbentuk ruangan yang berisi cairan diantara sel-sel granulosa (antrum), sementara folikel tersebut menjadi folikel sekunder. Ia dikelilingi oleh theca interna yang terdiri dari sel-sel yang mirip dengan sel pensekresi steroid, pembuluh darah; dan theca externa yang perlahan-lahan bersatu dengan jaringan ikat ovarian. Umumnya pada setiap siklus ovarian hanya ada satu folikel yang matang sementra yang lainnya berdegenerasi. Saat folikel sekunder matang, LH (luteinizing hormone) menginduksi fase pertumbuhan preovulasi. Meiosis I sudah selesai, menghasilkan dua sel anak yang

tidak sama besar. Sel satu, oosit sekunder, menerima sebagian besar sitoplasma, sementara sel lainnya, badan polar pertama, hampir tidak mendapatkan sitoplasma. Badan polar pertama terletak antara zona pelusida dan membran sel oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel tersebut kemudian memasuk meiosis II namun tertahan pada fase matafase tiga jam sebelum ovulasi. Meiosis II hanya dapat terselesaikan jika oosit dibuahi, jika tidak sel akan berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi. Sementara itu, badan polar pertama akan menjalani pembelahan yang kedua. Akibat dari FSH akan menyebabkan peningkatan estrogen (timbul perubahan seks sekunder). Estrogen juga akan menyebabkan LH disekresikan. Fungsi LH adalah melakukan ovulasi (pelepasan ovum). Selain itu, juga akan membentuk korpus luteum yang akan mensekresikan progesterone. Fungsi progesterone adalah mempersiapkan rahim untuk kehamilan.

3. Hasil pengamatan Epitel germinal (lapisan paling luar dari ovarium) Ovarium bagian medula dan korteks Tunika albuginea Folikel primer (masih satu lapis)

Folikel sekunder ( dua lapis) Folikel tersier (Tiga atau lebih, terdapat antrum) Folikel de Graaf Antrum (cairan dalam rongga) Korpus hemoragikum Korpus luteum Korpus alibkans (pada tikus tidak terbentuk)

4.

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN ZIGOT Nah, di bagian ketiga ini sediaan yang dipakai berasal dari telur starfish. Telur starfish ini juga memiliki membrane vitelina. Membran vitelina adalah struktur yang membatasi permukaan luar membran plasma dari ovum strukturnya terdiri dari serat protein, dengan reseptor protein untuk berikatan dengan sperma, reseptor ini spesifik untuk tiap spesies agar mencegah fertilisasi antarspesies yang berbeda. Pada mamalia, disebut juga zona pellucida. Perlekatan membran ini dengan sel telur sangat erat sehingga sulit untuk dilihat. Setelah terjadi fertilisasi barulah membran tersebut akan terpisah dan bernama membrane fertilisasi. Di antara kedua membrane itu ada rongga yang disebut rongga perivitelina.

Telur yang tidak dibuahi memiliki sebuah nucleus yang besar (pre-maturation nucleus) yang dinamakan vesikel germinal yang mengandung nucleolus, dan membrane vitelina sulit dilihat. Telur starfish yang telah mengalami fertilisasi sering tidak memperlihatkan inti yang jelas, bukan karena komponen intinya hilang, tetapi karena telur yang sedang dibuahi sedang menyelesaikan proses maturasi dan sulit diwarnai sehingga intinya tidak terlihat. Polar body dapat dilihat di antara membrane vitelina/membrane fertilisasi dengan telur. Terlihat tanpa inti.

Proses Cleavage telur Starfish

Blastulasi pada Starfish

Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Berdasarkan perkembangan blastosul maka blastula dapat dibedakan menjadi blastula awal (early blastula) dan blastula akhir (late blastula). Blastula awal bentuknya bulat berongga (blastosul) yang mengandung cairan. Pada blastula awal, lapisan sel di kutub animal (animal pole) dan kutub vegetal (vegetal pole) memiliki ketebalan yang sama, jadi dapat dikatakan belum terlihat perbedaan kutubnya. Pada blastula akhir lapisan sel di kutub vegetal relative lebih tebal dibandingkan dengan kutub animal. Kutub animal berisi sel-sel yang membelah secara cepat dan lebih aktif jika dibandingkan dengan kutub vegetal. Kutub animal kelak akan membentuk ektoderm dan endoderm.

Early blastula

Gastrulasi pada Starfish Setelah blastulasi selesai maka akan dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Awal perkembangan gastrula ditandai dengan perubahan bentuk blastula akhir dari bulat menjadi pipih/mendatar pada bagian kutub vegetal yang kelak bagian ini akan menjadi bagian posterior embrio. Gastrulasi dimulai dengan adanya proses invaginasi pada daerah kutub vegetal masuk ke dalam blastosul (arah kutub animal) membentuk sebuah rongga baru. Rongga ini terdiri dari arkhenteron dan gastrosul (usus primitive). Batas luar arkhenteron dinamakan blastopor. Jika dilihat berdasarkan perkembangan akhenteron maka perkembangan gastrula dapat dibedakan menjadi:

Gastrula awal (early gastrula)

Gastrula pertengahan (mid gastrula)

Gastrula akhir (late gastrula)


Late gastrula Archenteron

Gastrocoel

Pada sisi lateral gastrula akhir, di dalam blastosul terdapat sel-sel seperti bintang yang berasal dari massa invaginasi, dinamakan sel-sel mesenkim, yang kelak menjadi lapisan mesoderm. Bagian paling anterior arkhenteron menggelembung membentuk suatu tonjolan keluar yang dinamakan divertikulum, yang merupakan kantung (vesikel). Seluruh proses gastrulasi = INVAGINASI.

Gambar tambahan gastrula:

Sebenernya pas liat sediaan ini agak bingung, tapi kayaknya ini mid gastrula. Hehe.

BIOLOGI 2

ORGANOGENESIS Dalam perkembangannya, lapisan embrional dibentuk sebagai hasil dari proses gastrulasi dan akan berdiferensiasi menjadi jaringan-jaringan spesifik pada proses organogenesis. Oraganogenesis atau embryogenesis adalah proses berkembangnya zigot sampai terbentuknya organ primordial. Pada manusia organogenesis berlangsung sampai usia 8 minggu kehamilan. Pembentukan organ primordial dapat dibedakan berdasarkan asal lapisan embrional yang membentuknya, yaitu berasal dari ectoderm, endoderm, dan mesoderm. 1. Pembentukan organ asal ectoderm Organ asal ectoderm yang dipelajari adalah sistem saraf, epidermis kulit dan organ sensoris seperti mata, hidung, telinga, dan mulut. 2. Pembentukan organ asal mesoderm

Mesoderm dibedakan menjadi mesoderm dorsal (somit) yang akan berkembang menjadi sistem musculoskeletal dan dermis kulit, mesoderm intermediate yang akan berkembang menjadi sistem urogenital dan mesoderm splanknik yang akan berkembang menjadi sistem kardiovaskular. 3. Pembentukan organ asal entoderm Lapisan ini adalah lapisan endoderm dan akan berdiferensiasi menjadi organ pencernaan dan pernapasan.

Pembentukan Membran Ekstra Embrional Membran ekstra embrional merupakan organ sementara yang menunjang perkembangan embrio. Yang merupakan membrane ekstraembrional adalah alantois, plasenta, yolk sac, dan amnion.

Latihan 8 : Mempelajari proses organogenesis pada embrio ayam Sediaan berasal dari embrio ayam irisan melintang usia 36 jam dan 48 jam

EKTODERM

Embrio manusia akan membentuk primitive streak dan primitive node di hari ke-16. Ektoderm, mesoderm dan endoderm dapat terlihat pada sediaan embrio ayam
potongan melintang.

Derivat-derivat ektoderm: Sistemsaraf pusat-perifer, epitel sensorik, epidermis,


kelenjar subkutaneus, kelenjar pituitary dan enamel gigi.
MESODERM

Komponen dari mesoderm dan derivat-derivatnya:


Mesoderm paraksialsomit Mesoderm parietal (somatik) dermis pada tubuh dan ekstremitas, tulang dan jaringan ikat pada ekstremitas dan sternum. Mesoderm viseral (splanknik) sebagian dari dinding gut tube dan epimiokardium. Mesoderm intermedietstruktururogenital: ginjal, gonad dan duktusduktusnya (kecuali kandung kemih). Somit akan berdeferensiasi menjadi cakram dermomiotom (dermis kulit dan otot) dan sklerotom (tulangrangka). Mesoderm splanknik juga akan berkembang dan membentuk epimiokardium. ENDODERM

Notokor d

Open Mid-Gut

Somatopleur a Somatopleur a

Derivat-derivat dari endoderm: traktus gastrointestinal atau gut tube, tunas paru dan
kandung kemih.

Pembagian gut tube adalah foregut, midgut dan hindgut.


Foregut Faring hingga tunas liver. Midguttunas liver hingga 2/3 kolon transversal.

Hindgut 1/3 kolon transversal hingga membrane kloakal.

Tunas paru akan terbentuk dari dinding foregut pada minggu ke-4.

Latihan 9 : Mempelajari proses organogenesis pada embrio babi Pada embrio babi 10 mm, lapisan mesoderm telah berkembang menjadi ventrikel, atrium, mesonefros, genital ridge, duktus mesonefrik, ureter, dan sinus urogenital. Sementara itu, entoderm telah berkembang menjadi esophagus, trakea, paru, lambung, pankreas, duodenum, hepar, duktus hepatikus, kantung empedu, usus halus, sekum, usus besar, dan rectum. Pada sediaan irisan sagital embrio tersebut juga dapat terlihat adanya membran ekstra embrional (yolk sac dan alantois).

Oropharing Tongue

Esophagus Trakea

Pada sediaan tersebut dapat jelas terlihat adanya lidah dan rongga orofaring. Selain itu, juga dapat dilihat adanya esophagus dan trakea yang berasal dari lapisan entoderm.

Bulbus cordis Spinal Cord

Atrium Ventricle

Liver

Bronkus Septum transversum

Stomach

Pada sediaan yang sama, dapat terlihat jantung yang berasal dari lapisan mesoderm. Jantung tersebut terdiri dari atrium dan ventrikel yang di dalamnya terdapat trabekula-trabekula. Pada embrio tersebut, dapat terlihat juga adanya bulbus cordis. Bulbus cordis merupakan saluran yang langsung berhubungan dengan ventrikel. Jadi, pada awal pembentukannya, jantung terdiri dari tiga ruangan. Bagian paling proksimal adalah atrium, kemudian langsung terhubung dengan ventrikel, dan ventrikel tersebut langsung terhubung dengan bulbus cordis. Pada perkembangan selanjutnya, bulbus cordis akan mengalami perkembangan menjadi tiga bagian. Bagian pertama (paling proksimal), yang paling dekat dengan ventrikel, akan membentuk trabekula-trabekula pada ventrikel kanan. Bagian kedua, yang disebut conus cordis, akan membentuk saluran keluar kedua ventrikel. Bagian paling distal (bagian terakhir), yang disebut truncus arteriosus, akan membentuk akar (bagian proksimal) dari aorta dan arteri pulmonary.

Di bagian dorsal, spinal cord sudah mulai terbentuk. Di belakang jantung dapat ditemukan adanya struktur bulat berlumen yang merupakan bronkus. Biasanya pada irisan sagital embrio babi 10 mm dapat ditemukan adanya paru, tetapi sediaan ini dipotong di bagian yang lebih medial, sehingga yang terpotong bukanlah paru melainkan bronkus. Selain itu, juga dapat ditemukan adanya liver yang sel-selnya berbentuk polygonal dan berwarna lebih tajam. Di antara liver dan jantung terdapat suatu sekat pemisah yang disebut septum transversum. Septum ini akan berkembang menjadi sentrum tendinium yang merupakan bagian dari diafragma. Tepat di bawah liver dapat terlihat adanya duktus hepatikus, dan di bagian belakangya dapat ditemukan adanya dorsal pankreas.

Yolk sac Ventricle

Liver

Small intestine

Hepatic ducts dan gall blader

Tidak jauh di bawah liver, dapat terlihat adanya suatu struktur memanjang yang merupakan usus halus. Usus halus merupakan salah satu hasil perkembangan dari lapisan entoderm. Akan tetapi, usus halus tersebut belum dapat berfungsi sebagaimana mestinya, karena embrio masih menggunakan sumber makanan yang berasal dari membran ekstra embrionik yang disebut yolk sac. Di bagian paling bawah, sistem urogenital telah mulai terbentuk. Pada sediaan ini dapat terlihat adanya rectum yang berasal dari lapisan entoderm, dan sinus urogenital yang berasal dari lapisan mesoderm.

Sinus urogenitalis L. mesonephros Rectum

L. genital ridge

Descending aorta

Anda mungkin juga menyukai