Anda di halaman 1dari 16

SPERMATOGENESIS, OOGENESIS, DAN SIKLUS REPRODUKSI

MAKALAH ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Perkembangan Hewan 2


yang Dibina OlehDr. Umie Lestari, M.Si &Ajeng Dhaniarsih, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :
1. Atika Erviana (180341617560)
2. Bella Sukma Wardhani (180341617591)
3. Dila Novita Sari (180341617529)
4. Wildan Sholihan Amien (180341617503)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
AGUSTUS 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap hewan ataupun manusia di dalam tubuhnya pasti terdiri atas
dua jenis sel, yaitu sel somatik dan sel gamet. Sel somatik berfungsi
sebagai sel tubuh. Sedangkan sel gamet berfungsi sebagai sel kelamin. Sel
kelamin (gamet) dihasilkan oleh organ reproduksi yang mengalami proses
gametogenesis. Gametogenesis merupaka proses terpenting dalam proses
pembentukan indvidu baru karena pada proses ini merupakan awal dari
terbentuknya sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjabaran latar belakang tesebut, didapatkan beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan gametogenesis dan apa saja proses
yang terjadi di dalamnya?
2. Bagaimana proses terjadinya spematogensis dan apakah hasilnya?
3. Bagaimana proses terjadinya oogenesis dan apakah hasilnya?
4. Apakah siklus menstruasi termasuk ke dalam siklus reproduksi?
5. Bagaimana menstruasi dapat terjadi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian gametogenesis dan apa saja proses yang terjadi.
2. Mengetahui dan memahami proses terjadinya spematogenesis sebagai
proses terbentuknya sel kelamin jantan atau sperma.
3. Mengetahui dan memahami proses terjadinya oogenesis sebagai proses
terbentuknya sel kelamin betina atau ovum.
4. Mengetahui secara mendetail terkait dengan siklus menstruasi.
BAB II
ISI
1. Gametogenesis
1.1 Pengertian Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin.
Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis
dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis
proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu
pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi
kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi
proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis,
sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2
anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel
kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia.
Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n)
yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom
pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis terbagi menjadi dua, yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

1.2 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa yang
terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus
seminiferus. Sel sperma sifatnya haploid (n) dibentuk di dalam testis
melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel.
1.3 Proses Spermatogenesis
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali
yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan
struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli
dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang
bersifat diploid, berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara
mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih
bersifat diploid Spermatosit primer mengandung kromosom diploid
(2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan
menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma
makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan
spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat
buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II
ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih
berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan
dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa
yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk
seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang
menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
1.4 Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon perangsang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon /
LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal
pada spermatogenesis.

1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Spermatogenesis


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa
terjadi kemandulan:
1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau
akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya
jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan
jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma
yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu
tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di
dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian
obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas
deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak
terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering
ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises
(pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan
sperma.

Gambar 1. Proses Terjadinya Spermatogenesis dan Oogenesis


Sumber : https://hisham.id/2015/04/perbedaan-spermatogenesis-dan-
oogenesis.html

1.6 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam
ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang
disebut oogonium. Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di
dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan
ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai
dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia
membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan
fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi
hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga
bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2
juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas.
Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil
pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut
oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub
primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan
mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan
membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid
dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan
kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang
berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan
kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi
ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi
(hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis
hanya menghasilkan satu ovum.

2.6 Proses Oogenesis


1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm
embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium
germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam
kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium)
dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi
nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel
primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex
ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah
folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri
dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai
pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan
proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya
terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n).
Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis
kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain
disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin
membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf
mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit
atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua
set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap
lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma,
sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar
pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri
dan secara normal akan mengalami degenerasi.Pembelahan meiosis
pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit
sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan
bahan genetiknya.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala
spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah
membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu
badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum
masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan
polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak
yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan
embrional.
1.7 Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Oogenesis
Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi.
Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing
hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle
stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH
menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi
hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa
pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH
merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen,
memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi
susu.Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus
hipofisis ovarium.
Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Ovarium mengandung
banyak sel induk telur (oogonium)yang bersifat diploid (2n). Oogonium
tersebut akan membelah secara mitosis menjadi oosit primer. Oosit
primer akan membelah secara meiosis menjadi satu oosit sekunder dan
satu badan polar primer. Kemudian, oosit sekunder membelah secara
meiosis menjadi satu ootid dan satu badan polar sekunder. Ootid akan
mengalami pematangan menjadi sel telur (ovum), sedangkan badan polar
sekunder akan luruh (degenerasi). Sel telur yang telah matang akan
dilepaskan oleh ovarium. Pelepasan sel telur oleh ovarium disebut
ovulasi.
Di dalam ovarium terdapat banyak folikel yang merupakan
pelindung dan pemberi nutrisi bagi sel telur yang sedang dibentuk. Pada
proses ovulasi, folikel akan mengeluarkan sel telur. Folikel yang telah
mengeluarkan sel telurnya disebut korpus luteum. Korpus luteum
menyekresikan hormon estrogen dan progesteron.
Proses oogenesis itu dimana ovum terbentuk dan berkembang. Ini
terjadi dalam dua tahap, pertama yaitu tahap multiplikasi, yaitu tahap
Oogania berproliferasi dari germ sel (primordia) menghasilkan beberapa
generasi sel yang identik. Oogonia memasuki profase pada pembelahan
meiosis I setelah menjadi oosit primer. Oosit primer berhenti pada
profase sampai dewasa kelamin terjadi. Pembelahan meiosis I
menyebabkan terjadinya perubahan oosit primer ke oosit sekunder. Pada
umumnya terjadi sebelum ovulasi, kecuali pada kuda dan anjing
pembentukan oosit sekunder terjadi pasca ovulasi.
Dan tahap ke 2 ovulasi, yaitu tahap terlepasnya sel ovum dari
ovarium sebagai akibat pecahnya folikel yang telah masak. Waktu yang
dibutuhkan oleh seluruh proses ovulasi tergantung pada lokasi sel telur
dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat apabila sel telur berada di
dasar folikel dan akan lama apabila sel telur berada dekat pada stigma
yang menonjol dipermukaan ovarium.

2. SPERMA
2.1 STUKTUR SPERMA MATANG
Struktur sperma matang terdiri dari:
1. Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma
dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh
bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom (memiliki
enzim hydrolytic yang terdiri dariacrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi) dan bagian belakang dinamakan sentriol.
Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin
dalam masalah reproduksi.
2. Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung
sentriol depan dan bagian depan filament poros.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros
mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering
disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena
mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat
dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan
energi dalam bentuk ATP.
4. Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung.
Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi
sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian
tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan
dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril
ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.

Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah


matang : Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis
(suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak testis menuju
ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai
saat terjadinya ejakulasi. Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang /
mature sehingga siap bergerak ke vas deferens.Dari epididimis, sperma
bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus
ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis , kelenjar
prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma
dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra
dan dikeluarkan ketika ejakulasi.

Gambar 2. Struktur Sperma


Sumber : https://www.123rf.com/photo_80631817_stock-vector-sperm-cell-of-
human-body-anatomical-diagram-with-all-parts-including-head-middle-piece-
and-tail-neck.html
3. Siklus Reproduksi
3.1 Siklus Menstruasi
Menstruasi terjadi dengan ditandai keluarnya darah dari vagina
akibat dari meluruhnya lapisan dinding rahim. Menstruasi merupakan
perdarahan dari uterus yang terjadi secara periodik dan siklik. Hal ini
disebabkan karena pelepasan (deskuamasi) endometrium akibat hormon
ovarium (estrogen dan progesteron) mengalami penurunan terutama
progesteron, pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi. Meskipun menstruasi merupakan proses alamiah yang
dialami oleh perempuan, hal ini menjadi masalah utama dalam masyarakat
jika terjadi gangguan menstruasi (Kusmiran, 2014).
Menurut Parveen (2013) dalam perkembangan seorang remaja
terdapat salah satunya perubahan biologis yang menandakan bahwa sudah
mulai matangnya seluruh organ reproduksi yang ditandai dengan adanya
menstruasi. Menstruasi merupakan suatu hal pentingyang bersifat
fisiologis yang dialami oleh setiap wanita remaja dengan rentan usia 12 –
13 tahun yang menandakan bahwa telah terjadi kematangan organ
reproduksi yang memiliki peran penting untuk kesejahteraan fisik maupun
psikologis dalam kesehatan reproduksi yang dimilikinya.
Menstruasi diawali dengan menarche yang menandakan bahwa
sudah berfungsinya sistem reproduksi seorang wanita. Pada umumnya
menstruasi normal akan berlangsung setiap 21 - 32 hari selama lebih
kurang 5 - 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1- 2 hari
dFiikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah
yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke2 atau ke-3 dengan jumlah
pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah (Karout, 2012).
Perubahan siklus menstruasi merupakan suatu keadaan siklus
menstruasi yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari
siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat
berkisar kurang dari batas normal sekitar 21– 32 hari (Karout, 2012).
Menurut Karout (2012), perubahan siklus menstruasi terbagi menjadi tiga,
yaitu siklus pendek yang disebut dengan polimenorea, siklus panjang yang
disebut dengan oligomenorea, dan siklus yang tidak datang dalam tiga
bulan berturut – turut atau yang disebut dengan amenorea.
Perubahan siklus menstruasi merupakan masalah yang cukup
sering ditemukan dengan prevalensi 75% pada remaja akhir. Perubahan
siklus menstruasi merupakan indikator penting untuk menunjukkan adanya
gangguan sistem reproduksi yang nantinya dapat dikaitkan dengan
peningkatan resiko berbagai penyakit dalam sistem reproduksi,
diantaranya kanker rahim, dan infertilitas.

Gambar 2. Siklus Menstrasi


Sumber : https://viosfertility.com/blog/the-menstrual-cycle/

Siklus menstruasi terjadi dalam kurun waktu 28 hari, atau apabila terjadi
dalam waktu 23-35 hari masih berada pada batas normal. Siklus
menstruasi terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase I menstruasi, fase II pra-
ovulasi dan ovulasi, dan fase III pra-menstruasi. Ketiga fase tersebut saling
berkesinambungan satu sama lain karena adanya hormon-hormon yang
berpengaruh di dalamnya.

3.2 Fase Menstruasi


1. Fase I : Menstruasi
Pada fase ini, biasanya terjadi dalam kurun waktu 3-7 hari. Lapisan
dinding rahim akan meluruh menjadi darah menstruasi yang kemudian
keluar melalui vagina akibat tidak dibuahinya ovum. Pada masa ini,
darah akan banyak keluar pada hari ke 1-3 dan pada umumnya, wanita
akan mengalami nyeri pada bagian panggul, kaki, dan pinggang.
Beberapa wanita juga mengalami nyeri pada perut sebagai efek dari
kontraksi dinding rahim karena adanya peningkatan hormon
prostaglandin yang berperan untuk membantu mendorong lapisan
dinding rahim yang meluruh. Pada fase menstruasi, hormon esterogen
dan progesteron berada di titik terendahnya, sedangkan hormon LH dan
FSH meningkat untuk merangkasang pertumbuhan folikel. Folikel yang
dihasilkan sekitar 5-20 folikel, namun hanya 1 yang yang dapat terus
berkembang dan menghasilkan eseterogen.
2. Fase II : Pra-Ovulasi dan Ovulasi
Ketika memasuki hari ke-8, lapisan dinding rahim yang sempat
luruh akan mulai menebal kembali. Lapisan dinding rahim tersebut
cukup tipis, sehingga sperma dapat melewati lapisan ini dengan mudah
dan bisa bertahan kurang lebih selama 3-5 hari. Proses penebalan rahim
ini dipicu oleh peningkatan hormon. Pada masa inilah wanita
mengalami masa suburnya.
3. Fase III : Pra-Menstruasi
Masa ini, dinding rahim semakin menebal karena folikel pecah dan
mengeluarkan sel telur, membentuk korpus luteum. Korpus luteum
kemudian memproduksi progesteron yang membuat lapisan dinding
rahim makin tebal. Apabila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum
akan mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi progesteron.
Oleh karena itu, kadar progesteron dan estrogen akan menurun, lapisan
dinding rahim juga akan meluruh dan menjadi darah menstruasi.

KESIMPULAN

1. Gametogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin jantan dan betina


dengan sel jantan dihasilkan di testis dan sel betina dihasilkan di ovarium.
Proses yang termasuk ke dalam gametogenesis adalah spermatogenesis
dan oogenesis.
2. Spermatogenesis merupakan proses gametogenesis yang menghasilkan
serma. Diawali dengan proses mitosis kemudian meiosis untuk sampai
menghasilkan sperma.
3. Oogenesis merupakan proses gametogenesis untuk menghasilkan sel telur
atau ovum. Proses yang dialami hampir sama dengan spermatogenesis,
hanya saja pada oogenesis hanya menghasilkan 1 ovum sedangkan
spermatogenesis menghasilkan 4 sperma.
4. Ssiklus menstruasi merupakan siklus yang terjadi dalam proses reproduksi
khususnya gametogenesis. Hal tersebut dikarenakan pada masa menstruasi
tersjadi proses pembentukan folikel yang menghasilkan sel telur.
DAFTAR RUJUKAN

Lathifah, A. 2018. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI SEMESTER II
DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan
Sari, C, F, P. 2018. GAMBARAN LAMA MENSTRUASI PADA REMAJA. Skripsi
tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Sukamada, Ketut. GAMETOGENESIS OOGENESIS SPERMATOGENESIS.
LABORATORIUM REPRODUKSI FAKULTAS PETERNAKKAN
UNIVERSITAS UDAYANA.
Sukmaningsih. Ermayanti, A, Manik. Wiratmini, N, Intan. Sudarti, N, Wayan.
2011. GANGGUAN SPERMATOGENESIS SETELAH PEMBERIAN
MONOSODIUM GLUTAMAT
PADA MENCIT (Mus musculus L.). Jurnal Biologi XV (2) : 49 - 52 ISSN
Susilawati, Trinil. 2011. SPERMATOLOGI. Malang: UB Press.

Anda mungkin juga menyukai