Anda di halaman 1dari 2

 Latar Belakang

Hutan merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam suatu ekosistem hutan, memiliki hubungan erat satu
sama lain dengan lingkungannya (Hilwan et al., 2013). Taman Nasional Alas Purwo merupakan
kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa yang terletak di ujung timur pulau jawa, lebih
tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut data dari Balai Taman Nasional Alas
Purwo (BTNAP), Taman Nasional Alas Purwo berada di ketinggian 322 meter di atas permukaan laut,
Ketinggiannya berada pada kisaran 0-322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan hutan seluas
43.420 hektar yang memiliki topografi datar, bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di
Gunung Lingga Manis (322 meter dpl) ini menjadi lokasi yang tepat sebagai ekosistem hutan hujan
yang ada di Pulau Jawa. Kawasan ini kaya akan flora dan fauna. Tercatat sedikitnya 584 jenis
tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana dan pohon menghuni kawasan ini.

 Kajian komunitas tumbuhan atau vegetasi merupakan bagian kajian ekologi Tumbuhan. Secara
garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua hal yaitu metode
destruktif dan metode non-destruktif. Untuk metode destruktif, dilakukan guna memahami materi
organik yang dihasilkan, sedangkan untuk metode non-destruktif dibedakan menjadi dua
pendekatan yaitu pendekatan floristik dan non-floristik (Syafei, 1990). Dalam mengkaji suatu
vegetasi dapat dilakukan dengan mengamati penampakan luar atau gambaran umum dari
keberadaan vegetasi tersebut tanpa memperhatikan jenis-jenis tumbuhan yang menyusun vegetasi.
Kegiatan yang demikian ini biasa dikenal sebagai kajian fisiognomi vegetasi non-
floristik (Rasosoedarmo, 1986).

 Tumbuh-tumbuhan dari berbagai jenis life form (herba, semak, pohon) membentuk pola


vegetasi tertentu. Pola vegetasi ini diakbatkan juga oleh kondisi faktor abotik pada habitat tersebut.
Faktor abiotik tersebut antara lain suhu udara, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari,
kelembaban udara, suhu tanah, pH tanah dan kelembaban tanah.

Secara keseluruhan Taman Nasional Alas Purwo merupakan taman nasional yang memiliki


formasi vegetasi yang lengkap dimana hampir semua tipe formasi vegetasi dapat dijumpai di lokasi
taman nasional ini. Kelengkapan vegetasi ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran,
khusunya ekologi dalam mengkaji pola vegetasi dan pengaruh faktor abiotik terhadap vegetasi yang
ada. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui pola penyebaran vegetasi di Taman
Nasional Alas Purwo menggunakan metode non floristik.

Daftar Rujukan

Campbell, Reece Mitchell. 2005. Biologi Jilid 1 edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Gem, C. 1996. Kamus Saku Biologi. Jakarta : Erlangga.

Iwan Hilwan, Dadan Mulyana, Weda Gelar Pananjung. 2013.  Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Bawah Pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cylocarpum Griseb.) dan Trembesi
(Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Jurnal Slivikultur Tropika , vol 4 hal 6-10. 

Rasosoedarmo, R. Soedarman. 1986. Pengantar  Ekologi. Bandung : CV Remaja Karya.

Syafei, E. Surasana. 1990. Pengantar  Ekologi  Tumbuhan. Bandung: ITB.

TN Alas Purwo, 1999, Rencana Pengelolaan Taman Nasional Alas Purwo 1999- 2024 Buku II (Data Proyeksi
dan Analisis).

Wijayanti, Rosianna. 2011.Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Pada Ketinggian Tempat Yang
Berbeda-beda Di Sekitar Jalur Selatan Pendakian  Gunung Merapi. Surakarta: FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta.                                           

Anda mungkin juga menyukai