Anda di halaman 1dari 8

Embryogenesis

Embriogenesis merupakan tahapan atau proses perkembangan zigot / sel / jaringan /


organ menjadi tanaman lengkap. Jadi, selain dari zigot dapat melalui sel – sel somatik, hasilnya
disebut embrio somatik dapat alami atau melalui teknik in vitro (kultur jaringan). Tahapan pada
embryogenesis dapat dibagi menjadi empat tehapan. Untuk induksi kalus embriogenik kultur
umumnya ditumbuhkan pada media yang mengandung auksin yang mempunyai daya aktivitas
kuat atau dengan konsentrasi tinggi. Peran auksin dalam embriogenesis somatik antara lain
untuk inisiasi embriogenesis somatik, induksi kalus embriogenik, prolifersai
kalusembriogenik, dan induksi embrio somatic. Di samping auksin, sering pula diberikan
sitokinin seperti benzil adenin (BA) atau kinetin secara bersamaan (Bhojwani & Razdan,
1989). Menurut Sukmadjaja (2005) embriogenesis dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Induksi kalus embriogenik
Dilakukan dengan dedifferensiasi pada sel somatik dengan mentransfer eksplant dalam
medium dengan kadar auksin tinggi. Selain itu dapat juga dilakukan dengan stress osmotic.
Keberhasilan tercapai apabila kalus yang terbentuk bersifat embriogenik yang dicirikan dengan
sel berukuran kecil, intibesar, sitoplasma padat, vakuola kecil dan mengandung butir pati
2. Pendewasaan
Tahap pendewasaan adalah tahap perkembangan dari struktur globular membentuk
kotiledon dan primordia akar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap
pendewasaan adalah tahap yang paling sulit. Pada tahap ini sering digunakan auksin pada
konsentrasi rendah. Tahap pendewasaan melilputi perkembangan embrio menjadi bentuk
globuler, jantung, torpedo, kotiledon dan primordial akar.
3. Perkecambahan
Tahap perkecambahan adalah fase di mana embrio somatic membentuk tunas dan akar.
Pada media perkecambahan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan sangat rendah
atau bahkan tidak diberikan sama sekali.
4. Hardening
Tahap hardening , yaitu tahap aklimatisasi bibit embrio somatik dari kondisi in vitro ke
lingkungan baru di rumah kaca dengan penurunan kelembabandan peningkatan intensitas
cahaya. Sedangkan nama tahapan secara umum
1. Tetrad : saat pembelahan sel menjadi 4
2. Kuadran : Sel apikal membelah vertikal dengan bidang pembelahan tegak lurus bidsang
pertama, pada tahap ini proembrio berada pada tahap kuadran .
3. Oktan : Setiap sel kuadran membelah melintang menghasilkan stadium oktan. Setiap
oktan membelah periklinal menghasilkan protoderm di sebelah luar yang akan
berdiferensiasi menjadi epidermis.
4. Globular : Sel sebelah dalam akan membentuk meristem dasar, sistem prokambium,
hipokotil
5. Jantung : Embrio tahap globular kemudian mengalami pendataran dibagian apeks
6. Hati : Embrio globular embryo berembang membentuk dua sudut. Suspensor
bertindak seperti saluran untuk menyediakan nutrisi ke embrio
7. Torpedo :Kedua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih cepat dibandingkan
bagian tengah sehingga membentuk embrio tahap torpedo
8. Kotiledon : Kotiledon menekuk dan menyediakan nutrisi sampai tanaman bisa
berfotosintesis sendiri dan suspensor menghilang

Embrigenesis ada 2 macam menurut Kosmiatin, dkk (2014):

1. Zygotik (atas)
Perkembangan embrio dari zigot ( terjadi peleburan antara gamet jantan dam gamet
betina)
2. Somatik (bawah)
Soma yang berarti sel tubuh, jadi somatik merupakan perkembangan embrio dari
bagian sel tubuh, jadi tidak terjadi fertilisasi atau peleburan sel gamet betina dan jantan.
Perbedaan antara zygotik dan somatik :
1. Untuk zygotik, terjadi fertilisasi antara sel sperma dan ovum tetapi untuk somatik
tidak terjadi fertilisasi
2. Untuk zygotik hasilnya (2n), somatik (n)
3. Untuk zygotik tidak terjadi pembesaran inti , untuk somatik terdapat embesaran inti
4. Zygotik terjadi pembentukan akar radikula sejati, misalnya pada akar buah mangga,
karena akar tesebut merupakan akar sejati maka kuat. Untuk soamatik misalnya
pada Batang singkong, setelah dilakukan stek maka akan tumbuh akar adventiv ,
hal tersebut termasuk embriogenesis somatik.
Dalam embrio terdapat 2 kutub :
1. Kutup terminal > dekat kalaza > tranversal
2. Kutup basal > dekat mikrofil > longitudinal
Pembelahan dilakukan mulai dari mitosis kemudian baru meiosis.

Embriogenesis monokotil

Gambar Atas(merupakan sel apikal)


Gambar Bawah (merupakan sel basal) jadi dia akan berbentuk seperti pada gambar
tersebut sampai terbentk kotiledon
 Sel apikal membelah sampai sama dengan dikotil sampai tahap globular ,
sel permukaan akan membentuk protoderm yang dimana pembentukan akan
menjadi epidermis .
 Bagian tengah merupakan hipokoti, meristem dasar dan sistem
prokambium
 Tahap jantung merupakan bagian atas mendatar jadi seperti jantung
 Tahap hati dimana bagian atas melekuk seperti hati
 Kotiledon yang berkembang hanya salah satu saja ( yang dominan hanya
satu)
 Tahap torpedo, kedua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih cepat
dibandingkan bagian tengah

Embriogenesis pada Dikotil.

(Purnamaningsih,2002)
Diagram dikotil

Telur yang mengalami fertilisasi disebut zigot.


Zigot ini akan berkembang menjadi embrio yang berpotensi untuk membentuk
tumbuhan lengkap. Keterangan :
a. Zigot unicellular terletak di bawah inti endosperm
b dan c. Kemudian endosperm merupakan massa jaringan yang menyelubungi
embryo. Embrio terletak di atas suspensor (suspensor terbentuk dari bagian bawah
embryo).
d. embrio menjadi berbentuk hati ketika cotyledons mulai muncul. Pada dikotil saat
fase hati dua duanya berkembang, contoh spesies. In vitro
d. Endosperm semakin berkurang saat embrio yang berdiferensiasi dan membesar.
Setelah cotyledons terbentuk, embrio berubah menjadi bentuk torpedo.
f. Embrio terdiri dari epicotyl (menjadi shoot apex), hypocotyl, dan radicle (menjadi
root apex)
Perkembangan endosperm selalu mengawali perkembangan embrio.
Umumnya endosperm monokotil dan dikotiI menyimpan nutrien yang bisa
digunakan selama biji berkembang . Pada beberapa dikotil, cadangan makanan pada
endosperm kemudian dialihkan ke kotiledon.
Menurut Hindaningrum, (2013) Pada awal perkembangannya, fase embrio
somatik (fase globular) berkembang menjadi fase hati. Pada fase ini proses
fisiologis sel-sel globular berjalan sangat lambat, sehingga dibutuhkan kometrasi
dan jenis sitokinin tertentu agar sel globular berkembang menjadi sel hati dan
terpedo. Kegagalan fase terpedo menjadi plantlet dipengamhi oleh beberapa faktor,
yaitu diantaranla umur eksplan yang melampaui waktu subkultur, tidak hadimya
hormon tumbuh dan struktur massa sel yang tidak teratur. Induksi perkembangan
sel secara seragam dapat dilakukan pada saat yang tepat dan konsentrasi hormon
yang terkendali pada media.
Dalam jurnal Sukamto (2010) dijelaskan bahwa regenerasi tanaman mangga
dengan kultur in vitro dapat dilakukan melalui proses organogenesis (pembentukan
tunas ganda dan atau tunas adventif) serta proses embriogenesis (pembentukan
embrio). Embriogenesis somatik memiliki potensi yang sangat besar untuk
perbanyakan klonal tanaman secara massal, transformasi gen dan produksi benih
sintetik. Embriogenesis sel somatik secara umum dapat dibagi menjadi empat fase
yaitu (1) induksi kalus embriogenik, (2) induksi dan proliferasi embrio somatik, (3)
pematangan embrio, dan (4) perkecambahan embrio. Induksi kalus dan
pembentukan embrio pada mangga dapat dilakukan dengan ekpslan embrio zigotik
(Sukamto, 2010).
Embriogenesis pada Gymnospermae
Pada gymnospermae, setelah fertilisasi zigot akan melakukan pembelahan
membentuk pro-embrio. Inti zigot yang berada di tengah akan membelah dua kali dan
menghasilkan empat inti. Empat inti tersebut akan bermigrasi ke ujung kalaza dari
archegonium, selanjutnya keempat inti membelah lagi membentuk delapan inti. Setiap
inti akan membentuk dinding sel sehingga terbentuk 8 sel tersusun dalam 2 deret, setiap
deret terdapat 4 sel. Sel pada deretan bawah membelah membentuk 3 deret sel yang
terdiri dari masing-masing 4 sel. Deret sel ke 4 paling atas dibentuk dengan 4 inti bebas
yang terpisah dengan dinding tidak sempurna. Akhirnya terbentuk 16 sel simetris yang
disebut pro-embrio (Kusdianti).

Gambar Embriogenesis pada pinus


Sumber: Kusdianti (2010)
Setiap sel akan berkembang menjadi satu embrio. Sel-sel yang terletak diatas sel
embrional disebut deret suspensor sedangkan deret ketiga dari bawah disebut deret
rosset.Sel-sel suspensor akan memanjang dan mendorong sel embrional keluar dari
archegonium agar dapat masuk ke dalam jaringan prothallus betina. Keempat sel
susprensor akan terus membelah memanjang hingga terpisah satu sama lain, setiap sel
suspensor memiliki satu sel embrional pada ujungnya. Sel embrional kemudian
membelah membentuk quadran dan oktan. Setiap oktan akan menjadi embrio potensial
yang berasal dari satu embrional. Ke-empat embrio potensial dibentuk dari satu sel telur
yang difertilisasi. Embriogeny ini disebut poliembrioni. Selanjutnya salah satu emnrio
potensial inti akan membelah dan membesar kemudian berdifersiasi menjadi biji
sedangkan yang lain akan berdegenerasi. Prothallus kemudian tumbuh membesar dan
menyimpan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio (Kusdianti, 2010)

Gambar Sel supresor


Sumber : Kusdianti (2010)

Endosprem
Endosperm merupakan jaringan nutitif yang mengandung karbohidrat, lemak,
dan protein untuk mendukung perkembangan embrio. Pada gymnospermae gametofit
betina akan berdiferensiasi sebelum fertilisasi dan bersifat haploid sedangkan pada
angiospermae adalah hasil fertilisasi dan bersifat triploid (Kusdianti, 2010). Beberapa
tipe endosperm antara lain endosperm nuclear, endosperm selular dan endosperm
helobial.
Endosperm nuclear adalah endosperm yang pembelah inti endosperm
primernya tidak diikuti oleh pembentukan dinding sehingga di dalam kantung embrio
terdapat banyak inti bebas. Pembentukan dinding sentripetal dimulai dari tepi menuju
pusat. Endosperm selular ditandai tidak memiliki inti bebas. Pembelahan inti endosperm
primer diikuti oleh pembentukan dinding. Umumnya ditemukan haustorium pada ujung
kalaza dan/atau mikropil. Endosperm helobial merupakan endosperm yang inti
primernya bermigrasi ke ujung kalaza dan membelah membentuk 2 sel tidak sama besar.
Sel yang kecil pada kalaza tidak membelah, atau membelah sebanyak 1 atau dua kali dan
berfungsi sebagai inti bebas atau seluler. Sel yang lebih besar akan membentuk inti bebas
(Kusdianti, 2010).
Dafpus :
Arora, R., & Bhojwani, S. S. (1989). In vitro propagation and low temperature storage
ofSaussurea lappa CB Clarke—An endangered, medicinal plant. Plant Cell
Reports, 8(1), 44-47.
Sukamto,A. 2010. Kultur In Vitro Endosperma, Protokol yang Efisien untuk Mendapatkan
Tanaman Triploid secara Langsung. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia : Bogor

Hindaningrum, I.F. 2013. Pembentukan Embrio Endospermik Sekunder Mangga (Mangifera


indica L.) Gedong Gincu Klon 289 Secondary Endospermic Embryos Formation in
Mango (Mangifera indica L.) Gedong Gincu Clone 289. Balai Pengkajian
Bioteknologi, BPPT,Indonesia.
Kusdianti. 2010. Handout embrio: Embriogenesis. Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.

Purnamaningsih, R. (2002). Regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik dan beberapa gen
yang mengendalikannya. Buletin AgroBio, 5(2), 51-58.
Kosmiatin, M., Purwito, A., Wattimena, G. A., & Mariska, I. (2014). Induksi embriogenesis
somatik dari jaringan endosperma jeruk siam (Citrus nobilis Lour.) cv Simadu. Jurnal
Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 42(1).
Sukmadjaja, D. (2005). Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana. Jurnal
Bioteknologi Pertanian, 10(1), 1-6.

Anda mungkin juga menyukai