D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA
NIM
: 4133141072
KELAS
MATA KULIAH
: PERKEMBANGAN HEWAN
GAMETOGENESIS
Gametogenesis
Gamet berasal dari sel germinativum primordial (SGP, primordial germ cell) yang
terbentuk di epiblas selama minggu ke dua dan yang bergerak menuju dinding yolk sac.
Selama minggu keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac menuju gonad yang
sedang terbentuk, tempat sel-sel ini sampai pada akhir minggu kelima. Pembelahan mitotik
meningkatkan jumlah sel ini sewaktu bermigrasi dan juga ketika tiba di gonad. Sebagai
persiapan untuk fertilisasi, sel germinativum mengalami gametogenesis yang mencakup
meiosis, untuk mengurangi jumlah kromosom, dan sitodiferensiasi, untuk menentukan
pematangannya.
Gametogenesis terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Perbanyakan
Pertumbuhan
Pematangan
Perubahan bentuk
Tahap perbanyakan (poliferasi) berlangsung secara mitosis berulang-ulang.
memadat, memendek, dan menebal, tetapi hanya saat prometafase kromatid dapat
dibedakan. Selama metaphase, kromosom-kromosom berjajar dalam suatu bidang ekuator,
dan struktur gandanya tampak jelas. Masing-masing kromosom diikat oleh mikrotubulus
yang berjalan drai sentromer ke sentriol, membentuk gelendong mitotik. Tidak lama
kemudian sentromer masng-masing kromosom membelah, menadai awal anaphase, diikuti
oleh migrasi kromatid ke kutub gelendong yang berlawanan. Akhirnya, selamam telofase,
kumparan kromosom mengurai dan memanjang, selubung nucleus kembali terbentuk, dan
sitoplasma membelah. Masing-masing sel anak menerima separuh dari bahan kromosom
ganda sehingga mempertahankan jumlah kromosom yang sama seperti sel induk.
Mitosis
Meiosis
b. Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan gamet wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, yaitu meiosis I dan meiosis II, untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid 23.
germinativum pria dan wanita (spermatosit dan oosit primer) pada awal meiosis I
mereplikasikan DNA merekasehingga setiap 46 kromosom tersebut digandakan menjadi
sister cromatid. Namun, berbeda dengan mitosis, kromosom-kromosom homolog
kemudian bergabung membentuk pasangan-pasangan, suatu proses yang disebut sinapsis.
Pembentukan pasangan bersifat eksak dan titik dmei titik kecuali kombinasi XY. Pasanganpasangan homolog kemudian berpisah menjadi dua sel anak. Segera sesudahnya, terjadi
meiosis II yang memisahkan kromosom ganda (sister cromatid) tersebut. Karena itu, setiap
gamet mengandung 23 kromosom.
Proses penting pada meiosis I adalah crossover, yaitu pertukaran segmen kromatid
antara pasangan kromosom yang homolog. Segmen-segmen kromatin putus dan
dipertukarkan sewaktu kromosom homolog memisah. Sewaktu terjadi pemisahan, titiktitik pertukara menyatu untuk sementara dan membentuk struktur seperti huruf X (kiasma).
Umumnya terjadi sekitar 30 sampai 40 crossover (satu atau dua per kromosom) antara gengen yang terpisah jauh dari satu kromosom pada setiap pembelahan meiotik I.
Akibat pembelahan meiotik, (a) variabilitas genetik ditingkatkan melalui tukar-silang
yang menyebabkan redistribusi bahan genetik, dan melalui distribusi acak kromosom
homolog ke sel anak; dan (b) setiap sel germinativum mengandung jumlah kromosom yang
haploid sehingga saat pembuahan humlah diploid 46 terpulihkan.
Selama meiosis, satu oosit primer menghasilkan empat sel anak, masing-masing
dengan 22 kromosom plus 1 kromosom X. Namun hanya satu dari sel anak ini yang
berkembang menjadi gamet dewasa, oosit; tiga sisanya badan polar, hanya mendapat
sedikit sitoplasma dan mengalami degenerasi pada perkembangan selanjutnya. Demikian
juga, satu spermatosit primer menghasilkan
kromosom plus 1 kromosom X dan dua dengan 22 kromosom plus 1 kromosom Y. namun,
berbeda dengan pembentukan oosit, keempat sel tersebut berkembang menjadi gamet
matang.
Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa
(sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi
sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara mitosis
menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, kemudian mengalami pembelahan
meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar
dengan sejumlah besar protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah
kromosom haploid. Proses ini berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar
72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
Spermatozoa (sperma) yang normal memiliki kepala dan ekor, di mana kepala
mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan sperma.
Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor
bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma
mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang
disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur dan
membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam
kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh
lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi
pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar.
Pada gonad laki-laki (testis), sel Sertoli digambarkan sebagai system pembantu
pematangan sel sperma (spermatozoa). Sel Sertoli yang tidak bisa membelah diri lagi dan
masih aktif dalam pertukaran zat, di dalam tubulus seminiferus membentuk epitel benih,
yang mengakomodasi spermatogonium. Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel
induk spermatozoa atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang
berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosterone.
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit
primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi
menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron tidak
diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik
kepada hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowper.
Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air
mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 400 juta sel
spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan
spermatozoa dapat terjadi setiap saat.
Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensiasi yang
rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi sperma yang
fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma, sedangkan sebagian besar
sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim yang memegang peranan dalam
menembus membran sel telur.
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di
setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan. Pada
bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau
lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang
membutuhkan
waktu
16
hari.
Spermatogenesis
dipengaruhi
oleh
hormon
Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi melakukan
hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin akan berkurang
kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat dewasa sehingga tidak
dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu, apabila sperma tidak pernah
dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan mati lalu diserap oleh tubuh.
1. Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya
adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel
ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.
Pembentukan
sperma
dipengaruhi
oleh
hormon FSH
(Folicel
Stimulating
estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua
hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
5) Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
6) Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk
merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon FSH
dan LH.
Oogenesis
Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Ketika gonad
berdiferensiasi jadi ovarium germ cells primordial itu berproliferasi membentuk oogonia
(tunggal: oogonium), yang jumlahnya ditaksir sekitar 600.000 butir. Pada proses
spermatogenesis, proses oogenesis juga memiliki tahapan, yaitu :
1. Proliferasi (perbanyakan)
2. Meiosis
3. Transformasi atau pematangan
Setelah tiba di gonad sel germinativum primordial berdeferensiasi menjadi oogonia.
Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik, dan pada akhir bulan ketiga sel-sel ini
tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh satu lapisan sel epitel gepeng.
Sebagian besar oogonia terus membelah dengan mitosis, tetapi sebagian diantaranya
terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan membentuk oosit primer, dan
selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat pesat, dan pada akhir bulan
kelima perkembangan prenatal, jumlah total sel germinativum di ovarium mencapai
maksimal, diperkirakan 7 juta. Pada waktu ini, sel-sel mulai mati, dan banyak oogonia
serta oosit primer menjadi atretik. Pada bulan ketujuh, sebagian besar oogonia telah
mengalami degenerasi kecuali beberapa yang terletak dekat dengan permukaan. Semua
oosit primer yang bertahap hidup telah masuk ke tahap profase meiosis I, dan sebagian
besar diantaranya masing-masing dibungkus oleh satu lapisan sel epitel gepeng. Oosit
primer, bersama dengan sel epital gepeng disekitarnya, dikenal sebagai folikel primordial.
Menjelang kelahiran, semua oosit primer telah memulai profase meiosis I, tetapi selsel ini tidak melanjutka pembelahan ke tahap metaphase namun masuk ke stadium
diploten, suatu tahap istirahat selama profase yang ditandai oleh adanya jala-jala kromatin.
Oosit primer tetap tertahan di profase dan tidak menuntaskan pembelahan meiotik pertama
mereka sebelum pubertas tercapai. Keadaan ini ditimbulkan oleh oocyte maturation
inhibition (OMI), suatu peptida kecil yang dikeluarkan oleh sel folikular. Saat pubertas,
terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan dipertahankan oleh pasokan folikel
primordial.
memulai proses pematangan, melewati tiga stadium: (1) primer atau pre-antral, (2)
sekunder atau antral, dan (3) pre-ovulasi (folikel graaf). Stadium antral adalah stadium
yang paling lama, sedangkan stadium pre-ovulasi berlangsung selama sekita 37 jam
sebelum ovulasi.
Pada setiap siklus ovarium, sejumlah folikel mulai berkembang, tetapi biasanya
hanya satu yang mencapai kematangan sempurna. Yang lain berdegenerasi dan menjadi
atretik. Ketika folikel sekumder telah matang, lonjakan luteining hormone (LH) akan
memicu fase pertumbuhan preevolusi. Meiosis I tertuntaskan sehingga terbentuk dua sel
anak dengan ukuran berbeda, masing-masing dengan 23 kromosom berstuktur ganda. Satu
sel, oosit sekunder, mendapat sebagian besar sitoplasma; yang lain, badan polar pertama,
hampir tidak mendapat sitoplasma sama sekali. Badan polar pertama terletak antar zona
pelusida dan membrane oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian masuk ke
meiosis II tetapi terhenti pada tahap metaphase sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Meiosis II
diselesaikan hanya jika oosit dibuahi; jika tidak, sel akan mengalami degenerasi sekitar 24
jam setellah ovulasi. Badan polar pertama juga mengalami pembelahan kedua.
Pembentukan Telur
Pembentukan telur merupakan suatu fungsi dari sistem reproduksi hewan
betina yang terdiri dari ovarium dan oviduct serta melewati 2 proses yaitu
pertumbuhan dan pematangan sel germinal dan diposisi material tak hidup
seperti yolk, albumen dan cangkang telur. Hal ini biasa dijumpai pada unggas,
misalnya ayam. Proses pembentukan telur dimulai ketika ovarium selesai
mengovulasikan telur dan jatuh kemudian ditangkap oleh infundibulum dan
masuk ke lubang ostium. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan
mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau
fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos
merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari
dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke
kerabang
berakhir
dengan
terbentuknya
kutikula
yang
disekresikan sel mukosa uterus berupa material organik dan juga mukus untuk
Tipe Telur
Tipe telur menurut susunan deutoplasma, ada 4 macam yaitu :
1.
2.
3.
4.
Homolecital
Mediolecithal
Megalecithal
Centrolecithal
Homolecithal disebut juga oligolecithal atau isolecithal.
Deutoplasma sedikit,
tersebar rata di seluruh sitoplasma (ooplasma). Terdapat pada Amphioxus dan Metatheria
dan Eutheria.
Mediolecithal berdeutoplasma sedang berupa lapisan di daerah kutub vegetal telur.
Terdapat pada Amphibia.
Megalecithal disebut juga telolechital. Deutoplasma banyak sekali, membentuk
lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma menempati
hanya daerah puncak kutub animal. Terdapat pada Pisces, Reptilia, Aves, Monotremata.
Centrolecithal memiliki deutoplasma relative banyak dibandingkan dengan volume
telur, tapi terletak di bagian tengah. Sitoplasma berada sebelah luar dan pada umumnya
terdapat pada Insecta.
masam telur yang terjadi menurut kromosom kelamin hanya satu : ovum-X.
Pada Aves yang bersistem ZW, oogonium mengandung susunan kromosom kelamin
ZW. Dengan demikian selesai meiosis ada dua macam ovum terbentuk (kemungkinan),
yaitu ovum-Z dan ovum-Y.
Proses Ovulasi
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan
badan polar I (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II
dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan
polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi
ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Dengan datangnya pubertas (masa remaja), alat reproduktif wanita mulai mengalami
ritme seks 28 hari yang disebut haid atau menstruasi. Haid adalah peristiwa keluarnya
darah dari vagina. Darah haid ini berasal dari rongga rahim dan timbul akibat terlepasnya
selaput lendir rahim yang mnegalami proses kemunduran dan kerusakan. Selaput lendir ini
dipersiapkan untuk menerima sel telur yang telah dibuahi. Karenanya dalam darah haid
selain darah biasa terdapat pula sisa-sisa penghancuran dari jaringan selaput lendir rahim.
Lama pendarahan haid rata-rata berlangsung antara 2-6 hari. Jangka waktu dari hari
pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya disebut siklus haid. Daur hidup haid
dianggap normal apabila berlangsung antara 21 sampai 40-45 hari lamanya dan dikatakan
teratur bilamana perbedaan dalam siklus haid tidak lebih dari satu mingu lamanya.
Ovulasi terbagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase pra-ovulasi
Tahap pra-ovulasi ialah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi
ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin yang merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer
di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer
akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de
Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan
hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) selsel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga
disebut sebagai fase poliferasi.
Gambar Ovarium
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium dan
kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase ovulasi
atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen
selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan
terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada
hari ke-14.
c. Fase pasca-ovulasi
Tahap pasca-ovulasi ialah jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid
berikutnya. Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder
karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi
estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen
dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir
pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi
progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi)
zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini
berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi
pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki
kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen
dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan
FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA