Anda di halaman 1dari 15

GAMETOGENESIS

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA

: SARI YULIANA SIHOMBING

NIM

: 4133141072

KELAS

: BIOLOGI DIK A 2013

MATA KULIAH

: PERKEMBANGAN HEWAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

GAMETOGENESIS
Gametogenesis
Gamet berasal dari sel germinativum primordial (SGP, primordial germ cell) yang
terbentuk di epiblas selama minggu ke dua dan yang bergerak menuju dinding yolk sac.
Selama minggu keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac menuju gonad yang
sedang terbentuk, tempat sel-sel ini sampai pada akhir minggu kelima. Pembelahan mitotik
meningkatkan jumlah sel ini sewaktu bermigrasi dan juga ketika tiba di gonad. Sebagai
persiapan untuk fertilisasi, sel germinativum mengalami gametogenesis yang mencakup
meiosis, untuk mengurangi jumlah kromosom, dan sitodiferensiasi, untuk menentukan
pematangannya.
Gametogenesis terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Perbanyakan
Pertumbuhan
Pematangan
Perubahan bentuk
Tahap perbanyakan (poliferasi) berlangsung secara mitosis berulang-ulang.

Gametagium (sel induk gamet) membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, dan


seterusnya. Gametangium ini akan tumbuh membesar menjadi gametosit I. Gametosit I
mengalami tahap pematangan, berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk
gametosit II, dan akhir meiosis II terbentuk gametid. Gametid mengalami tahap perubahan
bentuk (transformasi) menjadi gamet.
Dalam proses gametogenesis terjadi dua pembelahan yaitu mitosis dan meiosis.
a. Mitosis
Mitosis adalah proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua sel anak secara
genetik yang identik dengan sel induk. Setiap sel anak menerima komplemen lengkap 46
kromosom. Sebelum suatu sel mengalami mitosis, setiap kromosom mereplikasikan DNA.
Selama fase replikasi ini, kromosom menjadi sangat panjang, tersebar difusi ke seluruh
nucleus dan tidak dapat dikenali dengan mikroskop cahaya. Proses mitosis ini dimulai
pada saat kromosom mulai membentuk kumparan, berkontraksi, dan memadat. Setiap
kromosom sekarang terdiri dari dua subunit parallel kromatid yang disatukan oleh suatu
daerah sempit (sentromer) yang terdapat dikeduanya.

Sepanjang profase, kromosom

memadat, memendek, dan menebal, tetapi hanya saat prometafase kromatid dapat
dibedakan. Selama metaphase, kromosom-kromosom berjajar dalam suatu bidang ekuator,
dan struktur gandanya tampak jelas. Masing-masing kromosom diikat oleh mikrotubulus

yang berjalan drai sentromer ke sentriol, membentuk gelendong mitotik. Tidak lama
kemudian sentromer masng-masing kromosom membelah, menadai awal anaphase, diikuti
oleh migrasi kromatid ke kutub gelendong yang berlawanan. Akhirnya, selamam telofase,
kumparan kromosom mengurai dan memanjang, selubung nucleus kembali terbentuk, dan
sitoplasma membelah. Masing-masing sel anak menerima separuh dari bahan kromosom
ganda sehingga mempertahankan jumlah kromosom yang sama seperti sel induk.

Mitosis

Meiosis

b. Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan gamet wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, yaitu meiosis I dan meiosis II, untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid 23.

Seperti pada mitosis, sel

germinativum pria dan wanita (spermatosit dan oosit primer) pada awal meiosis I
mereplikasikan DNA merekasehingga setiap 46 kromosom tersebut digandakan menjadi
sister cromatid. Namun, berbeda dengan mitosis, kromosom-kromosom homolog
kemudian bergabung membentuk pasangan-pasangan, suatu proses yang disebut sinapsis.
Pembentukan pasangan bersifat eksak dan titik dmei titik kecuali kombinasi XY. Pasanganpasangan homolog kemudian berpisah menjadi dua sel anak. Segera sesudahnya, terjadi
meiosis II yang memisahkan kromosom ganda (sister cromatid) tersebut. Karena itu, setiap
gamet mengandung 23 kromosom.
Proses penting pada meiosis I adalah crossover, yaitu pertukaran segmen kromatid
antara pasangan kromosom yang homolog. Segmen-segmen kromatin putus dan
dipertukarkan sewaktu kromosom homolog memisah. Sewaktu terjadi pemisahan, titiktitik pertukara menyatu untuk sementara dan membentuk struktur seperti huruf X (kiasma).
Umumnya terjadi sekitar 30 sampai 40 crossover (satu atau dua per kromosom) antara gengen yang terpisah jauh dari satu kromosom pada setiap pembelahan meiotik I.
Akibat pembelahan meiotik, (a) variabilitas genetik ditingkatkan melalui tukar-silang
yang menyebabkan redistribusi bahan genetik, dan melalui distribusi acak kromosom

homolog ke sel anak; dan (b) setiap sel germinativum mengandung jumlah kromosom yang
haploid sehingga saat pembuahan humlah diploid 46 terpulihkan.
Selama meiosis, satu oosit primer menghasilkan empat sel anak, masing-masing
dengan 22 kromosom plus 1 kromosom X. Namun hanya satu dari sel anak ini yang
berkembang menjadi gamet dewasa, oosit; tiga sisanya badan polar, hanya mendapat
sedikit sitoplasma dan mengalami degenerasi pada perkembangan selanjutnya. Demikian
juga, satu spermatosit primer menghasilkan

empat sel anak, dua dengan dengan 22

kromosom plus 1 kromosom X dan dua dengan 22 kromosom plus 1 kromosom Y. namun,
berbeda dengan pembentukan oosit, keempat sel tersebut berkembang menjadi gamet
matang.
Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa
(sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi
sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara mitosis
menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, kemudian mengalami pembelahan
meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar
dengan sejumlah besar protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah
kromosom haploid. Proses ini berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar
72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
Spermatozoa (sperma) yang normal memiliki kepala dan ekor, di mana kepala
mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan sperma.
Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor
bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma
mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang
disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur dan
membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam
kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh
lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi
pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar.
Pada gonad laki-laki (testis), sel Sertoli digambarkan sebagai system pembantu
pematangan sel sperma (spermatozoa). Sel Sertoli yang tidak bisa membelah diri lagi dan
masih aktif dalam pertukaran zat, di dalam tubulus seminiferus membentuk epitel benih,
yang mengakomodasi spermatogonium. Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel

induk spermatozoa atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang
berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosterone.
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit
primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi
menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron tidak
diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik
kepada hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowper.
Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air
mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 400 juta sel
spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan
spermatozoa dapat terjadi setiap saat.
Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensiasi yang
rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi sperma yang
fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma, sedangkan sebagian besar
sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim yang memegang peranan dalam
menembus membran sel telur.
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di
setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan. Pada
bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau
lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang
membutuhkan

waktu

16

hari.

Spermatogenesis

dipengaruhi

oleh

hormon

gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan


hormon testosterone.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma diproduksi oleh tubulus seminiferus.
Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini adalah mampu memproduksi
sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah yang normal spermatozoa berkisar
antara 35 200 juta, tetapi mungkin pada seseorang hanya memproduksi kurang dari 20
juta, maka orang tersebut dapat dikatakan kurang subur. Biasanya faktor usia sangat
berpengaruh terhadap produksi sperma. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun
produksi spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan
kehilangan tingkat kesuburan.

Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi melakukan
hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin akan berkurang
kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat dewasa sehingga tidak
dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu, apabila sperma tidak pernah
dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan mati lalu diserap oleh tubuh.
1. Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.

Gambar Struktur Sperma Manusia

Struktur spermatozoa tersebut terlihat mempunyai bentuk yang mirip seperti


kecebong (anak katak yang baru menetas), terdapat bagian kepala dan ekor. Dapat dilihat
bahwa sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut :
1) Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian
yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk agak
runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus
dinding sel telur. Di bagian kepala ini terdapat 22 kromosom tubuh dan 1 kromosom
kelamin yaitu kromosom X atau Y, kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin
perempuan, sedangkan kromosom Y untuk membentuk bayi berkelamin laki-laki.
Kromosom kelamin laki-laki inilah nantinya yang akan menentukan jenis kelamin pada
seorang bayi.
2) Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk pembentukan
energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan sel sperma. Bahan
bakar dalam pembentukan energi ini adalah fruktosa.
3) Ekor

Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya
adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel
ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.
Pembentukan

sperma

dipengaruhi

oleh

hormon FSH

(Folicel

Stimulating

Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone). Pembentukan FSH dan LH dikendalikanoleh


hormon gonadotropin yaitu hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipothalamus dari
otak. Proses spermatogenesis juga dibantu oleh hormon testosteron. Sperma yang
sudah terbentuk di dalam testis seperti pada proses di atas, kemudian akan disalurkan
ke bagian epididimis dan kemudian ke vas deferens, dan bercampur dengan sekret dari
kelenjar prostat dan cowperi.
Siklus spermatogenesis yang telah dijelaskan berlangsung selama 64 hari di
dalam kanalikuli testis dan waktunya konstan, sedangkan waktu diferensiasi dan
penyimpanannya di epididimis bervariasidan biasanya berlangsung selama 12 hari. Di
epididimis juga , epitel ikut berperan pada penyimpanan dan pematangan sel sperma
yang dengan sendirinya akan mati dalam 24-36 jam. Sperma yang berada di epididmis
belum mampu membuahi gerakannya baru pertama kali terjadi melalui percampuran
sekret dari kelenjar prostat dan vesikula seminalis di dalam ejakulat. Kemampuan
membuahi yang sebenarnya baru dicapai di dalam uterus dan saluran telur, melalui
proses kapasitasi, yakni terjadinya perubahan senyawa lipid dan glikoprotein
membrane sitoplasma sperma sehingga memungkinkan terjadinya proses invasi ke
dalam sel telur beserta penggelembungan inti setelah terjadinya invasi atau impregnasi.

Gambar Tahap Spermatogenesis

Hormon Reproduksi Pada Pria


Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon. Hormonhormon tersebut adalah sebagai berikut:
1) Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seks
sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan jenggot), pertambahan
massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig.
Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan
oleh hipofisis. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada
saat embrio, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder
serta mendorong spermatogenesis.
2) Luteinizing Hormone/LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah
merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. Pada pria, awal
pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi peningkatan tinggi dan berat badan
yang relatif cepat bersamaan dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan
panjang penis dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada
masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.
3) Follicle Stimulating Hormone/FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk
merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di
dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
4) Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel
Sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan

estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua
hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
5) Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
6) Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk
merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon FSH
dan LH.
Oogenesis
Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Ketika gonad
berdiferensiasi jadi ovarium germ cells primordial itu berproliferasi membentuk oogonia
(tunggal: oogonium), yang jumlahnya ditaksir sekitar 600.000 butir. Pada proses
spermatogenesis, proses oogenesis juga memiliki tahapan, yaitu :
1. Proliferasi (perbanyakan)
2. Meiosis
3. Transformasi atau pematangan
Setelah tiba di gonad sel germinativum primordial berdeferensiasi menjadi oogonia.
Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik, dan pada akhir bulan ketiga sel-sel ini
tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh satu lapisan sel epitel gepeng.
Sebagian besar oogonia terus membelah dengan mitosis, tetapi sebagian diantaranya
terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan membentuk oosit primer, dan
selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat pesat, dan pada akhir bulan
kelima perkembangan prenatal, jumlah total sel germinativum di ovarium mencapai
maksimal, diperkirakan 7 juta. Pada waktu ini, sel-sel mulai mati, dan banyak oogonia
serta oosit primer menjadi atretik. Pada bulan ketujuh, sebagian besar oogonia telah
mengalami degenerasi kecuali beberapa yang terletak dekat dengan permukaan. Semua
oosit primer yang bertahap hidup telah masuk ke tahap profase meiosis I, dan sebagian
besar diantaranya masing-masing dibungkus oleh satu lapisan sel epitel gepeng. Oosit
primer, bersama dengan sel epital gepeng disekitarnya, dikenal sebagai folikel primordial.
Menjelang kelahiran, semua oosit primer telah memulai profase meiosis I, tetapi selsel ini tidak melanjutka pembelahan ke tahap metaphase namun masuk ke stadium
diploten, suatu tahap istirahat selama profase yang ditandai oleh adanya jala-jala kromatin.
Oosit primer tetap tertahan di profase dan tidak menuntaskan pembelahan meiotik pertama
mereka sebelum pubertas tercapai. Keadaan ini ditimbulkan oleh oocyte maturation

inhibition (OMI), suatu peptida kecil yang dikeluarkan oleh sel folikular. Saat pubertas,
terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan dipertahankan oleh pasokan folikel
primordial.

Setiap bulan 15 sampai 20 folikel yang terpilih dari cadangan tersebut

memulai proses pematangan, melewati tiga stadium: (1) primer atau pre-antral, (2)
sekunder atau antral, dan (3) pre-ovulasi (folikel graaf). Stadium antral adalah stadium
yang paling lama, sedangkan stadium pre-ovulasi berlangsung selama sekita 37 jam
sebelum ovulasi.
Pada setiap siklus ovarium, sejumlah folikel mulai berkembang, tetapi biasanya
hanya satu yang mencapai kematangan sempurna. Yang lain berdegenerasi dan menjadi
atretik. Ketika folikel sekumder telah matang, lonjakan luteining hormone (LH) akan
memicu fase pertumbuhan preevolusi. Meiosis I tertuntaskan sehingga terbentuk dua sel
anak dengan ukuran berbeda, masing-masing dengan 23 kromosom berstuktur ganda. Satu
sel, oosit sekunder, mendapat sebagian besar sitoplasma; yang lain, badan polar pertama,
hampir tidak mendapat sitoplasma sama sekali. Badan polar pertama terletak antar zona
pelusida dan membrane oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian masuk ke
meiosis II tetapi terhenti pada tahap metaphase sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Meiosis II
diselesaikan hanya jika oosit dibuahi; jika tidak, sel akan mengalami degenerasi sekitar 24
jam setellah ovulasi. Badan polar pertama juga mengalami pembelahan kedua.

Pembentukan Telur
Pembentukan telur merupakan suatu fungsi dari sistem reproduksi hewan
betina yang terdiri dari ovarium dan oviduct serta melewati 2 proses yaitu
pertumbuhan dan pematangan sel germinal dan diposisi material tak hidup
seperti yolk, albumen dan cangkang telur. Hal ini biasa dijumpai pada unggas,
misalnya ayam. Proses pembentukan telur dimulai ketika ovarium selesai
mengovulasikan telur dan jatuh kemudian ditangkap oleh infundibulum dan
masuk ke lubang ostium. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan
mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau
fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos
merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari
dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke

kutub-kutub telur. Pada bagian leher infundibulum (neck of infundibulum) yang


merupakan bagian kalasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma,
sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina.
Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi, kalau telur
yang kita inginkan fertil. Selanjutnya masuk ke magnum, magnum merupakan
saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian terpanjang dari oviduk.
Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar.
Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen
telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam.
Setelah itu masuk ke ithmus, panjang ithmus sekitar 10 cm dan
merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang
banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari
masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri
dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga
disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25
jam. Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian yang
memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara (air cell), air
cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk
mengetahui umur telur dan besar telur.
Selanjutnya masuk ke uterus, di uterus terjadi proses pembentukan
kerabang telur yang terbentuk dari garam-garam kalsium. Uterus (shell gland)
mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat
perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20
jam. Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan
telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui
dinding. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20% sampai 25%.
Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna
dominan dari kerabang telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya
tergantung pada genetik setiap individu. Pigmen kerabang (oopirin) dibawa
oleh darah (50 70%) dan disekresikan saat 5 jam sebelum peneluran.
Pembentukan

kerabang

berakhir

dengan

terbentuknya

kutikula

yang

disekresikan sel mukosa uterus berupa material organik dan juga mukus untuk

membentuk lapisan selubung menyelimuti telur yang akan mempermudah


perputaran telur masuk ke vagina. Kemudian telur masuk ke vagina, vagina
memiliki panjang sekitar 12 cm. Telur masuk ke bagian vagina setelah
pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina
telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk
menyumbat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah.
Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka.

Tipe Telur
Tipe telur menurut susunan deutoplasma, ada 4 macam yaitu :
1.
2.
3.
4.

Homolecital
Mediolecithal
Megalecithal
Centrolecithal
Homolecithal disebut juga oligolecithal atau isolecithal.

Deutoplasma sedikit,

tersebar rata di seluruh sitoplasma (ooplasma). Terdapat pada Amphioxus dan Metatheria
dan Eutheria.
Mediolecithal berdeutoplasma sedang berupa lapisan di daerah kutub vegetal telur.
Terdapat pada Amphibia.
Megalecithal disebut juga telolechital. Deutoplasma banyak sekali, membentuk
lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma menempati
hanya daerah puncak kutub animal. Terdapat pada Pisces, Reptilia, Aves, Monotremata.
Centrolecithal memiliki deutoplasma relative banyak dibandingkan dengan volume
telur, tapi terletak di bagian tengah. Sitoplasma berada sebelah luar dan pada umumnya
terdapat pada Insecta.

Gambar Tipe telur

Tipe telur menurut kromosom kelaminnya, yaitu:


Pada Vertebrata yang bersistem kromosom kelamin XY, oogonium mengandung
kromosom XX. Karena itu selesai meiosis setiap telur mengandung satu kromosom X.

masam telur yang terjadi menurut kromosom kelamin hanya satu : ovum-X.
Pada Aves yang bersistem ZW, oogonium mengandung susunan kromosom kelamin
ZW. Dengan demikian selesai meiosis ada dua macam ovum terbentuk (kemungkinan),
yaitu ovum-Z dan ovum-Y.

Proses Ovulasi
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan
badan polar I (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II
dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan
polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi
ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Dengan datangnya pubertas (masa remaja), alat reproduktif wanita mulai mengalami
ritme seks 28 hari yang disebut haid atau menstruasi. Haid adalah peristiwa keluarnya
darah dari vagina. Darah haid ini berasal dari rongga rahim dan timbul akibat terlepasnya
selaput lendir rahim yang mnegalami proses kemunduran dan kerusakan. Selaput lendir ini
dipersiapkan untuk menerima sel telur yang telah dibuahi. Karenanya dalam darah haid
selain darah biasa terdapat pula sisa-sisa penghancuran dari jaringan selaput lendir rahim.
Lama pendarahan haid rata-rata berlangsung antara 2-6 hari. Jangka waktu dari hari
pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya disebut siklus haid. Daur hidup haid
dianggap normal apabila berlangsung antara 21 sampai 40-45 hari lamanya dan dikatakan
teratur bilamana perbedaan dalam siklus haid tidak lebih dari satu mingu lamanya.
Ovulasi terbagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase pra-ovulasi
Tahap pra-ovulasi ialah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi
ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin yang merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer
di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer

akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de
Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan
hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) selsel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga
disebut sebagai fase poliferasi.

Gambar Ovarium
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium dan
kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase ovulasi
atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen
selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan
terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada
hari ke-14.

c. Fase pasca-ovulasi
Tahap pasca-ovulasi ialah jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid
berikutnya. Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder

karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi
estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen
dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir
pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi
progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi)
zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini
berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi
pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki
kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen
dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan
FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Balinsky, B.I. (1996) An Introduction Embrylogy. Philadelphia: W.B Saunders Company


Sihombing, P., Sipahutar, H., Siahaan, P.M., Manalu, A. (2004) Struktur dan
Perkembangan Hewan II. Medan: FMIPA UNIMED
Suryo. (2010) Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yatim, Wildan. (1994) Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
http://zygote.swarthmoreedu/into.html. diaskes 23 Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai