Anda di halaman 1dari 24

SPERMATOGENESIS

A. PENGERTIAN
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon)
yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis di tubulus seminiferus dan diatur oleh
hormon gonadotropin dan testosteron.
Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis
melewati sebuah proses kompleks. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke
sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung
secara berurutan
B. TEMPAT TERJADI SPERMATOGENGESIS
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang
disebut spermatogonia (jamak). Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruangruang testis (lobulus testis).
Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri
dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (tunggal =
spermatogonium). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
http://erte021.blogspot.co.id/2012/08/makalah-spermatogenesis_1042.html

makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonia terletak didua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.

C. PROSES SPERMATOGENESIS

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi tiga tahap, yaitu :


1. Tahapan Spermatocytogenesis

Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali


yang akan menjadi spermatosit primer.Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi
dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan),
berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia
tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma semakin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat
buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase
golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa
(sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti selsel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk
yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi
umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.

Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama
cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 400 juta sel spermatozoa.
D. HORMON YANG BERTINDAK DALAM SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a.

Kelenjer hipofisis
Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/FSH)

dan hormonlutein (Luteinizing Hormon/LH).


b. LH (Luteinizing Hormone)
LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormone testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
E. STRUKTUR SPERMA
Sperma diproduksi di testis. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih
usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua.
Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah
ditempatkan di dalam vagina wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5
sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.
Struktur sperma :

1. Kepala (caput)
Kepala (caput) terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti
(nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung
kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix)
Leher (cervix) menghubungkan kepala (caput) dengan badan.
3. Badan (corpus)
Badan (corpus) banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda)
Ekor (cauda) berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferens dan ductus
ejakulotoris.

F. JENIS SPERMA

Sperma terbagi menjadi dua yaitu, Sperma X dan Sperma Y. Pada manusia, jenis kelamin
anak ditentukan oleh sel sperma. spermatozoa yang membawa kromosom Y akan menghasilkan
keturunan (XY) laki-laki, sementara spermatozoa dengan kromosom X akan menghasilkan
keturunan (XX) perempuan (ovum selalu memberikan kromosom X).
Sperma X dan Y dapat dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran, variasi
ukuran kromosom Y, kemampuan bergerak, serta umur sel, dan juga elektrisitas dan sifat
kimiawinya. Namun yang akan dibahas kali ini adalah dalam beda bentuk ukuran, kemampuan
bergerak, dan umur sel.

Sperma Y (pria) bergerak lebih cepat, ukurannya relatif lebih kecil, namun umurnya lebih
pendek. Sebaliknya, sperma X lebih kurang 3% lebih gemuk, bentuknya lebih bulat, dengan
bentuk dan ukuran yang demikian, sperma X bergerak lebih lambat. Namun mereka memiliki
daya tahan hidup yang lebih lama. Sperma Y dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi
wanita selama 12 hingga 24 jam, sedangkan sperma X sanggup bertahan hingga 2 hari.

G.

KECACATAN PADA SPERMATOGENESIS

1. Nondisjunction
Misalnya pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak
mendapatkan kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga
sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak mempunyai
kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A + X.
2. Sperma berkepala dua
Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal. Sebagai
contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan pembentukan
sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat
menyebabkan produksi sperma yang abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
3. Sperma tanpa akrosom
4. Oligospermia
Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen .
Paling sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat , merokok ,
minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan pakaian dalam yang
terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma
kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali terutama pada saat wanita sedang masa subur ) ,
hindari menggunakan pelumas pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi
sperma.
5. Azoospermia
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5
Azoospermia ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia terjadi karena

adanya obstruksi saluran reproduksi atau vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya
kegagalan testis memproduksi spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).

2) OOGENESIS

A. PENGERTIAN
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan.
Oogenesis terjadi di semua spesies dengan reproduksi seksual dan itu mencakup semua
tahap belum matang sel telur.
Reproduksi terjadi ketika sel telur dibuahi oleh gamet jantan atau sperma. Sperma juga berisi
setengah bahan genetik dari individu yang matang, sehingga embrio yang dibentuk oleh
fertilisasi akan berisi set lengkap materi genetic. Setengah dari sel telur dan setengah dari
sperma.
B. PROSES OOGENESIS

Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih did dalam kandungan, yaitu pada
saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan,
oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini
tidak dilanjutkan sampai bayi perempuaan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta
oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak permepuan hanya memiliki sekitar 200.000 oosit
primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertama. Oosit yang mengalami meiosis I
akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil
disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selan jutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II. Namun, pada tahap oosit
sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi
ovulasi. Jika tidak terjadi ovulasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun, jika ada
sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid
dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua. Akkhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang
akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi untuk
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan oosit primer
menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk
menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang
menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi Folikel De Graaf
(folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus
luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
C. Hormon - Hormon yang Berperan dalam Proses Oogenesis

Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone yang dihasilkan
aksi dari hypothalamus, hipofisis, dan ovarium.
Hormon-hormon yang berperan dalam oogenesis diantaranya :
1. GnRH (gonadotropin releasing hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan. GnRH menstimulasi hipofisis mensekresi
hormon FSH (folicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).
2. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormone progesterone dan meransang
ovulasi.
3. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel.
4. Estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
5. HCG (Human Chorionic Gondaotropin)
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum.

D. STRUKTUR OVUM

Selayaknya spermatozoon, ovum juga didesain khusus untuk memuat muatan genetis
berupa 23 kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Untuk melindungi muatan genetis
tersebut, ovum harus memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1. Membran Vitellin
Membran Vitellin adalah lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran plasma dari
sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama seperti pada sel lain,
terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari mereka.
2. Zona Pellusida
Zona Pellusida adalah lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah.
Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Zona pelusida, lebih dikenal
sebagai jelly mantel. Hal ini juga terlibat dalam pengikatan sperma selama pembuahan dan
mencegah lebih dari satu sperma memasuki sel telur.
3. Korona Radiata
Korona Radiata merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit dan
merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar ini terdiri dari beberapa baris
sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel setelah dikeluarkan dari folikel. Korona radiata
menyediakan sel telur dengan protein esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung,
melindunginya saat berjalan menuruni tuba falopi.
3) PERBEDAAN SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
a.

Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis adalah produksi

ovum wanita.

b. Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis dimulai dari Oosit


Primer.
c.

Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari spermatosit primer.

Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3 badan polar Oosit primer.
d. Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama, sedangkan, pada
Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
e.

Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur).

f.

Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari ovum (sel telur).

g. Sel-sel sperma yang motil, sedangkan pada ovum adalah immotile.


h. Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan sekunder
Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
i.

Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis dimulai dari sebelum

kelahiran, pada tahap perkembangan embrio.


j.

Spermatogenesis menghasilkan sel sperma pada satu waktu, sedangkan pada hasil Oogenesis

hanya satu ovum per bulan.


k. Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan Oogenesis melibatkan fase
yang panjang.
l.

Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan pada Oogenesis

terjadi dalam pola siklik.


m. Spermatogenesis dengan hasil akhir 4 spermatozoid, sedangkan oogenesis hanya
menghasilkan 1 ovum.
http://kebidananardianti.blogspot.co.id/2016/02/makalah-spermatogenesis-danoogenesis.html

PENGERTIAN SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis adalah

proses

pembentukan

dan

pemasakan

spermatozoa.

Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif
membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang
berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur
oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding
tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium

terdapat sel sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa.
Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan
dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi
di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus
tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga
lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
PROSES SPERMATOGENESIS
Proses

pembentukan

dan

pemasakan

spermatozoa

disebut

spermatogenesis.

Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel


epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan
epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu
testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah
besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari

spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk


sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli,
dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang
terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:

LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon


testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.

FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis.

Proses

pemasakan

spermatosit

menjadi

spermatozoa

disebut

spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu


selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian,
setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih
bersifat diploid

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami
meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit
sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang
haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan
spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi,
fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma)
masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk
memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan
dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 400 juta sel spermatozoa.

B.

TAHAP TAHAP SPERMATOGENESIS


Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Berikut adalah skema tahapan
spermatogenesis :

Penjelasan skema tahap spermatogenesis :

Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang

berjumlah ribuan.
Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya

membentuk spermatosit primer yang siap miosis.


Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan

spermatosit sekunder (n)


Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid

yang bersifat haploid. (n)


Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua

fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.


Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis -

meiosis

pertama

membentuk

urethra dan berakhir dengan ejakulasi.

C.

STUKTUR SPERMA MATANG


Struktur sperma matang terdiri dari:

kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk
lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan
disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dariacrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga
mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi

Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan
filament poros.

Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang
berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena
mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta
fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.

Ekor

Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung
banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol
terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi
oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan
ekor sperma.
Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri dan
kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di
puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai
saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang / mature sehingga siap
bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus
ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis ,
kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma dinamai dengan
semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
D.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi
kemandulan:

1.

Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas

yang

berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma


dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma yang
paling efsisien adalah pada suhu 33,5 (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada
pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga
2.

tubuh.
Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan

(misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).


3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan)
bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.

4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria.
Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
HORMON YANG BERPERAN DALAM PROSES PEMBENTUKAN SPERMATOZOA
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:

LH (Luteinizing Hormone)
LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang merangsang sel Leydig untuk menghasilkan
hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.

FSH (Folicle Stimulating Hormone)


FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut
spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2
hari.

Hormon Testosteron
Hormon testosteron (androgen) merupakan hormon yang dihasilkan oleh testis Hormon ini
berfungsi merangsang perkembangan organ Seks primer pada saat embrio dan mendorong
spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi danciri kelamin
sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.
http://zekibl.blogspot.co.id/2015/05/makalah-spermatogenesis-dan-oogenesis.html

SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma. Proses ini terjadi di dalam alat
genital pria, yakni testis. Pembentukan sperma ini dimulai pada saat pubertas, ketika produksi
hormon gonadotropin sudah cukup maksimal untuk merangsang pembentukan spermatozoa.
Pada mulanya, diwaktu masih dalam kandungan, sel-sel germinal primordial tampak pada
tingkat perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat
allantois.
Kemudian pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi ke rigi urogenital yang saat itu

tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam kandungan sampai masa pubertas nanti, sel-sel
germinal primordial ini akan mengalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus
seminiferus telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi menjadi
spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, spermatogonia itu berasal dari sel-sel
germinal primordial tersebut.
Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk. Seiring perkembangan ilmu
pengetahuan, saat ini diketahui bahwa spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian
fase pembelahan secara mitosis, dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia
tipe B ini kemudian yang akan bergerak ke lumen, termodifikasi dan membesar membentuk
spermatosit primer. Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen sambil membelah
secara miosis menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis pertama ini (atau miosis I), proses
yang berlangsung cukup lama adalah pada tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan
proses selanjutnya yakni metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat.
Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan langsung membelah kembali secara
miosis (atau miosis II) menjadi spermatid. (Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit
sekunder jarang ditemukan dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang telah
haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (spermatosit primer).
Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Proses
ini secara keseluruhan dikenal dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat
tahapan:
1. Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separoh
permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus
lapisan-lapisan sel telur pada saat fertilisasi. (contohnya, enzim hyaluronidase dan
proteolitik).
2. pemadatan inti/kondensasi nukleus.
3. pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma
4. penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian difagosit oleh
sel sertoli.

Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1 spermatosit
primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini berlangsung di dalam testis lebih kurang selama
64 hari, dimana sebenarnya spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza
baru setiap hari.

Gambar : Proses pembelahan spermatogesis

OOGENESIS
oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula dalam ovarium terjadi oosit
primer yang kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk oosit sekunder (yang besar)
dan benda kutub (yang kecil). Inti kedua sel tersebut sebenarnya sama besar, tetapi berbeda
dalam jumlah plasma sel

Gambar: Proses Pembelahan Oogenesis


1. Sel-Sel Kelamin Primordial

Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus
vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6
kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium)
dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara
bersama-sama membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan
sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan
intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu
pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf
dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom
merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosomkromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin
membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai
sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan
terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar
dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat
membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder
dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona
pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi
ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak,
semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal

mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami
perkembangan embrional
http://oospermatogenesis.blogspot.co.id/2012/12/perbedaan-spermatogenesis-danoogenesis.html

B. Gametogenesis pada Tumbuhan Tingkat Tinggi


Pada tumbuhan berbunga, gametogenesis diperlukan dalam pembentukan gamet jantan dan
pembentukan gamet betina. Pembentukan gamet jantan disebut mikrosporogenesis, sedangkan
pembentukan gamet betina disebut megasporogenesis.
1. Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis berlangsung di dalam benang sari, yaitu pada bagian kepala sari atau anthera.
Kepala sari ini menghasilkan serbuk sari, yang mengandung sel sperma. Pembentukan sel
sperma dimulai dari sebuah sel induk mikrospora diploid yang disebut mikros porosit di dalam
anthera. Mikrosporosit ini mengalami meiosis I menghasilkan sepasang sel haploid. Selanjutnya,
sel ini mengalami meiosis II dan menghasilkan 4 mikrospora yang haploid. Keempat mikrospora
ini berkelompok menjadi satu sehingga disebut sebagai tetrad.
Setiap mikrospora mengalami pembelahan mitosis. Pembelahan ini menghasilkan dua sel, yaitu
sel generatif dan sel vegetatif. Sel vege tatif ini mempunyai ukuran yang lebih besar daripada sel
generatif. Struktur bersel dua ini terbungkus dalam dinding sel yang tebal. Kedua sel dan dinding
sel ini bersama- sama membentuk sebuah butiran serbuk sari yang belum dewasa.

Setelah terbentuk serbuk sari, inti generatif membelah secara mitosis tanpa disertai sitokinesis,
sehingga terbentuklah dua inti sel sperma. Sementara itu, inti vegetatifnya tidak membelah.
Pembentukan sel sperma ini dapat terjadi sebelum serbuk sari keluar dari anthera atau pada saat
serbuk sari sampai di kepala putik (stigma). Pada saat inilah, tangkai serbuk sari mulai tumbuh.
Pada umumnya, pembelahan mitosis sel generatif terjadi setelah buluh serbuk sari menembus
stigma atau mencapai kantung embrio di dalam bakal biji (ovulum).

2. Megasporogenesis
Proses megasporogenesis terjadi di dalam bagian betina bunga, yaitu bakal biji (ovulum) yang
dibungkus oleh bakal buah (ovarium) pada pangkal putik. Di dalam bakal biji terdapat
sporangium yang mengandung megasporofit yang bersifat diploid. Selanjutnya, megasporofit
mengalami meiosis menghasilkan 4 megaspora haploid yang letaknya berderet. Tiga buah
megaspora mengalami degenerasi dan mati, tinggal sebuah megaspora yang masih hidup.
Megaspora yang hidup ini mengalami pembelahan kromosom secara mitosis 3 kali berturutturut, tanpa diikuti pembelahan sitoplasma. Hasilnya berupa sebuah sel besar yang disebut
kandung lembaga muda yang mengan dung delapan inti haploid. Kandung lembaga ini
dikelilingi kulit (integumen). Di ujungnya terdapat sebuah lubang (mikropil) sebagai tempat
masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga.

Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi menempatkan diri di dekat mikropil. Dua di antara tiga
inti yang merupakan sel sinergid mengalami degenerasi. Sementara itu, inti yang ketiga
berkembang menjadi sel telur. Tiga buah inti lainnya bergerak ke arah kutub kalaza, tetapi
kemudian mengalami degenerasi pula. Ketiga inti ini dinamakan inti antipoda. Sisanya, dua inti
yang disebut inti kutub, bersatu di tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid
(2n). Inti ini disebut inti kandung lembaga sekunder. Ini berarti kandung lembaga telah masak,
yang disebut megagametofit dan siap untuk dibuahi.
http://www.mikirbae.com/2016/03/gametogenesis-pada-hewan-dan-tumbuhan.html

Anda mungkin juga menyukai