Disusun oleh:
2021
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Tikus (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai “tikus putih” adalah hewan
yang paling sering digunakan sebagai model dalam penelitian biomedis. Oleh karena dapat
mewakili sistem biologis mammal, maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba
dalam kajian praklinik. Salah satu galur yang paling banyak digunakan adalah tikus Wistar
(Wistarat) yang mulai dikembangbiakkan di Wistar Institute sejak 1906 (Sengupta, 2013).
Testis merupakan kelenjar utama dalam sistem reproduksi jantan yang bertanggung
jawab terhadap produksi gamet jantan atau spermatozoa (spermatogenesis) dan sintesis hormon
jantan atau androgen (steroidogenesis). Testis berjumlah sepasang, terletak di inguinal, tersimpan
dalam kantung skrotum. Pada mammal, testis turun dan keluar dari rongga abdomen (peritoneal)
menuju posisi ekstrakorporeal dan akhirnya masuk ke dalam skrotum (inguinoskrotal). Proses ini
dikenal sebagai descensus testiculorum yang dikendalikan oleh androgen. Dengan posisi ini
temperatur testis menjadi lebih rendah daripada temperatur tubuh (sekitar 2–4 C) yang
diperlukan untuk spermatogenesis (Hughes & Acerini, 2008).
Testosteron sebagai androgen utama yang diproduksi oleh sel-sel interstitial Leydig,
berperan dalam regulasi spermatogenesis, yaitu memacu pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel
spermatogenik. Di samping itu testosteron juga berperan dalam menstimulasi pertumbuhan serta
memelihara struktur dan fungsi organ-organ reproduksi (termasuk saluran dan kelenjar), serta
memunculkan dan mempertahankan ciri kelamin jantan sekunder (Gofur et al.,
2014).pertumbuhandanperkembangansistem reproduksi jantan meliputi: berat badan, kadar
testosteron, indeks kelenjar-kelenjar reproduksi, spermatogenesis, dan analisis spermatozoa.
BAB II
Bagian organ reproduksi berupa saluran Fungsi Epididimis adalah sebagai saluran,
penyimpanan, dan pematangan sperma. Setelah epididimis, sperma akan masuk ke vas deferens,
lalu disalurkan menuju ke vesikula seminalis. Vas Deferens merupakan saluran yang berfungi
menyalurkan sperma ke vesikula seminalis. Ductus ejaculator Merupakan saluran sperma yang
menghubungkan vas deferens dengan saluran uretra.
Uretra adalah saluran yang terletak dalam penis. Fungsi uretra adalah
sebagai tempat keluarnya sperma dan urin. Fungsi testis adalah menghasilkan sel
kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon seks yaitu testosteron. Tempat
pembentukan sperma dalam testis adalah tubulus seminiferus. Fungsi vesikula
seminalis untuk mensekresikan cairan yang bersifat basa, mukus, vitamin,
fruktosa (sebagai nutrisi bagi sperma), protein, enzim dan prostaglandin. Kelenjar
prostat Merupakan organ yang berada dibawah kandung kemih. Fungsi kelenjar
prostat adalah mensekresikan cairan yang bersifat basa. Kelenjar Bulbouretra
Cowper kelenjar yang berjumlah dari sepasang. Fungsi kelenjar bulbouretra
(cowper) adalah menghasilkan cairan lendir yang sifatnya basa dalam saluran
ejakulasi.
Penis (Zakar) Penis merupakan alat kelamin luar pada pria. Fungsi penis
adalah untuk memasukkan sperma ke dalam alat reproduksi betina
(kopulasi).Skrotum (Kantung Pelir) Skrotum merupakan kantung pembungkus
testis.ungsi skrotum adalah mengatur suhu testis agar selalu tetap untuk menjaga
proses pembentukan sperma.
Pada gambar 2 merupakan reproduksi tikus jantan yang terlihat pada mikroskop.
Spermatogenesis dimulai dari membran basal tubulus seminiferus, dimana di sepanjang bagian
tersebut terdapat spermatogonium yang diakhiri pada bentuk spermatozoa dan akan dilepaskan di
lumen (saluran bagian tengah tubulus seminiferus) (Walker 2010). Proses spermatogenesis
dibagi menjadi beberapa tahap yang berbeda, masing-masing sesuai jenis dari sel yang terbentuk.
a) sel tipe A dengan inti gelap dimana sel-sel ini akan memperbanyak diri untuk
memberi pasokan spermatogonium yang konstan untuk kepentingan
spermatogenesis
b) sel tipe antara (intermediate/in) dengan inti pucat, jenis sel ini akan
mengalami pembelahan mitosis untuk menghasilkan sel tipe B
c) sel tipe B, sel ini akan membelah diri untuk menghasilkan spermatosit primer.
Morfologi dari spermatosit primer adalah sel pada lapis berikutnya setelah
spermatogonium B yang lebih besar diameternya, intinya lebih besar serta
lebih banyak mengandung khromatin. Umur sel tersebut pendek karena
segera mengalami pembelahan kedua (mitosis) menjadi spermatid, dari satu
sel spermatozoa menjadi empat spermatid yang secara morfologis identik,
tetapi gen yang dikandung dapat berbeda. Ukuran sel yang kecil, sedikit
kromatin pada inti dan sentriol masih terlihat.
B. Meiosis
Setiap spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya
dan akan mengalami proses meiosis I. Spermatosit I (primer) akan menjauh dari
lamina basalis dan sitoplasma akan semakin banyak Setiap spermatosit primer akan
menghasilkan dua sel, yaitu spermatosit sekunder haploid. Masingmasing spermatosit
sekunder selanjutnya akan menjalani proses meiosis II untuk menghasilkan 2 buah
spermatid haploid (Garner dan Hafez 2000). Sitokinesis pada meiosis I dan II ternyata
tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu
jembatan (disebut juga sebagai interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit
I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
C. Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa oleh serangkaian
perubahan morfologi yang berlangsung dengan cepat secara kolektif dimana setelah
kehilangan sebagian dari sitoplasma, spermatid kemudian mengalami diferensiasi
menjadi spermatozoa. Spermiogenesis menurut Garner dan Hafez (2000) meliputi 4
tahap yaitu tahap golgi (golgi phase), tahap tudung (cap phase), tahap akrosom
(acrosomal phase) dan tahap pematangan (maturation phase).
a) Tahap golgi akan terbentuk badan golgi, axonema dan terjadi kondensasi pada
DNA. Tahap ini ditandai dengan pembentukan butiran proacrosomal dalam
aparatus golgi, dari penggabungan butiran menjadi granul akrosom tunggal
kemudian granul akrosom menjadi granul inti. Selain itu, sentriol proksimal
akan bermigrasi dekat dengan inti yang diperkirakan membentuk dasar dari
ekor ke kepala.
b) Tahap tudung dimana saat akrosom makin besar kemudian membentuk lipatan
tipis melingkupi bagian kutub yang akan menjadi bagian depan. Pada
akhirnya terbentuk semacam tutup pada spermatozoon.
c) Tahap akromosom, terjadi redistribusi bahan akrosom. Nukleoplasma
berkondensasi, sementara itu spermatid memanjang. Bahan akrosom
kemudian menyebar membentuk lapisan tipis meliputi kepala dan tudung,
sampai akrosom dan tudung kepala membentuk tudung akrosom. Akrosom
mengandung komponen karbohidrat dan enzim hidrolisa yaitu hyaluronidase,
neuroaminidase, fosfatase, dan protease. Sementara itu inti spermatid
memanjang dan menipis. Butiran nukleoplasma mengalami transformasi
menjadi filamen-filamen yang lebih pendek dan tebal serta kasar.
d) Tahap pematangan merupakan transformasi akhir dari spermatid yang
memanjang ke dalam sel yang akan dilepaskan ke dalam lumen tubulus
seminiferus. Tahap ini melibatkan perubahan bentuk spermatid sesuai dengan
ciri spesies. Ketika akrosom terbentuk sentriol pun bergerak kekutub yang
bersebrangan. Sentriol terdepan membentuk flagellum, sentriol-sentriol
membentuk di sekeliling pangkal ekor. Mitokondria membentuk cincin-cincin
di bagian middle piece ekor, dan fibrosa pada bagian luar. Mikrotubul muncul
dan berkumpul dibagian samping spermatid membentuk satu batang besar.
Ketika ekor mengalami diferensiasi, sitoplasma sisa yang diselaputi membran
melepaskan diri kesamping (reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli).
Kelenjar Prostat Organ reproduksi pada jantan dilengkapi dengan kelenjar-
kelenjar asesoris yaitu kelenjar vasikularis, kelenjar prostat, dan kelenjar
bulbouretralis. Kelenjar ini memiliki konsistensi kenyal, elastis dan banyak
saluran berbentuk tubulo alveolar yang merupakan kelenjar-kelenjar
submukosa dan kelenjar prostatis. Kelenjar prostat memiliki fungsi sebagai
penghasil cairan semen yang menyumbang hingga 30 persen dari volume
plasma semen. Kelenjar prostat memproduksi cairan seminal dan sekresi lain
yang menjaga kelembaban saluran uretra. Saluran-saluran tersebut
berhubungan dengan uretra. Lumen kelenjarkelenjar dan duktus-duktus
dibatasi oleh epitelium silindris sederhana. Kelenjar prostat pada rodensia
terdiri dari dua bagian yaitu bagian ventral dan prostat dorsalateral (Roth MY
dan Page ST 2011). Menurut Jesik, et al 1982 dalam Mohamad et al. (2001)
kelenjar prostat tikus dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu dorsal (DP), lateral
(LP), dan ventral (VP). Masing-masing lobus prostat dikelilingi oleh stroma
yang sangat tipis dan hanya terdiri dari beberapa lapis sel spindle yang
diselingi oleh serat kolagen diantaranya (Harmelin et al. 2005). Prostat berupa
kelenjar yang terletak di bawah kantung kemih dan mengelilingi saluran
uretra. Histologi kelenjar prostat terdiri dari stroma dan epitel glandular yang
berbentuk kuboid
Pada reproduksi tikus jantan terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian organ reproduksi
berupa saluran yaitu Epididimis, Vas Deferens, Ductus Ejakulatori dan Uretra. Kemudian organ
reproduksi berupa kelenjar yaitu Testis, Vesikula seminalis, Kelenjar prostat dan Kelenjar
Bulbouretra (cowper). Selanjutnya bagian organ reproduksi eksternal yaitu Penis, Skrotum.
Proses spermatogenesis dibagi menjadi beberapa tahap yang berbeda, masing-masing sesuai
jenis dari sel yang terbentuk. Spermatositogenesis dimulai dengan berkumpulnya spermatogonia
primordial pada tepi membran basal dari epitel germinativum dan diproses menuju lumen.
Spermatositogenesis merupakan proses dimana spermatogonia yang merupakan struktur primitif
mengalami mitosis berkali-kali. Selama proses spermatogenesis berlangsung, spermatogonia
akan mengalami tahapan perkembangan selanjutnya menjadi spermatosit, spermatid dan
spermatozoa dalam satu siklus. Setiap spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n)
pada inti selnya dan akan mengalami proses meiosis I. Spermatosit I (primer) akan menjauh dari
lamina basalis dan sitoplasma akan semakin banyak Setiap spermatosit primer akan
menghasilkan dua sel, yaitu spermatosit sekunder haploid. Spermiogenesis merupakan
transformasi spermatid menjadi spermatozoa oleh serangkaian perubahan morfologi yang
berlangsung dengan cepat secara kolektif dimana setelah kehilangan sebagian dari sitoplasma,
spermatid kemudian mengalami diferensiasi menjadi spermatozoa
Satriyasa, B.K., 2010, Fraksi Heksan dan Fraksi Metanol Ekstrak Biji Pepaya Muda dapat
Menghambat Spermatogonia Mencit Jantan (Mus musculus, L.), Tesis Tidak Diterbitkan,
Malang: Jurusan F. Farmakologi, Universitas Undayana Bali.
Harlis W.O., 2006. Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa, Makalah Biologi Sel, Fakultas
Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Madah, Yogyakarta.