Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN


SEMESTER 114
“STRUKTUR OVARIUM MENCIT”

disusun oleh:

1. MUHAMMAD RHEIN SALIM (1308620055)


2. MAULANA YUSUF (1308620060)
3. JUAN WIJAYA REJEKINTA (1308620062)
4. ZAHRA NUR AZIZA (1308620077)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mencit Sebagai Hewan Uji Coba


Mencit mempunyai ukuran dan berat badan yang lebih kecil daripada tikus.
Strain yang digunakan saat ini adalah galur Mus musculus domesticus, Mm.
musculus, dan Mm. molossius beserta turunan dari masing-masing substrain
tersebut (Suckow et al., 2001). Mencit merupakan hewan yang paling banyak
digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara
40–80%. Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium, khususnya
digunakan dalam penelitian biologi. Mencit mempunyai banyak keunggulan sebagai
hewan coba, di antaranya siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per
kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, dan mudah dalam penanganannya
(Suckow et al., 2001).
Semua galur Mus musculus laboratorium sekarang ini merupakan keturunan dari
Mus musculus liar sesudah melalui peternakan selektif (Smith & Mangkoewidjojo,
1988). Guneberg (1943) mengklasifikasikan sistem orde mencit sebagai berikut.
1. Kingdom : Animalia
2. Filum : Chordata
3. Kelas : Mamalia
4. Ordo : Rodentia
5. Famili : Murinane
6. Genus : Mus
7. Spesies : Mus musculus
Pada sistem reproduksi betina organ yang berfungsi untuk menghasilkan telur
atau ovum adalah ovarium. Pada semua mamalia betina terdapat sepasang
ovarium. Masing-masing terletak di dekat ginjal yaitu tempat pertama kali
ovarium mengalami diferensiasi (Nalbandov, 1990). Ovarium dikenal sebagai
kelenjar ganda sebab mampu bertindak sebagai kelenjar eksokrin (sitogenik) dan
endokrin. Setiap ovarium menempel pada sisinya yang disebut hilus atau
mesovarium yang merupakan lipatan peritonium, ke ligamentum latum (Leeson
et al.,1996).
B. Mencit Betina

Gambar 1 : Letak ginjal dan alat reproduksi betina mencit

Ovarium merupakan organ reproduksi utama pada hewan betina. Dalam tiap
individu tikus betina terdapat sepasang ovarium. Hal ini merupakan jumlah ovarium
pada mamalia secara umum. Kedua ovarium ini terletak di dekat ginjal, yaitu di tempat
ovarium pertama kali mengalami diferensiasi. Ovarium terikat pada mesovarium.
Bentuk ovarium bergantung dari sifat spesiesnya, apakah individu yang bersangkutan
merupakan monotokus ataukah politokus. Organisme politokus seperti tikus
laboratorium memiliki ovarium berbentuk buah berry (Nalbandov, 1990).

Sistem reproduksi mencit betina terdiri atas beberapa organ, yaitu ovarium,
saluran telur (oviduct atau tuba falopi), uterus (endometrium), vagina, dan klitroris.
Ovarium berbentuk bulat, kecil, melekat pada dinding rongga tubuh oleh selaput
mesovarium. Ovarium terdapat sepasang yang jenuh dengan bakal sel telur atau
oogonium. Ovarium tersebut akan selalu mematangkan oogonium menjadi telur (ovum)
secara bergantian antara ovarium kanan dan kiri dengan cara ovulasi yang selanjutnya
akan masuk ke dalam saluran telur atau oviduk. Saluran telur merupakan saluran kecil
yang berliku-liku. Ujung anteriornya terdapat tuba falopi yang merupakan tempat
masuknya telur yang telah matang dari ovarium. Selaput penggantung oviduk disebut
mesosalphink. Uterus (endometrium) berdinding tebal, tersusun dari oviduk yang
melebar pada bagian posterior, dan mempunyai tipe bicornus (tanduk). Selaput
penggantung uterus disebut mesometrium. Jika uterus tampak menonjol maka mencit
dalam keadaan bunting. Vagina merupakan persatuan dari kedua uterus, yang lubang
keluarnya disebut vulva. Klitoris merupakan penonjolan kecil, anterior dari vulva dan
tempat bermuaranya uretra. Klitoris merupakan organ yang ekuivalen dengan penis
pada jantan. (Badrut, 2016)

Pada penampang melintang ovarium, dapat dilihat di dalamnya terdapat dua


wilayah, yakni outer cortex (korteks luar) dan inner medula (medula dalam). Wilayah
korteks lebih luas daripada wilayah medula. Medula terdiri dari suatu jaringan
penyambung longgar yang kaya serat elastis. Di dalam medula terbenam pembuluh
darah, saluran limfatik dan urat saraf. Korteks merupakan zona perifer yang lebar,
terdiri dari stroma seluler padat yang berbintik karena adanya folikel berisi cairan yang
mengandung ovum. Sel-sel penyambung dalam korteks panjang dan berbentuk spul
dengan nukleus memanjang, menyerupai nukleus otot polos. Sel-sel stroma terbenam
dalam matriks kolagen halus. Matriks ini juga mengandung sel-sel interstisial yang
dapat menghasilkan progesteron dan androgen. Ovarium tertutup oleh sel-sel epitel
germinal. Di bawah epitel germinal ini, terdapat tunika albuginea yang mengandung
beberapa sel yang terpencar di antara serat-serat kolagen yang berhimpitan erat
(Bevelander dan Ramaley 1979).

Gambar 2 : Ovarium beserta bagian-bagiannya (Herbrandson 2005).


BAB 2 ………
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Pengamatan

Gambar 3. Ovarium Mencit dilihat dengan mikroskop (Joko Ariyanto, 2015)

Gambar 4. Ovarium Mencit difoto menggunakan kamera (Irsyadul uma, 2012)


2.2 Pembahsan
Dari hasil pengamatan pada ovarium mencit diperoleh bahwa ovarium memiliki
dua bagian, yakni outer cortex (korteks luar) dan inner cortex (medula dalam).
Wilayah korteks luar lebih luas dari wilayah medula dalam. Bagian medula terdiri
dari suatu jaringan ikat fibrosa longgar yang kaya serat elastis. Dalam medula
terbenam pembuluh darah, saluran limfatik dan urat saraf. Stroma pada medula
mengandung berkas serat otot polos. Korteks merupakan zona perifer yang lebar,
terdiri dari stroma seluler padat yang berbintik karena adanya folikel berisi cairan
yang mengandung ovum. Jaringan ikat dalam korteks itu panjang dan berbentuk
spul dengan nukleus memanjang, menyerupai nukleus otot polos. Stroma terbentuk
atas jalinan serat retikulin dan selnya berbentuk gelendong yang tersusun berpusar
tidak teratur yang dinamakan fibroblas. Sel-sel stroma terbenam dalam matriks
kolagen halus. Matriks ini juga mengandung sel-sel interstisial yang dapat
menghasilkan progesteron dan androgen. Ovarium tertutup oleh sel-sel epitel
germinal. Di bawah epitel germinal ini, terdapat tunika albuginea yang mengandung
beberapa sel yang terpencar di antara serat-serat kolagen yang berhimpitan erat
(Bevelander dan Ramaley 1979).
Dari gambar di atas dapat diperoleh informasi bahwa ovarium merupakan tempat
terbentuknya ovum. Proses ini disebut sebagai oogenesis. Dalam proses ini,
oogonium diubah menjadi oosit dan kemudian dimatangkan menjadi ovum yang
siap dibuahi (Isnaeni 2006). Sesaat sebelum lahir, sekelompok sel muncul dari epitel
ovarium. Salah satunya berkembang lebih cepat sehingga menjadi lebih besar dari
sel sekelilingnya, menjadi oogonium. Sel-sel yang lain kemudian tersusun selapis
mengelilingi oogonium membentuk folikel primer. Oogonium kemudian bermitosis.
Pada tahap selanjutnya oogonium berkembang menjadi oosit primer. Oosit primer
ini mengalami pembelahan meiosis. Saat dilahirkan, oosit primer berada pada tahap
profase I. Oosit akan tetap berada pada tahap ini hingga mencapai masa pubertas
(dewasa kelamin). Pada saat dewasa kelamin, oosit primer akan melanjutkan
pembelahan meiosisnya. Folikel menjauhi tunika albuginea dan mendekati stroma.
Saat itu, oosit membesar, dan sel-sel folikel bermitosis menjadi berlapis. Zona
pelusida muncul di antara oosit primer dan sel-sel folikel. Pada tahap ini, folikel
disebut sebagai folikel sekunder. Folikel sekunder mengalami pertambahan ukuran
dan jumlah yang cukup besar. Selanjutnya sel-sel folikel tersebut bersatu
membentuk lapisan granulosa. Oosit primer mulai tumbuh dan memperbesar
ukurannya. Pada perkembangan akhir, folikel sekunder terlihat dikelilingi oleh
ruangan yang tidak teratur dan merupakan hasil diferensiasi sel-sel epitel dari
stroma ovarium. Del-del epitel tersebut kemudian secara bersama-sama membentuk
teka folikuli. Folikel sekunder dengan teka folikuli ini disebut juga sebagai folikel
preantral. Pada perkembangan akhir folikel sekunder terjadi pemisahan teka folikuli
menjadi teka interna dan teka eksterna (Guerin, 2002). Folikel kemudian
diselubungi oleh sel-sel teka interna dan sel-sel teka eksterna. Teka banyak
mengandung pembuluh darah yang berperan dalam suplai nutrisi bagi oosit.
Selanjutnya muncul rongga-rongga di antara sel-sel granulosa. Rongga-rongga yang
terbentuk melebur menjadi antrum (cavity) yang berisi cairan. Pada keadaan ini,
folikel sekunder berubah menjadi folikel tersier. Lambat laun antrum semakin
membesar dan folikel disebut folikel De Graafian (Brook dan Marshall 1996).
Folikel De Graff berbentuk seperti vesikel transparan yang menonjolkan permukaan
ovarium. Sebagai akibat penimbunan cairan, rongga folikel semakin besar dan oosit
melekat pada dinding folikel yang dibentuk oleh sel-sel granulosa. Pada stadium ini
lapisan granulosa menipis karena penambahan cairan folikel yang tidak seimbang
dengan pembelahan sel-sel granulosa. Sel-sel granulosa yang menyusun lapisan
pertama sekitar ovum akan memanjang dan membentuk korona radiata yang
menyertai ovum bila meninggalkan ovarium (Junqueira et al., 1998)
Ketika Antrum semakin membesar kemudian antrum akan mendesak folikel
hingga folikel pecah dan oosit keluar. Peristiwa ini disebut ovulasi. Folikel yang
pecah menjadi berkerut karena tekanan intrafolikel hilang. Pada tahap selanjutnya,
terjadi pembentukan korpus luteum dari folikel yang tersisa. Kuatnya penyemprotan
cairan folikuler saat ovulasi menyebabkan dinding folikel kolaps dan terjadi
pendarahan. Darah kemudian membeku dan diinvasi oleh jaringan penyambung dari
stroma ovarium. Jaringan penyambung dengan sisa-sisa bekuan darah lambat laun
dibuang. Sel-sel granulosa tidak mengalami pembelahan, tetapi ukurannya
meningkat pesat. Sel-sel granulosa terisi tetesan lipid dalam sitoplasmanya dan
membentuk populasi sel-sel lutein granulosa dalam korpus luteum, sementara sel-sel
teka interna membentuk sel-sel lutein teka. Peningkatan ukuran korpus luteum
disebabkan oleh hipertrofi sel-sel lutein granulosa. Jika tidak terjadi implantasi,
korpus luteum akan berdegenerasi. Sisa-sisa sel difagosit oleh makrofag. Tempat
korpus luteum kemudian diduduki oleh jaringan parut dan jaringan penyambung
padat hingga membentuk korpus albikan. Korpus albikan lama-lama menghilang
direabsorbsi oleh stroma (Junqueira et al. 1995).
BAB 3
KESIMPULAN

Berdaskan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan fungsi


ovarium pada mencit adalah sebagai alat reproduksi betina yang berfungsi untuk
menghasilkan telur atau ovum. Struktur ovarium tersebut terdiri atas beberapa organ,
yaitu ovarium, saluran telur (oviduct atau tuba falopi), uterus (endometrium), vagina,
dan klitroris yang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Ovarium pada mencit
berbentuk bulat, kecil, melekat pada dinding rongga tubuh oleh selaput mesovarium.

DAFTAR PUSTAKA

Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo.1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan


Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. University Press, Jakarta.
Gruneberg, H. 1943. The Genetics of the Mouse. London: Cambridge University Press
Suckow, M.A., Danneman, P. & Brayton, C. 2001. The Laboratory Mouse. Florida:
CRC Press.
Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta:
Universitas Indonesia
Leeson, C.R., Leeson, T.S. dan Paporo, A.A. 1996. Buku Ajar Histologi Edisi
V (penerjemah S. Koesparti Siswoyo, Jan Tambayong, Sugito Wonodirekso,
Isnani A. Sunaryo, R. Tanzil, R. Soeharto, Soenanto Roewijoko, Isworo
Guritno dan Moch. Martoprawiro). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Badrut Tamam. 2016. Anatomi, Morfologi dan Klasifikasi Mencit (Mus musculus),
https://generasibiologi.com/2016/12/anatomi-morfologi-fisiologi-klasifikasi-nama-
ilmiah-latin-mencit-mus-musculus {Diakses pada 29 Maret 2021 ]
Bevelander G & JA Ramaley. 1979. Dasar-dasar Histologi. Terjemahan Wisnu
Gunarso, 1988. Jakarta: Erlangga.
Herbrandson C. 2005. Learning The Reproductive System Chapter 28. Online at
http://academic.kellogg.edu/ [diakses tanggal 29 Maret 2021].
Karlina, Y. (2003). Siklus Etrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam. core.ac.uk, 24-27.
Na’ima, M. (2011). EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINYAK SAWIT DAN.
lib.unnes.ac.id, 6-9.

Anda mungkin juga menyukai