SKENARIO
Ny. Centil 27 tahun, G1P0000 hamil 39-40 minggu, janin presentasi kepala tunggal
hidup, mengeluh keluar air ketuban. Pada pemeriksaan didapatkan janin presentasi kepala
tunggal hidup, taksiran berat janin 3100 gram. Pelvis skore 5, kepala H I.
BAB II
KATA KUNCI
1. Kehamilan KPD
Kehamilan yang mana pecah ketuban secara spontan sebelum ada tanda-tanda
persalinan, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal
persalinan.
BAB III
PROBLEM
1. Bagaimana menegakkan diagnosa kehamilan patologis dengan KPD?
2. Bagaimana tatalaksana kehamilan dengan KPD?
3. Bagaimana konseling, informasi, dan edukasi pada pasien dengan kehamilan
KPD?
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batasan
Ketuan Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat
belum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan.
Kejadian ini berhubungan dengan meningkatnya angka kejadian prematuritas dan infeksi
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap angka mortalitas dan morbiditas ibu dan
janin. Kejadian infeksi akibat KPD di Negara berkembang adalah 13 47%. Sementara
itu, angka kejadian neonatal mortality rate (NMR) adalah 18 per 1000 kelahiran hidup,
dimana prematuritas berperan sebagai salah satu penyebab pada 26% kasus dan infeksi
sebesar 28% dari keseluruhan kasus. Faktor yang dideteksi sebagai penyebab adalah
ketuban pecah lebih dari 24 jam pada 1,8 6,7%. Oleh karena itu, WHO menyarankan
langkah-langkah untuk menurunkan angka NMR diantaranya adalah pemberian antibiotic
pada kasus KPD dan kortikosteroid pada kasus prematuritas.
Organ genitalia interna atau secara awam bisa disebut sebagai alat kelamin dalam wanita
terdiri atas liang sanggama (vagina), rahim, saluran telur dan indung telur. Disebut alat
kelamin dalam karena memang letaknya berada di dalam tubuh sehingga tidak terlihat
dari luar. Fungsi utama organ tersebut adalah sebagai alat reproduksi (prokreasi)
disamping untuk alat untuk kenikmatan seksual (rekreasi).
Organ-organ genitalia interna berada di dalam rongga panggul /pelvis. Organ ini
berbatasan langsung dengan saluran kemih di bagian depan dan saluran pencernaan di
bagian belakangnya. Di rongga panggul organ genitalia interna digantung ke dinding
perut dan dasar panggul oleh ligamentum pada beberapa titik sehingga organ tersebut
tetap pada tempatnya dapat diibaratkan sebagai orang yang sedang duduk di ayunan.
Rahim (uterus) adalah organ yang berongga dengan dinding otot tebal berlapis tempat
tumbuh kembang janin. Pada saat tidak hamil ukuran rahim sebesar telur ayam dengan
ukuran panjang 7 cm dan berat sekitar 60 gram. Pada saat mendekati kelahiran rahim
dapat membesar hingga mencapai bawah ulu hati dengan berat hingga 1-2 kg. Bagian
paling bawah disebut mulut rahim (serviks) yang berada dalam liang vagina. Badan
rahim berongga untuk proses tumbuh kembang janin dan terhubung dengan saluran telur
di kedua sisi bagian atas rahim. Rahim terdiri dari otot polos yang saling bersilangan
yang berkontraksi saat haid atau bersalin. Dalam rongga rahim dilapisi oleh selaput lendir
rahim (endometrium) yang berguna sebagai bantalan bagi janin yang tumbuh. Apa bila
tidak digunakan endometrium akan luruh setiap bulannya bercampur darah haid.
Saluran telur (tuba uterina falopii) adalah saluran antara rongga rahim dengan indung
telur. Pada bagian ujungnya saluran telur berbentuk seperti jemari disebut fimbria
berfungsi menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur saat ovulasi. Setiap wanita
yang normal memiliki sepasang di kiri dan kanan. Panjang masing-masing saluran ini
sekitar 10-12 cm. Saluran telur bagian ujung, sekitar dua pertiga panjang saluran, disebut
ampula yang merupakan tempat terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma
(fertilisasi). Kemudian embrio yang berkembang akan bergerak menuju rongga rahim
dengan bantuan sapuan rambut-rambut getar (silia) di dinding saluran telur dalam waktu
7 hari.
Indung telur (ovarium) adalah sepasang kelenjar yang berbentuk oval kira-kira sebesar
ibu jari yang merupakan tempat produksi sel telur dan hormon terutama estrogen dan
progesteron (sebagian kecil memproduksi hormon kelaki-lakian (androgen) dan hormon
lain seperti inhibin, follistatin dan hormon dan faktor pertumbuhan. Setiap wanita
memiliki sepasang indung telur di kiri dan kanan. Sepasang indung telur ini akan
bergantian memproduksi sel telur setiap bulannya. Indung telur mulai aktif bekerja pada
saat mulai datangnya haid sekitar usia 10-12 tahun dan akan berhenti saat mati haid
(menopause). Di dalam indung telur terdapat ratusan ribu hingga jutaan sel telur namun
setiap bulan normalnya dari beberap sel telur yang berkembang hanya ada satu sel telur
yang matang dan siap dibuahi.
REKTUM: Saluran panjang (13cm) sebagai lanjutan kolon sigmiodeum yang akan
melanjutkan diri sebagai kanalis ani. Rektum terdiri dari lapisan muskular dan mukosa.
Lapisan muskular tersusun atas lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler, sedangkan
mukosa rektum bersama dengan lapisan otot sirkuler membentuk tiga lipatan yang
disebut plica transversalis recti (Cunningham, 2001).
OVARIUM
Fungsi ovarium :
Produksi sel germinal
Biosintesis hormon steroid
Pada neonatus, ovarium manusia mengandung sekitar 2 juta oosit . pada saat pubertas
tersisa sekitar 100.000 oosit. Jumlah oosit semakin berkurang selama masa reproduksi
akibat proses mitosis oogonium primitif pada masa janin berhenti dan tidak berlanjut.
Saat proses mitosis berhenti, oosit yang baru terbentuk masuk ke tahap profase dari
pembelahan meiosis pertama. Oosit akan tetap berada pada tahap profase meiosis sampai
mereka di stimulasi dan menjadi matang untuk proses ovulasi atau mengalami degerasi
menjadi folikel atresia
TUBAFALOPII
Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos yang dinamakan miometrium. Uterus
harus mampu untuk membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus terjadi akibat
hipertrofi sel otot polos miometrium (miosit) dan penambahan miosit baru dari stem sel
yang terdapat dalam jaringan ikat miometrium. Rongga uterus dilapisi oleh endometrium.
Endometrium merupakan organ target dan kelenjar endokrin. Dibawah pengaruh
produksi siklis hormon ovarium endometrium mengalami perubahan mikroskopik pada
struktur dan fungsi kelenjar.
Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium
mengadakan proliferasi di bawah pengaruh estrogen. Kelenjar endometrium mengalami
proliferasi dan masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma. Arteri muskular kecil
(arteria spiralis ) tumbuh kedlam lapisan basal endometrium. Setelah ovulasi, suasana
hormonal uterus berubah dari dominan estrogen menjadi dominan progesteron sehingga
mitosis epitel kelenjar berhenti. Endometrium pasca ovulasi disebut endometrium
sekretorik. Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan tampak berbuih yang
menadakan adanya peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut menjadi eosinofilik dan
disebut sebagai sel desidua. Desidualisasi endometrium diawali sekitar arteri spiralis
yang kemudian menyebar dibawah epitel permukaan dan kelenjar saat 10 hari pasca
ovulasi. Jika tidak terjadi kehamilan, produksi progesteron corpus luteum berhenti pada
hari ke 13 14 pasca ovulasi. Endometrium mengalami nekrosis iskemik dan meluruh
sebagai debris menstruasi. Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang
dan memperpanjang produksi progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut.
Stroma endometrium merupakan sumber penting sejumlah peptida kehamilan antara lain:
Prolaktin.
Faktor pertumbuhan yang mirip insulin (insulin like growth factor binding
protein - IGFBP-1)
Peptida yang terkait dengan hormon paratiroid ( parathyroid hormone-related
peptide PTHrP)_
Perubahan histologis dalam endometrium akiabt pengaruh hormon dapat digunakan
untuk menentukan ovulasi.
Penyebab hipertensi kehamilan masih belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah
dikemukakan tentang terjadinya hipertensi tersebut. Teori yang sekarang dianut, yaitu :
- Teori kelainan vaskularisasi plasenta
- Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan difungsi endotel
- Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
- Teori adaptasi kardiovaskularori genetik
- Teori defisiensi gizi
- Teori inflamasi
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan atas riwayat pengeluaran cairan dalam jumlah
mendariak atau sedikit pervaginam. Untuk menegakkan diagnosis dapat diambil
pemeriksaan inspekulo. Inspekulo untuk pengambilan cairan pada vorniks posterior
dilakukan pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi biru/sifatbasa, fern tescairan
amnion, kemungkinaninfeksi. Pemeriksaan USG untuk mencari aktivitas janin,
pengukuran BB janin, detak jantung janin, kelainan congenital (Manuaba,dkk. 2007).
Penilaian klinik:
Menurut Helen Varney (2008), data ini diperlukan untuk menegakkan diagnosis:
Riwayat
a) Jumlah cairan yang hilang, pecah ketuban awalnya menyebabkan semburan
cairan yang besar diikuti keluarnya cairan yang terusmenerus.
b) Waktuterjadiketubanpecah
c) Wama cairan: cairan anmion dapat jernih atau keruh, jika bercampur
mekonium cairan akanberwana kuning atau hijau.
d) Baucairan, cairan amnion memiliki ban apek yang khas, yang
membedakannya dengan urin
e) Hubungan seksual terakhir: semen yang keluar dari vagina dapat
disalahartikan sebagai cairan amnion.
Pemeriksaan fisik:
lakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion.
Pemeriksaan speculum stern
a) Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia eksternal
b) Lihat servik untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium
c) Jika anda tidak meliha tandanya cairan, minta ibuu ntuk mengejan
(perasatValvasa)
d) Observasicairan yang keluar.
Uji laboratorium
a) Uji pakis positif: pemakisan (ferning), juga disebut percabangan halus
(arborizatiaon), pada kaca objek mikroskop yang disebabkan keberadaan natrium
protein dalam cairan amnion.
b) Uji kertas nitrazinpositif: kertas berwarna murtard-emas yang sensitive
terhadap pH ini akan berubah warna menjadi birugelapjika kontakdengan bahan
bersifat basa.
c) Spesimen untuk kultur Streptokokus Grup B
Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh
dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase
(LEA) meningkat, kultur darah/urin
Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
Pemeriksaan ultrasonografi USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri dan konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam
dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sedehana.
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Dari hasil diskusi kelompok kami pasien pada skenario 2 diagnosis G1P0000 KPD
dengan kehamilan aterm seorang ibu usia 27 tahun hamil 39 40 minggu,janin presentasi
kepala tunggal hidup, keluar air ketuban, berat janin 3100 gram, pelvis skore 5, kepala H
I. Jadi, pasien seorang ibu usia 27 tahun menderita KETUBAN PECAH DINI PADA
KEHAMILAN ATERM
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
9.1 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah memperpanjang kehamilan
sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau terdiagnosis khorio amnionitis.
9.1.1 KPD Dengan Kehamilan Aterm
a. Diberikan antibiotika profilaksis, disesuaikan peta kuman atau kultur.
b. Dilakukan pemeriksaan admission test bila hasilnya patologis dilakukan
terminasi kehamilan.
c. Observasi temperature rectal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat
lebih atau sama dengan 37,6C segera dilakukan terminasi.
d. Bila temperature rectal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam.
Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
e. Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetric.
f. Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi PS:
1. Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip.
2. Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik dengan Misoprostol 50
gr setiap 6 jam oral maksimal 4 kali pemberian.
9.1.2 KPD Dengan Kehamilan Pre Term
a. Penanganan di rawat di RS.
b. Diberikan antibiotika selama 7 hari.
c. Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk UK kurang
dari 35 minggu): Deksametason 5 mg setiap 6 jam.
d. Observasi di kamar bersalin:
1. Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang obstetric.
2. Dilakukan observasi temperature rectal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
terjadi peningkatan temperature rectal lebih atau sama dengan 37,6C, segera
dilakukan terminasi.
e. Di ruang Obstetri:
1. Temperatur rectal diperiksa setiap 6 jam.
2. Dikerjakan pemeriksaan laboratorium: leukosit dan laju endap darah (LED)
setiap 3 hari.
f. Tata cara perawatan konservatif:
1. Dilakukan sampai janin viable.
2. Selama perwatan konservatif tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam.
3. Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk
menilai air ketuban:
Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan.
Bila air ketuban kurang (oligohidramnion), dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan.
4. Pada perwatan konservatif, pasien dipulangkan pada hari ke-7 dengan saran
sebagai berikut:
Tidak boleh coitus.
Tidak boleh melakukan manipulasi vagina.
Segera kembali ke RS bila ada keluar air lagi.
g. Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan melihat
pemeriksaan lab. Bila terdapat leukositosis atau peningkatan LED lakukan
terminasi.
Terminasi Kehamilan
a. Induksi persalinan dengan drip oksitosin.
b. Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip oksitosin
gagal.
c. Bila skor pelvic jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan dengan
Misoprostol 50 gr oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali pemberian.
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
10.1 Prognosis
Pada pasien Ny.Centil yang berumur 27 tahun dalam skenario dua ini mengalami
G1P0000 hamil 39-40 minggu ketuban pecah dini pada kehamilan aterm. Selanjutnya
memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien yang
sebenarnya. Diharapkan sarana dan prasarana kesehatan dapat memadai, yaitu: alat
medis, dokter, bidan, perawat, dan obat-obatan.
10.2 Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
Komplikasi pada KPD pada ibu paling banyak adalah korioaminionitis yang
dapat berlanjut ke sepsis (dengan angka kejadian 3,5 6,4%).
b. Komplikasi pada anak
Komplikasi KPD pada anak antara lain prolaps tali pusat, premature, infeksi
neonatus, Amniotic Band Syndrome (kelainan bawaan akibat ketuban pecah
sejak hamil muda).
DAFTAR PUSTAKA
K e e - H a k L i m . 2 0 0 9 . Preeclampsia.Available on www.emedicine.com
Matthiesen, Leif. 2005. Immunology of preeclampsia S. Karger AG, Basel :New York
V i r g i n i a D . W i n n . 2 0 0 9 . Severe Preeclampsia-Related
Changes in Gene E x p r e s s i o n a t t h e M a t e r n a l - F e t a l I n t e r f a c e
Include Sialic Acid-Bi nding I m m u n o g l o b u l i n - L i k e L e c t i n -
6 and Pappalysin-2 A v a i l a b l e f r o m
www.theendocrinesociety.com
Ida Bagus Gde Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC