Anda di halaman 1dari 48

L.I.1.

Memahami dan menjelaskan Anatomi Reproduksi Wanita


L.O.1.1. Makroskopis anatomi reproduksi wanita
Anatomi Makroskopis

OVARIUM
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang
berada disamping uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior
ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii. Bagian ligamentum latum yang teletak diantara
perlekatan Mesovarium dan dinding lateral pelvis disebut ligamentum suspensorium ovarii.
Ligamentum ovarii proprium, yang merupakan sisa bagian atas gubernaculums,
menghubungkan pinggir lateral uterus dengan ovarium.
Ovarium biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis pada lekukan yang disebut fossa
ovarica. Letak ovarium sering ditemukan tergantung ke bawah ke dalam excavation
rectouterina (cavum Douglasi). Ovarium dikelilingi oleh capsula fibrosa tipis disebut tunica
albuginea. Bagian luar capsula ini dibungkus oleh lapisan peritoneum yang mengalami
modifikasi disebut epithelium germinativum.

Fungsi
Ovarium merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap produksi sel benih perempuan
yang disebut ovum dan hormon seks perempuan (estrogen dan progesterone) pada perempuan
dewasa.

Pendarahan
Ovarium disuplai oleh A.ovarica (cabang aorta abdominalis), sedangkan venanya muncul dari
hilus ovarium sebagai pleksus pampiniformis, diteruskan ke V.ovarica dextra lalu ke V.cava
inferior (kecuali V.ovarica kiri yang terlebih dahulu bermuara ke V.renalis sinistra).

Aliran Limf
Pembuluh limf ovarium mengikuti arteria ovarica dan mengalirkan limf ke nodi para aortici,
setinggi vertebra L1.

Persarafan
Persarafan ovarium berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria ovarica.

TUBA UTERINA
Setiap wanita yang normal memiliki sepasang di kiri dan kanan terletak pada pinggir atas
ligamentum latum. Panjang masing-masing saluran ini sekitar 10-12 cm. Masing-masing
menghubungkan kavitas uteri. Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai berikut
:
1. Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai pada
ostium internum tubae.
2. Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan merupakan bagian
tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
3. Pars Isthmica, bagian tuba sebelah keluar dari dinding uterus dan merupakan bagian tuba yang
lurus dan sempit.
4. Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap ke rongga perut,
Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap ovum.

Fungsi
Saluran telur (tuba uterina falopii) adalah saluran antara rongga rahim dengan indung
telur. Pada bagian ujungnya saluran telur berbentuk seperti jemari disebut fimbria berfungsi
menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur saat ovulasi. Setiap wanita yang normal
memiliki sepasang di kiri dan kanan. Panjang masing-masing saluran ini sekitar 10-12 cm.
Saluran telur bagian ujung, sekitar dua pertiga panjang saluran, disebut ampula yang
merupakan tempat terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma (fertilisasi). Kemudian
embrio yang berkembang akan bergerak menuju rongga rahim dengan bantuan sapuan rambut-
rambut getar (silia) di dinding saluran telur dalam waktu 7 hari.

Pendarahan
Arteria uterine merupakan cabang arteria iliaca interna sedangkan arteria ovarica cabang dari
aorta abdominalis. Vena mengikuti arteri.

Aliran Limf
Pembuluh limf mengikuti jalannya arteria dan bermuara ke nodi iliaci interni dan para aortici.

Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior.

UTERUS
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan berdinding tebal.
Uterus terbagi menjadi fundus, corpus, dan cervix uteri. Fundus uteri merupakan bagian uterus
yang terletak di atas muara tuba uterina. Corpus uteri merupakan bagian uterus yang terletak
di bawah muara tuba uterina. Bagian bawah corpus menyempit, yang akan berlanjut sebagai
cervix uteri. Cavitas uteri berbentuk segitiga pada penampang koronal, berbentuk celah pada
penampang sagital. Rongga pada cervix uteri yang disebut canalis cervicis uteri melalui ostium
histologicum uteri internum dan dengan vagina melalui ostium uteri.
Fungsi
Uterus berfungsi sebagai tempat menerima, mempertahankan, dan memberi makan ovum yang
telah dibuahi. Tempat pembuatan hormon. Sebagai tempat terjadinya menstruasi.

Pendarahan
Pendarahan disuplai oleh A.uterina cabang A.iliaca interna. A.uterina beranastomosis dengan
A.ovarica dan A.vaginalis. Sistem venanya mengikuti sistem pembuluh nadinya dan bermuara
ke dalam vena iliaca interna.

Aliran Limf
Pembuluh limf dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan mengaliran limf ke nodi
para aortici setinggi vertebrata L1. Pembuluh limf dari corpus uteri dan cervix uteri bermuara
ke nodi iliaci externi.

Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hypogastricus inferior

VAGINA
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan merupakan tabung
berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dan dialiri banyak
pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah. Panjang Vagina kurang lebih 10-12 cm
dari vestibula ke uterus, dan letaknya di antara kandung kemih dan rektum.

Fungsi
Vagina tidak hanya sebagai saluran kelamin pada perempuan, tetapi juga dapat sebagai saluran
keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan lahir pada waktu
partus.

Pendarahan
Arteri vaginalis, cabang arteria iliaca interna dan ramus vaginalis arteria uterina. Sedangkan
pada vena, vena vagina membentuk sebuah plexus venosus vaginalis di sekeliling vagina dan
bermuara ke vena iliaca interna.

Aliran Limf
Pembuluh limf dari sepertiga bagian atas vagina bermuara ke nodi iliaci externi dan interni,
pembuluh limf dari sepertiga bagian tengah vagina bermuara ke nodi iliaci interni, sedangkan
sepertiga bagian bawahnya bermuara ke nodi inguinales superficiales.

Persarafan
Saraf yang mempersarafi vagina berasal dari plexus hypogastricus inferior.

Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian
paling atas dari vulva
Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi
rambut
Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk
clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra
di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.
Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena
banyak mengandung saraf.
L.O.1.2. Mikroskopis anatomi reproduksi wanita
OVARIUM
http://lh6.ggpht.com/-1FBn29-

u_Pc/TktEQmvoZEI/AAAAAAAABQ4/6U78HWcgklg/s1600-h/ovary4xLb1%5B2%5D.jpg

Fungsi ovarium :
 Produksi sel germinal
 Biosintesis hormon steroid

Sel germinal terdapat pada folikel ovarium. Masing-masing folikel berada dalam keadaan
istirtahat dan mengandung oosit primordial ( primitif ) yang dikelilingi satu lapis sel yaitu sel
granulosa. Disekitar sel granulosa terdapat sekelompok sel yaitu sel teka.
Sel teka memproduksi androgen yang oleh sel granulosa di konversi menjadi estrogen.
Hormon steroid dari ovarium bekerja dalam folikel untuk menujang perkembangan oosit dan
di luar ovarium, hormon steroid bekerja pada jaringan target.
Pada neonatus, ovarium manusia mengandung sekitar 2 juta oosit . pada saat pubertas tersisa
sekitar 100.000 oosit. Jumlah oosit semakin berkurang selama masa reproduksi akibat proses
mitosis oogonium primitif pada masa janin berhenti dan tidak berlanjut. Saat proses mitosis
berhenti, oosit yang baru terbentuk masuk ke tahap profase dari pembelahan meiosis pertama.
Oosit akan tetap berada pada tahap profase meiosis sampai mereka di stimulasi dan menjadi
matang untuk proses ovulasi atau mengalami degerasi menjadi folikel atresia.

Folikel primer berada dibagian superfisial sehingga memungkinkan untuk terjadinya ovulasi
pada saat folikel sudah matang ( folikel d’graaf ) dimana terdapat area sekeliling oosit yang
disebut zona pellucida

Ovulasi adalah ekspulsi sel telur melalui daerah tipis (stigma). Setelah pelepasan oosit, folikel
mengempis (collaps) dan terbentuk corpus luteum

TUBA FALOPII
Lumen Tuba Falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia panjang pada permukaan selnya.
Silia bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote ke dalam uterus
agar mengadakan implantasi pada endometrium

UTERUS

Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos yang dinamakan miometrium. Uterus
harus mampu untuk membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus terjadi akibat hipertrofi
sel otot polos miometrium (miosit) dan penambahan miosit baru dari stem sel yang terdapat
dalam jaringan ikat miometrium.
Rongga uterus dilapisi oleh endometrium. Endometrium merupakan organ target dan kelenjar
endokrin. Dibawah pengaruh produksi siklis hormon ovarium endometrium mengalami
perubahan mikroskopik pada struktur dan fungsi kelenjar.
Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium
mengadakan proliferasi di bawah pengaruh estrogen. Kelenjar endometrium mengalami
proliferasi dan masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma. Arteri muskular kecil (arteria
spiralis) tumbuh kedalam lapisan basal endometrium.Setelah ovulasi, suasana hormonal uterus
berubah dari dominan estrogen menjadi dominan progesteron sehingga mitosis epitel kelenjar
berhenti. Endometrium pasca ovulasi disebut endometrium sekretorik.

Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan tampak berbuih yang menadakan adanya
peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut menjadi eosinofilik dan disebut sebagai sel desidua.
Desidualisasi endometrium diawali sekitar arteri spiralis yang kemudian menyebar dibawah
epitel permukaan dan kelenjar saat 10 hari pasca ovulasi. Jika tidak terjadi kehamilan, produksi
progesteron corpus luteum berhenti pada hari ke 13 – 14 pasca ovulasi. Endometrium
mengalami nekrosis iskemik dan meluruh sebagai debris menstruasi.
Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang dan memperpanjang produksi
progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut.

Stroma endometrium merupakan sumber penting sejumlah peptida kehamilan antara lain:
 Prolaktin.
 Faktor pertumbuhan yang mirip insulin (insulin – like growth factor binding protein -
IGFBP-1)
 Peptida yang terkait dengan hormon paratiroid (parathyroid hormone-related peptide –
PTHrP)_

SERVIK & VAGINA


Servik terutama terdiri dari jaringan ikat. Struktur ini dilapisi satu lapis epitel
kelenjar penghasil mukus dibagian dalam servik (canalis endoservicalis) dan epitel skuamosa
berlapis pada ektoservik.Transisi epitel kelenjar dan skuamosa dikenal sebagai zona
transformasi yang penting oleh karena sering mengalami perubahan displastik yang dapat
menjadi keganasan. Vagina dilapisi oleh epitel skuamosa.
L.I.2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi & Biokimia haid dan hormonal wanita

Menstruasi

Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus luteum di
ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon ovarium (esterogen dan progesteron)
menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah.

Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya esterogen dan progesteron, terutama progesteron,


pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-
sel endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium
sendiri menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan semula. Kemudian, selama 24 jam sebelum
terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan
mukosa endometrium, akan menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi,
seperti pelepasan bahan vasokonstriktor – mungkin salah satu tipe vasokonstriktor
prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada saat ini.

Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya rangsangan hormonal


menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah.
Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskular endometrium, dan daerah
perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Perlahan-
lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah
perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan
superfisial endometrium sudah berdeskuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan darah di dalam
kavum uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin atau zat-zat lain di dalam lapisan yang
terdeskuamasi, seluruhnya bersama-sama akan merangsang kontraksi uterus yang
menyebabkan dikeluarkannya isi uterus.

Selama menstruasi normal, kira-kira 40 mililiter darah dan tambahan 35 ml cairan serosa
dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk bekuan, karena fibrinosin
dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan yang
berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah
pembekuan. Adanya bekuan darah selama menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya
kelainan patologi dari uterus.

Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan berhenti,
karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali. (Guyton, 2006)

Sumber: Fisiologi Guyton Hall Edisi 11 tahun 2006, EGC

Siklus Menstruasi Normal


Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi:
1) Siklus ovarium (indung telur)
a. Fase folikel
 awal
 akhir
b. Fase luteal
2) Siklus endometrium
a. Fase menstruasi
b. Fase proliferasi
c. Fase sekresi
 Kedua siklus tersebut berjalan bersamaan.
Gambar Siklus Hormonal

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini
menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.
Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang
disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan
pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang
sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan
menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones,
suatu hormon gonadotropik).
Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan
mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini
menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut
haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus
luteum tersebut dipertahankan.

Pada siklus endometrium, terbagi jadi 3 fase, yaitu:


1) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada
dalam kadar paling rendah
2) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel
telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3) Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium:
1) Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
2) Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu
rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1) Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya
2) Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan
pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3) Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4) Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah
hormon progesteron
5) Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase
transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6) Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7) Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi
8) Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

Faktor hormonal dalam siklus haid


Ovarium sebagai organ reproduksi primer wanita, melakukan tugas ganda, yaitu
menghasilkan ovum (oogenesis) dan mengeluarkan hormon-hormon seks wanita, estrogen
dan progesteron. Kedua hormon ini bekerja bersama untuk mendorong fertilisasi ovum dan
untuk mempersiapkan sistem reproduksi wanita untuk kehamilan.
Hormon Estrogen
 Hormon ini disekresikan terutama oleh sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum,
dan plasenta.
 Hampir semua estrogen ini berasal dari ovarium dan terdapat dua puncak sekresi :
puncak pertama terjadi tepat sebelum ovulasi dan satu lagi terjadi selama fase midluteal.
 Efek Hormon :
1. Efek pada pada genitalia wanita : estrogen membantu pertumbuhan folikel ovarium
dan meningkat motilitas tuba uterina. Hormon ini meningkatkan aliran darah uterus
dan memiliki efek penting pada oto polos uterus.
2. Efek pada organ endokrin : estrogen mengurangi sekresi FSH. Pada keadaan
tertentu estrogen menghambat sekresi LH (feedback negatif), pada keadaan lain,
estrogen meningkatkan sekresi LH (feedback pisitif)
3. Efek pada SSP : hormon ini meningkatkan libido pada manusia.
4. Efek pada payudara : estrogen menyebabkan pertumbuhan duktus pada payudaran
dan terutama berperan dalam pembesaran payudara selama pubertas pada gadis,
estrogen juga disebut sebagai hormon pertumbuhan payudara.

 Fungsi estrogen:
 Pematangan pemeliharaan seluruh sistem reproduksi wanita,
 Pembentukan karakteristik seks sekunder wanita,
 Penting pada masa prakonsepsi,
 Penting untuk pematangan dan pengeluaran ovum,
 Pembentukan berbagai karakteristik fisik yang menarik perhatian pria secara
seksual,
 Mengangkut sperma dari vagina ke tempat fertilisasi di oviduktus,
 Ikut berperan dalam perkembangan payudara sebagai antisipasi laktasi.

Hormon Progesteron
 Pada fase folikular lanjut, sekresi progesteron mulai meningkat. Selama fase luteal,
korpus luteum menghasilkan banyak progesteron, dan prrogesteron plasma meningkat
pesat hingga mencapai kadar puncak sekitar 18 ng/mL.

 Efek Hormon :
1. Di uterus : mengubah progestasional di endometrium.
2. Di payudara : progesteron merangsang pertumbuhan lobulus dan alveolus.

a. Sintesis, fungsi dan sekresi Hormon


Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk kali pertama
adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun belum juga datang bulan perlu di
waspadai, mungkin ada kelainan. Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan
memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa
menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya cepat, paling
hanya 2-3 hari.Siklus haid/ menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap
23-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang
mengalami haid tidak normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang datang terlambat, darah
haid sangat banyak sampai harus berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit
saat haid, gejala PMS (pree menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih
banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang tidak teratur
misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil).Gangguan yang
terjadi saat haid dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali
pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia
11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur.Tapi bila setelah usia 13 tahun
haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami gangguan haid. Haid Dipengaruhi
berbagai hormon:
b. Siklus Haid
Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid
berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi
(hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi
berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.Tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama,
bahkan kakak beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang biasanya
terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause. Pada setiap siklus menstruasi,
FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam
ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de
graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.
Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang
disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen
mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH,folikel de graaf
menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum
yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus
luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam
masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan. Lama haid biasanya antara 3– 5
hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari.
Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang
keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemia. Pada awalnya, siklus mungkin
tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin
terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur.
Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan
menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan,
anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan
siklus yang akan datang.Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda
silang berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda. Setiap bulan, setelah
hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan
terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14,terjadi pelepasan telur dari
ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tubafalopii dan di dalam tuba bisa
terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim
dan mulai tumbuh menjadi janin.Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka
endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini
berlangsung selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.

Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:

1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan
sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel
di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur,
tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian
endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah
dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru
untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi
berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 - 283
gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.

2. Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur.
Seltelur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan
sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian
bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit
sampai beberapa jam.

3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang
menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit
meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.Peningkatan
suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus
luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika
telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormonechorionic gonadotropin)
Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa
menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar
HCG.

Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :


1. Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya
stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel
darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini
berlangsung 3 – 4 hari.

2. Fase pasca haid atau fase regenerasi


Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur
sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase
ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

3. Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung
darihari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3
subfase,yaitu:

a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)


Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel
permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.

b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)


Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk
transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi.
Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).

c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)


Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.

4. Fase pra haid atau fase sekresi


Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada
fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk,
dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.Siklus
hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi
normal: Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
beradapada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir darikorpus
luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk
pertumbuhan lapisan endometrium Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif
pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari
peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat
drastis (respon bifasik)Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LHyang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,
keluarlahhormon progesteron Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH
terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fasetransisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke lutealKadar
estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fasepertengahan,
dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteumdan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
(Ganong, 1997)

LO. 2. 2 . Menjelaskan hormone yang berperan dalam siklus menstruasi

Hormon-Hormon yang Berperan dalam Siklus Menstruasi Normal

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin.
4. Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-
ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh,
rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan
vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
5. Progesteron, hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat membentuk hormon HCG.
6. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) merupakan hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating
hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun
sebaliknya.
7. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari
folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus
luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
(Sherwood, 2001)
BIOKIMIA

L.I.3. Memahami dan menjelaskan kelainan haid


a. Amenore
Bersifat primer ataupun sekunder (yaitu, tidak pernah haid) atau sekunder (yaitu,
menstruasi, tetapi tidak ada periode selama 3 bulan berturut-turut). Amenore primer adalah
tidak adanya menstruasi pada usia 16 tahun di hadapan perkembangan pubertas normal atau
pada usia 14 tahun dengan tidak adanya perkembangan pubertas yang normal. Mengevaluasi
untuk payudara dan pembangunan rahim pada pasien dengan gangguan menstruasi adalah
penting. Amenore sekunder lebih sering dibandingkan amenore primer. Etiologi yang paling
umum adalah disfungsi dari sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium (HPO).
b. Dismenore
Dismenore adalah keluhan yang sangat umum dan dapat bersifat primer atau sekunder,
meskipun dismenore primer yang lebih dominan. Gejalanya meliputi nyeri kram perut bawah
dan panggul yang menjalar ke paha dan kembali tanpa patologi pelvis terkait. Dismenore
disebabkan oleh prostaglandin dan leukotrien selama siklus ovulasi. Tingkat prostaglandin
endometrium meningkat selama fase luteal dan siklus menstruasi, menyebabkan kontraksi
uterus. Dismenore sekunder jarang terjadi, dan rasa sakit berhubungan dengan patologi pelvis
(misalnya, rahim Bicornuate, endometriosis , penyakit radang panggul, fibroid rahim). Sebuah
patologi pelvis yang mendasari (misalnya, endometriosis) atau anomali uterus (misalnya,
fibroid) dapat hadir di sekitar 10% dari kasus dismenore parah

c. Menorrhagia
Perdarahan menstruasi yang berlangsung lebih dari 8-10 hari dengan kehilangan darah lebih
dari 80 mL dianggap berlebihan.

d. oligomenore
jarang menstruasi (oligomenore) mengacu pada periode menstruasi yang terjadi lebih dari
35 hari terpisah. Biasanya tidak menjadi perhatian, kecuali jika menstruasi terjadi lebih dari 3
bulan terpisah

e. Perdarahan berat
Selama siklus menstruasi normal, rata-rata wanita kehilangan sekitar 1 ons (30 ml) darah.
Kebanyakan wanita mengubah tampon atau pembalut sekitar 3 - 6 kali per hari. Menorrhagia
adalah istilah medis untuk pendarahan secara signifikan lebih berat. Menorrhagia dapat
disebabkan oleh sejumlah faktor.
Wanita sering melebih-lebihkan jumlah darah yang hilang selama periode mereka.
Pembentukan bekuan cukup umum selama pendarahan berat dan tidak menjadi perhatian.
Namun, perempuan harus berkonsultasi dengan dokter mereka jika salah satu dari berikut
terjadi:
 Perendaman melalui setidaknya satu pad atau tampon setiap 1 - 2 jam selama beberapa
jam
 Berat periode yang secara teratur terakhir 10 hari atau lebih
 Pendarahan di antara periode atau selama kehamilan. Bercak atau perdarahan cahaya
antara periode adalah umum pada anak perempuan yang baru mulai menstruasi dan
kadang-kadang selama ovulasi pada wanita dewasa muda, tetapi masih ide yang baik
untuk berbicara dengan dokter.
Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pola yang berbeda dari
perdarahan berat:
 Menorrhagia mengacu pada panjang (lebih dari 7 hari) atau berlebihan (lebih dari 80
ml) perdarahan yang terjadi secara berkala
 Metrorrhagia mengacu pada perdarahan yang terjadi pada interval yang sering tapi
tidak teratur, dan dengan jumlah variabel
 Menometrorrhagia mengacu pada episode perdarahan berkepanjangan yang terjadi
pada interval yang tidak teratur

f. Sindrom Premenstrual (PMS)


Premenstrual syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang
terjadi selama minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum menstruasi) dalam siklus paling.
Gejala biasanya tidak dimulai sampai setidaknya 13 hari dalam siklus, dan menyelesaikan
dalam waktu 4 hari setelah pendarahan dimulai. Perempuan mungkin mulai memiliki gejala
sindrom pramenstruasi pada setiap saat selama tahun-tahun reproduksi mereka. Setelah
didirikan, gejala cenderung tetap cukup konstan sampai menopause, meskipun mereka dapat
bervariasi dari siklus ke siklus.

L.O.3.1. Berdasarkan kelainan Siklus


Amenorrhea
Tidak adanya haid 3 buan berrturut-turut. Dibagi menjadi fisiologis dan patologis.
1. Amenorea fisiologis :
Terdapat dalam masa sebelum pubertas,masa kehamilan,masa laktasi dan post menopause
2. Amenorea patologis:
Amenorea primer:
 Bila wanita berumur 18 thn keatas tidak pernah haid. Penyebab amenorea
primer lebih berat dan lebih sulit diketahui. Misalnya kelainan-kelainan
kongenital dan kelainan genetik
Amenorea sekunder:
 Bila seorang wanita pernah haid tapi kemudian tidak dapat haid lagi
 Amenorea sekunder biasanya disebabkan oleh hal2 yang timbul kemudian
dalam kehidupan wanita , misalnya gangguan gizi , gangguan metabolisme,
tumor , penyakit infeksi , dan lain-lain.

ETIOLOGI
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

o Pubertas terlambat
o Kegagalan dari fungsi indung telur
o Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
o Gangguan pada susunan saraf pusat
o Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid, dapat dipikirkan
apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan,
menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. Jika sebab-sebab tersebut bisa disingkirkan,
maka penyebab lainnya adalah:

o Obat-obatan
o Stres dan depresi
o Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas
o Gangguan hipotalamus dan hipofisis
o Gangguan indung telur
o Penyakit kronik

GEJALA KLINIS
o Tinggi, berat badan, dan pertumbuhan grafik
o Payudara pembangunan, rambut kemaluan
o Sindromik penampilan (misalnya, perawakan pendek, leher berselaput)
o Visual bidang, pemeriksaan neurologis menyeluruh, optik fundus
o Bukti hiperandrogenisme (misalnya, jerawat, hirsutisme, klitoromegali)
o Bukti penyakit tiroid
o Bukti penyakit kronis
o Bukti kehamilan

PATOFISIOLOGI

Perubahan hormonal dalam siklus haid normal


Dalam siklus ovulasi, hipotalamus gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang
merangsang hipofisis untuk melepaskan follicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini, pada
gilirannya, menyebabkan folikel ovarium untuk tumbuh dan matang. Pada pertengahan siklus,
gelombang luteinizing hormone (LH) terjadi dengan lonjakan FSH, sehingga ovulasi. Folikel
berkembang menghasilkan estrogen, yang merangsang endometrium untuk berkembang biak.
Setelah sel telur dilepaskan, FSH dan LH jatuh tingkat, korpus luteum berkembang di lokasi
folikel pecah, dan progesteron dilepaskan dari indung telur. Progesteron menyebabkan
endometrium berkembang biak untuk membedakan dan menstabilkan. Empat belas hari setelah
ovulasi, hasil dari menstruasi sekunder mengisi endometrium dengan penurunan cepat dalam
tingkat estrogen dan progesteron dari corpus luteum involuting.

Perubahan hormon selama siklus anovulasi


Siklus anovulasi yang umum dalam 2 tahun pertama setelah menarche karena ketidakmatangan
sumbu HPO. Hal ini juga dapat terjadi dalam kondisi patologis berbagai.

Dalam siklus anovulasi, pertumbuhan folikel terjadi dengan rangsangan dari FSH, namun
karena kurangnya lonjakan LH, ovulasi gagal terjadi. Akibatnya, tidak ada korpus luteum
terbentuk dan progesteron tidak disekresikan. Endometrium terus melanjutkan fase proliferasi
secaara berlebihan. Ketika folikel involusi, kadar estrogen menurun drastis dan perdarahan
terjadi. Kebanyakan siklus anovulasi teratur dengan perdarahan yang normal, namun,
proliferasi endometrium tidak stabil dapat menghasilkan teratur, sehingga menyebabkan
perdarahan berat yang berkepanjangan

Secara fisiologi ada empat kompartemen yang berperan dalam proses haid dan keempat
kompartemen inilah yang menjadi dasar untuk mengevaluasi terjadinya amenorea (keadaan
patologis), yaitu :
 Kompartemen I : kelainan di saluran keluar kelamin sebagai target organ (uterus dan
vagina).
 Kompatemen II : kelainan di ovarium
 Kompartemen III : kelainan di anterior hipofisis
 Kompaetemen IV : kelainan karena faktor susunan sarap pusat (hipotalamus)

Amenorea primer
Sindroma Adrenogenital (AGS)
Pengertian
 Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering dari hermafroditismus feminismus, yang di
akibatkan oleh kerusakan pada sistim enzim suprarenal, sehingga terjadi kekurangan
produksi kortisol.
 Akibat tidak ada kortisol, terjadi pengeluaran ACTH berlebihan, dan selanjutnya ACTH
akan merangsang suprarenal secara berlebihan.Kelenjar suprarenal menjadi besar
(hiperplasia), dan terbentuklah prekursor yang berlebihan. Prekursor-prekursor ini akan di
ubah menjadiandrogen, pregnandiol dan pregnantiol.
Diagnosis
 Pengaruh androgen yang berlebihan, berupa virilisasi, atau hirsutisme pada tubuh, dan
dampak dari rendahnya hormon mineralokortikoid.
 Beratnya virilisasi sangat tergantung pada usia berapa kelainan ini muncul.Akibat pengaruh
anabolik dari androgen terjadi penutupan yang lebih cepat dari tulang epifisis, sehingga si
wanita tersebut kelihatan lebih kecil dari teman-temannya. Pada bayi ditemukan
pembesaran klitoris. Pada wanita yang lebih dewasa terjadi amenorea, klitoris membesar,
atrofi pajudara, dan perubahan suara.
 Pemeriksaan ginekologik diperlukan untuk membedakan jenis-jenis AGS (lihat gambar)
 Pemeriksaan kromosom didapatkan kariotip XX, Barr body +.
 Pemeriksaan urine di dapatkan 17-ketosteroid yang meningkat

A. Uretra berada di vagina dan keluar melalui ujung klitoris, labia minora menyatu.
B. Pembesaran klitoris, muara vagina berada di sinus urogenitalis, muara uretra
berada di pangkal klitoris yang membesar, penyatuan labia tidak sempurna
C. Pembesaran klitoris, genitalia/eksterna normal

Manajemen
 Konseling
 Pengobatan harus di mulai sedini mungkin. Diberikan kortikosteroidjangka panjang,
sehingga terjadi penekanan sintesis androgen.
 Perlu di ketahui, bahwa penyebab kelainan ini adalah kerusakan padasistim enzim yang
tidak mungkin dapat di perbaiki. Bila produksigonadotropin suatu saat kelak normal, maka
bisa saja wanita inimendapat siklus haid normal, bahkan dapat menjadi hamil. (tipe c)
 Andai kata pengobatan tidak berhasil, harus dipikirkan adanya tumor di suprarenal dan
ovarium yang menghasilkan androgen. Penanganannya adalah dengan mengangkat tumor
tersebut.
Wanita dengan kariotip XY
Pengertian
 Sindroma Feminisasi Testikuler (Androgen insensitivity), atau disebut juga Pseudoherma-
phrodtismus masculinus.
 Kelainan kongenital ini disebabkan berkurangnya jumlah reseptor androgen di dalam
sitoplasma. Akibatnya testestoron tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga testosteron
tidak dapat di aktifkan menjadi dihidrotestosteron. Padahal yang bisa bekerja pada target
organ adalah dihidrotestosteron ini.
 Kelenjar kelamin adalah testis yang relatif normal dengan sel-sel sertoli dan sel-sel Leydig,
tetapi tanpa spermatogenesis (azoospermia). Testis juga memproduksi estrogen, sehingga
wanita ini sama seperti wanita normal, bahkan tampak lebih cantik, cocok untuk pramugari.
Diagnosis
 Wanita dengan penampilan normal, cantik, datang dengan keluhan tidak pernahhaid
 Payudara normal
 Rambut ketiak, dan pubis tidak ada, atau sangat sedikit (“hairless women”)
 Vagina tidak ada , atau jika ada terlihat pendek, namun introitus vagina normal
 Aplasia uteri
 Pemeriksaan kromosom, ditemukan ,Barr body negatif, kariotip XY
 Kadar testosteron serum tinggi
 Kadang-kadang di temukan testis intraabdominal, inguinal, atau labial.

Manajemen
 Konseling
 Karena wanita ini sudah merasakan dirinya sebagai wanita, maka tidakperlu dilakukan
tindakan apapun.
 Bila di temukan testis intraabdominal perlu tindakan pengangkatan testis,karena sebanyak
10 % dari kasus dengan testis intraabdominal menjadi ganas.
 Pengangkatan testis sebaiknya dilakukan, bila pertumbuhan prepubertas telah selesai.
Setelah di lakukan pengangkatan testis, perlu segera diberikan pengobatan subsitusi dengan
Estrogen.

Hipo/Agenesis Gonad
Pengertian
 Dijumpai gonad yang rudimenter( tanpa folikel). Gonad terdiri hanya dari stroma
ovarium dan se-sel hilus saja, sehingga tidak mampu memproduksi estrogen. Organ
genitalia interna dan eksterna tidak terbentuk. Ada 3 bentuk dari agenesis gonad, yaitu:
1. Ulrich -Turner Sindrom, agenesis gonad dengan tubuh kecil, anomalia
pada bagian tubuh tertentu.
2. Agenesis gonad murni, pertumbuhan tubuh tidak terganggu, tidak
ditemukan anomalia
3. Atipikal Turner sindrom (sering dengan virilisasi)
1. Ulrich -Turner Sindrom
Pengertian
 Jenis ini paling banyak di temukan.
 Analisa kromoson di dapatkan kariotip 45 XO. Kadang-kadang juga bentuk mosaik
45/XO-46/XX, atau bentuk mosaik komplek (45/XO-46/XX- 47/XXX). Selain
kelainan dalam jumlah kromosom, ditemukan juga kelainan morpologik dari X -
kromosom, sebagai penyebab dari agenesis gonad. Perubahan morfologik ini dapat
menyebabkan anomali yang sangat berat.
 Akibat tidak ada hormon estrogen, maka alat genitalia wanita tidak terbentuk, atau
hipoplasi. Wanita tersebut terlihat pendek, leher pendek dengan batas bawah rambut
pendek (pterigium kolli), torak yang menonjol,cubitus valgus Kadang-kadang di
temukan osteoporosis. Rambut pubis dan ketiak sangat sedikit. Anomalia lain yang
dapat di temukan adalah, anak lidah yang tertarik ke dalam, spina bifida,
aortaismusstenosa, naevus pikmentosus, garis tangan lurus.
2. Agenesis Gonad Murni (Sweyer-sindrom)
Pengertian
 Pada pemeriksaan kromosom didapatkan kariotip normal (46/XX, atau 46/XY;barr
body +) .
 Penyebab tidak adanya folikel hingga kini belum di ketahui.
 Tidak ditemukan anomalia maupun gangguan pertumbuhan.
 Keluhan yang muncul di sebabkan karena tidak adanya estrogen. Uterus dan payudara
hipoplasia
3. Atipikal Turner Sindrom
Pengertian
 Analisa kromosom di dapatkan mosaik (XO/XY, XO/Xy). Sel-sel hilus memproduksi
androgen, sehingga tampak gambaran virilisasi.

Diagnosis
 Hipo Agenesis Gonad
 Pada wanita dewasa terlihat pendek, mengeluh tidak pernah haid, tampak beberapa
anomali pada tubuh.
 Pemeriksaan hormon didapatkan FSH dan LH serum yang tinggi.
 Pada bayi wanita yang baru lahir terlihat edema pada kaki dan lengan.
 Diagnosa pasti adalah analisa kromosom. Anomalia ekstragenital tidak begitu spesifik
, karena anomalia tersebut juga di jumpai pada Trisomi 17/18. Pada kariotip 46/XY
kadang dapat terbentuk Seminoma dan Gonadoblastoma. Ke dua tumor ini berpotensi
menjadi ganas.
Manajemen
 Substitusi hormonal jangka panjang dengan estrogen, minimal sampai usia 45 tahun..
Andaikata terjadi haid, maka perlu di tambahkan progesteron.

Amenorea sekunder
Amenorea hipotalamik
Prinsip Dasar
 Terjadi gangguan organik maupun fungsional pada hipotalamik.
Penyebab:
 Organik:
o Kraniofaringeal
o Infeksi: meningoensefalitis
o Kelainan bawaan: sindroma olfaktogenital.
 Fungsional:
Paling sering ditemukan gangguan psikis. Terjadi gangguan pengeluaran Gn-RH, sehingga
pengeluaran hormon gonadotropin berkurang. Sering dijumpai pada pengungsi, wanita dalam
penjara, perasaan takut/gelisah, stress. Menolak untuk makan (“gangguan makan”), atau diet
yang berlebihan , yang dikenal dengan anoreksia nervosa. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan psikis, neurotis, dan gangguan pada organ-organ tertentu, sehingga dapat terjadi
kerusakan organ (atrofi). Bentuk gangguan makan lain adalah Bulemia
 Obat-obatan:
o Penotiazin, cimetidine, domperidon, metoclopromide HCL.
o Menghambat prolaktin inhibiting faktor, sehingga terjadi hiperprolaktin dengan
atau tanpa galaktorea.
Manajemen
 Penyebab organik ditangani sesuai dengan penyebab organik tersebut.
 Penyebab fungsional. Konsultasi, atau konseling.
 Psikoterapi, ataupun penggunaan obat-obat psikofarmaka hanya pada keadaan yang
berat saja, seperti pada anoreksia nervosa dan bolemia. Penting diketahui, bahwa obat-
obat psikofarmaka dapat meningkatkan prolaktin. Agar merasa tetap sebegai seorang
wanita, dapat di berikan estrogen dan progesteron siklik.
 Kekurangan Gn-RH. Diberikan Gn-RH pulsatif (bila mungkin), atau pemberian FSH-
LH dari luar.
Amenorea hipofisis
Prinsip Dasar
Penyebab
 Terbanyak adalah kelainan organik, seperti Sheehan sindrom. Sheehan sindrom terjadi
akibat iskemik/nekrotik adenohipofisis pospartum (trombosis vena hipofisis).
Adenohipofisis sangan sensitif dalam kehamilan.
 Produksi FSH dan LH terganggu akibat kekurangan stimulasi oleh Gn-RH.
Gejala:
 Biasanya baru muncul, bila ¾ dari adenohipofisis rusak, dan biasanya hampir semua
hormon yang diproduksi oleh adenohipofisis terganggu, sehingga terjadi: amenorea,
lemah otot, hipotermi, berkurangnya produksi air susu, tidak ada rambut pubis/ketiak,
gangguan libido, gejala hipoteroid.
Tumor hipofisis
Prinsip Dasar
 Beberapa tumor hipofisis dapat menyebabkan amenorea akibat tekanan masa tersebut
terhadap hipofisis, ataupun akibat gangguan dalam produksi hormon.
Kranioparingeoma merupakan tumor yang tidak memproduksi hormon. Adenoma
eosinofil, memproduksi hormon somatotropin. Prapubertas terjadi penutupan tulang
lebih awal, sedangkan setelah pubertas terjadi akromegali. Adenoma basofil
menyebabkan morbus Cushing.
Manajemen
 Substitusi hormon yang kurang (FSH:LH), atau pemberian steroid seks secara siklik
 Pengangkatan tumor

Sindroma Amenorea Galaktorea
Prinsip Dasar
 Hampir 20% wanita dengan amenorea sekunder dijumpai hiperprolaktinemia.
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh prolactin inhibiting factor (PIF), yang identis
dengan dopamin.
 Hiperprolaktin terjadi, bila PIF tidak berfungsi, seperti pada:
o Gangguan di hipotalamus, dimana sekresi PIF berkurang
o Kerja PIF dihambat oleh obat-obat tertentu, seperti: penotiazine, transquilaizer,
psikofarmaka dan estrogen, domperidon, dan simetidin
o Kerusakan pada sistim vena portal hipofisis
o Prolaktinoma, hipertiroid, akromegali
 Hiperprolaktin dapat menyebabkan :
o Sekresi FSH dan LH berkurang
o Sensitivitas ovarium terhadap FSH dan LH berkurang
o Memicu produksi air susu
o Memicu sintesis androgen di suprarenal.
o Hiperprolaktinemia dan hiperandrogenemia dapat menjebabkan
o osteoporosis
Gejala
 Pada umumnya terjadi amenorea dengan atau tanpa galaktorea.
 Pematangan folikel terganggu, dan ovulasi tidak terjadi. Produksi Estrogen berkurang.
Kesemua ini akan mengakibatkan infertilitas. Bila seorang wanita mengeluh sakit
kepala, disertai dengan amenorea, serta gangguan penglihatan, maka harus dipikirkan
adanya prolaktinoma.
Diagnosis
 Dijumpai kadar prolaktin yang tinggi di dalam serum (normal 5-25 ng/ml).
Pemeriksaan darah sebaiknya dilakukan antara jam 8-10 pagi. Kadar prolaktin > 50
ng/ml, perlu dipikirkan adanya prolaktinnoma. Sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan
kampimetri, dan foto selatursika. Untuk melihat mikroprolaktinoma, dianjurkan
penggunaan CT scan, atau MRI.
 Untuk mengetahui, apakah hiperprolaktinemia tersebut disebabkan oleh prolaktinoma,
atau oleh penyebab yang lain, dapat dilakukan uji provokasi atau untuk mengetahui
apakah operasi prolaktinoma berhasil atau tidak. Kadang-kadang dengan CT scanpun
mikroadenoma tidak dapat ditemukan. Berikut ini beberapa uji provokasi: (pilih satu)
o Uji dengan TSH (berikan terapi sulih hormon)
TSH diberikan intravena dengan dosis antara 100-500 ug. 15-25 menit
kemudian terjadi peningkatan prolaktin serum. Pada wanita yang tidak
menderita prolaktinoma terjadi peningkatan prolaktin 4- 14 kali harga
normal,sedangkan wanita dengan prolaktinoma pemberian TSH tidak dijumpai
perubahan kadar Prolaktin serum.
o Uji dengan Cimetidine (Tagamet)
Cimetidine adalah histamin-reseptor antagonis. Pemberian 200 mg intravena
terjadi peningkatan prolaktin serum, dan mencapai maksimum 15-20 menit
setelah suntikan. Pada penderita prolaktinoma, uji ini tidak meningkatkan
prolaktin serum.
o Uji dengan Domperidon (Motillium)
Pemberian 10 mg intravena meningkatakan kadar prolaktin serum 8 -11 kali
nilai normal. Pada penderita prolaktinoma tidak dijumpai peningkatan prolaktin
serum.

Manejemen
 Obat yang paling banyak digunakan untuk menurunkan kadar prolaktin adalah
bromokriptin. Dosis obat sangat tergantung dari kadar prolaktin yang ditemukan saat
itu. Kadar prolaktin 25-40 ng/ml, dosis bromikriptin cukup 1 x 2,5 mg/hari, sedangkan
kadar prolaktin serum >50 ng/ml, diperlukan dosis 2 x 2,5 mg/hari. Efek samping yang
sering adalah mual, serta hipotensi (pusing). Apakah dosis yang diberikan telah efektif,
sangat tergantung dari kadar prolaktim serum. Setiap selesai satu bulan pengobatan,
kadar prolaktin serum harus diperiksa. Jangan sampai kadar prolaktin berada di bawah
nilai normal, karena dapat menggganggu fungsi korpus luteum. Bila wanita tersebut
hamil, pemberian bromokriptin harus dihentikan (teratogenik ?), dan perlu dilakukan
kampimetri secara teratur. Hormon estrogen yang tinggi dalam kehamilan dapat
menyebabkan prolaktinoma membesar, sehingga sebelum merencanakan kehamilan,
perlu dipikirkan untuk pengangkatan tumor terlebih dahulu. Wanita harus mengikuti
kontrasepsi (progestogen saja, IUD).
 Tidak semua wanita dengan hiperprolaktinemia dijumpai galaktorea. Pemberian
bromokriptin pada wanita dengan galaktorea tanpa hiperprolaktinemia tidak
memberikan efek apapun.

Amenorea ovarium
Pengertian
 Kedua ovarium tidak terbentuk, atau hipoplasia, seperti pada sindroma turner, atau ke
dua ovarium masih ada, namun tidak ditemukan folikel (menopause prekok) atau
folikel tersedia, namun resisten terhadap gonadotropin (sindroma ovarium resisten
gonadotropin).
 Pasien umumnya infertil, dan miskipun masih ada folikel, tetap tidak bereaksi terhadap
pemberian gonadotropin.
 Gambaran sek sekunder kurang terbentuk
 Untuk membedakan menopause prekok dan sindrom ovarium resisten, perlu dilakukan
biopsi ovarium. Hasil PA : menopause prekok tidak ditemukan folikel. Sindrom
ovarium resisten masih ditemukan folikel.
Manajemen
 Untuk menekan sekresi FSH dan dapat diberikan estrogen dan progesteron, atau
estrogen saja secara siklik.
 Selain itu untuk menekan sekresi FSH dan LH yang berlebihan dapat juga diberikan
Gn-RH analog selama 6 bulan. Pada menopause prekok maupun sindroma ovarium
resisten gonadotropin, steroid seks diberikan sampai terjadi haid. Kemungkinan
menjadi hamil sangat kecil.

Tumor ovarium
Pengertian
 Tumor ovarium yang tidak memproduksi hormon. Tumor jenis ini merusak seluruh
jaringan ovarium.
 Tumor ovarium yang memproduksi hormon:
o Tumor yang menghasilkan androgen. Androgen yang tinggi akan menekan
sekresi gonadotropin.
o Selain itu ditemukan hirsutismes, hipertropi klitoris, perubahan suara, akne dan
seborrea.
o Tumor yang memproduksi estrogen. Sebenarnya jarang ditemukan amenorea.
Paling sering terjadi perdarahan yang memanjang, akibat hiperplasia
endometrium. Penyebab terjadi amenorea belum jelas.

Amenorea Uteriner
Prinsip Dasar
 Andaikata telah diberikan stimulasi dengan steroid seks (estrogen dan progesteron)
tetap saja tidak terjadi perdarahan, maka perlu dipikirkan:
o Aplasia uteri. Uterus dan endometrium tidak ada. (amenorea uteriner primer)
o Kerusakan pada endometrium akibat perlengketan (sindrom Asherman), atau
adanya infeksi berat (TBC) disebut sebagai amenorea uteriner sekunder.
o Endometrium ada dan normal, tetapi tidak bereaksi sama sekali terhadap
hormon.

DIAGNOSIS
Amenorea
 Anamnesis
o Usia menars. Gangguan psikis, aktivitas fisik berlebihan, menderita penyakit
DM, penyakit lever atau riwayat penyakit lever, gagguan tiroid (riwayat
operasi), penembahan, atau pengurangan berat badan, sedang atau riwayat
penggunaan obat psikofarmaka, obat-obat penurunan/penambahan berat badan,
obat-obat tradisional, frekuensi seksual.
 Pemeriksaan fisik
o Berat badan, tinggi badan, pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut pubis
dan ketiak, perut membesar, akne, seborrhoe, pembesaran klitoris, deformitas
torak.
o Pemeriksaan ginekologik: singkirkan kehamilan, pemeriksaan genitalia
interna/eksterna.
 Pemeriksaan Penunjang
Laparaskopi
o Dapat mengetahui adanya hipoplasia uteri berat,aplasia uteri,disgenesis
ovarium,tumor ovarium,ovarium polikistik (sindrom Stein-Leventhal),dsb
Pemeriksaan Kromatin seks
o Apakah penderita secara genetik seorang wanita
Pembuatan kariogram
o Untuk mempelajari hal-ikhwal kromosom,eg: fenotip tidak cocok dengan
genotip
Uji Progesteron
Uji progestogen positif:
o Bagi wanita yang belum menginginkan anak, cukup diberikan P dari hari ke 16
sampai hari ke 25 siklus haid. Pengobatan berlangsungselama 3 siklus berturut-
turut. Setelah itu di lihat , apakah siklus haid menjadi normal kembali, atau
tidak. Kalau masih belum terjadi juga siklus haid normal, maka pengobatan
dilanjutkan lagi, sampai terjadi siklus haid yang normal lagi.
o Perlu diingat, bahwa akibat pengaruh E yang terus menerus dapat menyebabkan
hiperplasia endometrii, dan risiko terkena kanker endomtrium lebih besar.
Pemberian P pada wanita ini sekaligus mencegah kanker endometrium. Masalah
akan muncul, bila wanita tersebut telah mendapat siklus haid normal, namun
belum ingin punya anak. Untuk itu, perlu dianjurkan penggunaan kontrasepsi,
seperti IUD, atau yang paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi
kombinasi dosis rendah.
Uji progestogen negatif
o Wanita dengan uji P negatif, dilakukan uji estrogen dan progesteron (Uji E+P)
Diberikan estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan
progesteron 5 -10 mg/hari. Jenis estrogen seperti etinilestradiol (50 ug),
estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg). Paling
sederhana adalahpemberian pil kontrasepsi kombinasi. Uji E+P dikatakan
positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila
tidak terjadi perdarahan, uji E+P dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan
di uterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal.
Uji E+P positif
o Uji E+P positif artinya wanita tersebut hipoestrogen. Terjadi gangguan
pembentukan E di folikel. Selanjutnya perlu dicari penyebabnya dengan analisa
hormonal. FSH dan LH rendah/normal,PRL normal. Biasanya dengan atau
tanpa tumor hipofisis, sehingga perlu pemeriksaan radiologik. Diagnosis adalah
amenorea hipogonadotrop, dengan atau tanpa tumorhipofisis.
Penyebabnya adalah insufisiensi hipotalamus hipofisis.
o Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH , atau LH yang tinggi, pRL normal,
maka penyebab amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium),
misalnya menopause prekok. Diagnosisnya adalah amenorea
hipergonadotrop. Selanjutnya perlu dilakukan biopsi ovarium per
Laparoskopi. Bila hasil hormon FSH dan LHsangat rendah, maka perlu
dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji HMG) untuk memicu fungsi
ovarium. Ovarium yang normal akanmemproduksi E, yang dapat diperiksa
melalui urine atau darah (Uji HMG+).

Uji FSH-LH serum


Kondisi Awal FSH serum LH serum
Wanita dewasa normal 5 – 30 IU/L, dengan 5 – 20 IU/L dengan
kadar puncak saat kadar puncak saat
ovulasi mencapai 2X ovulasi mencapai
kadar basal 3X kadar basal
Pada keadaan < 5 IU/L < 5 IU/L
hipogonadotropik :
- masa pubertas
- disfungsi hipotalamus-
hipofise
Pada keadaan > 30 IU/L > 40 IU/L
hipergonadotropik :
- masa postmenopause
- oophorektomi dan kegagalan
ovarium

Uji hMG (human menopausal gonadotropin)


o Dilakukan bila FSH dan LH sangat rendah, maka dilakukan uji hMG untuk
memicu fungsi ovarium, dimana ovarium yang normal akan memproduksi
estrogen yang dapat diperiksa melalui urin atau darah.
Uji HMG positif
o Amenorea terjadi karena kurangnya produksi gonadotropin dihipofisis, atau
produksi LH-RH di hipotalamus. Amenorea disebabkan karena gangguan
sentral berupa hipogonadotrophipogonadism.
Uji HMG negatif
o Ovarium tidak memiliki folikel, atau memiliki folikel, tetapi tidaksensitif
terhadap gonadotropin, seperti pada kasus sindroma ovarium resisten.
o Bila ditemukan kadar FSH dan LH normal sampai rendah , makaperlu di
periksa PRL. Kadar serum PRL melebihi kadar normal, termasuk kasus
dengan hiperprolaktin Pemeriksaan radiologik dapat atau tidak ditemukan
tumor hipofisis (Prolaktinom).Diagnosis wanita ini adalah amenorea
hiperprolaktinemia, danbila di temuakan tumor hipofisis, maka penyebabnya
mikro pada makro-prolatinoma, sedangan yang tanpa tumor hipofisis,
penyebabnya tidak di ketahui. Kadar PRL,FSH dan LH normal,( amenorea
normoprolaktin ), maka tindakan selanjutnya dapatdilakukan uji stimulasi
dengan klomifen sitrat (uji klomifen).Klomifen di berikan 100 mg/hari,
selama 5-10 hari. Uji klomifen dikatakan +, bila selama penggunaan klomifen
di jumpai penigkatan FSH dan LH serum dua kali lipat, dan7 hari setelah
penggunaan klomifen, dijumpai peningkatan serum estradiol palingsedikit 200
pg/ml. Darah untuk pemeriksaan FSH,LH dan E2 diambil dari ke 7 penggunaan
klomifen sitrat.Peningkatan hormon gonadotropin menunjukkan hipofisis
normal.
o Pada wanita dengan uji P+ terjadi perdarahan, dan terjadipeningkatan kadar
serum progesteron (Ovulasi +)
o Pada uji klomifen negatif, dapat dilakukan uji stimulasi dengan LHRH(uji LH-
RH). Uji ini untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis, apakah sel-sel
yang memproduksi FSH dan LH mampu mengeluarkan FSH dan LH, bila
diberikan LH-RH dari luar.LH-RH diberikan dengan dosis 25-100 ug,
intravena. Tiga puluh menit setelah pemberian LH-RH, dilakukan pengukuran
kadar LH dan FSH plasma.
o Uji LH-RH dikatakan +, bila dijumpai kadar FSH dan LH yang normal,
ataupun tinggi. Disini dapat disimpulkan adanya gangguan di hipotalamus,
sedangkan bila tidak dijumpai peningkatan, berarti ada kelainan di hipofisis.

Uji 17-ketosteroid
o Hasil metabolisme hormon steroid dari adrenal korteks yang dikeluarkan di
urine 24 jam
o Penurunan kadar 17-KS menujukkan hipofungsi kortek adrenal (misal pada
penyakit Addison’s) hipogonadisme, hipopituitarisme, miksedema, nefrosis,
dan obat-obat: deuretik, tiazid, estrogen, kontrasepsi oral, reserpin,
klordiazepoksida, promazin, quinidin, meprobamat, dan salisilat.
o Peningkatan kadar 17-KS ditemukan pada hiperfungsi kortek adrenal, sindrom
cushing’s, karsinoma adrenocorte, tumopr testis, tumor ovarium, infeksi dan
stres hebat, serta obat-obat: ACTH, antibiotika, fenitoin, deksametason, dan
spironolakton.

Nilai normal :
Dewasa pria : 8-25 mg/24 jam
Wanita : 5-15 mg/24 jam
Bayi : < 1 mg/24 jam
Anak 1-3 tahun : < 2 mg/24 jam
Anak 3-6 tahun : < 3 mg/24 jam
Remaja wanita : 3-12 mg/24 jam
Lansia : 4-8 mg/24 jam
Foto Ro
o Di Thoraks adanya TB pulmonum dan dari politomografi sella tursika apakah
ada perubahan di sella tersebut
Pemeriksaan Sitologi vagina
o Adanya estrogen dan pengaruhnya
Tes toleransi Glukosa
o Ada tidaknya DM
Pemeriksaan mata
o Mengetahui keadaan retina dan luas pandang visus bila ada tumor hipofisis
Kerokan Uterus
o Keadaan endometrium dan bila ada endometritis tuberkulosa
Pemeriksaan Metabolisme Basal
o Fungsi tiroid

TATALAKSANA
 Manajemen amenorea pada wanita dengan uji P negatif dan uji E-P Positif
o Pada wanita dengan hiperprolaktin, ditangani dengan pemberian bromokriptin.
Pada normoprolaktin cukup pemberian Estrogenprogesteron siklik, meskipun
cara ini tidak mengobati penyebab dari amenorea tersebut. Bila di duga kelainan
di hipofisis, maka untuk memicu ovarium dapat di berikan hMG+hCG ,
sedangkankelainan di hipotalamus dapat diberikan LH-RH
 Manajemen amenorea pa da wanita dengan uji P dan E+ P negatif
o Pemeriksaan FSH, LH, PRL serum, dan bila normal, maka diagnosisnya adalah
normogonadotrop amenorea, denganpenyebabnya defek endometrium
(aplasia uteri, sindroma asherman, TBC).

PROGNOSIS
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dengan penyebab. Bila penyebab adalah kelainan
genetik, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian, dapat dilakukan terapi
sulih hormon, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu kompartemen IV dan
terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-gejala
lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.

Oligomenorrhea

Definisi
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang. Oligomenorrhea terjadi
bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang.

Etiologi
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan
endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab
sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih. Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita
astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada
keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal.
Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang
mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan
ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenorrhea yang menetap dapat
terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang
kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh
psikis atau pengaruh penyakit.

Gejala
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana
hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan oligomenorrhea
mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin
mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko
besar untuk mengalami kanker uterus.

Pengobatan
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea dengan
anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan
oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki
ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi
dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan.
Pengobatan alternatif lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.

Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada
penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan
buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.

Polimenorrhea

Definisi
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari dan menurut literatur
lain siklus lebih pendek dari 25 hari.

Etiologi
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium
sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai adalah
pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan
stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi
pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati.
Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik
seperti TBC.

Patofisiologi
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh. Atau bisa juga
terjadi karena penyakit di dalam organ reproduksi, contohnya tumor rahim, tumor di indung
telur. Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan,
gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi, Siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi
akibat faktor hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormon estrogen dan progesterone
secara berlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Jika gangguan
haid dikarenakan oleh faktor hormonal, maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami
gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel
telur.
Terapi
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal. Stadium proliferasi dapat
diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi
estrogen-progesteron.

L.O.3.2. Berdasarkan kelainan jumlah dan lamanya pendarahan


1. Menorrhagia

Definisi
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai dengan
pada siklus yang teratur. Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu
keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita harus mengganti
pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga berhubungan dengan kram selama haid yang
tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan,
pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

Etiologi
1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi :
uterotonika
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan
pembuluh darah balik.
4. Hipertensi
5. Dekompensio cordis
6. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
7. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
8. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH),
yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).Hal ini pada
gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus,
pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron.
Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14
hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi.

Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar
esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.Siklus anovulasi pada umumnya
terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum
matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.Pada siklus anovulasi,
perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dariFSH, tetapi dengan berkurangnya
LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak
ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak
terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus
anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidak stabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering
merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

Terapi
Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, ukuran
uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau polip. Spektrum pengobatannya sangat luas
mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal seperti
pengangkatan dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip
(polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang refrakter). Dapat
juga digunakan herbal yarrow, nettle’s purse, agrimony, ramuan cina, ladies mantle, vervain
dan raspbery merah yang diperkirakan dapat memperkuat uterus. Vitex juga dianjurkan untuk
mengobati menorrhea dan sindrom pre-mentrual. Dianjurkan juga pemberian suplemen besi
untuk mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan adalah vitamin
A karena wanita dengan lehilangan darah hebat biasanya mengalami penurunan kadar vitamin
A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids
dibutuhkan untuk memperkuat vena dan kapiler.

Prognosis
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.

2. Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)

Definisi
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang biasa, sebab
kelainan ini terletak pada konstitusi penderita, pada uterus ( misal : sesudah operasi
mioma). Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah pendarahan dengan
jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan
berlangsung selama 1-2 hari saja. Perdarahan haid yg jumlahnya sdkt (<40ml>) siklus regular.
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih sedikit dari biasanya tetapi tidak mengganggu
fertilitasnya.

Etiologi

Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi,
penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Sering disebabkan karena gangguan endokrin.
Kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis hymen, stenosis serviks uteri, sinekia
uteri (sindrom asherman). Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus
(misalnya sesudah meomektomi), pada gangguan endoktrin, dan lain-lain, kecuali bila
ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Salah satu penyebab
hypomenorrhea adalah sindrom Asherman (adhesi intrauterine), yang hypomenorrhea (atau
amenore) mungkin satu-satunya tanda yang jelas. Tingkat kekurangan menstruasi berkorelasi
erat dengan sejauh mana adhes.

Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa
spotting.

L.O.3.3. Berdasarkan gangguan lainnya


1. Dismenorrhea

Definisi
Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorrhea terdiri dari gejala yang kompleks
berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai
gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.

Klasifikasi

1. Dismenorrhea primer (idiopatik)


Dismenorrhea primer adalah dismenorrhea yang mulai terasa sejak menarche dan tidak
ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya2. Dismenorrhea primer terjadi
pada 90% wanita dan biasanya terasa setelah mereka menarche dan berlanjut hingga usia
pertengahan 20-an atau hingga mereka memiliki anak. Sekitar 10% penderita
dismenorrhea primer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari. Gejala nya mulai terasa
pada 1 atau 2 hari sebelum haid dan berakhir setelah haid dimulai. Biasanya nyeri berakhir
setelah diberi kompres panas atau oleh pemberian analgesic. Faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu hiperaktivitas uterus, endotelin, prostaglandin, vasopressin dan
kerusakan saraf perifer.

Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan aliran darah uterus. Hiperaktivitas uterus


terjadi pada endometriosis dan adenomiosis. Uterus yang berkontraksi menyebabkan
“angina” sehingga terjadilah nyeri. Endotelin adalah uterotonin poten pada uterus yang
tidak hamil. Endotelin berperan menginduksi kontraksi otot polos pada perbatasan dengan
kelenjar endometrium. Tempat yang paling banyak mengandung ikatan endotelin adala
epitel kelenjar pada tempat tersebut. Endotelin tersebut dapat menginduksi pelepasan
PGF2α dan menginduksi kelenjar lainnya untuk menghasilkan endorpin lainnya
(parakrin). Iskemi yang terjadi akibat kontraksi selanjutnya merangsang pelepasan
endorpin dan PGF2α sehingga akan menyebabkan disperistaltis lebih lanjut.

Endometrium wanita dengan dismenorrhea menghasilkan PGF2α lebih banyak daripada


wanita normal. PGF2α adalah oksitoksi dan vasokonstriktor yang poten yang bila
diberikan pada uterus akan menghasilkan nyeri dan mengakibatkan pengeluaran darah
haid. Alasan mengapa PGF2α lebih tinggi pada wanita tertentu belum diketahui dengan
pasti. Pada beberapa wanita, prostaglandin dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem
gastrointestinal berkontraksi sehingga menyebabkan mual, muntah dan diare.Vasopresin
merupakan vasokonstriktor yang menstimulasi miometrium berkontraksi. Pada hari
pertama menstruasi,kadar vasopresin meningkat pada wanita dengan dismenorrhea.
Kerusakan saraf perifer pada miometrium dan serviks oleh persalinan. Hal ini menjelaskan
mengapa pada wanita yang telah melahirkan dismenorrhea dapat berkurang.

2. Dismenorrhea sekunder
Dismenorrhea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche. Biasanya
disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap haid namun berlangsung
lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus. Nyeri mungkin nyeri pada salah satu sisi
abdomen.

Dismenorrhea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis dimana jaringan uterus


tumbuh di luar uterus dan ini dapat terjadi pada wanita tua maupun muda. Implan ini masih
bereaksi terhadap estrogen dan progesteron sehingga dapat meluruh sat haid. Hasil
peluruhan bila jatuh ke dalam rongga abdomen dan merangsang peritoneum akan
menghasilkan nyeri. Endometriosis ditemukan pada 10-15% wanita usia 25-33 tahun.
Dismenorrhea sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang panggul; IUD;
tumor pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria; polip uteri; inflmatory bowel desease;
skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya dan adenomiosis yaitu suatu keadaan
dimana endometrium tumbuh menembus myometrium.
Dismenore diklasifikasikan juda secara klinis,yaitu :
1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari
2) Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya
3) Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare, dan rasa
tertekan

Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi
patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai
penyebab dismenore primer, antara lain:

a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore
(Abedian, 2011).
b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit
menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus
dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini
sekarang tidak dianggap sebagai sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore.
d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai
hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab
alergi ialah toksin haid.

Penyebab dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan-kelainan organik,


misalnya:
a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
b. Posisi rahim yang tidak normal
c. Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri
d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya dekat
permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain
(Endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan payudara atau di
tempat lain. Pada waktu haid, jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti
ikut terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim.
e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia), buang air
besar kurang lancar (constipation), postur tubuh yang terlalu kurus

Patofisiologi
Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin-
F2 α, dari sel-sel endomerium uterus. Prostaglandin-F2 α adalah suatu perangsang kuat
kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah
hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat.

Diagnosis
Diagnosis Dismenore sekunder
1. Ultrasonografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam anatomi rahim,
misalnya posisi, ukuran, dan luas ruangan dalam rahim
2. Histerosalphingografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam rongga rahim,
seperti polypendometrium, myoma submukcosa, atau adenomyosis
3. Histerokopi : untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp atau tumor lain.
4. Laparoskopi : untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan penyakit-penyakit
laindalam rongga panggul
Terapi

Farmakologi
a) Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi
simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas
pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran
adalah novalgin, ponstan, acetaminopen, dan sebagainya (Simanjuntak, 2008).
b) Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus
(Kabirian, 2011). Nasihatkan wanita untuk mengonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum
awitan nyeri 3 kali/hari pada hari pertama hingga ketiga (Sinclair, 2009).
C) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan
maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi
(Simanjuntak, 2008). Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan
produksi prostaglandin karena atrofi endometrium desidual (Martinus, 2010).
Nonfarmakologi
a) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya
bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya
tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan . nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi
(Simanjuntak, 2008). Olahraga dapat mengurangi rasa nyeri oleh karena terkontrolnya
emosional seperi suasana hati dan tekanan.
2. Mastodinia atau Mastalgia

Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.Sebab-sebabDisebabkan oleh dominasi
hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hiperemia didaerah
payudara.

3. Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)

Definisi
Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti oleh
perdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik
yang pecah.
L.O.3.4. Metrrorhagia
Definisi:
Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun
keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan seperti abortus ataupun kehamilan ektopik
dan dapat juga disebabkan oleh faktor luar kehamilan seperti ovulasi, polip endometrium dan
karsinoma serviks. Akhir-akhir ini, estrogen eksogen menjadi penyebab tersering
metrorrhagia. Terapi yang diberikan tergantung etiologi.

Etiologi
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu :

1. metrorargia di luar kehamilan:

a. Sebab – sebab organik


Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
1) serviks uteri; seperti
a. polip servisis uteri Polip serviks
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise
tiran : 2005 ).
b. erosio porsionis uteri :
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi
pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi
dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu;
umumnya disebabkan oleh infeksi.

c. ulkus pada portio uteri, Ulkus portio


Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah
dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum

1. metrorarrgia oleh karena adanya kehamilan : abortus, kehamilan ektopik


a. Korpus uteri;
abortus imminens,
abortus insipiens,
abortus incompletus,
mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
b. Tuba fallopii;
kehamilan ekstopik terganggu,
radang tuba,
tumor tuba.
c. Ovarium;
radang overium,
tumor ovarium.

b. Sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik, dinamakan
perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan
dan masa akhir fungís ovarium.
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan
disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek
dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini
biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatn di rumah sakit.

Tanda dan Gejala


a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakan diagnosis
perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-
kadang bentuk survei suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa
adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:

1) korpus luteum persistens


Dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium
yang membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum
persistens dapat menimbulkan pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular
shedding).
Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya, yaitu
menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.
2) insufisiensi korpus luteum
Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore.
Dasarnya ahíla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH
realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal
tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus
yang bersangkutan.
3) apopleksia uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
4) kelainan darah
Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme pembekuan
darah.

b. Perdarahan anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentu timbul perdarahan yang kadang-kadang
bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada
statu waktu fungsional aktif. Folikel – folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel – folikel baru. Endometrium
dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mula-mula
ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya perdarahan
anovulatoir.
Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering pada
masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause.
Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan atau
keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing
faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak
selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan lambat
laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada seorang dewasa dan
terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan
kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor
ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan
perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor
psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat
penenang terlalu lama dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir.

Manifestasi klinis
1. siklus menstruasi tak teratur,
2. tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore)
3. Selain itu, akan sering mengalami f lek
4. Nyeri
5. Tegang pada payudara
6. Cepat emosi

Patofisiologi
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran
sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada
wanita premenopause (folikel persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional
(perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus
ovulasi.

Pada siklus ovulasi.


Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya
kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation),
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen
berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga
(kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab
terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak,
perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan.

Pemerikaan penunjang
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH,
LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan
perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan
perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon
terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit
organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting
untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus
perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan
investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam
mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik.
4. Uji kehamilan: untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah

Penatalaksanaan
Bila perdarahan sangat banyak, Istirahat baring dan transfusi darah
Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada
abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon
steroid. Dapat diberikan :
1) estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secar IM
dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi
apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.

2) progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat
diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os sehari
nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi
berguna dalam masa pubertas.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi perbaikan keadaan umum, transfusi darah sampai
dengan Hb ≥ 10 gr/dL, terapi medikamentosa dengan pemberian Kalnex Tablet 3 x 500 mg,
Asam Mefenamat Tablet 3 x 500 mg, Viliron Tablet 1 x 1, dan Kuretase Dx/Tx.
Terapi Hormonal :
Setelah perdarahan teratasi berikan :
· Conjugated oestrogen 2.5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
· Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetate untuk 10 hari terakhir
· Tunggu perdarahan lucut 5 – 7 hari pasca penghentian terapi

L.I.4. Memahami dan menjelaskan perbedaan haid dengan istihadhah dalam prespeksi
islam

a. Makna Istihadhah
Istihadhah ialah keluarnya darah terus menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali
atau berhenti sebentar sehari atau dua hari dalam sebulan.
b. Kondisi wanita mustahadhah

1. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas waktunya.


Dalam kondisi ini hendaklah dia berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui
sebelumnya. Maka pada masa itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum
haid. Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku baginya hukum-hukum
istihadhah. Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan,
tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus menerus. Maka masa haidnya
dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah.
Berdasarkan hadits Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Nabi saw,

َ‫ْضيْن‬ ِ ‫َّام الَّتِي ُك ْن‬


ِ ‫ت ت َِحي‬ َ ‫صالَة َ قَد َْر األَي‬
َّ ‫ الَ ِإ َّن ذَلِكَ ِع ْر ٌق َولَ ِك ْن دَ ِعي ال‬: ‫صالَة َ ؟ قَا َل‬ ُ َ‫ط ُه ُر أَفَأَد‬
َّ ‫ع ال‬ ُ ‫س ْو َل هللاِ ِإنِي أ ُ ْست َ َح‬
ْ َ ‫اض فَالَ أ‬ ُ ‫يَا َر‬
ْ ُ
َ ‫فِ ْي َها ث َّم اغت َ ِس ِلي َو‬
. ‫ص ِلي‬
“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku
meninggalkan shalat?” Nabi saw menjawab, “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun
tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah
dan lakukan shalat.”
(HR. Al-Bukhari).

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena
istihadhah tersebut terus menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali dia
mendapatkan darah. Dalam kondisi ini hendaknya dia melakukan tamyiz (pembedaan),
seperti jika darahnya berwarna hitam, atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah
haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi
adalah istihadhah dan berlaku baginya hukum-hukum istihadhah. Misalnya, seorang
wanita pada saat pertama kali mendapat darah dan darah itu keluar terus menerus, akan
tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya berwarna hitam kemudian
setelah itu berwarna merah, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya
kental kemudian setelah itu encer, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan
berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau. Maka haidnya yaitu darah yang
berwarna hitam (pada kasus pertama), darah kental (pada kasus kedua) dan darah yang
berbau (pada kasus ketiga). Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah
istihadhah.

Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

. ‫ص ِلي فَإِنَّ َما ه َُو ِع ْر ٌق‬


َ ‫ضئِي َو‬ َّ ‫ف فَإِذَا َكانَ ذَلِكَ فَأ َ ْم ِس ِكي َع ِن ال‬
َّ ‫صالَةِ فَإِذَا َكانَ اآلخ ََر فَت ََو‬ ُ ‫ض ِة فَإِنَّهُ أَس َْود ُ يُ ْع َر‬
َ ‫إِذَا َكانَ دَ ُم ال َح ْي‬
“Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui. Jika demikian maka
tinggalkan shalat. Tetapi jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu
darah penyakit.”
(HR. Abu Dawud, an-Nasa`Abu dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim).
3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat
darahnya.
Seperti jika istihadhah yang dialaminya terjadi terus menerus mulai dari saat pertama kali
melihat darah sementara darahnya memiliki satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak
mungkin dianggap sebagai darah haid. Dalam kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan
kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam atau tujuh hari pada setiap
bulan dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah. Sedang selebihnya merupakan
istihadhah. Misalnya seorang wanita saat pertama kali melihat darah pada tanggal lima dan
darah itu keluar terus menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid baik
melalui warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam
hari atau tujuh hari dimulai dari tanggal lima tersebut.

Hal ini berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Ya
Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadhah yang deras sekali. Lalu bagaimana
pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa?” Beliau bersabda,
“Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas dengan meletakkannya pada farji,
karena hal itu dapat menyerap darah.” Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi
saw pun bersabda, “Ini hanyalah salah satu usikan setan. Maka hitunglah haidmu enam atau
tujuh hari menurut ilmu Allah Taala, lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci,
kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-
Tirmidzi. Menurut Ahmad dan at-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut al-Bukhari
hasan).

c. Hukum-hukum istihadhah
Dari penjelasan terdahulu, dapat kita mengerti kapan darah itu sebagai darah haid dan kapan
sebagai darah istihadhah. Jika yang terjadi adalah darah haid maka berlaku baginya hukum-
hukum haid, sedangkan jika yang terjadi darah istihadhah maka yang berlaku pun hukum-
hukum istihadhah. Hukum-hukum haid yang penting telah dijelaskan di muka. Adapun hukum-
hukum istihadhah seperti halnya hukum-hukum keadaan suci. Tidak ada perbedaan antara
wanita mustahdhah dan wanita suci, kecuali dalam hal-hal berikut:
1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat.
Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy.

َّ ‫ث ُ َّم ت ََو‬
َ ‫ضئِي ِل ُك ِل‬
. ٍ‫صالَة‬

“Kemudian berwudhulah kamu setiap kali hendak shalat.” (Hr. Al-Bukhari)

Hal itu memberikan pemahaman bahwa wanita mustahadhah tidak berwudhu untuk shalat yang
telah tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya. Sedangkan shalat yang tidak
tertentu waktunya, maka ia berwudhu pada saat hendak melakukannya.
2. Ketika hendak berwudhu,
Membersihkan sisa-sisa darah dan melekatkan kain dengan kapas (atau pembalut) pada farjinya
untuk mencegah keluarnya darah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Hamnah. “Aku
beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas, karena hal itu dapat menyerap darah.”
Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi bersabda, “Gunakan kain.” Kata
Hamnah, “Darahnya masih banyak pula.” Nabi pun bersabda, “Maka pakailah
penahan.” Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-
apa hukumnya. Karena sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

ِ ‫ط َر الد َّ ُم َعلَى ال َح‬


. ‫صي ِْر‬ َ ‫صالَةٍ ث ُ َّم‬
َ َ‫ص ِلي َو ِإ ْن ق‬ َّ ‫ُّض ِك ث ُ َّم ا ْغت َ ِس ِلي َوت ََو‬
َ ‫ضئِي ِل ُك ِل‬ َ ‫صالَة َ أَي‬
ِ ‫َّام ت َ َحي‬ َّ ‫اِجْ تَنِ ِبي ال‬
“Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan berwudhulah untuk
setiap kali shalat, lalu shalatlah meskipun darah menetes di atas alas.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
3. Jima’ (senggama).
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya pada kondisi bila ditinggalkan tidak
dikhawatirkan menyebabkan zina. Yang benar adalah boleh secara mutlak. Karena ada banyak
wanita, mencapai sepuluh atau lebih, mengalami istihadhah pada zaman nabi, sementara Allah
dan rasulNya tidak melarang jima’ dengan mereka. FirmanNya,
“Hendaknya kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid…” (Al-Baqarah: 222).

Ayat ini menunjukkan bahwa di luar keadaan haid, suami tidak wajib menjauhkan diri dari
sitri. Kalaupun shalat saja boleh dilakukan wanita mustahadhah maka jima’ pun tentu lebih
boleh. Dan tidak benar jima’ wanita mustahadhah dikiaskan dengan jima’ wanita haid, karena
keduanya tidak sama, bahkan menurut pendapat para ulama yang menyatakan haram. Sebab,
mengkiaskan sesuatu dengan hal yang berbeda adalah tidak sah.
(Rujukan: Darah kebiasaan wanita, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin).

Haid (Menstruasi)
Yaitu darah yang keluar dari seorang wanita secara alami, tanpa suatu sebab dan pada waktu-
waktu tertentu.
1. Usia wanita yang mengalami haid tidak tertentu, kapan seorang wanita melihat pada
dirinya darah haid maka ia telah dianggap haid, walaupun belum berusia 9 tahun atau
berusia di atas 50 tahun.
2. Batas minimal dan maksimal masa haid tidak tentu, kapan seorang wanita melihat darah
kebiasaan tersebut bukan karena luka dan sebagainya maka darah itu adalah darah haid
tanpa diukur dengan masa tertentu. Kecuali jika haid itu berlanjut dan tidak berhenti atau
berhenti dalam waktu singkat itu disebut istihadhah.
3. Haid itu akan berhenti dengan keluarnya lender putih yaitu cairan wanita, maka terdapat
dua kemungkinan ; bila itu terjadi dalam masa haid dan ia menganggapnya sebagai daraah
haid yang ia kenal, maka itu berarti darah haid, dan bila terjadi diluar kebiasaan waktu
haid dan ia tidak menganggapnya sebagai darah haid yang ia kenal, maka darah itu tidak
ada hukumnya karena termasuk sesuatu yang sedikit (yang dimaafkan).

Tata Cara Bersuci Dari Haid Dan Junub


Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan
cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau
kepangan (jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah ra.
berikut ini: "Seorang wanita berkata kepada Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku adalah
orang yang mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambut ku untuk
mandi janabat." Rasulullah menjawab: "Sungguh cukup bagimu menuang mengguyur) atas
kepalamu tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh
dengan berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia
berkata hadits ini adalah hasan shahih). Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq
dengan lafadz: "Apakah aku harus (harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi
janabat?" disunahkan bagi wanita apabila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang
ditaruh padanya minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak
meninggalkan bau. Dan juga firman Allah SWT: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid ,
katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita
(istri) yang sedang haiddan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci
(mandi)." {Al-Baqarah : 222}

Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah:
1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok
kemaluan tersebut digosokan ke bumi.
3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan
kedua kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian
mencuci kedua kaki.
4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-
jemari.
5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali.
6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri
sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki
serta menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.
7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya
tatkala berwudhu)
8. membersihkan/mengeringkan air yang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan
handuk atau lainnya)

L.I.5. Memahami dan menjelaskan ibadah yang dapat dijalankan dalam keadaan suci
dan tidak suci

Adapun perbuatan yang haram dilakukan oleh wanita yang sedang haid, sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-sunnah antara lain adalah:

Puasa Saat Haid

Wanita yang sedang mendapatkan haid dilarang menjalankan puasa dan untuk itu ia
diwajibkannya untuk menggantikannya dihari yang lain.

Dari Abi Said Al-Khudhri ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bukankah bila
wanita mendapat hatdh, dia tidak boleh shalat dan puasa?

Tawaf

Seorang wanita yang sedang mendapatkan haid dilarang melakukan tawaf. Sedangkan semua
praktek ibadah haji tetap boleh dilakukan. Sebab tawaf itu mensyaratkan seseorang suci dari
hadas besar.

Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapat haid, lakukan
semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf di sekeliling ka`bah hingga kamu suci.
Shalat

Seorang wanita yang sedang mendapatkan haid diharamkan untuk melakukan salat. Begitu
juga mengqada` salat. Sebab seorang wanita yang sedang mendapat haid telah gugur
kewajibannya untuk melakukan salat. Dalilnya adalah hadis berikut ini:

Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka
Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila
yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan
lakukan shalat. .

Dari Aisyah ra. berkata, Di zaman Rasulullah SAW dahulu kami mendapat haid, lalu kami
diperintahkan untuk mengqada` puasa dan tidak diperintah untuk mengqada` salat. .

Selain itu juga ada hadis lainnya:

`Dari Fatimah binti Abi Khubaisy bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapatkan
haid maka tinggalkan salat.

Berwudu` atau Mandi

As Syafi`iyah dan al-Hanabilah mengatakan bahwa `wanita yang sedang mendapatkan haid
diharamkan berwudu`dan mandi janabah. Maksudnya adalah bahwa seorang yang sedang
mendapatkan haidh dan darah masih mengalir, lalu berniat untuk bersuci dari hadats besarnya
itu dengan cara berwudhu’ atau mandi janabah, seolah-olah darah haidhnya sudah selesai,
padahal belum selesai. Sedangkan mandi biasa dalam arti membersihkan diri dari kuman,
dengan menggunakan sabun, shampo dan lainnya, tanpa berniat bersuci dari hadats besar,
bukan merupakan larangan.

Menyentuh mushaf Al Quran dan Membawanya

Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang menyentuh Al-Quran:

Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci

Jumhur Ulama sepakat bahwa orang yang berhadats besar termasuk juga orang yang haidh
dilarang menyentuh mushaf Al-Quran

Berhubungan Pribadi dengan Suami

Wanita yang sedang mendapat haid haram melakukan kegiatan pribadi suami dan istri dengan
suaminya. Keharamannya ditetapkan oleh Al-Quran Al-Kariem berikut ini:

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: `Haidh itu adalah suatu kotoran`.
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah
kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Yang dimaksud dengan menjauhi mereka adalah tidak meny*tub*hinya.


Sedangkan al-Hanabilah membolehkan mencumb* wanita yang sedang haid pada bagian
tubuh selain antara pusar dan lutut atau selama tidak terjadi persetubuhan. Hal itu didasari
oleh sabda Rasulullah SAW ketika beliau ditanya tentang hukum mencumbui wanita yang
sedang haid maka beliau menjawab:

`Dari Anas ra. bahwa orang Yahudi bisa para wanita mereka mendapat haidh, tidak
memberikan makanan. Rasulullah SAW bersabda, Lakukan segala yang kau mau kecuali
hubungan badan.

Dari Aisyahra berkata, Rasulullah SAW memerintahkan aku untuk memakain sarung, beliau
mencumb*ku sedangkan aku dalam keadaan datang haidh.

Keharaman meny*tub*hi wanita yang sedang haid ini tetap belangsung sampai wanita
tersebut selesai dari haid dan selesai mandinya. Tidak cukup hanya selesai haid saja tetapi
juga mandinya. Sebab di dalam al-Baqarah ayat 222 itu Allah menyebutkan bahwa wanita
haid itu haram disetubuhi sampai mereka menjadi suci dan menjadi suci itu bukan sekedar
berhentinya darah namun harus dengan mandi janabah, itu adalah pendapat al-Malikiyah dan
as Syafi`iyah serta al-Hanafiyah.

Melafazkan Ayat-ayat Al-Quran

Kecuali dalam hati atau doa/zikir yang lafznya diambil dari ayat Al-Quran secara tidak
langsung.

`Rasulullah SAW tidak terhalang dari membaca Al-Quran kecuali dalam keadaan junub`.

Namun ada pula pendapat yang membolehkan wanita haidh membaca Al-Quran dengan
catatan tidak menyentuh mushaf dan takut lupa akan hafalannya bila masa haidhnya terlalu
lama. Juga dalam membacanya tidak terlalu banyak.

Pendapat ini adalah pendapat Malik. Demikian disebutkan dalam Bidayatul Mujtahid jilid 1
hal 133.

Masuk ke Masjid

Dari Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak ku halalkan masjid bagi
orang yang junub dan haidh.

Anda mungkin juga menyukai