Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SALFINGO OOFOREKTOMI

OLEH :
DEPRI ENTONI
2012. C. 04a. 0289

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2016/2017

LAPORAN PENDAHULUAN
SALPINGO OOFOREKTOMI

KONSEP MEDIS
A. Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak antara
kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut
portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
Forniks anterior
Forniks posterior
Forniks dekstra
Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
Alat hubungan seks.
Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium,
sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus
berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna
(arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
Korpus uteri : berbentuk segitiga
Serviks uteri : berbentuk silinder
Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80
gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf.
Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah,
dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman
serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan
dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat
konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga
memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk
silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga
dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan
oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-
otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum. Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri). Terdiri dari otot polos dan jaringan
ikat. Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum. Menggantung dinding uterus ke dinding
panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod. Menghalangi pergerakan uteruske
kanan dan ke kiri. Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum. Merupakan penebalan dari ligamentum
kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum. Merupakan jaringan ikat agak longgar
sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan
implantasi.

d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-
kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel
de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan
ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
Memproduksi ovum
Memproduksi hormone estrogen
Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan
hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks
sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis,
pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi
pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada
usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang
berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan
organ reproduksi wanita.

Hormon-hormon yang dihasilkan pada sistem reproduksi wanita, yakni sebagai berikut:
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan
ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk
tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat membentuk hormon HCG.
c. GNRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikel stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus
sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
d. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari
folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini
akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
e. LH (Luteinizing Hormone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik /
pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
f. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar
1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000
mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan
produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal.
Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine
dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini,
tes Pack, dsb).
g. LTH (Lactotrophic Hormone)/Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
B. Defenisi

Ooforektomi adalah operasi pengangkatan ovarium atau indung telur. Operasi ini
juga disebut ovariektomi, tetapi istilah ini telah digunakan secara tradisional dalam
penelitian ilmu dasar yang menggambarkan operasi pengangkatan indung telur pada
hewan laboratorium.

Pengangkatan indung telur pada wanita adalah setara biologis pengebirian pada
laki-laki, namun, istilah pengebirian hanya kadang-kadang digunakan dalam literatur
medis untuk merujuk pada ooforektomi pada manusia.

Dalam ilmu kedokteran hewan, penghapusan lengkap dari indung telur, saluran
telur, tanduk rahim, dan rahim disebut spaying dan merupakan bentuk sterilisasi.

Pada manusia, ooforektomi paling sering dilakukan karena penyakit seperti kista
ovarium atau kanker; sebagai profilaksis untuk mengurangi kemungkinan terkena kanker
ovarium atau kanker payudara, atau dalam hubungannya dengan pengangkatan rahim.

Penghapusan ovarium bersama-sama dengan tabung tuba disebut salpingo-


ooforektomi atau unilateral salpingo-ooforektomi (USO). Ketika kedua ovarium dan
kedua tuba Fallopii dihapus, istilah bilateral salpingo-ooforektomi (BSO) digunakan.
Ooforektomi dan salpingo-ooforektomi bukanlah bentuk umum dari kontrol kelahiran
pada manusia, lebih biasa adalah ligasi tuba, di mana saluran telur tersumbat tetapi
indung telur tetap utuh. Ketika dilakukan sendirian (tanpa histerektomi), suatu
ooforektomi umumnya dilakukan dengan laparotomi atau laparoskopi perut. Dalam
banyak kasus, operasi pengangkatan indung telur dilakukan bersamaan dengan
histerektomi.

Nama medis formal untuk menghilangkan seluruh sistem reproduksi wanita


(ovarium, saluran telur, rahim) adalah "Histerektomi Total dengan bilateral salpingo-
ooforektomi (TAH-BSO); istilah yang lebih kasual untuk seperti operasi adalah"
ovariohysterectomy".

C. Manfaat
Metode ooforektomi memiliki beberapa manfaat, yakni sebagai berikut:

1. Pencegahan kanker

Untuk risiko tinggi BRCA1 mutasi, profilaksis Ooforektomi indung telur


sekitar umur 40 tahun mengurangi risiko kanker ovarium dan kanker payudara dan
memberikan keuntungan bertahan hidup jangka panjang signifikan dan besar.

Pembawa risiko tinggi BRCA2 mutasi, Ooforektomi indung telur sekitar


umur 40 tahun hanya memiliki efek marjinal pada kelangsungan hidup; efek positif
mengurangi kanker payudara dan kanker ovarium, risiko hampir diimbangi dengan
efek. Keuntungan bertahan hidup lebih besar ketika Ooforektomi indung telur
dilakukan bersama profilaksis mastektomi.

2. Mengurangi masalah endometriosis

Beberapa kasus, Ooforektomi indung telur dapat digunakan untuk mengobati


endometriosis. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan sumber hormon untuk
pertumbuhan dinding rahim, sehingga mengurangi pertumbuhan berlebih yang
bertanggungjawab terhadap terjadinya endometriosis.

Ooforektomi indung telur untuk endometriosis biasanya adalah operasi


terakhir karena terdapat risiko yang terkait dengan penghentian tiba-tiba produksi
hormon, terutama awal-awal osteoporosis. Untuk alasan ini, hormon agonists seperti
Lupron biasanya pertama digunakan untuk mengubah hormon siklus sebelum
melanjutkan ke intervensi bedah non-Reversible.

Ooforektomi indung telur untuk endometriosis sering dilakukan bersama


histerektomi sebagai langkah akhir dalam menghilangkan jejak endometriosis dalam
kasus di mana perawatan non-bedah seperti hormon agonists telah gagal untuk
menghentikan pertumbuhan berlebih rahim.

Pada kista ovarium, penghapusan tanpa Ooforektomi indung telur atau


melalui Ooforektomi indung telur parsial sering digunakan untuk menangani kasus-
kasus endometriosis yang lebih ringan ketika pengobatan hormon gagal untuk
menghentikan pembentukan kista, atau untuk mengobati nyeri panggul ekstrim dari
hormon yang berhubungan dengan masalah panggul.

D. Indikasi operasi
Ooforektomi dilakukan pada kasus-kasus seperti: kanker ovarium, curiga tumor
ovarium atau kanker tuba falopii (jarang). Metode ini juga dapat dilakukan pada kasus-
kasus infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-kadang wanita dengan
kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu ooforektomi sebagai tindakan
preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko penyebaran dari sel-sel kanker
tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.
Sebuah bilateral salpingo-ooforektomi adalah operasi di mana ovarium seorang
wanita baik itu dihapus, bersama dengan saluran tuba. Operasi ini digunakan terutama
untuk mengobati kanker ginekologi seperti ovarium, tuba, dan kanker rahim, meskipun
digunakan dalam pengobatan beberapa kondisi ginekologi lainnya juga.
Kista, endometriosis, tumor jinak , peradangan, dll, dan lebih jarang bersamaan
dengan histerektomi (61%). Indikasi khusus termasuk beberapa kelompok wanita dengan
risiko substansial peningkatan kanker ovarium, seperti tinggi pembawa risiko BRCA
mutasi dan wanita dengan endometriosis yang juga menderita kista ovarium sering.

E. Prosedur operasi
1. Persiapan alat
a. Scaple handle
b. Scaple blade
c. Forceps (pinset)
d. Clamps
e. Hemostatic
f. Hak gigi/kulit.
g. Suture needle (jarum)
h. Gunting jaringan dan benang
i. Benang absorbable dan non absorbable
j. Kasa steril
2. Persiapan klien
a. Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
Persiapan urogenital
Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateterisasi kandung
kemih.
Obat-obat premedikal
Yaitu penyuntikan pengantar pada penderita yang sudah ditentukan oleh
ahli anestesi.
Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi
a) Status klien
b) Hasil-hasil laboratorium
Persiapan psikologis
a) Pasien dan keluarga perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi
reproduksi dan seksnya.
b) Beri penjelasan tentang operasi yang akan dilakukannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Cek gelang identitas
b) Lepas tusuk konde, wig, tutup kepala dengan mitella.
c) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan.
d) Bersihkan cat kuku
e) Lepaskan kontak lens
f) Alat bantu pendengaran dapat dipasang bila pasien tidak dapat
mendengarkan tanpa alat.
g) Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.
h) Ganti pakaian operasi
Transportasi ke kamar operasi
Perawat menerima status pasien, memeriksa gelang pengenal,
menandatangani inform concent, pasien dilindungi dari kedinginan dengan
memberi selimut katun.
b. Persiapan Operasi
Inform Concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan
sebelum operasi, alasan, tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian
operasi.

Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu puasa
beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan ringan yang mudah
dicerna malam hari sebelumnya. Pada operasi besar, pada hari akan
dilakukan operasi, pasien hanya mendapatkan terapi cairan saja. Pada
persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga odiberikan hiperalimentasi
per oral atau intravena.
Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:
a) Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan pada pelvis
dan abdomen sehingga memperluas lapangan operasi.
b) Pengurangan jumlah flora patogen pada usus menurunkan resiko
infeksi pascaoperasi. Cedera usus saat pembedahan tidak selalu
berhasil untuk dihindari, terutama sering terjadi pada pasien yang
menjalani operasi karsinoma, endometriosis, penyakit peradangan
pelvis, pasien dengan prosedur pembedahan berulang atau penyakit
peradangan usus.
Persiapan kulit
Persiapan kulit disarankan untuk dilakukan pada area pembedahan, bukan
karena takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea alasan teknis.
Pasien dicukur hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran sebaiknya
dilakukan segera sebelum operasi, untuk mengurangi resiko infeksi pasca
perasi. Membersihkan kulit dengan sabun antiseptic pada malam hari
sebelum operasi atau pagi hari dapat mengurangi frekuensi infeksi luka
pascaoperasi.
Persiapan kandung kemih dan ureter
Segera sebelum pemeriksaan di bawah anestesi,kandung kemih
dikosongkan dengan kateterisasi. Jika akan dilakukan operasi denga durasi
lama, sebelumnya dipasang kateter folley.

3. Teknik operasi
a. Setelah penderita diberi narkose dengan endotrakeal, posisi telentang.
b. Dilakukan desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik,
kemudian dipersempit dengan linen steril.
c. Dibuat insisi midline, diperdalam memotong linea alba sampai tampak
peritoneum dan peritoneum dibuka secara tajam.
d. Kedua ovarium beserta jaringan sekitar diinspeksi dan dipalpasi untuk menilai
kondisi sebelum dilakukan pengangkatan (menentukan resektabilitas).
e. Dilakukan ligasi atau pemotongan ligamen-ligamen ovarium dan tuba fallopii.
Tuba fallopii kemudian diligasi. Pemotongan dilakukan pada salah satu atau
kedua tuba fallopii tergantung kondisi peyakit pada ovarium.
f. Tuba fallopii beserta ovarium kemudian direseksi dan dilakukan penutupan atau
penjahitan pada area pemotongan tuba fallopii.
g. Perdarahan yang masih ada dirawat, kemudian luka pembedahan ditutup lapis
demi lapis.
4. Pemulihan Pasca Operasi
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam
minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak
yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan,
disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis,
kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah
operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan
membantu proses pemulihan.

F. Komplikasi operasi
Komplikasi yang dapat timbul pada prosedur ooforektomi antara lain :
1. Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali kurang
dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate). Hal tesebut dapat terjadi,
misalnya, karena pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi
dan ikatannya lepas.
2. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam
darah atau jaringan lain membentuk pus.
3. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan
cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah
cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan
waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam
ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
4. Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk
memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang
avaskular yang tepat.
5. Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas, menempel pada
uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini dapat diketahui
dari terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan
operasi. Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges et.al (2000) data dasar pengkajian adalah sebagai
berikut :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat
stress tinggi.
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD.
3) Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan kontrol,
depresi.
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius.
Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan,
perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
6) Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi.
8) Pernapasan
Gejala : Merokok, pemajanan asbes.
9) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10) Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
11) Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah tentang
fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.
12) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan.

B. Diagnosa dan intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang, klien tampak tenang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tekanan darah, nadi dan 1. Untuk mengenal indikasi kemajuan
pernapasan setiap 4 jam. atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2. Kaji intensitas nyeri. Informasikan ke
2. Ini merupakan indikasi bahwa perlu
dokter jika nyeri diberikan sampai
analgetik yang lebih keras atau
pemberian obat respon terhadap
mulai ada komplikasi.
analgetik yang bertambah buruk atau
tidak ada selanjutnya.
3. Bantu pasien untuk mengambil posisi
3. Tempatkan tubuh pada posisi yang
yang nyaman. Tinggikan ekstremitas
nyaman untuk mengurangi
yang terasa sakit. Tekuk lutut dengan
penekanan dan mencegah otot-otot
menggunakan bantal atau penyokong
tegang membantu menurunkan rasa
lutut ditempat tidur untuk
tidak nyaman.
menurunkan ketegangan otot-otot
perut setelahtindakan bedah atau bila
ada nyeri dipunggung.
4. Ajarkan pasien teknis napas dalam
4. Distraksi mengganggu stimulus
berirama untuk nyeri yang ringan
nyeri dengan mengurangi rasa nyeri.
sampai sedang dalam hubungannya
Distraksi tidak mengubah intensitas
deengan nyeri yang lain meringankan
nyeri. Paling baik digunakan untuk
intervensi : Instrusikan pasien untuk
periode pendek pada nyeri ringan
memelihara kontak mata pada suatu
sampai sedang.
objek sambil menarik napas perlahan
melalui mulut dan mengeluarkan
napas melalui bibir yang dikerutkan.
5. Berikan istirahat sampai nyeri hilang. 5. Istirahat menurunkan pengeluaran
Kurangi kebisingan dan sinar yang energi. Vasokontriksi perifer terjadi
terang. Jaga kehangatan pasien pada nyeri hebat dan menyebabkan
dengan selimut ekstra. pasien merasa dingin. Biasanya
rangsangan lingkungan yang kuat,
memperhebat persepsi nyeri.

2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder


terhadap pembedahan
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi dan klien dapat memenuhi kebutuhan aktifitas.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan darin tingkat 1.Membantu dalam
kekurangan untuk melakukan mengantisipasi/merencanakan
aktivitas sehari-hari pemenuhan kebutuhan secara
individual.
2. Klien mungkin menjadi sangat
2. Hindari melakukan sesuatu untuk
tergantung dan meskipun bantuan
klien yang dapat dilakukan klien
yang diberikan bermanfaat dalam
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
mencegah frustasi. Ada pentingnya
kebutuhan
bagi klien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk diri sendiri
untuk mempertahankan harga diri
dan meningkatkan pemulihan.
3.Klien akan memerlikan empati tetapi
3. Pertahankan dukungan, sikap yang
perlu untuk mengetahui pemberi
tegas. Berikan klien waktu yang
asuhan keperawatan yang akan
cukup untuk mengerjakan tugasnya
membantu klien secara konsisten.
4.Meningkatkan perasaan makna diri,
4. Berikan umpan balik yang positif meningkatkan kemandirian, dan
untuk setiap usaha yang dilakukan mendorong klien untuk berusaha
untuk keberhasilannya. secara kontinu.
3
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : Risiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi, suhu tubuh normal 370C, dan
tanda-tanda infeksi tidak terjadi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau suhu badan setiap 4 jam, 1.Untuk mengidentifikasi kemajuan atau
Keadaan luka ketika melakukan penyimpangan dari hasil yang
perawatan luka Hasil laboratorium diharapkan.
terutama jumlah leukosit.
2. Tetap pada fasilitas kontrol infeksi,
2.Tetapkan mekanisme yang dirancang
sterilisasi dan prosedur/kebijakan
untuk untuk mencegah infeksi.
aseptik.
3. Identifikasi gangguan pada teknik
3.Kontaminasi dengan lungkungan/
aseptik dan atasi dengan segera pada
kontak personal akan menyebabkan
waktu terjadi.
daerah yang steril menjadi tidak
steril sehingga dapat meningkatkan
4. Sediakan pembalut yang steril.
risiko infeksi.
5. Kolaborasi pemberikan antibiotik 4. Mencegah kontaminasi lingkungan
sesuai petunjuk pada luka yang baru.
5.Dapat diberikan secara profilaksis bila
dicurigai terjadinya infeksi atau
kontaminasi.

3. Tujuan pemulangan
1. Pemasukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komplikasi dicegah/minimal.
3. Prosedur bedah/prognosis, kebutuhan pengobatan, dan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar

Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta : EGC.
Doenges at. al (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, Jakarta : EGC.

Friedman, Borten, Chapin (1998). Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan Ginekologi

Edisi 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara

Leveno, Kenneth J (2009). Obstetric Wiliam. Jakarta : EGC.

Mochtar & Rustam (1998). Sinopsis Obstetri, Jilid 2, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Oophorectomy, diakses pada tanggal 10 Juli 2012.

(http://www.medicalook.com/Womens_health/ Oophorectomy.html).

Price & Wilson (1995). Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, Jakarta :

EGC.

Anda mungkin juga menyukai