Anda di halaman 1dari 36

1.

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


A. Genetalia Eksterna (vulva)
Yang terdiri dari:
a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini
mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak,
terletak di atas simfisis pubis
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di
bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa
rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia
mayora pada wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada
anak-anak dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna
kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya
akan bersatu membentuk fourchette
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif.
Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan
panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula
terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara
kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi
untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar
bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-
bakteri patogen
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian
besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang
berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada
yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali
dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior

g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot
muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja
dari sphincter ani

2. Genetalia Interna
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9
cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi
puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan
pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan
rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan
bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari
arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika
interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-
anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus
dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan
yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi
tuba dan mencapai dinding abdomen.

b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan
dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot
ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit
rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim
makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara
osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan
cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam
tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
1) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri), Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya
menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum. Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod. Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke
kiri.. Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum. Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
Machenrod menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum. Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
d. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara
3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
e. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba
uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan
sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan
(hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak
100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone
terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder
pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut
menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum
yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah
teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan
ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

A. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1. Hormon Reproduksi pada wanita
a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel
ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel
ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH

B. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjadi 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan akan
mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1.Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan adanya
pendarahanselama 4hari.
2.Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium
secara bertahap selama 4hr
3.Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar tumbuhnya lebih
cepat.
4.Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan glikogen
guna mempersiapkan endometrium.

D. Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.

2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.

3. Gonadotropin Releasing Hormone


GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang
pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka
estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi
rendah, begitupun sebaliknya.

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat
rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang
matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu
perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya
ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu
paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya
makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml),
kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai
akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan
fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa
kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau
urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes
Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan
sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan
sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga

2. Anatomi Organ Reproduksi Pria

a) Kelenjar:
1) Testis
Testis merupakan 2 buah organ glandula yang memproduksi semen, terdapat
didalam skrotum dan digantung oleh fenikulus spermatikus. pada janin, testes
terdapat dalam kavum abdominalis di belakang peritoneum. Sebelum kelahiran akan
turun ke kanalis inguinalis bersama dengan fenikulus spermatikus kemudian masuk
ke dalam skrotum. Testis merupakan tempat dibentuknya spermatozoa dan hormone
laki-laki, terdiri dari belahan-belahan disebut lobules testis.
Testis menghasilkan hormone testosterone yang menimbulkan sifat kejantanan
setelah masa pubertas, disamping itu follicle stimulating hormone (FSH) dan lutein
hormone (LH). Testis dibungkus oleh:
 Fasia spermatika eksterna, suatu membrane yang tipis memanjang kearah bawah
diantara fenikulus dan testes, berakhir pada cincin subkutan inguinalis.
 Lapisan kremasterika, terdiri dari selapis otot. Lapisan ini sesuai dengan M oblikus
abdominis internus dan kasies abdominus internus.
 Fascies spermatika interna, suatu membrane tipis dan menutupi fenikulus
spermatikus. Fasia ini akan berakhir pada cincin inguinalis interna bersama dengan
fasia transversalis. Lapisan otot ini sesuai dengan M oblikus abdominis internus dan
fasianya.
Pembuluh darah testes:

 Arteri pudenda eksterna pars superpisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
 Arteri perinialis superfisialis cabang dari arteri pudenda interna.
 Arteri kremasterika cabang dari arteri epigestrika inferior.
Untuk pembuluh darah vena mengikuti arteri.

Persarafan testes meliputi N. ilioinguinalis, N. lumboinguinalis cabang dari


pleksus lumbalis, dan N. ferinialis superfisialis.

2) Vesika Seminalis
Vesika suminalis merupakan dua ruangan diantara fundus vesika urinaria dan
rectum, masing-masing ruangan berbentuk piramid. Pemeriksaan anterior
berhubungan dengan fundus vesika urinaria. Permukaan posterior terletak diatas
rectum yang dipisahkan oleh fasia rektovesikalis.
Panjang kelenjar ini 5-10 cm, merupakan kelenjar sekresi yang menghasilkan
zat mukoid. Zat ini banyak mengandung fruktosa dan zat gizi (prostaglandin dan
fibrinogen) yang merupakan sumber energy bagi spermatozoa. Vesika seminalis
bergabung dengan duktus deferens, penggabungan ini disebut duktus ejakulatorius.
Sekresi vesika seminalis merupakan seminalis pokok dari air mani yang
menghasilkan cairan yang disebut semen sebagai pelindung spermatozoa. Selama
ejakulasi vesiika seminalis mengosongkan isinya kedalam duktus ejakulatorius
sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa.
Duktus ejakulatorius berjumlah 2 buah pada sisi lain dari garis tengah.
Masing-masing duktus akan membentuk gabungan vesika seminalis dengan duktus
deferens. Panjangnya 2 cm mulai dari lobus medialis basis glandula prostate,
berjalan kedepn bawah diantara rateralis dari utrikulus prostatikus dan berakhir
ditepi urtikulus.
Arteri yang menyuplai vesika seminalis adalah cabang dari arteri vesikalis
medialis, arteri vesikalis inferior, dan arteri haemoroidalis medialis. Vena-vena dan
system limfe menyertai arteri. Persyarafan merufakan cabang dari pleksus pelvikus.

3) Kelenjar (glandula) Prostat


Sebagian bersifal glandular dan sebagian lagi bersifat otot. Glandula prostate
terdapat dibawah orivisium uretra interna dan sekeling permukaan uretra, melekat
dibawah vesika urenaria dalam rongga pelpis dibawah simfisis pubis posterior.
Prostat merupakan suatu kelenjar yang mempunyai 4 lobus, yaitu posterior, anterior,
lateral, dan medial.
Fungsi kelenjar pstat mengekuarkan cairan alkali yang encer seperti susu
yang mengandung asam sitrat yang berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap
tekanan pada uretra. Basis prostat menghadap keatas berhubungan dengan
permukaan inferior vesika urinaria. Uretra menembus glandula prostat tepi anterior
dan posterior. Apeks prostat mengarah kebawah berhubungan dengan diafragma
urogenitalis.
Prostat dipertahankan posisinya oleh:
 Ligamentum puboprostatika
 Lapisan dalam diafragma urogenitalis
 M. levator ani pars anterior.
 M. levator prostat bagian dari M. levator ani.
Pembuluh darah dan syaraf untuk glandula prostate meliputi arteri pudenda
interna, arteri sesikalis inferior, arteri haemoroidalis medialis. Vena akan
membentuk fleksus disekitar sisi dan basis glandula prostate dan berakhir di vena
hipogastrika. Nervus merupakan cabang dari pleksus pelvis.

4) Kelenjar bulbouretralis
Kelenjar ini terdapat di belakang lateral pars membrane nasea uretra, diantara
kedua lapisan diafragma urogenitalis dan disebelah bawah kelenjar prostat.
Bentuknya bundar, kecil, dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm. fungsinya
hampir sama dengan kelenjar prostat.
b) Duktus:
 Epididimis
Epididymis adalah saluran halus yang panjangnya kira-kira 6 cm, terletak
disepanjang atas dan belakang testes dan terdiri dari:
1. Kaput epididimis, berhubungan erat dengan bagian ats testes sebagai duktus eferens
dari testis.
2. Kaput epididimis: badan ditutupi oleh membrane serosa servikalis sepanjang tepi
posterior.
3. Kauda epididymis: ekor disebut juga globulus minor ditutupi oleh membrane serosa
dan berhubungan dengan duktus deferens.
4. Ekstremitas superior: bagian yang besar.
5. Ekstremitas inferior: seperti titik.
Diantara korpus dan testes terdapat ruangan yang disebut sinus epididimis (fossa
digitalis). Epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral. Lapisan ini bagian
medias tinum menjadi lapisan parietal, dikelilingi oleh jaringan ikat spermatozoa
melalui duktus eferen, merupakan bagian dari kaput epididymis tempat bermuaranya
spermatozoa lalu disimpan masuk kedalam vas deferens. Fungsinya sebagai saluran
penghantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memprodusi sperma.
Apendiks testis adalah bagian ektremitas superior testis dekat kaput epididimis.
Berupa benda kecil, oval yang merupakan sisa dari duktus muleri bagian atas.
Apendiks epididimis berupa tangkai kecil yang terdapat pada kaput epididimis,
dianggap sebagai duktus eferens.
 Duktus deferens
Duktus deferens adlah duktus ekskretorius dari testis, merupakan lanjutan
darri kanalis epididymis, panjangnya 50-60 cm. mulai dari bagian bawah kauda,
epididymis berbelit-belit, secara berangsur-angsur naik sepanjang tepi posterior
testis dan sisi medialis bagian fenikulus spermatikus. Melalui cincin kanalis iguinalis
masuk ke venikulus spermatika, membelok sepanjang sisi lateral arteri epigastrika
kemudian menjurus ke belakang agak turun ke fosa iliaka eksterna dan mencaai
kavum pelvis.
Diantara peritoneal dan dinding lateralis pelvis, selanjutnya saluran ini tururn
pada sisi medialis arteri umbilikalis dan nervus obturatorius, menyilang didepan
ureter dan mencapai medial ureter, berbelok-belok berbentuk sudut turun kemedial
agak kedepan diantara fundus vesika urinaria bagian atas vesika seminalis. Berlanjut
menjurus ke bawah anara fundus vesika urinaria dan rectum menuju basis glandula
prostate bergabung dengan duktus vesika seminalis membentuk duktus
ejakulatorius, bermuara pada pars prostatika uretra melalui orifisium utrikulus
protatikus.
Duktus deferens kerass seperti tali dan berbentuk silinder. Dinding
salurannya sangat kecil. Pada funfus vesika urinaria membesar dan membelok-
belok, disebut ampula.
 Uretra
Uretra merupakan saluran kemih dan saluran ejakulasi pada pria.
Pengeluaran urine tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan
konstraksi prostat.
c) Bangun Penyumbang:
 Skrotum
Skrotum adalah sepasang kantong yang menggantung didasar velvis. Didepan
skrotum terdapat penis dan dibelakang terdapat anus. Skrotum atau kandung buah
pelir berupa kantong terdiri dari kulit tanpa lemak dan mamiliki sedikit jaringan otot.
Pembungkusnya disebut tunika vaginalis yang dibentuk dari paritonium skrotum
yang mengandung pigmen, didalamnya terdapat kantong-kantong, setiap kantong
berisi epididymis fenikulus spermatikus.
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Skrotum bervariasi dalam
beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas pada lansia, dan keadaan lemak,
skrotum akan memanjang danlemas. Sedangkan dalam keadaan dingin dan pada
orang muda akan mendekat dan berkerut.
Skrotum terdiri dari 2 lapisan:
1. Kulit: warna kecoklatan, tipis dan felika/rugae, terdapat folikel sebasea dikelilingi
oleh rambut kertiting yang akarnya terlihat melalui kulit.
2. Tunika dartos: berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis krotum. Tunika
dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi 2 ruangan untuk testis
yang terdapat dibawah permukaan penis.
Pada skrotum terdapat M. kremaster yang muncul dari M. obligue
Internus abdominalis yang menggantungkan testis dan mengangkat testis menurut
kemauan dan reflex ejakulasi.
 Fenikulus spermatikus
Fenikulus merupakan bangunan penyambung yang berisi duktus seminalis,
pembuluh limfe, dan serabut saraf. Fenikulus spermatikus memanjang dari
abdominalis inguinalis dan tersusun kovergen kebagian belakang testis, melewati
cincin subkutan dan turun hamper vertical ke skrotum. Fenilus spermatikus kiri lebih
panjang dari yang kanan karena testis kiri tergantung lebih rendah dari testis kanan.
Pembuluh darah spermatikus:
1. Arteri spermatika interna: cabang dari aorta abdominalis, keluar dari abdomen
melalui cincin inguinalis abdominalis bergabung dengan fenikulus spermatikus
sepanjang kanalis inguinalis, memberikan darah untuk epididymis dan substansi
testis.
2. Arteri spermatika eksterna: cabang dari arteri epigastrika inferior, memberikan
darah untuk fenikulus spermatikus, beranastomisis dengan arteri spermatika interna.
3. Arteri duktus deferens: cabang dari arteri vesikalis inferior. Arteri ini panjang
bergabung dengan duktus deferens dan beranastomosis dengan arteri spermatika
interna dekat testis.
4. Vena spermatika: mulai dari belakang testis, menerima darah dari epididymis,
membentuk pompa bagian dari penikulus spermatikus. Pembuluh-pembuluh yang
membentuk fleksus banyak masuk sepanjang fenikulus spermatikus didepan duktus
deferens. Dibawah substansi inguinalis, pembuluh ini bersatu membentuk 2-4 vena
lewat kanalis inguinalis masuk ke abdomen, melalui cincin inguinalis abdominalis
yang kanan bermuara ke vena kava inferior dan yang kiri bermuara ke vena renalis
sinista.
Pembuluh limfe terdiri dari 2 bagian, permukaan luar dan permukaan dalam yang
berasal dari permukaan tunika vaginalis epididymis dan korpus testis. Pembuluh ini
akan membentuk 4-8 traktus dan berakhir pada bagian latera dari pronatik dan nervus
lumbalis II. Fleksus spermatikus yang merupakan saraf simpatis bergabung dengan
cabang dari fleksus velvis yang menyertai arteri duktuk deferens.

 Penis
Penis terlatak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung disebut glands penis,
bagian tengah korpus penis, dan bagian pangkal radiks penis. Kulit pembungkus
amat tipis tidak berhubungan dengan bagian permukaan dalam dari organ dan tidak
mempunyai jaringan adipose. Kulit ini berhungan dengan velvis, skrotum dan
perineum.
Dibelakang orifisium uretra eksterna kulit ini membentuk perlipatan kecil yang
disebut frenulum prepusium. Kulit yang menutupi glans penis bersambung dengan
membrane mikosa uretra pada orifisium dan tidak mempunyai rambut.
Prepusium menutupi glans, dipisahkan dari prepusium terdapat ruangan yang
dangkal.
Fasia superfisialis secara langsung berhungan dengan fasia skrotum dengan lapisan
sel otot polos. Diantara fasia superfasialis dan profunda terdapat celah yang
menyebabkan kulit bergerak bebas. Pada bagian anterior dari ujung M.
bulbokavernosus. Iskiakavernosus terbelah menjadi lapisan dalam dan lapisan luar.
Lapisan luar menutupi permukaan superior otot-otot ini dan fasia perinealis dari
perineum, lapisan dlama merupkan lanjutan fasia penis, lamina profunda, dan fasia
profunda dari penis menutupi organ dengan kapsul yang kuat.
Korpora kavernosa terdiri dari 2 masa silinder yang erektil terdiri dari ¾ dari bagian
anterior batang penis. Pada simfisis pubis bagian posterior secara berangsur-angsur
membentuk bangunan lonjong. Korpora kavernosus penis ditutupi kapsul yang kuat
yang terdiri dari benang-benang superfisialis dan profunda, mempunyai arah
longitudinal dan membentuk satu saluran masing-masing mengelilingi korvora dan
membentuk septum penis. Septum ini tebal terdiri dari bangunan vertical, disebut
pektiniformis.
Permukaan terdapat atas celah kecil tempat vena dorsalis penis profunda dan
permukaan bawah terdapat celah kecil yang dalam dan luas berisi korpus kavernosa
uretra. Bagian anterior korpus kavernosa penis akan melebar, disebut bulbus korpus
kavernosa penis. Bagian ini terikat kuat pada ramus iskium pubis yang ditutupi oleh
M. iskium kavernosus. Korpus kavernosa uretra bagian dari penis yang berisi uretra
didalam batang penis berbentuk silinder, lebih kecil dari kavernosa penis, pada
ujungnya akan melebar, bagian anterior membentuk glans penis dan posterior
membentuk bulbus uretra.
Glans penis adalah bagian akhir anterior dari korpus kavernosa uretra, memanjang
ke dalam dan bentuknya seperti jamur. Glans penis licin dan kuat, bagian perifer
lebih besar sehingga membentuk tepi yang bundar, disebut korona glandis. Bagian
perifer menyempit membentuk bulbus retroglandularis dari leher penis, dan pada
puncak dan glans penis terdapat celah dari orifisium uretra eksterna.
Bulbus uretra merupakan pembesaran bagian posterior 3-4 cm dari korpus kavernosa
uretra letaknya superfisialis dari diafragma urogenitalis. Fasia superfisialis
bercampur dengan kapsula fibrosa, disebut ligamentum bulbus dan ditutupi oleh
fasia kavernosus.
Penggantung penis:
1. Ligamentum fundiformis penis: lapisan tebal yang berasal dari fascia superfisialis
dari dinding abdominalis anterior diatas pubis.
2. Ligamentum suspensorium penis: berupa benang berbentuk segitiga bagian eksterna
dari fascia profunda, menggantung pada dorsum, dan akar penis kebagian inferior
linea alba, simfisis pubis dan ligamentum arquarta pubis. Krusis iskhio pubis dan
bulbus diafragma urogenitalis sebagai alat penggantung penis.
Pembuluh darah penis:

1. Arteri pudenda interna: cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah untuk
ruangan kavernosus.
2. Arteri profunda penis: cabang dari arteri dorsalis, bercabang terbuka langsung
keruangan kavernosa. Cabang kaviler darah ke trabekula ruangan kavernosa,
dikembalikan ke vena pada dorsum. Vena dorsalis penis melewati permukaan
superior korpora kavernosa dan bergabung dengan vena yang lain.
Saraf penis berasal dari cabang dari nervus pudendus dan pleksus pelvikus pada glans penis
dan bulbus, beberapa dari filamen N. kutaneus.

Fisiologi Reproduksi Pria

Fungsi reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu spermatogenesis, kegiatan
seksual, dan pengaturan fungsi reproduksi.

A. Spermatogenesis
1. Spermatogenesis
Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang
berukuran kecil dinamakan spermastogenia. Sel ini membelah diri membentuk
2 spermatosis yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Setelah
beberapa meminggu menjadi spermatozoa. Spermatid ketika pertama kali
dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, kemudian sitoplasma
menghilang, spermatid memanjang menjadi spermatozoa yang terdiri dari
kepala, leher, badan dan ekor.
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus
selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan.
Epididymis menyekresi cairan yang mengandung hormone, enzim, dan gizi
yang sangat penting dalam proses pematangan sperma, sebagian besar pada vas
deferens dan sebagian kecil didalam epididymis.
2. Penyimpanan dan pematangan sperma
Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus sperma membutuhkan
waktu beberapa hari untuk melewati epididymis. Sperma memiliki kemampuan
motilitas. Beberapa factor dapat menghambat motilitas. Ejakulasi menyekresi
cairan yang mengandung hormone testosterone, hormone estrogen, enzum-
enzim, serta nutrisi khusus untuk pematangan sperma.
Kedua testis dapat membentuk sperma kira-kira 120 juta setiap hari.
Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididymis dan sebagian besar
disimpan dalam vas deferens dan ampula vas deferens, dan dapat
mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genetalis selama 1 bulan. Pada
aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya beberapa hari saja.
Motilitas dan fertilitas sperma terjadi karena gerakan flagella melalui
medium cairan. Sperma normal cenderung untuk bergerak lurus dan bukan
berputar. Aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa. Pada
medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat aktivitas
sperma meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu dan kecepatan
metabolisme. Sperma pada traktus genitalia wanita hanya dapat hidup 1 sampai
2 hari.
Epitel sekretorik vesika seminalis menyekresi bahan mucus yang
mengandung fruktosa, asam sitrat, prostaglandin dan fibrinogen. Setelah vas
deferens mengeluarkan sperma, mucus ini akan menambah semen yang
diejakulasi. Fruktosa dan zat gizi lainnya dalam cairan dibutuhkan oleh sperma
yang diejakulasi sampai salah satu dari sperma membuahi ovum. Prostaglandin
membantu proses pembuahan melalui reaksinya dengan mucus serviks,
sehingga membuat lebih reseptif terhadap gerakan sperma sampai mencapai
ujung atas tuba falopii dalam waktu 5 menit.
Kelenjar prostat menghasilkan cairan encer yang mengandung fosfat,
enzim pembeku, dan profibrinolisin. Selama pengisisan kelenjar prostat
berkontrasi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer
dikeluarkan dan menambah lebih banyak jumlah semen. Sifat yang sedikit basa
dari cairan prostat memungkinkan keberhasilan fertilisai ovum karena cairan
vas diferen sedikit asam. Cairam prostat menetralisir sifat asam dari cairan lain
setelah ejakulasi.
3. Semen
Semen berasal dari vas deferens, merupakan cairan yang terakhir
diejakulasi. Semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus
ejakulatorius dan uretra. Cairan dari vesikula seminalis mebuat semen lebih
kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan
vesikula seminalis membentuk kuagulum yang lemah. Sperma dapat hidup
beberapa minggu dalam duktus genitalia pria. Setelah sperma diejakulasi ke
dalam semen, jangka hidup maksimal hanya 24-48 jam.
B. Aktivitas Seksual Pria
Rangsangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menjalar melalui saraf
pudendus. Pleksus saklaris dari medulla spinalis membantu rangsangan aksi seksual
mengirim sinyal ke medulla yang mengkatkan sensali seksual yang berasal dari struktur
interna. Akibat dari dorongan seksual akan mengisi organ seksual dengan secret yang
menyebabkan keinginan seksual, dengan merangang kandung kemih dan mukosa
uretra.
Unsur psikis rangsangan seksual sesuai dengan meningkatnya kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan seksual dengan memikirkan atau berkhayal
sehingga menyebabkan terjadi aksi seksual dan menimbulkan ejakulasi atau
pengeluaran selama mimpi terutama pada usia remaja. Fungsi otak tidak terlalu penting
karena rangsangan genital yang menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari mekanisme
reflex yang sudah terintegrasi pada medulla spinalis lumbalis. Mekanisme ini dapat
dirangsang secara psikis dan seksual yang nyata serta kombinasi keduanya.
C. Pengaturan Fungsi Seksual pria
Pengaturan fungsi reproduksi dimulai dari sekresi hormone. Pelepasan
gonodotrofin realising hormone (GnRH) oleh hipotalamus merangsang kelenjar
hipofisis anterior untuk menyekresi LH dan FSH. LH merupakan rangsangan untama
untuk sekresi testosterone oleh testis dan FSH merangsang spermatogenesis.
Pengaruh GnRH meningkatkan sekresi LH dan FSH. Hipotalamus melepaskan
GnRH, diangkut ke kelenjar hipotalamus anterior dalam merangsang pelepasan LH dan
FSH darah portal. Perangsangan hormone ini ditentukan oleh frekuensi siklus sekresi
dan jumlah GnRH yang dilepaskan setiap siklus. Sekresi LH mengikuti pelepasan
GnRH dan sekresi FSH berubah lebih lambat sebagi respons perubahan jangka panjang
GnRH.
Hormone gonadotrofin disekresi oleh sel-sel yang sam adalam kelenjar hipofisis
anterior. LH dan FSH adalah glikoprotein yang berkaitan dengan protein dalam
molekul yang sangt bervariasi. Keadaan yang berbeda dapt mengubah kemampuan
aktivitas dasar LH dan FSH mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan didalam testis
melalui aktivitas mengaktifkan system enzin khusus dalam sel-sel targt berikutnya.
FSH melekat pada sel-sel dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini
mengakibatkan sel bertumbuh dalam menyekresi berbagai unsur spermatogenik. Secara
bersamaan testosterone berdifusi kedalam tubulus. Dalam ruang interstisial mempunyai
efek tropik terhadap spermatogenesis. Untuk membangkitkan spermatogenesis
dibutuhkan FSH dan testosterone. Testosterone dapat mempertahankan
spermatogenesis untuk waktu yang lama.
D. Hormone yang berhubungan dengan system reproduksi pria
1. HORMON TESTOSTERON
Hormone testosterone dihasilkan oleh sel intersisial Leyding yang terletak di
antara tubulus seminiferous sel ini sedikit pada bayi dan anak, namun banyak
pada pria dewasa. Setelah pubertas, sel intersisial banyak menghasilkan
hormone testosteron setelah disekresi penis. Sebagian besar testosterone
berikatan longgar dengan protein plasma yang beredar dalam darah.
Testosterone yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati
menjadi andosteron dan dehidroepiandosteron. Konjugasi ini disekresi dalam
usus melalui empedu ke dalam urine.
Fungsi testosterone:
a. Efek desensus testis. Hal ini menunjukan bahwa testosterone merupakan
hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan
manusia dan factor keturunan.
b. Perkembangan seksual primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah
pubertas menyebabkan penis, testis dan skrotum membesar sampai usia
20 tahun, mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai
pada masa pubertas.
2. HORMON GONADOTROPIN
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan 2 macam hormone yaitu luteinizing
hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Sekresi testosterone
selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks
pria. Perubahyan spermatogenesis menjadi spermatosit terjadi di dalam tubulus
seminiferous dan dirangsang oleh FSH. Namun FSH tidak dapat menyelasaikan
pembentukan spermatozoa karena itu testosterone disekresi secara serentak oleh
sel intersisial yang berdifusi menuju tubulus seminiferous untuk proses
pematangan akhir spermatozoa.
3. HORMON ESTROGEN
Hormone estrogen dibentuk dari testosterone dan dirangsang hormone
perangsang folikel yang memungkinkan spermatogenesis menyekresi protein
pengikat endogen untuk mengikat testosterone dan estrogen secara membawa
keduanya kedalam cairan lumen tubulus seminiferous untuk pematangan
sperma.
4. HORMON PERTUMBUHAN
Hormone pertumbuhan diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi
metabolism testis. Secara khusus meningkatkan pembelahan awal
spermatogenesis. Bila tidak terdapat hormone pertumbuhan spermatogenesis
sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.

3. SIKLUS REPRODUKSI WANITA


1. Usia Menarche Remaja
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap
transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka yang berumur 10-19 tahun
(Depkes, 1993). Masa remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa baik secara
jasmani maupun rohani. Tahapan ini sangat menentukan bagi pribadi remaja dimana
terjadi perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan
psikososial/tingkah laku. Perubahan fisik/jasmani seperti berat badan, ukuran anggota
badan dan sebagainya; serta perubahan yang lain seperti berfikir/kecerdasan, bertingkah
laku, perasaan/kejiwaan yang berjalan secara bertahap sesuai dengan umurnya
(BKKBN, 2000).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan usia


menarche antara lain adalah pengaruh genetik, kondisi sosial ekonomi, kesehatan
umum, kesejahteraan, status gizi, jenis latihan fisik tertentu dan jumlah anggota
keluarga. Penelitian Burhanuddin (2007) menemukan bahwa dari 400 orang pelajar putri
Bugis Kota dan Desa di Sulawesi Selatan yang sudah menarche berusia antara 10 - 62
tahun sampai 15 - 71 tahun. Hal ini meliputi kelompok Kota 200 orang dengan usia rata-
rata 12,93 tahun dan kelompok Desa 200 orang dengan usia rata-rata 13,18 tahun pada
pelajar putri Bugis. Disimpulkan bahwa ditemukan perbedaan berat badan, status gizi,
status sosial ekonomi dan aktivitas fisik responden terhadap pencapaian usia menarche
pada pelajar putri Bugis Kota dan Desa di Sulawesi Selatan.
Ditemukan parameter pembeda terkuat melalui analisis diskriminan adalah berat
badan, sebagai pemicu percepatan usia menarche. Melalui analisis jalur terdapat aspek
yang berpengaruh langsung terhadap pencapaian usia menarche yaitu: (1) berat badan,
(2) status gizi, dan (3) status sosial ekonomi orang tua. Sedangkan faktor yang
berpengaruh secara tidak langsung adalah aktivitas fisik responden melalui (1) aktivitas
fisik (Burhanuddin, 2007).

a. Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun,
merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Depkes RI, 2001).

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1).
Masa remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja
akhir (16-19 tahun). Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman
sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya
keinginan untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir
antara lain: pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak.

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan


organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu
melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda
sebagai berikut: tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks yaitu terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada
remaja laki-laki.

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik


yang meliputi : (1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif (mudah menangis,
cemas, frustasi dan tertawa; agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi. (2). Perkembangan intelegensia,
sehingga remaja menjadi: mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik, ingin
mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

b. Menarche
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan
darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche
mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi
awal terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-
sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat
pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun
mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya
dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan
wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi
berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun,
tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan
seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara
21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang
berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal,
termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh


wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang
dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah
otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang
dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila
wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita
dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh
sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan
berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina.
Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi
bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan
tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana

Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau
kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara
teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami menstruasi yang
berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi
banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).

2. Siklus Menstruasi Normal


Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel
dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari
janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas
menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu
keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita
dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada
usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi>
dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-
ovarium.

a. Siklus Menstruasi Normal


Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian,
yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa
proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim


terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot
rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam
rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3
bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian
terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan


hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolactin.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel
yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut
berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi
FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH
maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan
pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang
sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi
korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon
gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar
hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini
disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus
luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam
kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
(disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim
siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
Saat ovulasi adalah salah satu hal yang paling penting bagi seorang wanita untuk
memahami tentang tubuhnya, karena merupakan faktor penentu dalam mendapatkan
kehamilan atau mencegah kehamilan. Prosesnya dapat sedikit membingungkan. Ovulasi
terjadi ketika telur yang matang dilepaskan dari ovarium, turun ke tuba fallopi, dan siap
untuk dibuahi. Lapisan rahim telah menebal untuk mempersiapkan telur yang dibuahi. Jika
tidak ada pembuahan terjadi, lapisan dinding rahim serta darah akan luruh. Peluruhan sel
telur yang belum dibuahi dan dinding rahim disebut juga menstruasi.

b. Mengetahui Saat Ovulasi:


Suatu siklus bulanan wanita diukur dari hari pertama dari periode menstruasi hingga
hari pertama dari periode berikutnya. Rata-rata siklus bulanan wanita biasanya adalah
antara 28-32 hari, tetapi beberapa wanita mungkin memiliki siklus yang lebih pendek atau
lebih lama.

Ovulasi dapat dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir (HPHT) atau
dengan menghitung 12-16 hari dari periode yang diharapkan berikutnya. Kebanyakan
wanita berovulasi kapan saja di antara hari ke11 – Hari ke21 dari siklus mereka, dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Ini yang banyak orang sebut sebagai “masa subur” dari
siklus wanita, karena hubungan seksual selama masa ini meningkatkan kemungkinan
terjadi kehamilan. Ovulasi dapat terjadi pada berbagai waktu selama siklus, dan mungkin
terjadi pada hari yang berbeda setiap bulan.

c. Siklus Ovulasi terbagi dalam dua bagian:


Bagian pertama dari siklus ovulasi disebut fase folikular. Fase ini dimulai hari
pertama periode haid terakhir (HPHT) dan berlanjut sampai terjadinya ovulasi. Ini paruh
pertama dari siklus, ini dapat sangat berbeda untuk setiap wanita yang berlangsung kira-
kira 7 hari sampai 40 hari. Bagian kedua siklus ini disebut fase luteal dan berlangsung dari
terjadinya ovulasi hingga periode berikutnya dimulai. Fase luteal memiliki waktu yang
lebih tepat dan biasanya hanya 12-16 hari dari terjadinya ovulasi. Hal ini menunjukkan
bahwa hari ovulasi akan menentukan berapa lama siklus anda. Ini juga berarti bahwa
faktor-faktor luar seperti stres, penyakit, dan gangguan rutinitas biasa, dapat menimbulkan
terjadinya ovulasi yang kemudian efeknya terjadi perubahan waktu haid anda yang akan
datang.

Jadi pendapat yang mengatakan bahwa stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi
hanya sebagian benar. Stres dapat mempengaruhi ovulasi yang akhirnya menentukan saat
haid akan datang, tapi stres di sekitar waktu periode yang diharapkan (fase luteal) tidak
akan membuat siklus anda terlambat, karena sudah ditentukan saat itu akan datang 12-16
hari sebelumnya.

d. Dari Menstruasi sampai Ovulasi


Waktu siklus menstruasi Anda dimulai, tingkat hormon estrogen anda rendah.
Hipotalamus anda (yang bertanggung jawab mempertahankan kadar hormon Anda)
mengirimkan sebuah pesan ke kelenjar pituitari yang kemudian mengirimkan
hormon FSH (folikel stimulating hormone). FSH ini memicu beberapa folikel Anda untuk
berkembang menjadi telur matang. Salah satu ini akan berkembang menjadi folikel
dominan, yang akan merilis telur matang dan yang lain akan hancur. Setelah folikel
matang mereka mengirimkan hormon lain, estrogen. Tinggi kadar estrogen akan
memberitahu hipotalamus dan kelenjar hipofisis bahwa ada telur yang matang.

Luteinizing hormone (LH) kemudian dilepaskan, disebut sebagai lonjakan LH.


Lonjakan LH menyebabkan telur meledak melalui dinding ovarium dalam waktu 24-36
jam dan memulai perjalanannya ke tuba tabung untuk fertilisasi. Folikel telur yang
dilepaskan ini disebut korpus luteum, dan itu akan merilis progesteron yang membantu
penebalan dan persiapan lapisan rahim untuk implantasi. Korpus luteum akan
memproduksi progesteron selama sekitar 12-16 hari (fase luteal siklus Anda.) Jika telur
dibuahi, korpus luteum akan terus memproduksi progesteron untuk kehamilan
berkembang sampai plasenta mengambil alih. Anda dapat mulai mencari gejala kehamilan
sedini satu minggu setelah pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan telur melarut setelah
24 jam.
Pada saat ini kadar hormon Anda akan menurun dan dinding rahim Anda akan mulai
untuk meluruh sekitar 12-16 hari dari ovulasi. Ini adalah menstruasi (siklus menstruasi)
dan membawa kita kembali ke hari 1 dari siklus Anda. Perjalanan kemudian dimulai lagi.

Siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi
keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu
rata-rata 14 hari.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada
level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus
luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu
untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol,
tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang
terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon
progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi
dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi
ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan
kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

4. Menopause dan Perimenopause


1. Menopause
Menopause adalah berakhirnya menstruasi yang menetap. Menopause bukan
merupakan suatu penyakit, melainkan merupakan titik balik yang dapat berdampak
besar dalam kehidupan seorang wanita. Meskipun menimbulkan berbagai gejala fisik
seperti hot flash, keringat malam, dan gejala lain, menopause juga bisa menjadi awal
dari fase baru yang berharga dalam kehidupan seorang wanita – dan menjadi
kesempatan emas untuk menjaga tubuh terhadap risiko penyakit seperti penyakit
jantung dan osteoporosis.
Usia merupakan penyebab utama menopause, yaitu pada akhir usia subur
wanita, dimana fungsi ovarium perlahan-lahan akan semakin menurun. Beberapa
tindakan operasi dan obat-obatan tertentu ada yang dapat memicu menopause lebih
cepat, misalnya operasi pengangkatan kedua ovarium (ooforektomi bilateral),
kemoterapi, dan terapi radiasi (sinar) di daerah panggul. Operasi pengangkatan rahim
(histerektomi) tanpa mengangkat ovarium tidak dapat memicu menopause lebih dini,
meskipun wanita yang menjalani operasi ini tidak akan mengalami menstruasi lagi.
Menopause terjadi pada usia rata-rata 51 tahun, tetapi mungkin juga sebelum atau
setelahnya. Beberapa wanita mengalami menopause pada usia sekitar 40 tahun dan
hanya sedikit yang mengalaminya pada usia sekitar 60 tahun. Wanita yang memiliki
kebiasaan merokok cenderung mengalami menopause beberapa tahun lebih awal
daripada wanita yang bukan perokok.
2. Perimenopause
Perimenopause adalah Menopause terjadi secara perlahan-lahan. Ovarium tidak
berhenti bekerja begitu saja; tetapi kerjanya menurun secara bertahap. Fase transisi dari
usia subur ke menopause disebut dengan perimenopause. Pada masa ini, fungsi ovarium
mulai menurun, dan meskipun periode menstruasi menjadi tidak menentu, ovarium
masih bisa bekerja melepaskan sel telur, walaupun tidak rutin setiap bulan seperti saat
masih dalam usia subur. Oleh karena itu, pada masa perimenopause ini, seorang wanita
masih mungkin mengalami kehamilan.

5. Seksualitas Manusia

Konsep Seksualitas Manusia

A. Pengertian

Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang


berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO dalam
Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan
meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.

Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan


dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak
sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal,
dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan
menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual
psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra
diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau
feminin. Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu
berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan
orang lain. (Bobak: 2004)

2 aspek seksualitas:

a Seksualitas dalam arti sempit


Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah sebagai
berikut:
a) Alat kelamin itu sendiri
b) Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat
kelamin
c) Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan
perempuan
d) Hubungan kelamin
b Seksualitas dalam arti luas
Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain:
a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c) Perbedaan peran. (Mardiana: 2012)

B. Fungsi Seksualitas

1. Kesuburan

Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya keinginan
yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum
menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang
secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan
kesuburannya.

2. Kenikmatan

Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan atau
kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan kenikmatan
khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.

3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan

Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-sama
hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi dari
keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut berakar dari
risiko psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak, ditertawakan, mendapati
bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali dapat memadamkan gairah
pasangan.

4. Menegaskan maskulinitas atau feminitas


Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena sebab lain
(mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan), kita mungkin
menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.

5. Meningkatkan harga diri

Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum
dapat meningkatkan harga diri.

6. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan

Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek maskulinitas,
dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada dalam posisi
dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan baik oleh pria
dan wanita dan karenanya sering merupakan aspek penting dalam dinamika hubungan.
Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke interaksi seksual,
menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah proses menimbulkan
efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus menjadi faktor dalam suatu
hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek yang penting dan menarik
dalam perilaku awal masa “berpacaran”.

7. Mengungkapkan permusuhan

Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita adalah
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau
terhadap wanita itu sebagai pengganti wanita lain.

8. Mengurangi ansietas atau ketegangan

Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.

9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan, misalnya
ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya resiko
tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi HIV dan
AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan respon
seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi beberapa
individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan respons
seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk
kesenangan yang dicari.

10. Keuntungan materi

Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.

( Glasier: 2005 )

C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia

Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa
tahap yaitu:

1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan
menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat tidur
setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap jarinya. Oleh karena itu
perilaku demikian tidak perlu dilarang.

2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar,
antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.

3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.

4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya
pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk
siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang
dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai
mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja dan memuja mulai muncul,
keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya,
sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating bulan
(menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau
hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani
belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,
memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)

Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual

1. Remaja

Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan identitas
gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-perubahan di tubuh
yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-perubahan hormon
menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.

2. Pasangan dan awal perkawinan

Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam pertalian
seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman barunya”. Pada tahap inilah
membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting untuk kelanjutan
perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan
dipecahkan.

3. Awal menjadi orang tua

Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan lebih lanjut
akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya mengalami penurunan
keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks menjelang akhir kehamilnya karena
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai
alasan merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang
apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai untuk
mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka panjang
yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak wanita.

4. Usia paruh baya

Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi hambatan yang
berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan seksual telah lama hilang.
Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah. Mereka telah mengembangkan
bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian integral dari hubungan
mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang rutin ini akan memakan
korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya akan mudah menyebabkan
kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk melakukan aktivitas
seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai konsekuensinya dapat
timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.

Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama adalah
masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita. Proses penuaan
memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu tidak selalu negatif. Pasangan
pada usia ini lebih kecil kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks keluarga
berencana atau kesehatan reproduksi.

(Glasier: 2005)

E. Respon Seksualitas

Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-
turut. “Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan
hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :

1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a Peningkatan ketegangan otot
b Peningkatan denyut jantung
c Perubahan warna kulit
d Aliran darah ke daerah genital
e Mulainya pelumasan Vagina
f Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang
terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek,
hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali
ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan
seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum
kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan
waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki,
panjang dari fase refraktori akan sering

F. Permasalahan Seksualitas

Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:


1. Ketidaktahuan mengenai seks
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak
orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal
dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak
memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas
informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan
seks di sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks
didapatkannya dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan
anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-sama
perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya mandi
bersama keluarga atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-
jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak.
Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 – 15
tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas
yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka
mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam
melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita
harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami
istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarang
merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur.
Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa
memadamkan gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang
terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendala
hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapat
mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan
negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan
pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan
sejumlah masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan
diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan
tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan,
ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja
malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai ke
suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yang
disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh
kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang
sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran
kenikmatan yang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru.
Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan
mitra baru.
Daftar Pustaka

Girardet, Nendaz. 2010. Menopause. Tersedia Pada http://digilib.unimus.ac.id. Diakses Pada


Tanggal 18 Februari 2019

Intan 2015. Sistem Reproduksi Pria. Tersdia Pada http://academia.edu.com. Diakses Pada
Tanggal 18 Februari 2019

Maretta, Yessy. 2015. Konsep Seksualitas Manusia. Tersedia pada


https://www.scribd.com/document/259660478/ISBD-Konsep-Seksualitas-Manusia. 18
Februari 2019

Nasution, Rachmat. 2014. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita. Tersedia pada
https://www.academia.edu/15163151/Anatomi_Fisiologi_Sistem_Reproduksi_Wanita. 18
Februari 2018

Tresia, Anita. 2015. SIKLUS REPRODUKSI WANITA. Tersedia pada


https://www.scribd.com/document/245564244/SIKLUS-REPRODUKSI-WANITA. 18
Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai