g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot
muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja
dari sphincter ani
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9
cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi
puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan
pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan
rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan
bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari
arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika
interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-
anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus
dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan
yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi
tuba dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan
dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot
ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit
rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim
makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara
osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan
cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam
tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
1) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri), Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya
menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum. Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod. Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke
kiri.. Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum. Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
Machenrod menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum. Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
d. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara
3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
e. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba
uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan
sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan
(hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak
100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone
terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder
pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut
menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum
yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah
teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan
ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
B. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjadi 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan akan
mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1.Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan adanya
pendarahanselama 4hari.
2.Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium
secara bertahap selama 4hr
3.Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar tumbuhnya lebih
cepat.
4.Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan glikogen
guna mempersiapkan endometrium.
D. Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.
2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.
a) Kelenjar:
1) Testis
Testis merupakan 2 buah organ glandula yang memproduksi semen, terdapat
didalam skrotum dan digantung oleh fenikulus spermatikus. pada janin, testes
terdapat dalam kavum abdominalis di belakang peritoneum. Sebelum kelahiran akan
turun ke kanalis inguinalis bersama dengan fenikulus spermatikus kemudian masuk
ke dalam skrotum. Testis merupakan tempat dibentuknya spermatozoa dan hormone
laki-laki, terdiri dari belahan-belahan disebut lobules testis.
Testis menghasilkan hormone testosterone yang menimbulkan sifat kejantanan
setelah masa pubertas, disamping itu follicle stimulating hormone (FSH) dan lutein
hormone (LH). Testis dibungkus oleh:
Fasia spermatika eksterna, suatu membrane yang tipis memanjang kearah bawah
diantara fenikulus dan testes, berakhir pada cincin subkutan inguinalis.
Lapisan kremasterika, terdiri dari selapis otot. Lapisan ini sesuai dengan M oblikus
abdominis internus dan kasies abdominus internus.
Fascies spermatika interna, suatu membrane tipis dan menutupi fenikulus
spermatikus. Fasia ini akan berakhir pada cincin inguinalis interna bersama dengan
fasia transversalis. Lapisan otot ini sesuai dengan M oblikus abdominis internus dan
fasianya.
Pembuluh darah testes:
Arteri pudenda eksterna pars superpisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
Arteri perinialis superfisialis cabang dari arteri pudenda interna.
Arteri kremasterika cabang dari arteri epigestrika inferior.
Untuk pembuluh darah vena mengikuti arteri.
2) Vesika Seminalis
Vesika suminalis merupakan dua ruangan diantara fundus vesika urinaria dan
rectum, masing-masing ruangan berbentuk piramid. Pemeriksaan anterior
berhubungan dengan fundus vesika urinaria. Permukaan posterior terletak diatas
rectum yang dipisahkan oleh fasia rektovesikalis.
Panjang kelenjar ini 5-10 cm, merupakan kelenjar sekresi yang menghasilkan
zat mukoid. Zat ini banyak mengandung fruktosa dan zat gizi (prostaglandin dan
fibrinogen) yang merupakan sumber energy bagi spermatozoa. Vesika seminalis
bergabung dengan duktus deferens, penggabungan ini disebut duktus ejakulatorius.
Sekresi vesika seminalis merupakan seminalis pokok dari air mani yang
menghasilkan cairan yang disebut semen sebagai pelindung spermatozoa. Selama
ejakulasi vesiika seminalis mengosongkan isinya kedalam duktus ejakulatorius
sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa.
Duktus ejakulatorius berjumlah 2 buah pada sisi lain dari garis tengah.
Masing-masing duktus akan membentuk gabungan vesika seminalis dengan duktus
deferens. Panjangnya 2 cm mulai dari lobus medialis basis glandula prostate,
berjalan kedepn bawah diantara rateralis dari utrikulus prostatikus dan berakhir
ditepi urtikulus.
Arteri yang menyuplai vesika seminalis adalah cabang dari arteri vesikalis
medialis, arteri vesikalis inferior, dan arteri haemoroidalis medialis. Vena-vena dan
system limfe menyertai arteri. Persyarafan merufakan cabang dari pleksus pelvikus.
4) Kelenjar bulbouretralis
Kelenjar ini terdapat di belakang lateral pars membrane nasea uretra, diantara
kedua lapisan diafragma urogenitalis dan disebelah bawah kelenjar prostat.
Bentuknya bundar, kecil, dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm. fungsinya
hampir sama dengan kelenjar prostat.
b) Duktus:
Epididimis
Epididymis adalah saluran halus yang panjangnya kira-kira 6 cm, terletak
disepanjang atas dan belakang testes dan terdiri dari:
1. Kaput epididimis, berhubungan erat dengan bagian ats testes sebagai duktus eferens
dari testis.
2. Kaput epididimis: badan ditutupi oleh membrane serosa servikalis sepanjang tepi
posterior.
3. Kauda epididymis: ekor disebut juga globulus minor ditutupi oleh membrane serosa
dan berhubungan dengan duktus deferens.
4. Ekstremitas superior: bagian yang besar.
5. Ekstremitas inferior: seperti titik.
Diantara korpus dan testes terdapat ruangan yang disebut sinus epididimis (fossa
digitalis). Epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral. Lapisan ini bagian
medias tinum menjadi lapisan parietal, dikelilingi oleh jaringan ikat spermatozoa
melalui duktus eferen, merupakan bagian dari kaput epididymis tempat bermuaranya
spermatozoa lalu disimpan masuk kedalam vas deferens. Fungsinya sebagai saluran
penghantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memprodusi sperma.
Apendiks testis adalah bagian ektremitas superior testis dekat kaput epididimis.
Berupa benda kecil, oval yang merupakan sisa dari duktus muleri bagian atas.
Apendiks epididimis berupa tangkai kecil yang terdapat pada kaput epididimis,
dianggap sebagai duktus eferens.
Duktus deferens
Duktus deferens adlah duktus ekskretorius dari testis, merupakan lanjutan
darri kanalis epididymis, panjangnya 50-60 cm. mulai dari bagian bawah kauda,
epididymis berbelit-belit, secara berangsur-angsur naik sepanjang tepi posterior
testis dan sisi medialis bagian fenikulus spermatikus. Melalui cincin kanalis iguinalis
masuk ke venikulus spermatika, membelok sepanjang sisi lateral arteri epigastrika
kemudian menjurus ke belakang agak turun ke fosa iliaka eksterna dan mencaai
kavum pelvis.
Diantara peritoneal dan dinding lateralis pelvis, selanjutnya saluran ini tururn
pada sisi medialis arteri umbilikalis dan nervus obturatorius, menyilang didepan
ureter dan mencapai medial ureter, berbelok-belok berbentuk sudut turun kemedial
agak kedepan diantara fundus vesika urinaria bagian atas vesika seminalis. Berlanjut
menjurus ke bawah anara fundus vesika urinaria dan rectum menuju basis glandula
prostate bergabung dengan duktus vesika seminalis membentuk duktus
ejakulatorius, bermuara pada pars prostatika uretra melalui orifisium utrikulus
protatikus.
Duktus deferens kerass seperti tali dan berbentuk silinder. Dinding
salurannya sangat kecil. Pada funfus vesika urinaria membesar dan membelok-
belok, disebut ampula.
Uretra
Uretra merupakan saluran kemih dan saluran ejakulasi pada pria.
Pengeluaran urine tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan
konstraksi prostat.
c) Bangun Penyumbang:
Skrotum
Skrotum adalah sepasang kantong yang menggantung didasar velvis. Didepan
skrotum terdapat penis dan dibelakang terdapat anus. Skrotum atau kandung buah
pelir berupa kantong terdiri dari kulit tanpa lemak dan mamiliki sedikit jaringan otot.
Pembungkusnya disebut tunika vaginalis yang dibentuk dari paritonium skrotum
yang mengandung pigmen, didalamnya terdapat kantong-kantong, setiap kantong
berisi epididymis fenikulus spermatikus.
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Skrotum bervariasi dalam
beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas pada lansia, dan keadaan lemak,
skrotum akan memanjang danlemas. Sedangkan dalam keadaan dingin dan pada
orang muda akan mendekat dan berkerut.
Skrotum terdiri dari 2 lapisan:
1. Kulit: warna kecoklatan, tipis dan felika/rugae, terdapat folikel sebasea dikelilingi
oleh rambut kertiting yang akarnya terlihat melalui kulit.
2. Tunika dartos: berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis krotum. Tunika
dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi 2 ruangan untuk testis
yang terdapat dibawah permukaan penis.
Pada skrotum terdapat M. kremaster yang muncul dari M. obligue
Internus abdominalis yang menggantungkan testis dan mengangkat testis menurut
kemauan dan reflex ejakulasi.
Fenikulus spermatikus
Fenikulus merupakan bangunan penyambung yang berisi duktus seminalis,
pembuluh limfe, dan serabut saraf. Fenikulus spermatikus memanjang dari
abdominalis inguinalis dan tersusun kovergen kebagian belakang testis, melewati
cincin subkutan dan turun hamper vertical ke skrotum. Fenilus spermatikus kiri lebih
panjang dari yang kanan karena testis kiri tergantung lebih rendah dari testis kanan.
Pembuluh darah spermatikus:
1. Arteri spermatika interna: cabang dari aorta abdominalis, keluar dari abdomen
melalui cincin inguinalis abdominalis bergabung dengan fenikulus spermatikus
sepanjang kanalis inguinalis, memberikan darah untuk epididymis dan substansi
testis.
2. Arteri spermatika eksterna: cabang dari arteri epigastrika inferior, memberikan
darah untuk fenikulus spermatikus, beranastomisis dengan arteri spermatika interna.
3. Arteri duktus deferens: cabang dari arteri vesikalis inferior. Arteri ini panjang
bergabung dengan duktus deferens dan beranastomosis dengan arteri spermatika
interna dekat testis.
4. Vena spermatika: mulai dari belakang testis, menerima darah dari epididymis,
membentuk pompa bagian dari penikulus spermatikus. Pembuluh-pembuluh yang
membentuk fleksus banyak masuk sepanjang fenikulus spermatikus didepan duktus
deferens. Dibawah substansi inguinalis, pembuluh ini bersatu membentuk 2-4 vena
lewat kanalis inguinalis masuk ke abdomen, melalui cincin inguinalis abdominalis
yang kanan bermuara ke vena kava inferior dan yang kiri bermuara ke vena renalis
sinista.
Pembuluh limfe terdiri dari 2 bagian, permukaan luar dan permukaan dalam yang
berasal dari permukaan tunika vaginalis epididymis dan korpus testis. Pembuluh ini
akan membentuk 4-8 traktus dan berakhir pada bagian latera dari pronatik dan nervus
lumbalis II. Fleksus spermatikus yang merupakan saraf simpatis bergabung dengan
cabang dari fleksus velvis yang menyertai arteri duktuk deferens.
Penis
Penis terlatak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung disebut glands penis,
bagian tengah korpus penis, dan bagian pangkal radiks penis. Kulit pembungkus
amat tipis tidak berhubungan dengan bagian permukaan dalam dari organ dan tidak
mempunyai jaringan adipose. Kulit ini berhungan dengan velvis, skrotum dan
perineum.
Dibelakang orifisium uretra eksterna kulit ini membentuk perlipatan kecil yang
disebut frenulum prepusium. Kulit yang menutupi glans penis bersambung dengan
membrane mikosa uretra pada orifisium dan tidak mempunyai rambut.
Prepusium menutupi glans, dipisahkan dari prepusium terdapat ruangan yang
dangkal.
Fasia superfisialis secara langsung berhungan dengan fasia skrotum dengan lapisan
sel otot polos. Diantara fasia superfasialis dan profunda terdapat celah yang
menyebabkan kulit bergerak bebas. Pada bagian anterior dari ujung M.
bulbokavernosus. Iskiakavernosus terbelah menjadi lapisan dalam dan lapisan luar.
Lapisan luar menutupi permukaan superior otot-otot ini dan fasia perinealis dari
perineum, lapisan dlama merupkan lanjutan fasia penis, lamina profunda, dan fasia
profunda dari penis menutupi organ dengan kapsul yang kuat.
Korpora kavernosa terdiri dari 2 masa silinder yang erektil terdiri dari ¾ dari bagian
anterior batang penis. Pada simfisis pubis bagian posterior secara berangsur-angsur
membentuk bangunan lonjong. Korpora kavernosus penis ditutupi kapsul yang kuat
yang terdiri dari benang-benang superfisialis dan profunda, mempunyai arah
longitudinal dan membentuk satu saluran masing-masing mengelilingi korvora dan
membentuk septum penis. Septum ini tebal terdiri dari bangunan vertical, disebut
pektiniformis.
Permukaan terdapat atas celah kecil tempat vena dorsalis penis profunda dan
permukaan bawah terdapat celah kecil yang dalam dan luas berisi korpus kavernosa
uretra. Bagian anterior korpus kavernosa penis akan melebar, disebut bulbus korpus
kavernosa penis. Bagian ini terikat kuat pada ramus iskium pubis yang ditutupi oleh
M. iskium kavernosus. Korpus kavernosa uretra bagian dari penis yang berisi uretra
didalam batang penis berbentuk silinder, lebih kecil dari kavernosa penis, pada
ujungnya akan melebar, bagian anterior membentuk glans penis dan posterior
membentuk bulbus uretra.
Glans penis adalah bagian akhir anterior dari korpus kavernosa uretra, memanjang
ke dalam dan bentuknya seperti jamur. Glans penis licin dan kuat, bagian perifer
lebih besar sehingga membentuk tepi yang bundar, disebut korona glandis. Bagian
perifer menyempit membentuk bulbus retroglandularis dari leher penis, dan pada
puncak dan glans penis terdapat celah dari orifisium uretra eksterna.
Bulbus uretra merupakan pembesaran bagian posterior 3-4 cm dari korpus kavernosa
uretra letaknya superfisialis dari diafragma urogenitalis. Fasia superfisialis
bercampur dengan kapsula fibrosa, disebut ligamentum bulbus dan ditutupi oleh
fasia kavernosus.
Penggantung penis:
1. Ligamentum fundiformis penis: lapisan tebal yang berasal dari fascia superfisialis
dari dinding abdominalis anterior diatas pubis.
2. Ligamentum suspensorium penis: berupa benang berbentuk segitiga bagian eksterna
dari fascia profunda, menggantung pada dorsum, dan akar penis kebagian inferior
linea alba, simfisis pubis dan ligamentum arquarta pubis. Krusis iskhio pubis dan
bulbus diafragma urogenitalis sebagai alat penggantung penis.
Pembuluh darah penis:
1. Arteri pudenda interna: cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah untuk
ruangan kavernosus.
2. Arteri profunda penis: cabang dari arteri dorsalis, bercabang terbuka langsung
keruangan kavernosa. Cabang kaviler darah ke trabekula ruangan kavernosa,
dikembalikan ke vena pada dorsum. Vena dorsalis penis melewati permukaan
superior korpora kavernosa dan bergabung dengan vena yang lain.
Saraf penis berasal dari cabang dari nervus pudendus dan pleksus pelvikus pada glans penis
dan bulbus, beberapa dari filamen N. kutaneus.
Fungsi reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu spermatogenesis, kegiatan
seksual, dan pengaturan fungsi reproduksi.
A. Spermatogenesis
1. Spermatogenesis
Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang
berukuran kecil dinamakan spermastogenia. Sel ini membelah diri membentuk
2 spermatosis yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Setelah
beberapa meminggu menjadi spermatozoa. Spermatid ketika pertama kali
dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, kemudian sitoplasma
menghilang, spermatid memanjang menjadi spermatozoa yang terdiri dari
kepala, leher, badan dan ekor.
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus
selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan.
Epididymis menyekresi cairan yang mengandung hormone, enzim, dan gizi
yang sangat penting dalam proses pematangan sperma, sebagian besar pada vas
deferens dan sebagian kecil didalam epididymis.
2. Penyimpanan dan pematangan sperma
Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferus sperma membutuhkan
waktu beberapa hari untuk melewati epididymis. Sperma memiliki kemampuan
motilitas. Beberapa factor dapat menghambat motilitas. Ejakulasi menyekresi
cairan yang mengandung hormone testosterone, hormone estrogen, enzum-
enzim, serta nutrisi khusus untuk pematangan sperma.
Kedua testis dapat membentuk sperma kira-kira 120 juta setiap hari.
Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididymis dan sebagian besar
disimpan dalam vas deferens dan ampula vas deferens, dan dapat
mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genetalis selama 1 bulan. Pada
aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya beberapa hari saja.
Motilitas dan fertilitas sperma terjadi karena gerakan flagella melalui
medium cairan. Sperma normal cenderung untuk bergerak lurus dan bukan
berputar. Aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa. Pada
medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat aktivitas
sperma meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu dan kecepatan
metabolisme. Sperma pada traktus genitalia wanita hanya dapat hidup 1 sampai
2 hari.
Epitel sekretorik vesika seminalis menyekresi bahan mucus yang
mengandung fruktosa, asam sitrat, prostaglandin dan fibrinogen. Setelah vas
deferens mengeluarkan sperma, mucus ini akan menambah semen yang
diejakulasi. Fruktosa dan zat gizi lainnya dalam cairan dibutuhkan oleh sperma
yang diejakulasi sampai salah satu dari sperma membuahi ovum. Prostaglandin
membantu proses pembuahan melalui reaksinya dengan mucus serviks,
sehingga membuat lebih reseptif terhadap gerakan sperma sampai mencapai
ujung atas tuba falopii dalam waktu 5 menit.
Kelenjar prostat menghasilkan cairan encer yang mengandung fosfat,
enzim pembeku, dan profibrinolisin. Selama pengisisan kelenjar prostat
berkontrasi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer
dikeluarkan dan menambah lebih banyak jumlah semen. Sifat yang sedikit basa
dari cairan prostat memungkinkan keberhasilan fertilisai ovum karena cairan
vas diferen sedikit asam. Cairam prostat menetralisir sifat asam dari cairan lain
setelah ejakulasi.
3. Semen
Semen berasal dari vas deferens, merupakan cairan yang terakhir
diejakulasi. Semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus
ejakulatorius dan uretra. Cairan dari vesikula seminalis mebuat semen lebih
kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan
vesikula seminalis membentuk kuagulum yang lemah. Sperma dapat hidup
beberapa minggu dalam duktus genitalia pria. Setelah sperma diejakulasi ke
dalam semen, jangka hidup maksimal hanya 24-48 jam.
B. Aktivitas Seksual Pria
Rangsangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menjalar melalui saraf
pudendus. Pleksus saklaris dari medulla spinalis membantu rangsangan aksi seksual
mengirim sinyal ke medulla yang mengkatkan sensali seksual yang berasal dari struktur
interna. Akibat dari dorongan seksual akan mengisi organ seksual dengan secret yang
menyebabkan keinginan seksual, dengan merangang kandung kemih dan mukosa
uretra.
Unsur psikis rangsangan seksual sesuai dengan meningkatnya kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan seksual dengan memikirkan atau berkhayal
sehingga menyebabkan terjadi aksi seksual dan menimbulkan ejakulasi atau
pengeluaran selama mimpi terutama pada usia remaja. Fungsi otak tidak terlalu penting
karena rangsangan genital yang menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari mekanisme
reflex yang sudah terintegrasi pada medulla spinalis lumbalis. Mekanisme ini dapat
dirangsang secara psikis dan seksual yang nyata serta kombinasi keduanya.
C. Pengaturan Fungsi Seksual pria
Pengaturan fungsi reproduksi dimulai dari sekresi hormone. Pelepasan
gonodotrofin realising hormone (GnRH) oleh hipotalamus merangsang kelenjar
hipofisis anterior untuk menyekresi LH dan FSH. LH merupakan rangsangan untama
untuk sekresi testosterone oleh testis dan FSH merangsang spermatogenesis.
Pengaruh GnRH meningkatkan sekresi LH dan FSH. Hipotalamus melepaskan
GnRH, diangkut ke kelenjar hipotalamus anterior dalam merangsang pelepasan LH dan
FSH darah portal. Perangsangan hormone ini ditentukan oleh frekuensi siklus sekresi
dan jumlah GnRH yang dilepaskan setiap siklus. Sekresi LH mengikuti pelepasan
GnRH dan sekresi FSH berubah lebih lambat sebagi respons perubahan jangka panjang
GnRH.
Hormone gonadotrofin disekresi oleh sel-sel yang sam adalam kelenjar hipofisis
anterior. LH dan FSH adalah glikoprotein yang berkaitan dengan protein dalam
molekul yang sangt bervariasi. Keadaan yang berbeda dapt mengubah kemampuan
aktivitas dasar LH dan FSH mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan didalam testis
melalui aktivitas mengaktifkan system enzin khusus dalam sel-sel targt berikutnya.
FSH melekat pada sel-sel dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini
mengakibatkan sel bertumbuh dalam menyekresi berbagai unsur spermatogenik. Secara
bersamaan testosterone berdifusi kedalam tubulus. Dalam ruang interstisial mempunyai
efek tropik terhadap spermatogenesis. Untuk membangkitkan spermatogenesis
dibutuhkan FSH dan testosterone. Testosterone dapat mempertahankan
spermatogenesis untuk waktu yang lama.
D. Hormone yang berhubungan dengan system reproduksi pria
1. HORMON TESTOSTERON
Hormone testosterone dihasilkan oleh sel intersisial Leyding yang terletak di
antara tubulus seminiferous sel ini sedikit pada bayi dan anak, namun banyak
pada pria dewasa. Setelah pubertas, sel intersisial banyak menghasilkan
hormone testosteron setelah disekresi penis. Sebagian besar testosterone
berikatan longgar dengan protein plasma yang beredar dalam darah.
Testosterone yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati
menjadi andosteron dan dehidroepiandosteron. Konjugasi ini disekresi dalam
usus melalui empedu ke dalam urine.
Fungsi testosterone:
a. Efek desensus testis. Hal ini menunjukan bahwa testosterone merupakan
hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan
manusia dan factor keturunan.
b. Perkembangan seksual primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah
pubertas menyebabkan penis, testis dan skrotum membesar sampai usia
20 tahun, mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai
pada masa pubertas.
2. HORMON GONADOTROPIN
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan 2 macam hormone yaitu luteinizing
hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Sekresi testosterone
selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks
pria. Perubahyan spermatogenesis menjadi spermatosit terjadi di dalam tubulus
seminiferous dan dirangsang oleh FSH. Namun FSH tidak dapat menyelasaikan
pembentukan spermatozoa karena itu testosterone disekresi secara serentak oleh
sel intersisial yang berdifusi menuju tubulus seminiferous untuk proses
pematangan akhir spermatozoa.
3. HORMON ESTROGEN
Hormone estrogen dibentuk dari testosterone dan dirangsang hormone
perangsang folikel yang memungkinkan spermatogenesis menyekresi protein
pengikat endogen untuk mengikat testosterone dan estrogen secara membawa
keduanya kedalam cairan lumen tubulus seminiferous untuk pematangan
sperma.
4. HORMON PERTUMBUHAN
Hormone pertumbuhan diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi
metabolism testis. Secara khusus meningkatkan pembelahan awal
spermatogenesis. Bila tidak terdapat hormone pertumbuhan spermatogenesis
sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.
a. Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun,
merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Depkes RI, 2001).
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1).
Masa remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja
akhir (16-19 tahun). Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman
sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir
abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya
keinginan untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir
antara lain: pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak.
b. Menarche
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan
darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche
mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi
awal terjadi pada usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-
sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat
pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun
mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya
dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan
wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi
berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun,
tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan
seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara
21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang
berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal,
termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau
kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara
teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami menstruasi yang
berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi
banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu
keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita
dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada
usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi>
dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-
ovarium.
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam
kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
(disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim
siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
Saat ovulasi adalah salah satu hal yang paling penting bagi seorang wanita untuk
memahami tentang tubuhnya, karena merupakan faktor penentu dalam mendapatkan
kehamilan atau mencegah kehamilan. Prosesnya dapat sedikit membingungkan. Ovulasi
terjadi ketika telur yang matang dilepaskan dari ovarium, turun ke tuba fallopi, dan siap
untuk dibuahi. Lapisan rahim telah menebal untuk mempersiapkan telur yang dibuahi. Jika
tidak ada pembuahan terjadi, lapisan dinding rahim serta darah akan luruh. Peluruhan sel
telur yang belum dibuahi dan dinding rahim disebut juga menstruasi.
Ovulasi dapat dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir (HPHT) atau
dengan menghitung 12-16 hari dari periode yang diharapkan berikutnya. Kebanyakan
wanita berovulasi kapan saja di antara hari ke11 – Hari ke21 dari siklus mereka, dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Ini yang banyak orang sebut sebagai “masa subur” dari
siklus wanita, karena hubungan seksual selama masa ini meningkatkan kemungkinan
terjadi kehamilan. Ovulasi dapat terjadi pada berbagai waktu selama siklus, dan mungkin
terjadi pada hari yang berbeda setiap bulan.
Jadi pendapat yang mengatakan bahwa stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi
hanya sebagian benar. Stres dapat mempengaruhi ovulasi yang akhirnya menentukan saat
haid akan datang, tapi stres di sekitar waktu periode yang diharapkan (fase luteal) tidak
akan membuat siklus anda terlambat, karena sudah ditentukan saat itu akan datang 12-16
hari sebelumnya.
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi
keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu
rata-rata 14 hari.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada
level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus
luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu
untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol,
tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang
terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon
progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi
dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi
ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan
kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.
5. Seksualitas Manusia
A. Pengertian
2 aspek seksualitas:
B. Fungsi Seksualitas
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya keinginan
yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum
menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang
secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan
kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan atau
kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan kenikmatan
khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-sama
hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi dari
keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut berakar dari
risiko psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak, ditertawakan, mendapati
bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali dapat memadamkan gairah
pasangan.
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum
dapat meningkatkan harga diri.
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek maskulinitas,
dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada dalam posisi
dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan baik oleh pria
dan wanita dan karenanya sering merupakan aspek penting dalam dinamika hubungan.
Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke interaksi seksual,
menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah proses menimbulkan
efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus menjadi faktor dalam suatu
hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek yang penting dan menarik
dalam perilaku awal masa “berpacaran”.
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita adalah
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau
terhadap wanita itu sebagai pengganti wanita lain.
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan, misalnya
ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya resiko
tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi HIV dan
AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan respon
seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi beberapa
individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan respons
seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk
kesenangan yang dicari.
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.
( Glasier: 2005 )
Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan
menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat tidur
setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap jarinya. Oleh karena itu
perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar,
antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya
pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk
siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang
dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai
mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja dan memuja mulai muncul,
keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya,
sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating bulan
(menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau
hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani
belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,
memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)
1. Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan identitas
gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-perubahan di tubuh
yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-perubahan hormon
menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam pertalian
seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman barunya”. Pada tahap inilah
membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting untuk kelanjutan
perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan
dipecahkan.
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan lebih lanjut
akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya mengalami penurunan
keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks menjelang akhir kehamilnya karena
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai
alasan merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang
apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai untuk
mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka panjang
yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak wanita.
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi hambatan yang
berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan seksual telah lama hilang.
Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah. Mereka telah mengembangkan
bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian integral dari hubungan
mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang rutin ini akan memakan
korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya akan mudah menyebabkan
kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk melakukan aktivitas
seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai konsekuensinya dapat
timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama adalah
masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita. Proses penuaan
memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu tidak selalu negatif. Pasangan
pada usia ini lebih kecil kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks keluarga
berencana atau kesehatan reproduksi.
(Glasier: 2005)
E. Respon Seksualitas
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-
turut. “Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan
hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a Peningkatan ketegangan otot
b Peningkatan denyut jantung
c Perubahan warna kulit
d Aliran darah ke daerah genital
e Mulainya pelumasan Vagina
f Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang
terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek,
hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali
ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan
seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum
kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan
waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki,
panjang dari fase refraktori akan sering
F. Permasalahan Seksualitas
Intan 2015. Sistem Reproduksi Pria. Tersdia Pada http://academia.edu.com. Diakses Pada
Tanggal 18 Februari 2019
Nasution, Rachmat. 2014. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita. Tersedia pada
https://www.academia.edu/15163151/Anatomi_Fisiologi_Sistem_Reproduksi_Wanita. 18
Februari 2018