Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

A. Konsep promosi kesehatan

Bloc et.al (2014) mengemukakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya upaya

yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakan untuk mengendalikan dan

mengambangkan kesehatannya. Bloc mengutip dari Whitehead dan Dahlgren (1991)

menjabarkan beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas

kehidupan, yaitu : 1) faktor biologis, fisik dan konstitusional (seperti umur dan jenis

kelamin); 2) faktor individu dan gaya hidup; 3) faktor sosial; 4) faktor yang berhubungan

dengan tempat tinggal dan lingkungan kerja; dan 5) faktor politik, sosio-ekonomi, dan

budaya masyarakat.

Aluttis et.al. (2014) yang mengutip dari Green (1979) mengungkapkan bahwa

promosi kesehatan merupakan perpaduan dari pendidikan kesehatan dan pengorgaisasian

masyarakat serta intervensi politis yang dikelola untuk memfasilitasi perubahan perilaku

dan lingkungan guna mencapai kesehatan. Dengan demikian promosi kesehatan harus

melibatkan berbagai sektor dalam aksinya guna memudahkan proses perubahan menuju

perilaku sehat.

Whitehead (2004) mengungkapkan bahwa pelaksanaan promosi kesehatan selalu

dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal, terutama situasi politik nasional yang

mempengaruhi pemegang kebijakan. Pelaksanaan promosi kesehatan dalam beberapa

dekade terakhir menunjukkan terjadi pergeseran dari pemberdayaan individu menjadi

gerakan sosial yang memberi tekanan secara politis agar terjadi modifikasi lingkungan

secara menyeluruh. Promosi kesehatan juga telah berubah menjadi gerakan sosial politik

sehingga pemberdayaan masyarakat menjadi lebih efektif.


Promosi kesehatan akan efektif jika tenaga kesehatan juga diberdayakan sehingga

mereka memiliki otonomi dan dapat bergerak bebas melakukan upaya-upaya promosi

kesehatan pada berbagai jenjang pelayanan kesehatan. Karena itu dibutuhkan kerjasama

dan kolaborasi multi profesi dan multi organisasi untuk mewujudkan promosi kesehatan

yang paripurna (Baisch, 2009).

Neves (2007) mengemukakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam

promosi kesehatan, yaitu pendekatan manajemen resiko. Konsep ini didasarkan pada

asumsi bahwa perubahan perilaku hanya mungkin dilakukan apabila masyarakat dapat

melihat resiko kesehatan yang mengancam secara jelas dan nyata. Karena itulah dalam

pendekatan promosi kesehatan, langkah-langkah yang direkomendasikan meliputi : 1)

pengkajian resiko (menggali semua resiko-resiko yang mengancam eksistensi komunitas

dengan pola hidup dan perilaku saat ini); 2) mempersepsikan dan mengkomunikasikan

resiko (menyampaikan kepada masyarakat tentang resiko yang didapatkan dari

pengkajian, termasuk komunitas mana saja yang menhadapi resiko-resiko tersebut dan

bagaimana mereka bereaksi terhadap faktor resiko tersebut); 3) melakukan intervensi dan

manajemen resiko bersama masyarakat; serta 4) melakukan studi tentang dampak yang

terjadi setelah manajemen resiko dilakukan. Upaya ini diyakini efektif untuk memaksa

masyarakat berubah dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan menjadi perilaku

yang mendukung kesehatan.

B. Ruang lingkup promosi kesehatan

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa ruang lingkup promosi kesehatan

baik secara ilmu (teori) ataupun sebagai seni (aplikasi) mencakup berbagai bidang

menliputi : 1) ilmu perilaku (ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku

manusia, terutama psikologi, antropologi dan sosiologi); dan 2) ilmu-ilmu yang


dibutuhkan untuk intervensi perilaku, antara lain : pendidikan, komunikasi, manajemen

dan kepemimpinan.

Promosi kesehatan juga didasarkan pada dimensi atau tempat pelaksanaannya,

oleh sebab itu ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan pada dua dimensi, yaitu

dimensi aspek pelayanan kesehatan dan dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan

a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok individu sehat yang diperkirakan

berjumlah 80-85% populasi dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan

kesehatannya. Jika kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan maka

jumlahnya bisa menurun dan jumlah orang sakit bisa meningkat.

b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok orang sehat dengan resiko tinggi,

misalnya kelompok khusus ibu hamil dan menyusui, kelompok obesitas, para

pekerja seks, perokok dan lain-lain. Tujuan utama promosi kesehatan adalah

mencegah kelompok-kelompok tersebut menjadi sakit (primary prevention)

c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok penderita sakit (pasien) terutama

yang menderita penyakit kronis, misalnya : asma, diabetes melitus, tuberkulosis,

hipertensi, dan lain-lain. Tujuan promosi kesehatan pada tingkatan ini agar

kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut bertambah parah serta

mencegah komplikasi lebih lanjut (secondary prevention)

d. Promosi kesehatan pad tingkat rehabilitatif

Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok penderita sakit yang baru sembuh

(recovery) dari suatu penyakit. Tujuan utamanya adalah agar mereka pulih
sempurna kesehatannya, mencegah kambuh kembali serta mengurangi kecacatan

semaksimal mungkin (tertiary prevention)

2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tempat pelayanan kesehatan

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Promosi kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga

(rumah tangga). Tujuan promosi kesehatan adalah membentuk perilaku anggota

keluarga menjadi perilaku hidup sehat sebagai dasar dalam pembentukan perilaku

masyarakat yang lebih luas. Sasaran utamanya adalah orang tua (terutama ibu

yang memiliki peran pengasuhan anak) dan sasaran sekundernya adalah anak-

anak.

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah dipandang sebagai perpanjangan tangan keluarga untuk meletakkan dasar

perilaku bagi anak. Tujuan promosi kesehatan agar guru, lingkungan sekolah

menjadi support system yang kondusif bagi anak-anak mempelajari serta

menerapkan perilaku sehat. Sasaran utama promosi kesehatan adalah guru

sehingga mampu mentransformasikan perilaku sehat kepada anak.

c. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat bagi orang dewasa untuk mencari nafkah untuk

kehidupan keluarganya melalui produktivitas dan hasil kerjanya. Seorang pencari

nafkah menghabiskan sekitar 8 jam waktunya di tempat kerja. Karena itu tujuan

promosi kesehatan di tempat kerja adalah agar pencari nafkah memiliki

lingkungan kerja yang aman bagi kesehatan agar tidak terjadi kecelakaan kerja

yang dapat mengganggu produktivitas dan kualitas kerja. Sasaran promosi

kesehatan adalah pimpinan perusahaan/kepala unit kerja dan


karyawan/staff/pekerja agar mampu mempraktikkan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di tempat kerja.

d. Promosi kesehatan pada tempat-tempat umum

Tempat umum adalah tempat dimana beberapa orang berkumpul pada waktu-

waktu tertentu, misalnya : pasar, terminal bus, stasiun kereta api, bandara, mall

dan lain-lain. Pada tempat-tempat umum perlu disediakan fasilitas-fasilitas yang

dapat mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya, misalnya tersedia tempat

sampah, tempat cuci tangan, ruang tunggu bagi perokok dan bukan perokok dan

lain-lain. Tujuannya agar pengunjung tempat umum tersebut dapat

mempertahankan lingkungan yang mendukung kesehatan.

e. Promosi kesehatan pada institusi pelayanan kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

poliklinik dan lain-lain merupakan tempat paling strategis untuk promosi

kesehatan sebab saat baru sakit atau keluarganya mengalami sakit maka orang

akan peka pada informasi-informasi kesehatan terutama yang berkaitan dengan

penyakit yang dialami. Promosi kesehatan dapat dilakukan secara massal maupun

perorangan agar sasaran promosi menuruti anjuran/nasihat-nasihat tenaga

kesehatan.

C. Visi dan misi promosi kesehatan

1. Visi promosi kesehatan

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 3 disebutkan bahwa tujuan

yang hendak dicapai dari pembangunan bidang kesehatan adalah terbentuknya

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Berdasarkan pasal tersebut dapat dirumuskan visi upaya promosi kesehatan adalah :

“Terwujudnya masyarakat yang sadar, mau dan mampu memelihara dan

meningkatkan derajad kesehatannya”.

2. Misi promosi kesehatan

Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan, maka setidaknya ada 3 misi promosi

kesehatan yang daoat dilakukan, antara lain :

a. Advokasi (advocate) : dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai

tingkat dan sektor terkait kesehatan. Tujuan advokasi adalah meyakinkan para

pengambil kebijakan bahwa upaya kesehatan yang akan dijalankan adalah

penting, karena itu perlu dukungan kebijakan.

b. Mediasi (mediate) : yaitu menjembatani sektor kesehatan dengan sektor-sektor

lain sebagai mitra. Kemitraan sangat penting untuk menangani masalah kesehatan

yang begitu kompleks dan luas.

c. Pemberdayaan (enable/empower) : pemberdayaan yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Promosi kesehatan juga harus mampu

memberikan keterampilan-keterampilan agar masyarakat mampu mandiri dalam

memelihara kesehatannya. Karena itu keterampilan bidang ekonomi, pendidikan

dan sosial juga perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan.

D. Sasaran promosi kesehatan

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI (2011) dalam pelaksanaan

promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2)

sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.

1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.

Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak

sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa

mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung

oleh:

a. Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat

diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

maupun pemuka formal.

b. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun

pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS.

c. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-

kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).

d. Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat

diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan

berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia

usaha.

2. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya

pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas

kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media

massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

a. Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS


b. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang

kondusif bagi PHBS.

c. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat

terbentuknya PHBS.

3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan

perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta

mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan

turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) dengan cara:

a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan

kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan

masyarakat.

b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat

mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya

E. Prinsip-prinsip promosi kesehatan

Capone dan Petrillo (2013) mengutip dari WHO mengemukakan prinsip-prinsip

penting dalam pelaksanaan promosi kesehatan meliputi :

1. Promosi kesehatan harus melibatkan seluruh populasi dalam konteks kehidupan

sehari-hari, bukan hanya terfokus pada kelompok-kelompok resiko tinggi saja.

2. Promosi kesehatan diarahkan melalui tindakan nyata terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan. Karena itu harus dibina kerjasama yang erat dengan sektor-

sektor yang terkait dengan kesehatan.


3. Promosi kesehatan memiliki tujuan utama pada tercapainya partisipasi nyata

masyarakat secara efektif. Karena itu perlu dikembangkan kemampuan pemecahan

masalah dan keterampilan mengambil keputusan penting dalam hidup baik secara

individual maupun secara kolektif serta mekanisme peningkatan partisipasi yang

efektif.

4. Promosi kesehatan terdiri dari beberapa elemen terpisah namun tetap merupakan satu

kesatuan dalam pendekatan aplikasinya, yang meliputi : komunikasi, edukasi,

legislasi, kebijakan fiskal, pengorganisasian masyarakat, pengelolaan perubahan

masyarakat, pengembangan masyarakat serta kegiatan penanganan bahaya kesehatan

secara spontan.

Keempat prinsip-prinsip tadi harus dihayati oleh setiap petugas kesehatan dalam

melakukan upaya promosi kesehatan sehingga pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan

menjadi mudah dan terencana dengan baik.


Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)

Aluttis, C., Van den Broucke, S., Chiotan, C., Costongs, C., Michelsen, K., & Brand, H.
(2014). Public health and health promotion capacity at national and regional
level: a review of conceptual frameworks. Journal Of Public Health
Research, 3(1), 37-42. doi:10.4081/jphr.2014.199

Baisch, M. J. (2009). Community health: an evolutionary concept analysis. Journal Of


Advanced Nursing, 65(11), 2464-2476. doi:10.1111/j.1365-2648.2009.05068.x

Bloc, P., Toft, U., Reinbach, H. C., Clausen, L. T., Mikkelsen, B. E., Poulsen, K., & Jensen,
B. B. (2014). Revitalizing the setting approach - Supersettings for sustainable
impact in community health promotion. International Journal Of Behavioral
Nutrition & Physical Activity, 11(1), 139-164. doi:10.1186/s12966-014-0118-8

Capone, V., & Petrillo, G. (2013). Health Promotion in International Documents: Strengths
and Weaknesses from the Perspective of Community Empowerment. Journal Of
Community & Applied Social Psychology, 23(2), 98-114. doi:10.1002/casp.2103

Kementerian Kesehatan RI (2011) Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan;


panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes RI.

Kusnadi. 2014. Konsep Promosi Kesehatan. Tersedia pada https://academia.edu.com. Diakses


pada tanggal 15 November 2019 pukul 18:05

Neves, T. P., & Rodrigues Guilam, M. C. (2007). Reducing Risks, Promoting a Healthy Life:
the Concept of Risk in Health Promotion. Revista Salusvita, 26(3), 301-316.

Notoatmodjo, S. (2010) Promosi kesehatan; teori dan aplikasi. Edisi revisi. Cetakan kedua.
Jakarta : Rineka Cipta.

Whitehead, D. (2004). Health promotion and health education: advancing the


concepts. Journal Of Advanced Nursing, 47(3), 311-320. doi:10.1111/j.1365-
2648.2004.03095.x

Anda mungkin juga menyukai