Bloc et.al (2014) mengemukakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya upaya
menjabarkan beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas
kehidupan, yaitu : 1) faktor biologis, fisik dan konstitusional (seperti umur dan jenis
kelamin); 2) faktor individu dan gaya hidup; 3) faktor sosial; 4) faktor yang berhubungan
dengan tempat tinggal dan lingkungan kerja; dan 5) faktor politik, sosio-ekonomi, dan
budaya masyarakat.
Aluttis et.al. (2014) yang mengutip dari Green (1979) mengungkapkan bahwa
masyarakat serta intervensi politis yang dikelola untuk memfasilitasi perubahan perilaku
dan lingkungan guna mencapai kesehatan. Dengan demikian promosi kesehatan harus
melibatkan berbagai sektor dalam aksinya guna memudahkan proses perubahan menuju
perilaku sehat.
gerakan sosial yang memberi tekanan secara politis agar terjadi modifikasi lingkungan
secara menyeluruh. Promosi kesehatan juga telah berubah menjadi gerakan sosial politik
mereka memiliki otonomi dan dapat bergerak bebas melakukan upaya-upaya promosi
kesehatan pada berbagai jenjang pelayanan kesehatan. Karena itu dibutuhkan kerjasama
dan kolaborasi multi profesi dan multi organisasi untuk mewujudkan promosi kesehatan
Neves (2007) mengemukakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam
promosi kesehatan, yaitu pendekatan manajemen resiko. Konsep ini didasarkan pada
asumsi bahwa perubahan perilaku hanya mungkin dilakukan apabila masyarakat dapat
melihat resiko kesehatan yang mengancam secara jelas dan nyata. Karena itulah dalam
dengan pola hidup dan perilaku saat ini); 2) mempersepsikan dan mengkomunikasikan
pengkajian, termasuk komunitas mana saja yang menhadapi resiko-resiko tersebut dan
bagaimana mereka bereaksi terhadap faktor resiko tersebut); 3) melakukan intervensi dan
manajemen resiko bersama masyarakat; serta 4) melakukan studi tentang dampak yang
terjadi setelah manajemen resiko dilakukan. Upaya ini diyakini efektif untuk memaksa
masyarakat berubah dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan menjadi perilaku
baik secara ilmu (teori) ataupun sebagai seni (aplikasi) mencakup berbagai bidang
menliputi : 1) ilmu perilaku (ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku
dan kepemimpinan.
oleh sebab itu ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan pada dua dimensi, yaitu
dimensi aspek pelayanan kesehatan dan dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok orang sehat dengan resiko tinggi,
misalnya kelompok khusus ibu hamil dan menyusui, kelompok obesitas, para
pekerja seks, perokok dan lain-lain. Tujuan utama promosi kesehatan adalah
hipertensi, dan lain-lain. Tujuan promosi kesehatan pada tingkatan ini agar
Sasaran promosi kesehatan adalah kelompok penderita sakit yang baru sembuh
(recovery) dari suatu penyakit. Tujuan utamanya adalah agar mereka pulih
sempurna kesehatannya, mencegah kambuh kembali serta mengurangi kecacatan
Promosi kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga
keluarga menjadi perilaku hidup sehat sebagai dasar dalam pembentukan perilaku
masyarakat yang lebih luas. Sasaran utamanya adalah orang tua (terutama ibu
yang memiliki peran pengasuhan anak) dan sasaran sekundernya adalah anak-
anak.
perilaku bagi anak. Tujuan promosi kesehatan agar guru, lingkungan sekolah
Tempat kerja adalah tempat bagi orang dewasa untuk mencari nafkah untuk
nafkah menghabiskan sekitar 8 jam waktunya di tempat kerja. Karena itu tujuan
lingkungan kerja yang aman bagi kesehatan agar tidak terjadi kecelakaan kerja
Tempat umum adalah tempat dimana beberapa orang berkumpul pada waktu-
waktu tertentu, misalnya : pasar, terminal bus, stasiun kereta api, bandara, mall
sampah, tempat cuci tangan, ruang tunggu bagi perokok dan bukan perokok dan
kesehatan sebab saat baru sakit atau keluarganya mengalami sakit maka orang
penyakit yang dialami. Promosi kesehatan dapat dilakukan secara massal maupun
kesehatan.
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan pasal tersebut dapat dirumuskan visi upaya promosi kesehatan adalah :
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan, maka setidaknya ada 3 misi promosi
tingkat dan sektor terkait kesehatan. Tujuan advokasi adalah meyakinkan para
lain sebagai mitra. Kemitraan sangat penting untuk menangani masalah kesehatan
promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2)
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak
sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung
oleh:
a. Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat
d. Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat
diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan
usaha.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
terbentuknya PHBS.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan
turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga
masyarakat.
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Karena itu harus dibina kerjasama yang erat dengan sektor-
masalah dan keterampilan mengambil keputusan penting dalam hidup baik secara
efektif.
4. Promosi kesehatan terdiri dari beberapa elemen terpisah namun tetap merupakan satu
secara spontan.
Keempat prinsip-prinsip tadi harus dihayati oleh setiap petugas kesehatan dalam
melakukan upaya promosi kesehatan sehingga pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan
Aluttis, C., Van den Broucke, S., Chiotan, C., Costongs, C., Michelsen, K., & Brand, H.
(2014). Public health and health promotion capacity at national and regional
level: a review of conceptual frameworks. Journal Of Public Health
Research, 3(1), 37-42. doi:10.4081/jphr.2014.199
Bloc, P., Toft, U., Reinbach, H. C., Clausen, L. T., Mikkelsen, B. E., Poulsen, K., & Jensen,
B. B. (2014). Revitalizing the setting approach - Supersettings for sustainable
impact in community health promotion. International Journal Of Behavioral
Nutrition & Physical Activity, 11(1), 139-164. doi:10.1186/s12966-014-0118-8
Capone, V., & Petrillo, G. (2013). Health Promotion in International Documents: Strengths
and Weaknesses from the Perspective of Community Empowerment. Journal Of
Community & Applied Social Psychology, 23(2), 98-114. doi:10.1002/casp.2103
Neves, T. P., & Rodrigues Guilam, M. C. (2007). Reducing Risks, Promoting a Healthy Life:
the Concept of Risk in Health Promotion. Revista Salusvita, 26(3), 301-316.
Notoatmodjo, S. (2010) Promosi kesehatan; teori dan aplikasi. Edisi revisi. Cetakan kedua.
Jakarta : Rineka Cipta.