Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“KERACUNAN DAN OVERDOSIS”

Oleh :

A11-A / KELOMPOK 1

Dewa Ayu Putu Santriani Dewi (17.321.2660)

Luh Putu Dian Suryaningsih (17.321.2678)

Ni Kadek Candra Ayu Setyawati (17.321.2682)

Putu Indah Sasmitha (17.321.2708)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk
ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati,
ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang
tidak diinginkan dalam jangka panjang. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.
OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu
terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan
bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat
penenang (valium, xanax, mogadon/BK).
Penanganan keracunan perlu dirujuk ke rumah sakit karena untuk mengantisipasi
komplikasi yang memburuk dari keracunan terutama pernapasan dan sirkulasi. Penanganan
keracunan pra-hospital juga sangat dianjurkan bagi setiap orang tua melalui penyuluhan atau
prerencanaan pemulangan pasien (discharge planning). Dalam hal ini, perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien di ruang kegawatan serta penyuluhan ketika
discharge planning pasien.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah jenis dan macam-macam obat keracunan dan overdosis ?
2. Apakah definisi dan manifestasi klinis dari (IFO, Karbonmonoksida, NAPZA) ?
3. Bagaimanakah Penatalaksanaan (IFO, Karbonmoniksida, NAPZA) ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui jenis dan macam-macam obat keracunan dan overdosis
2. Untuk mengetahui definisi dan manifestasi klinis dari (IFO, Karbonmonoksida,
NAPZA)
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan (IFO, Karbonmonoksida, NAPZA)

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis dan Macam Obat Keracunan dan Overdosis

A. Definisi Keracunan
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit (misalnya, dari
tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bias menyebabkan penyakit,
kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalaui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan seseorang meninggal
dunia. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di
Indonesia secara umum adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan
kimia korosif, alcohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya. Zat yang dapat menimbulkan keracunan
dapat berbentuk :
1. Padat, misalnya obat-obatan, makanan
2. Gas, misalnya CO
3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, zat kimia
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
a Tertelan melalui mulut, keracunan makanan, minuman
b Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO
c Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia

B. Etiologi Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogen, metana, karbon

4
monoksida, klor), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan
organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol), dan alcohol.
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup (Biological toxicants) mis : sengatan serangga,
gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterial toxicants) mis : Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) mis : jamur amnita,
jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.

C. Tanda dan Gejala Keracunan


Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda
dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami
keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejala-gejala keracunan
tersebut secara umum dapat berupa gejala non-spesifik dan spesifik, namun kadang kadang
sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala saja. Perlu
dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik
urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain-lain.

D. Macam – Macam Keracunan


1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak
tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala klinik : terutama
terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi susunan saraf pusat.
a Iritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan udema
paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua
lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
b Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai koma,kadang-
kadang disertai kejang.
c Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
2. Keracunan Makanan

5
a. Keracunan Jamur
Keracunan setelah macam jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi. Ada
jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin.
1) Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan:
- Rasa mual
- Muntah
- Sakit perut
- Mengeluarkan banyak ludah dan keringat
- Miosis
- Diplopia
- Bradikardi sampai konvulsif
- Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal
2) Pengobatan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dapat diberikan secara intravena
antropin sebanyak 0,02 mg/kg.
b. Keracunan Makanan Kaleng
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam makanan
kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.
Gejala klinik:
- Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan kelumpuhan
otot-otot mata
- Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
- Dysphagia, dysarthria
- Kelumpuhan ( general paralyse )
c. Keracunan Jengkol
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter
dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
Gejala klinik:
- Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan terasa sakit
- Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
- Dapat terjadi gagal ginjal akut

6
d. Keracunan Ketela Pohon
Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine
(mengandung HCN).
Gejala klinis:
- Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan
kematian dengan cepat
- Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
- Pernafasan cepat dengan bau khas (bitter almond)
- Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
- Mulut berbusa bercampur darah
- Warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman,
parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan
keracunan bahan makanan ialah Staphilococcus, Salmonella, Clostridium Botulinum,
E. Coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya
melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang
menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk kedalammakanan cepat
memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan tergantung dari
virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas.
- Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari
mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas.
- Pengobatan
Diberi cairan cukup secara oral atau intravena. Jika perlu penderita dapat
diberikan pengobatan tambahan terhadap sakit perutnya dengan analgesia atau
sedatif dan jka muntah terus-menerus suntikkan anti emetik. Bilamana demam
dapat dianjurkan pemberian antibiotik.
3. Keracunan Obat – Obatan
a. Salisilat
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktor-
faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:

7
- Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang
disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media
massa.
- Penggunaan obat-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh orang
tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
- Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.
b. Asetaminofen
Manifestasi klinis, terjadi dalam empat tahap:
- Periode awal (2 – 4 jam setelah tertelan) : mual, muntah, berkeringat, pucat.
- Periode laten (24 – 36 jam) : pasien membaik.
- Keterlibatan hepatik (dapat berakhir sampai 7 hari dan permanen): nyeri di
kuadran kanan atas, ikterik, konfusi, stupor, abnormalitas koagulasi.
- Pasien tidak meninggal pada tahap hepatik dan akan membaik secara bertahap.
c. Aspirin
Manifestasi klinis :
- Keracunan akut : mual, disorientasi, muntah, dehidrasi, diaforesis, hiperpnea,
hiperpireksia, oliguria, tinitus, koma, kejang.
- Keracunan kronis : sama dengan diatas tetapi awaitan samar (sering dikaburkan
dengan penyakit yang sedang diobati), dehidrasi, koma, dan kejang dapat lebih
hebat, kecenderungan perdarahan.
4. Keracunan Bahan Kimia
a. Keracunan Arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun roma
untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat
mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa
herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari
peleburan timah, seng, dan logam lainnya.
- Gejala klinis keracunan akut:
Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:
 Rasa tidak enak dalam perut
 Bibir terasa terbakar

8
 Sukar menelan
Kemudian disusul dengan:
 Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat
 Adakalanya terdapat pula: oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus
- Gejala klinis keracunan kronis:
 Otot-otot lemah
 Gatal-gatal
 Pigmentasi
 Keratosis kulit dan edema

b. Keracunan Asam Basa


Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH,
NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti
pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun
unutk memasak seperti cuka bibit.
- Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut
bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup , saluran
pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.
- Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang
akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran
menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan
demikiantindakan cepat dan tepat sangat penting.
5. Keracunan Intektisida
Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga
seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh manusia.
Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak maupun inhalasi dan
minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida
tidak mudahkarena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama.
- Gejala : yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:

9
a Tremor
b Kejang
c Koma
d Paralisis
- Tindakan
a Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap
b Beri luminal atau diazepam
c Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan
selanjutnya

E. Penatalaksanaan secara Umum


1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu dan norit.
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara
dimuntahkan dan bilas lambung.
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas.
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan.
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap

10
a Diuretic : lasix, manitol
b Dialisa
c Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
a Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP.
b Gangguan sistem susunan saraf pusat:
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
Edema otak : beri manitol atau dexametason.

2.2 Definisi dan Manifestasi Klinis (IFO, Karbonmonoksida, NAPZA)

1. IFO (Insektida fosfat organik)


Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia
untuk membasmi hama yang merugikan manusia. Termasuk peptisida ini adalah
insektisida. Ada 2 macam insektisida yang paling benyak digunakan dalam
pertanian :
 Insektisida hidrokarbon khlorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
 Insektida fosfat organik ( IFO =Organo Phosphatase insectisida )
Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus
meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan
dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun
dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal (intact) juga dapaat diserap
diparu dan saluran makanan,namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti
golongan IHK. Macam-macam IFO adalah malathion (Tolly) Paraathion, diazinon,
Basudin, Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan
carbamate. Salah satu contoh golongan carbamate adalah baygon.
Manifestasi Klinis :
Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesipik
dan spesifik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya
dengan melihat gejala gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah

11
terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan
laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah,
kuku, rambut dan lain lain. Bila dicurigai telah terjadi keracunan maka perlu
diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini,
1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat
menelan bahan kimia korosif.
2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat
3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada
furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban
4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan
5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan
atau gejala lain yang tidak diharapkan.
Yang paling menonjol adalah:
1. Kelainan visus
2. Hiperaktifitas kelenjar ludah
3. Keringat dan ggn saluran pencernaan
4. Serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi:
1. Anoreksia
2. Nyeri kepala
3. Rasa lemah
4. Rasa takut
5. Tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
Keracunan sedang :
1. Nausea
2. Muntah-muntah
3. Kejang atau kram perut
4. Hipersaliva
5. Hiperhidrosis
6. Fasikulasi otot dan bradikardi.
Keracunan berat :

12
1. Diare
2. Pupil pi- poin
3. Reaksi cahaya negatif
4. Sesak nafas
5. Sianosis,
6. Edema paru .inkontenesia urine dan feces

2. Karbonmonoksida
Karbon monoksida adalah asfiksan respirasi yang berikatan dengan
hemoglobin dan myoglobin, yang akan mengurangi kemampuan darah
mengangkut oksigen. Karbon monoksida (gas buangan kendaraan, gas rumah
tangga) tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Karbon monoksida
memiliki afinitas dengan Hb 250kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen
menyebabkan pergeseran kurva disosiasi kekiri, menghambat pelepasan oksigen
ke jaringan. Karbon monoksida berikatan dengan myoglobin dan membuatnya
menjadi tidak aktif.
Manifestasi Klinis :

Konsentrasi CO dalam darah Gejala


Kurang dari 20% Tidak ada gejala
20% Nafas menjadi sesak
30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan
3. pernafasan sedikit meningkat
30% – 40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang
daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi
gerakan
40% - 50% Kebingungan makin meningkat, setengah
sadar
60% - 70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol
faeces dan urin
70% - 89% Koma, nadi menjadi tidak teratur,
kematian karena kegagalan pernafasan

NAPZA

13
Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan
adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia
akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA.
Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang mengancam
kehidupan seseorang akibat penggunaan zat/obat yang berlebihan
(intoksikasi/over dosis) sehingga dapat mengancam kehidupan, apabila tidak
dilakukan penanganan dengan segera.
Manifestasi klinis dari pemakaian NAPZA adalah :
1. Perubahan Fisik :
a Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ),
apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
b Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
c Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus,
diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
d Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
a Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering
membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
b Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas
atau tempat kerja.
c Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
d Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu
dengan anggota keluarga yang lain.
e Sering mendapat telepon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota
keluarga yang lain.

14
f Sering berbohong, meminta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak
jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri
atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.
g Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan
pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia

2.3 Penatalaksanaan (IFO, Karbonmonoksida, NAPZA)

1. IFO
a Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran
nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan
buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat
mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag – valve – mask.
b Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit
bila tidak berhasil. Katarsis ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila
diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau
gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada
penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh
tubuh dengan sabun. Emesis, katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat
sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dikerjakan dengan
bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
c Anti dotum

15
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
tempat penumpukan.
1) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
2) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering, takikardi, midriasis,
febris dan psikosis).
3) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
4) Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
2. Karbonmonoksida
a Lakukan evaluasi dan terapi suportif jalan nafas
b Lakukan intubasi orotrakhea bila terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi
c Berikan suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke wajah.
Waktu paruh eliminasi COHb dalam serum bila bernafas dengan udara bebas
adalah 520 menit, berubah menjadi 80 menit bila bernafas dengan oksigen
100%. Terapi oksigen sebaiknya tidak dihentikan sampai gejala hilang dan
kadar COHb < 10%
d Lakukan monitoring : EKG (menunjukkan gambaran sinus takikardi dan
perubahan segmen ST)
e Pikirkan penggunaan natrium bikarbonat infus bila ada metabolik asidosis (pH
darah arteri < 7.1)

3. NAPZA
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi).
a Pencegahan
1) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA
2) Deteksi dini perubahan perilaku

16
3) Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak
pada narkoba”
b Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus
zat, dengan dua cara yaitu:
1) Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja
sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2) Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis obat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual,
dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus
zat tersebut.
c Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

17
18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalaui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan anak meninggal dunia.
Penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia secara umum adalah akibat paparan
pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alcohol dan beberapa racun
alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun
lainnya.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan seseorang
meninggal dunia. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak
terjadi di Indonesia secara umum adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon,
bahan kimia korosif, alcohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin,
asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga pembaca bisa memvalidasi dengan referensi yang tersedia
untuk mendapatka teori yang lebih benar. Kritik dan saran penulis
harapkan demi perbaikan makalah yang memuat keracunan ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawtan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:EGC

Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC

Hardisman.2014.Gawat Darurat Medis Praktis. Padang : Gosyen Publishing

Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat


Klinis. Yogyakarta :Araska.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta:EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai