Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif
kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan
penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan lebih lanjut, disamping
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan
di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan
tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada
penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien
dan keluarganya.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya.Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin.
Pada perawatan pasien dalam kondisi terminal menekankan pentingnya integrasi perawatan
lebih dini agar masalah fisik, psikososial, dan spiritual dapat diatasi dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pasien dengan keadaan terminal


2. Cara membimbing spiritual pada pasien dan keluarga
3. Perawatan Jenazah
1.3 Tujuan

1. Untuk mempelajari lebih jelas mengenai Standar Operasional Prosedur Personal


Hygine.
2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Supaya para mahasiswa dan mahasiswi keperawatan serta pembaca mengetahui dan
memahami mengenai Standar Operasional Prosedur Personal Hygine.
2. Supaya para mahasiswa dan mahasiswi khususnya jurusan keperawatan dapat
menerapkan Standar Operasional Prosedur Personal Hygine.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pasien Dengan Keadaan Terminal

a. Definisi

Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.Kematian adalah suatu keadaan
terputusnya hubungan tubuh dengan dunia luar yang ditandai dengan tidak adanya
denyut nadi, tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala refleks,
serta ketiadaan kegiatan otak dan sudah dinyatakan oleh dokter yang
berwenang

b. Tujuan

Agar pasien mendapatkan ketenangan dalam proses menuju kematian.

c. Kontraindikasi
-

No KEGIATAN PENILAIAN
1 2 3 4
A. Persiapan Alat
1. Disediakan tempat berdiri
2. Alat-alat pemberian O2
3 Alat resusitasi (breathing,airways, circulation)
4 Alat pemeriksaan vital sign
5 Pinset
6 Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
7 Alat tulis
B. Persiapan Pasien
1 Memberikan tahukan kepada keluarga mengenai
prosedur
C. Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah
2. Mencuci tangan
3. Memakai celemek atau skort
4. Memakai hands scoon
5. Mendekatkan alat
6. Memisahkan pasien dengan pasien lain
7. Mengizinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak
boleh ditinggalkan sendiri
8. Membersihkan pasien dari keringat
9. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan
suara lembut dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-
tawa atau bergurau disekitar pasien
10. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila
tampak kering menggunakan pinset
11. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
12. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus-
menerus
13. Mencuci tangan
14. Melakukan tindakan dokumentasi

2. Cara membimbing spiritual pada pasien dan keluarga

Bimbingan spiritual pada pasien dan keluarga

1.Pengertian Keperawatan

 Keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan, dituntut untuk


lebihmeningkatkan profesionalisme sehingga dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang semakin maju pesat, dengan mengemba
ngkan potensi yang sudah dimiliki untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakain 
tinggiterhadap pelayanan keperawatan dan tanggung jawab sebagai perawat profesional
agardapatamemberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan
asuhankeperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara
individual dari segi bio, psiko, sosial  dan spiritual.

2.Pengertian Spiritualitas

 Spiritualitas ( spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam


hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu
kebutuhanserta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala
kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
3.Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit

Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapa ajaran baik
danlarangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang,
contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada
kesehatanbila dikonsumsi manusia

a.Peran Agama terhadap Kondisi Pasien

 1) Peran agama terhadap kondisi psikologi Orang yang merasa dirinya dekat dengan
Tuhan, diharapkan akan timbul rasa tenangdan aman, yang merupakan salah satu
ciri sehat mental yaitu:

a) Mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat 

b) Memperbaiki persepsi ke arah positif

c) Memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik

d) Mengembangkan emosi positif

e) Mendorong kepada kondisi yang lebih sehat

2) Peran Agama Terhadap Kondisi Sosio

Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
sosiallainnya secara bersama-sama, dan kegiatan bersama seperti ini dilakukan
secara berulang-ulang, sehingga dapat menimbulkan rasakebersamaan dan
meningkatkan solidaritas antar jamaah. Orang dengan skor religiusitas tinggi,
pada umumnya dapat membina keharmonisankeluarga, dan pada umumnya
dapat membina hubungan yang baik di antara keluarga.
3) Peran Agama terhadap Kondisi Psikologik 

Peran yang cukup mendasar tentang peran keagamaan terhadap perubahan


fisik  biologik, sebagaimana dituntut oleh para pakar yang berorientasi fisikalisti
k yangmendapatkan bukti bahwa dengan perkataan yang baik dan halus
sebagaimana perkataanorang yang sedang berdoa dapat mengubah partikel air
menjadi kristal heksagonal yangindah, dan selanjutnya bermanfaat dalam upaya
kesehatan secara umum. Penelitian yangmencari kaitan antara sholat tahajud
dengan kesehatan telah dilakukan oleh Sholeh (2000),dan mendapatkan bahwa
mereka yang melaksanakan sholat tahajud secara rutin, setelah 4minggu akan
menunjukkan peningkatan kadar limfosit dan kadar imunoglobulin, dan terus
meningkat sampai minggu ke delapan. Meningkatnya kadar limfosit dan
imunoglobulinmenggambarkan makin tingginya daya tahan tubuh
secara imunologik.Pengaruh puasa Ramadhan terhadap kesehatan telah diteliti
pula oleh Zainullah(2005), dengan sampel para santri suatu pondok pesantren.
Penelitian dilakukan 3 minggusebelum Ramadhan sampai denganpuasa hari ke-
26. Penilaian terhadap substansiimunologik. Dari ketiga hal diatas maka peran
perawat dengan memberikan bimbingan secara koprehensip yaitu melalui
keagamaan akan pengaruh terhadap kondisi bio, psiko, sosio dan spiritual

b. Adapun Manfaat bagi Rumah Sakit dari Kegiatan Bimbingan Spiritual

Tidak ada orang yang ingin menderita sakit dan semua orang yang sakit pasti
menginginkan kesembuhan. Salah satu cara meningkatkan kesembuhan adalah
denganmemberikan bimbingan rohani dan spiritual. Hal ini sesuai dengan hasil
pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina Austria , Juni 2003 tentang
urgensi bimbingan spiritual sebagai sarana peningkatan religiusitas
pasien.Bimbingan spiritual ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan
danmotivasi pasien. Dalam konteks ini, bimbingan spiritual merupakan pelengkap
pengobatan dan pelayanan medis di rumah sakit. Seperti halnya: IMZ merupakan
salah satu jejaring Baznas Dompet Dhuafa  yang bergerak di bidang pendidikan,
pelatihan,
konsultasi, publikasi, dan riset seputar zakat. Terilhami dengan kesuksesan program 
bimbingan Dhuafa dengan nama Bimbingan Rohani Pasien (BRP), maka IMZ
bersama BRP –  LPM Baznas Dompet Dhuafa menggagas pelatihan
SCOPE,Spiritual Care On Patient .
Kesuksesan program Bimbingan Rohani Pasien dapat terlihat dengan sudah berjalann
ya program ini di beberapa rumah sakit di sekitar Jakarta dan terus berdatangannya
permintaan dari rumah sakitlain di berbagai daerah. Adapun bagi rumah sakit
kegiatan bimbingan spiritual jelas dapatmemberikan nilai tambah dalam hal
pelayanan bagi pasiennya. Manfaat yang akan diperoleh:

1)Perawat mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang


yang sedang sakit

2) Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan


tuntunan Islam

3) Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi


pasien ditempat kerjanya

4)Rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat nilai

4. Hubungan Keyakinan Dengan Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiapmanusia.


Apabila sesorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan tuhannya punsemakin dekat,
mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal,tidak ada yang
mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta.
Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama d
alammemenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang
lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara
keyakinan dengan pelayanan kesehatan,dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan
melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual.
Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses
penyembuhan.
5. Perkembangan Spiritual

Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s  dibagi ke dalam empattingkatan


berdasarkan kategori umur, yaitu:

a.Usia anak-anak 

merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan penglaman.Perilaku tahap yang


didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan orang laindengan keyakinan
atau kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau
benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkinhanya mengikuti ritual
atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, danlain-lain. Pada masa
prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna padadirinya, perkembangan
spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya,dalam hal ini keluarga.
Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta
mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan. 

b.Usia Remaja akhir 

merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai denganadanya partisipasi aktif


pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuatmereka semakin merasa
memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan
spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuha spiritual seperti
keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai
membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepecayaan. Bila pemenuhan kebutuhan
spiritual tidak terpenuhi akan timbul kekecewaan

c. Usia awal dewasa 

merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan


proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang
dikaitkan secara kognitif sebagai bentukyang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini,
pemikiran sudah bersifat rasional dankeyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan
rasional. Segala pertanyaan tentangkepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada
masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
d.Usia pertengahan dewasa 

merupakan tingkatan kepercayaan dari diri


sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahank
anwalaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan
kepercayaandirinya.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual

a. Perkembangan 

Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhanspiritual, karena setiap


tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadapTuhan.

b. Keluarga 

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhanspiritual,


karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi
dalamkehidupan sehari-hari.

c. Ras/suku 

Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan


kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

d. Agama yang dianut 

. Keyakinan pada agama tertentu yang dimilikioleh seseorang dapatmenentukan arti


pentingnya kebutuhan spiritual.

e. Kegiatan keagamaan 

Adanya kegitan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaandirinya dengan tuhan,


selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.
7. Beberapa Orang yang Membutuhkan Bantuan Spiritual

 a.Pasien kesepian 

Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akanmembutuhkan bantuan
spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatanTuhan, tidak ada
yang menyertainya selain Tuhan. 

b.Pasien ketakutan dan cemas 

Adanya ketakutan atau kecemasan dapat


menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada d
irinya, danketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.

c. Pasien menghadapi pembedahan 

.Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan


timbul perasaan antara hidup dan mati, pada saat itulahkeberadaan pencipta dalam hal ini
adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalumembutuhkan bantuan spiritual.

d.Pasien yang harus mengubah gaya hidup 

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseoranglebih membutuhkan keberadaan Tuhan


(kebutuhan spiritual ). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila kearah
yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahangaya hidup kearah yang lebih baik,
maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.

8. Masalah Kebutuhan Spiritual

 Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distresspiritual,
merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompokmengalami beresiko mengalami
gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan,harapan, dan
arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual,mengungkapkan
adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihdalam
mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudahhidup,
adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti

9. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Spiritual

a.Pengkajian Keperawatan

 Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual, antara lain adanya ungkapanterhadap


masalah spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian, dan penderitaan, keraguanakan
kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong,
dan pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masala
hspiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal,
tindakan pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain.

b. Diagnosis Keperawatan

 Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritualspiritual,


konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis penyakit,
penderitaan, atau kematian.

c. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan

 Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual, antara lain:

1) Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan
beribadah secara rutin

2) Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah

3) Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan dan


alternatif pemecahannya

4) Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan


keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya

5) Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual

6) Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya


d. Evaluasi Keperawatan

 Evaluasi terhadap masalah spiritual secara umum dapat dinilai dari perubahan
untukmelakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya
ungkapanatau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya,
wajah yangmenunjukan rasa damai, kerukunan dengan orang lain, memliki pedoman hidup,
dan rasa bersyukur.

3. Perawatan Jenazah

a. Definisi

Perawatan jenasah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk


menyiapkan jenasah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenasah dan
melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik klien.

b. Tujuan

1. Penghormatan terhadap jenasah

2. Menjalankan kewajiban hukum fardlu ‘ain. (muslim)

3.  Jenasah dalam keadaan bersih

c. Indikasi

Perawatan jenasah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien. Jika pasien meninggal
karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas, perawatan jenasah dilakukan setelah
pemeriksaan medis lengkap melalui autopsy.

No KEGIATAN PENILAIAN
1 2 3 4
A. Persiapan Alat
1. Kasa/Verban secukupnya
2. Sarung tangan bersih
3 Kapas secukupnya
4 Plastik jenazah/pembungkus jenazah
5 Plester penahan untuk menutup luka (bila ada luka)
6 Bengkok 1 buah
7 Troli
8 Pengganjal dagu
9. Label identifikasi
10. Tas plastic untuk tempat barang-barang klien
11 Air dalam baskom
12 Sabun
13 Handuk
14 Selimut mandi
15 Kain kafan
16 Daftar barang berharga
17 Sisir
18 Baju bersih
19 Peralatan ganti balut (jika diperlukan)
B. Persiapan Pasien
1 Memberitahukan kepada keluarga mengenai prosedur
perawatan kerja dengan menandatangani lembar inform
consent
C. Prosedur Kerja
Prosedur Tetap Layanan
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Meyingsingkan lengan baju seragam yang panjang di
atas siku.
3. Melepaskan cincin, jam tangan dan gelang.
4. Memakai sarung tangan

a). Meletakkan sarung tangan steril pada posisi yang


sedikit lebih tinggi dari tangan ± 15 cm dari ujung
jari tangan jika tangan lurus disamping badan.

b). Membuka bungkus sarung tangan dengan hati-hati


dan jaga agar tidak terkontaminasi.

c). Mengatur agar posisi jari sarung tangan mengarah ke


depan pembungkus.
d). Mengidentifikasi sarung tangan kanan dan kiri.
e). Mengambil sarung tangan dominan dengan tangan
nondominan (pegang pada bagian dalam pergelangan
sarung tangan yang terlipat ).
f). Memasangkan sarung tangan pada tangan dominan,
pastikan sarung tangan tidak menyentuh bagian yang
tidak steril.
g). Dengan menggunakan tangan yang sudah terpasang
sarung tangan, mengambil sarung tangan berikutnya
dengan memasukan empat jari ke dalam lipatan
sarung tangan yang terlipat pada bagian pergelangan.
h). Memasang sarung tangan pada tangan nondominan
dengan hati-hati dengan tidak menyentuh bagian
yang tidak steril.
i). Menarik sarung tangan kedua pada tangan yang non
dominan. Jangan biarkan jari-jari tangan dominan
menyentuh bagian tangan yang non dominan yang
masih terbuka.
j). Menyesuaikan sarung tangan yang telah terpasang
dengan merekatkan  kedua tangan.
k). Melepas sarung tangan setelah selesai melakukan
tindakan keperawatan dengan tangan dominan
sehingga bagian dalam sarung tangan berada diluar.
Kemudian genggam sarung tangan yang sudah
terlepas tadi dengan tangan nondominan, lalu lepas
sarung tangan nondominan sehingga sarung tangan
dominan yang digenggam tadi tergulung di dalam
sarung tangan nondominan.
l). Meletakkan sarung tangan yang telah digunakan ke
bengkok
m). Mencuci tangan seperti yang dilakukan diawal
tindakan.

Perawatan Jenazah
1. Siapkan alat yang diperlukan dan bawa kedalam ruangan
2 Atur lingkungan sekitar tempat tidur. Bila kematian
terjadi pada unit multi bed, jaga privasi pasien yang lain,
tutup koridor, cuci tangan.
3 Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan
atur dalam posisi datar.
4 Tempatkan tubuh dalam posisi supinasi
5 Tutup mata, dapat menggunakan kapas yang secara
perlahan ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika
mata tidak tertutup
6 Luruskan badan, dengan lengan menyilang tubuh pada
pergelangan tangan dan menyilang abdomen. Atau
telapak tangan menghadap kebawah.
7 Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Jika
mulut tetap tidak mau tertutup, tempatkan gulungan
handuk di bawah dagu agar mulut tertutup. Tempatkan
bantal di bawah kepala.
8 Lepaskan perhiasan dan barang berharga dihadapan
keluarga. Pada umumnya, semua cincin, gelang, kalung
dll di lepas dan ditempatkan pada tas plastic tempat
barang berharga. Termasuk kaca mata, kartu, surat,
kunci, barang religi. Beri label identitas.
9 Jaga keamanan barang berharga klien. Ikuti peraturan RS
untuk disposisi (penyerahan) barang barharga. Jangan
meninggalkan barang berharga. Tempatkan dikantor
perawat sampai dapat disimpan ditempat yang lebih
aman atau diserahka pada keluarga. Jika memungkinkan,
keluarga dianjurkan untuk membawa pulang semua
barang milik milik klien sebelum klien meninggal.
10 Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih,
bersihkan area tubuh yang terdapat kotoran seperti darah,
feces, atau muntahan. Jika kotoran terjadi pada area
rectum, uretra atau vagina, letakan kassa untuk menutup
tiap lubang dan rekatkan dengan plester untuk mencegah
pengeluaran lebih lanjut. Setelah kematian, spingter otot
relaks, menyebabkan incontinensia feces dan urin.
11 Rapikan rambut dengan sisir rambut.
12 Rawat drainage dan tube yang lain. Jika akan dilakukan
autopsy, tube pada umumnya dibiarkan pada badan,
ambil botol drainage atau bag dari tube dan tekuk tube,
ketika dilakukan autopsy, tube diambil. Pastikan balon
sudah dikempiskan sehingga tidak melukai jaringan
tubuh selama pengambilan.
13 Ganti balutan bila ada balutan. Balutan yang kotor harus
diganti dengan yang bersih. Bekas plester dihilangkan
dengan bensin atau larutan yang lain yang sesuai dengan
peraturan RS
14 Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada
keluarga. Jika keluarga meminta untuk melihat jenazah,
tempatkan pada posisi tidur, supinasi, mata tertutup,
lengan menyilang di abdomen. Rapikan tempat tidur
kembali.
15 Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas
dengan nama, umur, dan jenis kelamin, tanggal MRS,
nomor kamar dan nama dokter. Sesuai dengan peraturan
RS, ikatan label identitas pada pergelangan tangan atau
pergelangan kaki atau plester label pada dada depan
pasien.
16 Letakan jenazah pada kain kafan sesuai dengan peraturan
RS. Ikatkan kasa atau verban atau pengikat yang lain
dibawah dagu dan sekitar kepala untuk menjaga agar
dagu tetap tertutup. Kemudian, ikat pergelangan tangan
bersama menyilangkan diatas abdomen untuk menjaga
lengan jatuh dari brankar ketika jenazah diangkut
kekamar jenazah. Letakan jenazah pada kain kafan. Lipat
bagian 1 sudut kebawah menutup kepala, diikuti bagian
sudut ke 2 keatas menutup kaki. Lipat bagian sudut 3 dan
4. Peniti atau plester diperlukan untuk menjaga kain
kafan pada tempatnya
17 Beri label pada bagian luar. Tandai identifikasi di
penitikan pada bagian luar kain kafan
18 Pindahkan jenazah ke kamar jenazah. Pindahkan jenazah
secara perlahan ke brankar. Tutup jenazah dengan kain.
Kemudian ikat dengan pengikat brankar pada bagian
dada dan lutut. Pengikat untuk mencegah jenazah jatuh,
tapi tidak boleh terlalu kuat sehingga dapat
menyebabkan lecet.
19 Bereskan dan bersihkan kamar pasien.
20 Dokumentasikan prosedur. Pada catatan perawatan, catat
waktu dan tanggal jenazah diantar ke kamar jenazah.
Lakukan pencatatan apakah barang berharga disimpan
atau diserahkan pada keluarga.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.Kematian adalah suatu keadaan terputusnya
hubungan tubuh dengan dunia luar yang ditandai dengan tidak adanya denyut nadi, tidak
bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala refleks, serta ketiadaan kegiatan
otak dan sudah dinyatakan oleh dokter yang berwenang. Spiritualitas ( spirituality)
merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalamhubungannya dengan kekuatan
yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu kebutuhanserta kecintaan terhadap adanya
tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. Dalam perawatan
jenazah harus diperhatikan dalam mengangkat jenazah secara perlahan-lahan karena untuk
mencegah lecet dan kerusakan kulit, Berikan barang-barang milik klien pada keluarga klien
atau bawa barang tersebut kekamar jenazah. Jika perhiasan atau uang diberikan pada
keluarga, pastikan ada petugas/ perawat lain yang menemani, dan memberikan support
emosional kepada keluarga yang ditinggalkan dan teman dan kepada klien lain yang
sekamar.

3.2 Saran

Tata cara perawatan jenazah haruslah dengan prosedur yang benar menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Kita sebagai perawat harus mengikuti prosedur tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
https://vdocuments.site/sop-pasien-terminal-edit.html

https://www.slideshare.net/ulfasakurai/pendampingan-pasien-sakaratul-maut

https://kupdf.net/download/standar-operasional-prosedur-perawatan-
jenazah_58c7acabdc0d60101f339029_pdf

https://docplayer.info/58229071-Standar-operasional-prosedur-perawatan-jenazah.html

Anda mungkin juga menyukai