Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DOSEN :

TORI RIHIANTORO, SKp.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

TIARA MARTATILOVA SIJABAT

1914401099

TK. 2 D3 REG 2

POLTEKKES TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


TOPIK: KAJIAN PENYAKIT ENDEMIK

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan

Pada akhir pembelajaran pokok bahasan ini mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan definisi dari penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS, MERS-CoV &
Covid-19.
2. Menjelaskan epidemiologi/prevalensi penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS, MERS-
CoV & Covid-19. di Indonesia dan dunia.
3. Menjelaskan penyebab terjadinya penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS, MERS-
CoV & Covid-19.
4. Menjelaskan tanda, gejala dan hasil pemeriksaan penunjang pada penyakit-penyakit
endemis: Flu burung, SARS, MERS-CoV & Covid-19.
5. Menjelaskan rantai penyebaran/penularan penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS,
MERS-CoV & Covid-19.
6. Menjelaskan pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit endemis: Flu burung,
SARS, MERS-CoV & Covid-19.

Perintah

Isilah kolom / kotak di bawah ini dengan jawaban yang benar sesuai dengan tugas atau
pertanyaannya!

1. Jelaskan definisi dan penyebab dari penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS, MERS-
CoV & Covid-19.

Penyakit Definisi Penyebab

Flu Burung Flu burung adalah penyakit infeksi yang Flu burung disebabkan oleh
disebabkan oleh virus influenza tipe A yang infeksi virus influenza tipe A
ditularkan oleh unggas ke manusia. Ada banyak yang berasal dari burung.
jenis virus flu burung, tetapi hanya beberapa Sebagian besar jenis virus
yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. flu burung hanya dapat
menyerang dan menular
pada unggas, baik unggas
liar maupun unggas
peternakan, seperti ayam,
bebek, angsa, dan burung.
Namun, ada beberapa jenis
virus flu burung yang bisa
menginfeksi manusia, yaitu
H5N1, H5N6, H5N8, dan
H7N9.

SARS Sindrom pernapasan akut parah (SARS) adalah SARS disebabkan oleh
penyakit pernapasan akibat virus yang salah satu jenis coronavirus
disebabkan oleh virus korona, yang disebut virus yang dikenal dengan SARS-
korona terkait SARS (SARS-CoV). SARS associated coronavirus
pertama kali dilaporkan di Asia pada Februari (SARS-CoV). Coronavirus
2003. merupakan kelompok virus
yang bisa menginfeksi
saluran pernapasan. Saat
terinfeksi virus ini, biasanya
akan terjadi gangguan
pernapasan mulai dari
ringan sampai berat.

MERS-Cov Sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) MERS CoV disebabkan


adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus, yaitu
oleh virus korona yang baru dikenal, MERS- kelompok virus yang
CoV. Ini pertama kali dilaporkan pada tahun menyebabkan batuk pilek
2012 di Arab Saudi dan sejauh ini terkait dengan dan infeksi saluran
negara-negara di atau dekat Semenanjung pernapasan akut (ISPA).
Arab. Selain menginfeksi
manusia, MERS CoV juga
dapat menginfeksi hewan,
khususnya unta.

Covid-19 COVID-19 (coronavirus


COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan disease 2019) adalah jenis
oleh virus severe acute respiratory syndrome penyakit baru yang
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat disebabkan oleh virus dari
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, golongan coronavirus, yaitu
mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga SARS-CoV-2 yang juga
infeksi paru-paru, seperti pneumonia. sering disebut virus Corona.

2. Jelaskan penyebab berkembangnya penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS, MERS-


CoV & Covid-19 di dunia dan di Indonesia!

1. Flu Burung
Dalam hal penularan, infeksi manusia dengan virus flu burung dan zoonosis lainnya,
meskipun jarang, telah dilaporkan secara sporadis. Infeksi manusia terutama didapat melalui
kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi, tetapi
tidak mengakibatkan penularan virus ini secara efisien di antara manusia.
Penyebab berkembangnya flu burung didunia:
Pada 2013, infeksi virus A (H7N9) pada manusia dilaporkan untuk pertama kalinya di China.
Sejak itu, virus telah menyebar pada populasi unggas di seluruh negeri dan mengakibatkan
lebih dari 1500 kasus pada manusia yang dilaporkan dan banyak kematian pada manusia.
Penyebab berkembangnya flu burung di Indonesia:
Secara kumulatif jumlah penderita FB di Indonesia sejak akhir Juni 2005 – September 2017
adalah sebanyak 200 orang dan 168 orang diantaranya meninggal dengan angka kematian
(CFR) 84%.
Di Indonesia FB pada manusia pertama kali diinformasikan secara laboratorium pada awal
bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dengan jumlah penderita
konfirmasi H5N1 2 orang dan 1 probabel, semua meninggal dunia. Awal sakit (onset) kasus
tersebut pada akhir Juni 2005, dan merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai
akhir September 2017 penderita FB telah tersebar di 15 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, D.I. Yogyakarta, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat) yang
meliputi 59 kabupaten/kota

2. SARS
Para ahli menduga bahwa virus penyebab SARS berasal dari kelelawar dan luwak. Virus
ini kemudian bermutasi menjadi virus baru yang bisa menular dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia.
Penyebab berkembangnya SARS di dunia:
Pada awal 2003, otoritas kesehatan masyarakat, dokter dan ilmuwan di seluruh dunia sedang
berjuang untuk mengatasinya penyakit baru yang parah dan cepat menyebar pada manusia,
sindrom pernapasan akut parah, atau SARS. Ini tampaknya menjadi yang pertama parah
dan mudah menular penyakit baru muncul di abad ke-21. Berat Sindrom Pernafasan Akut
(SARS) pertama kali diidentifikasi di Viet Nam pada 28 Februari 2003, ketika Dr.Carlo Urbani,
seorang ahli epidemiologi dari Hanoi WHO kantor memeriksa pasien dengan bentuk parah
pneumonia yang tidak dapat ditemukan etiologinya. Di 10 Maret 2003, 22 pekerja rumah
sakit di Hanoi Perancis Rumah sakit sakit dengan pernafasan akut serupa sindrom, dan pada
Maret, 11 wabah serupa terjadi telah dilaporkan di antara pekerja rumah sakit di Hong Kong.

Penyebab berkembangnya SARS di Indonesia:


Disampaikan beberapa data epidemiologik SARS di Indonesia, di mana antara periode
1 Maret sampai 9 Juli 2003 tercatat 2 kasus probable dan 7 case suspek SARS, dan tidak
ada lagi kasus SARS setelah saat itu.

3. MER-CoV
MERS CoV diduga awalnya berasal dari unta yang hidup di negara-negara Timur Tengah,
seperti Arab Saudi, Yordania, dan Yaman. Meski MERS CoV juga terjadi di beberapa negara
di Eropa dan Amerika, namun penderitanya diketahui terserang penyakit ini setelah bepergian
ke negara Timur Tengah. Oleh sebab itu, penyakit ini sering disebut juga sindrom pernapasan
Timur Tengah.
Penyebab perkembangan MER-CoV di dunia:
MERS-CoV ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi dan sejauh ini terkait
dengan negara-negara di atau dekat Semenanjung Arab. MERS yang dikonfirmasi
laboratorium kini telah diidentifikasi di Bahrain, Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman,
Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yaman.
Penyebab perkembangan MER-CoV di Indonesia:
Belum ditemukan kasus MERS-CoV di Indonesia, namun ancaman MERS-CoV perlu
diwaspadai. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah populasi umat
muslim yang besar. Pada musim Haji di bulan September 2013, sekitar 200.000 orang
melakukan ibadah haji di Mekah. Pada tahun 2013, sekitar 750.000 orang melakukan ibadah
Umrah di Arab Saudi. Disamping itu lebih dari satu juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
berangkat ke Arab Saudi setiap tahunnya. Ketiga kelompok tersebut (jamaah Haji, jamaah
Umrah serta TKI) dapat terinfeksi MERS-CoV dan dapat menyebarkannya di Indonesia.

4. Penyebab perkembangan Covid-19 di dunia:


Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah
itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan.

Penyebab perkembangan Covid-19 di Indonesia:


Di Indonesia kasus ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat awal
Maret lalu. Data hingga Sabtu, 28 Maret 2020 jumlah warga yang dinyatakan positif terkena
virus corona

3. Sebutkan tanda dan gejala dari masing-masing penyakit-penyakit endemis: Flu burung,
SARS, MERS-CoV & Covid-19!

Penyakit Tanda dan gejala

Flu Burung Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar virus ini. Gejala yan
berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah. Meskipun kadang orang yang terin
burung bisa tidak merasakan gejala apa pun, tetapi secara umum, penderita flu burung
mengalami gejala berupa:
 Demam
 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Nyeri otot
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Hidung berair atau tersumbat
 Sesak napas
Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain muntah, sakit p
gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata merah (konjungtivitis). Pada infeksi yang
burung bahkan bisa menyebabkan pneumonia, acute respiratory distress syndrome (AR
napas, kejang, dan gangguan sistem saraf.

SARS Gejala SARS biasanya muncul 2–10 hari setelah seseorang terinfeksi virus SARS-CoV
juga baru muncul 14 hari setelahnya. Gejala infeksi virus ini bisa bervariasi pada tiap or
secara umum akan muncul gejala berupa:

 Demam
 Batuk
 Sesak napas
 Nafsu makan menurun
 Tubuh mudah lelah
 Menggigil
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Diare
 Mual
 Muntah
Gejala SARS mirip dengan gejala flu, tapi dapat memburuk dengan cepat. Pada sebag
kasus, SARS akan berkembang menjadi pneumonia, yaitu peradangan pada kantong u
paru-paru. Kondisi ini juga rentan menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen di sel da
tubuh).

MERS-Cov Gejala MERS CoV umumnya muncul 1-2 minggu setelah penderita terinfeksi virus. Beb
yang timbul adalah:
 Batuk
 Pilek
 Sakit tenggorokan
 Demam
 Menggigil
 Nyeri otot
 Sesak napas
Pada kasus yang jarang terjadi, MERS CoV juga dapat menimbulkan gejala batuk berd
dan muntah, serta diare.

Covid-19 Gejala awal infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk ker
tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah
Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak ata
sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh bereak
virus COVID-19.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi COVID
 Demam (suhu tubuh di atas 38°C)
 Batuk kering
 Sesak napas
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang terjadi, tetapi juga bisa mun
infeksi COVID-19, yaitu:
 Mudah lelah
 Nyeri otot
 Nyeri dada
 Sakit tenggorokan
 Sakit kepala
 Mual atau muntah
 Diare
 Pilek atau hidung tersumbat
 Menggigil
 Bersin-bersin
 Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfe
penyebabnya.

4. Jelaskan rantai penyebaran/penularan penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS,


MERS-CoV & Covid-19!

1. Rantai Penyebaran/penularan Flu burung


Flu burung dapat menular ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan unggas
yang memiliki virus penyebab flu burung. Ketahui cara penularan virus penyebab flu
burung kepada manusia, yaitu:
1. Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan unggas yang terpapar
virus penyebab flu burung. Hindari unggas yang memiliki potensi terpapar flu
burung, baik unggas yang masih hidup atau sudah mati.
2. Penularan flu burung dapat terjadi karena kontak cairan dari unggas yang terpapar
virus flu burung dengan seseorang yang sehat.
3. Ketika memiliki unggas yang dicurigai terpapar virus flu burung,  hindari kotoran
dan kandang unggas tersebut. Debu dari kandang unggas yang terpapar dan
terhirup dapat menjadi pemicu seseorang tertular virus penyebab flu burung.
4. Perhatikan tingkat kematangan yang optimal ketika mengonsumsi daging unggas.
Konsumsi daging unggas atau telur dengan tingkat kematangan yang kurang
optimal dapat meningkatkan risiko penularan.
5. Penularan virus flu burung dapat terjadi ketika seseorang mandi atau berenang
dengan air yang sudah terpapar virus flu burung.

2. Rantai Penyebaran/penularan SARS


SARS bisa ditularkan dari orang ke orang melalui bersin, batuk, ataupun kontak langsung
dengan pengidapnya. 
Seseorang juga bisa tertular SARS dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi
oleh tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi dan kemudian menyentuh mata,
mulut, ataupun hidung individu normal. Penyakit ini juga diduga dapat menyebar melalui
udara, tapi para peneliti belum mengkonfirmasi hal ini. Faktor lain yang meningkatkan
risiko tertular penyakit ini, yakni melakukan perjalanan ke negara lain yang sedang marak
terjadinya penyakit SARS.

3. Rantai Penyebaran/penularan MERS-CoV


MERS-CoV tidak mudah berpindah antar orang, kecuali jika ada kontak dekat, seperti
pemberian perawatan klinis kepada orang yang terinfeksi tanpa tindakan kebersihan yang
ketat. Penularan antar orang terbatas hingga saat ini dan telah diidentifikasi di antara
anggota keluarga, pasien, dan petugas layanan kesehatan. Sementara sebagian besar
kasus MERS yang dilaporkan hingga saat ini telah terjadi di rangkaian perawatan
kesehatan, sejauh ini tidak ada penularan dari manusia ke manusia yang telah
didokumentasikan di mana pun di dunia.
Kasus MERS yang khas, meliputi demam, batuk, dan / atau sesak napas. Pneumonia
umum terjadi, namun beberapa orang yang terinfeksi virus MERS telah dilaporkan tidak
menunjukkan gejala. Gejala gastrointestinal, termasuk diare, juga telah dilaporkan. Kasus
MERS yang parah dapat mencakup kegagalan pernapasan yang membutuhkan ventilasi
mekanis dan dukungan di unit perawatan intensif.
Beberapa pasien mengalami kegagalan organ, terutama ginjal, atau syok septik. Virus ini
tampaknya menyebabkan penyakit yang lebih parah pada orang dengan sistem
kekebalan yang melemah, orang tua, dan orang dengan penyakit kronis, seperti penyakit
ginjal, diabetes, kanker, dan penyakit paru-paru kronis.
Tingkat kematian untuk orang dengan virus MERS adalah sekitar 35 persen, bahkan bisa
lebih tinggi. Ini  sangat mungkin terjadi karena bisa jadi kasus-kasus ringan mungkin
terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.
Tidak selalu mungkin untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi virus MERS, karena
gejala awal penyakit ini tidak spesifik dan sering keliru untuk penyakit pernapasan lainnya.
Untuk alasan ini, semua fasilitas perawatan kesehatan harus memiliki praktik pencegahan
dan pengendalian infeksi standar.
Penting juga menyelidiki riwayat perjalanan orang dengan infeksi pernapasan. Ini untuk
mengetahui apakah mereka baru saja mengunjungi negara-negara dengan sirkulasi
MERS-CoV aktif atau telah melakukan kontak dengan unta dromedaris.
Jika kamu memiliki kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dalam 14
hari terakhir tanpa menggunakan tindakan pencegahan pengendalian infeksi yang
disarankan, kamu harus menghubungi penyedia layanan kesehatan untuk evaluasi.

4. Rantai Penyebaran/penularan Covid-19


Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus ini. COVID-19 dapat
menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut
yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara. Percikan-
percikan ini relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat. Orang
dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi virus ini. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain.
Percikan-percikan ini dapat menempel di benda dan permukaan lainnya di sekitar orang
seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat terinfeksi dengan
menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau
mulut mereka. Inilah sebabnya penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan
sabun dan air bersih mengalir, atau membersihkannya dengan cairan antiseptik berbahan
dasar alkohol. WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran
COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-temuan terbaru.

5. Jelaskan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit endemis: Flu burung,


SARS, MERS-CoV & Covid-19!

1. Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit Fluburung


1) Strategi Pengendalian Flu Burung
Dalam penanggulangan FB dibutuhkan
beberapa strategi, yaitu:
a) Surveilans epidemiologi pada hewan
dan manusia secara terpadu.

b) Penatalaksanaan kasus pada


manusia dan pengendalian
penyakit pada hewan.
c) Komunikasi risiko, edukasi, dan
peningkatan kesadaran masyarakat.
d) Peningkatan kapasitas.
e) Pengembangan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon (SKDR), Sistem
Informasi Kesehatan Hewan Nasional
Yang Terintegrasi (iSIKHNAS) dan
Sistem Informasi Kesehatan Satwa Liar
(SEHATSATLI) menjadi Sistem Informasi
Zoonosis dan Emerging Infectious
Disease (SIZE).
f) Dalam pengendalian Flu Burung
diperlukan kerjasama lintas sektor
secara terintegrasi, yaitu kerja bersama
dari sektor kesehatan masyarakat,
kesehatan hewan dan kesehatan satwa
liar. Guna mencegah penyebaran
Penyakit Infeksi Emerging (PIE) dan
zoonosis yang lebih luas dan terjadinya
pandemi maka diperlukan kesiapsiagaan
dan respon dini terhadap kejadian
penyakit. Oleh karena itu, harus
dilakukan pencegahan dan
pengendaliannya dengan menerapkan
pendekatan lintas sektor/program atau
One Health. Pengertian ‘One Health’
adalah merupakan upaya kolaboratif dari
berbagai profesi ilmu kesehatan,
bersama dengan disiplin ilmu dan
institusi yang berhubungan- bekerja di
tingkat lokal, nasional, dan global- untuk
mencapai kesehatan yang optimal bagi
manusia, hewan peliharaan, marga
satwa, tumbuhan dan lingkungan kita.
2) Pencegahan Flu Burung
a) Cara terbaik yang dapat dilakukan untuk
mencegah infeksi flu burung adalah dengan
mencegah penularannya. Beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah:
b) Menghindari kontak langsung dengan unggas
c) Menghindari kontak langsung dengan orang
sakit
d) Menerapkan etika batuk, yaitu dengan
menutup mulut dan hidung dengan tisu atau
lipat siku saat batuk atau bersin
e) Menjaga kebersihan dan mencuci tangan
secara rutin
f) Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut,
sebelum cuci tangan
g) Tidak mengonsumsi daging atau telur unggas
yang belum matang
h) Melakukan isolasi mandiri saat mengalami
demam atau gejala flu yang ringan, untuk
mencegah penularan virus kepada orang-orang
sekitar
i) Tidak mengunjungi daerah atau tempat
terjadinya wabah flu burung

2. Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit SARS


1) Upaya Pencegahan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah SARS,
yaitu:

a) Jangan bepergian ke daerah endemik SARS. Jika terpaksa


bepergian ke daerah tersebut, jaga kesehatan, hindari pusat
keramaian, gunakan masker, dan ikuti protokol atau aturan
yang diberlakukan di negara tersebut.
b) Terapkan hand hygiene. Cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun. Jika tidak ada, gunakan hand sanitizer yang
mengandung alkohol sebanyak 60–95%.
c) Jangan menyentuh mata, hidung, atau mulut sebelum mencuci
tangan
2) Penanggulangan SARS
Pemerintah melakukan upaya penanggulangan SARS melalui
advokasi dan sosialisasi, pemantauan kasus, pengawasan dan
pemeriksaan di bandara, pelabuhan laut maupun pos lintas batas.
Selain itu, sarana dan prasarana 34 rumah sakit rujukan serta
pengembangan kemampuan pemeriksaan laboratorium dan penelitian
tentang SARS. Tak kurang dari tujuh buku pedoman disusun dan
empat tim dibentuk (investigasi, verifikasi, pakar, dan advokasi).

3. Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit MERS-Cov


Berikut upaya pencegahan dan penanggulangan MERS Coc bagi petugas
kesehatan :
1) Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution Kewaspadaan Standar
meliputi kebersihan tangan dan penggunaan APD untuk menghindari
kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret
pernapasan) dan kulit pasien yang terluka. Disamping itu juga
mencakup: pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik,
pengelolaan limbah yang aman, pembersihan, desinfeksi dansterilisasi
linen dan peralatan perawatan pasien, dan pembersihan dan desinfeksi
lingkungan. Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan harus
disarankan untuk menerapkan kebersihan/ etika pernafasan.
2) Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi tambahan ketika
merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tambahan
pada Kewaspadaan Standar, bahwa semua individu termasuk
pengunjung dan petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan
pasien dengan ISPA harus:
a. Memakai masker medis ketika berada dekat (yaitu dalam
waktukurang lebih 1 m) dan waktu memasuki ruangan atau
bilik pasien.
b. Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
bersentuhan dengan pasien dan lingkungan sekitarnya dan
segera setelah melepas masker medis.
4. Upaya pencegahan dan penanggulangan Covid 19
Cara terbaik untuk mencegah dan memperlambat penularan adalah
dengan mengetahui dengan baik tentang virus COVID-19, penyakit yang
disebabkannya, dan bagaimana penyebarannya. Lindungi diri Anda dan
orang lain dari infeksi dengan mencuci tangan atau menggunakan gosok
berbasis alkohol sesering mungkin dan tidak menyentuh wajah Anda.
Virus COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan
dari hidung saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin, jadi Anda juga
harus mempraktikkan etika pernapasan (misalnya, dengan batuk ke siku
yang tertekuk).
Saat ini, belum ada vaksin atau perawatan khusus untuk COVID-19.
Namun, ada banyak uji klinis yang sedang berlangsung yang mengevaluasi
pengobatan potensial. WHO akan terus memberikan informasi terbaru
segera setelah temuan klinis tersedia.

6. Jelaskan pengobatan pada penyakit-penyakit endemis: Flu burung, SARS, MERS-CoV &
Covid-19!

1. Pengobatan pada penyait Flu burung


Pengobatan yang dilakukan untuk menangani flu burung dapat berbeda-beda,
tergantung dari gejala yang dialami. Pasien yang telah terbukti menderita flu burung
biasanya akan dirawat di ruang isolasi di rumah sakit untuk mencegah penularan
dengan pasien lain.
Obat-obatan antivirus merupakan obat utama yang digunakan untuk mengatasi flu
burung. Beberapa obat antivirus yang biasanya diberikan adalah oseltamivir dan
zanamivir.
Obat antivirus dapat meredakan gejala, mencegah terjadinya komplikasi, serta
meningkatkan peluang pasien untuk sembuh. Obat ini perlu dikonsumsi secepatnya
dalam waktu 2 hari setelah gejala muncul.
Selain untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga bisa digunakan
sebagai obat untuk mencegah flu burung. Oleh karena itu, obat ini terkadang diberikan
kepada orang yang melakukan kontak langsung dengan pasien, seperti para petugas
medis yang menangani pasien serta anggota keluarga dan kerabat pasien.
Jika pasien mengalami gangguan napas yang cukup parah, termasuk
mengalami hipoksemia, dokter akan memasangkan alat bantu napas dan ventilator
untuk membantu mengatasinya

2. Pengobatan pada penyakit SARS,


Pengobatan SARS bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah
penularan SARS ke orang lain. Sampai saat ini, penelitian untuk menemukan
vaksin SARS masih terus dilakukan.
Penderita SARS harus dirawat di rumah sakit dan diisolasi dari pasien lain.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien akan diberikan obat-obatan berupa:
Obat untuk meredakan gejala, seperti obat analgetik-antipiretik, obat
batuk, dan obat untuk meredakan sesak napas
Obat antivirus untuk menghambat perkembangan virus, seperti lopinavir,
ritonavir, atau remdesivir
Obat antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri yang terjadi saat penderita
SARS mengalami pneumonia
Obat kortikosteroid dosis tinggi untuk mengurangi pembengkakan di paru-paru
Selain diberikan obat-obatan, pasien juga akan diberikan oksigen tambahan
melalui kanula (selang) hidung, masker oksigen, atau tabung endotrakeal
(ETT).

3. Pengobatan pada penyakit MERS-cov


Pengobatan dan Pencegahan Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS CoV)
Sampai saat ini, belum ada metode maupun vaksin untuk mengobati dan
mencegah MERS CoV. Bagi pasien dengan gejala ringan, dokter akan
meresepkan obat untuk meredakan demam dan nyeri. Dokter juga akan
menyarankan pasien beristirahat di rumah dan sebisa mungkin menghindari
kontak dengan orang lain untuk mencegah penyebaran virus.
Bagi pasien yang mengalami gejala berat, diperlukan penanganan
intensif di rumah sakit. Pasien akan diberikan oksigen, antibiotik, dan infus.
Bila perlu, dokter akan memonitor fungsi organ tubuh secara intensif dan
memasangkan alat bantu napas.

4. Pengobatan pada penyakit Covid-19


Pengobatan Virus Corona (COVID-19)
Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona
atau COVID-19. Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien
dan tingkat keparahannya. Beberapa pasien dengan gejala ringan atau tanpa
gejala akan di sarankan untuk melakukan protokol isolasi mandiri di rumah
sambil tetap melakukan langkah pencegahan penyebaran infeksi virus Corona

Anda mungkin juga menyukai