Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ENDOMETRIOSIS

Disusun Oleh

PENDRIAT DINGKO
2019032072

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2019/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ENDOMETRIOSIS

A. DEFINISI
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat diluar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma,
terdapat di dalam miometrium ataupun luar uterus (Wiknjosastro, 2008).
Endometriosis ialah lapisan selaput yang sepatutnya melapisi dinding dalam rahim
(uterus) ada di luar rongga uterine atau pada otot rahim. Biasanya di atas permukaan organ
dalam pelvik dan abdomen, boleh dianggap tumor atau pertumbuhan baru (neoplasma) yang
bertindak setempat dan boleh merebak. Ia bukan barah, tetapi bisa merebak seperti barah,
biasanya didapati di atas atau bawah ovari, belakang uterus, atas selaput yang memegang
uterus, atas usus atau vesika urinaria. Dalam sesetengah kasus, endometriosis bisa tumbuh di
dalam paru-paru atau organ lain, tetapi kasus seperti ini jarang berlaku (Utamadi, Gunadi,
2005)
Endometriosis merupakan tumbuhnya jaringan endometrium diuar batas rongga
uterus. Jaringan ektopik ini biasanya terbatas hanya pada area pevis, paling sering terdapat
disekitar ovarium, peritoneum uterovesika, igamen uterosakra, dan kavum Douglas atau cul
de sac, namun dapat pula tumbuh pada semua tempat dalam tubuh (joan dan Lyndon,2014).

B. ETIOLOGI
Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya
beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus,
daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu
infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja
pernah berhubungan seksual atau tidak.
Sampai saat ini para dokter belum mengetahui alasan yang pasti mengapa
endometrium sampai dapat tumbuh di luar rahim. Sejauh ini hanya diketahui bahwa
endometriosis banyak ditemui di kalangan perempuan yang keluarganya menderita
endometriosis juga. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa endometrial

2
implant dapat sampai keluar rahim. Kista endometriosis biasanya mengenai salah satu atau
kedua ovarium (indung telur) kiri atau kanan. Sifatnya memang ikut tumbuh sesuai dengan
siklus menstruasi karena sel-sel endometriosis ini sangat peka terhadap pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang berfluktuasi setiap bulannya sesuai dengan siklus menstruasi
tsb. Yang namanya kista berarti suatu kantung yang didalamnya berisi cairan, sehingga bila
kista tersebut bertambah besar maka akan dapat mengganggu proses ovulasi (pematangan
sel telur), (joan dan Lyndon,2014).

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Joan dan Lndon (2014), dalam buku ajar visual nursing medical-bedah tanda dan
gejala dari leukima diantaranya yaitu :
 Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.
 Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).
 Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena
adanya endometriosis di kavum douglas.
 Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi.
Disebabkan karena adanyaendometriosis pada dinding rektosigmoid.
 Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak
atau lama dari normal lebih dari 7 hari).
 Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena
perlekatan jaringan disekitarnya.
 Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).
 Haid yang banyak (menorragia)

D. Anatomi Reproduksi Wanita


Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ
reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi
internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran
reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ
reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang
labium minora.

3
struktur organ reproduksi wanita

a) Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui
mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum
dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium
terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang
perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih
dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche
(pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada
umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus
menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama
mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah
dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan
estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak

4
sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum
akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya. 
b) Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi
untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini
bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.
c) Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil
disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio,
dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah
melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan
pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat
menstruasi.
d) Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang
disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat
aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat
kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat
mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar
bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.
e) Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada
bagian paling atas dari vulva
f) Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi
rambut
g) Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas
membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana
terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.

5
h) Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang
karena banyak mengandung saraf.
E. Oogenesis dan Siklus Menstruasi
a. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam
ovarium atau indung telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat
diploid (2n = mengandung 23 pasang kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis
telah dimulai sejak bayi perempuan masih dalam kandungan ibunya berusia sekitar 5
bulan. Oogonium akan memperbanyak diri dengan membelah berulang kali secara
mitosis, membentuk oosit primer. Oosit primer terbungkus dalam folikel yang penuh
dengan cairan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ovum. Pada saat bayi
perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit primer.
Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun hingga
anak perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan,
beberapa oosit primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas
jumlah oosit primer hanya tinggal sekitar 200.000 buah.
Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer
untuk melanjutkan proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama
menghasilkan 2 sel berbeda ukuran yaitu oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit
primer (berukuran kecil). Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi
fertilisasi oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma
dan terjadi fertilisasi, oogenesis akan dilanjutkan dengan pembelahan meiosis kedua;
oosit sekunder membelah menjadi 2 yaitu ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder
(berukuran kecil). Sedangkan polosit primer membelah menjadi 2 polosit sekunder.
Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3 polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi
ovum

6
Perkembangan folikel di dalam ovarium

Selama perkembangan oosit primer hingga menjadi oosit sekunder berada dalam folikel,
yaitu suatu kantung pembungkus yang penuh cairan yang menyediakan nutrisi bagi
oosit. Semula oosit primer berada dalam folikel primer kemudian berkembang menjadi
folikel sekunder. Ketika terbentuk oosit sekunder, folikel telah berkembang menjadi
folikel tersier dan akhirnya menjadi folikel de Graaf (folikel yang telah matang)   Setelah
ovulasi atau lepasnya oosit sekunder folikel telur akan berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mengalami degenersi membentuk korpus albikan.

b. Siklus Menstruasi
Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding
sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan
endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi
implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina.
Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan
menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. Siklus menstruasi wanita
berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan

7
sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: fase menstruasi, fase
pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi

Siklus Menstruasi

1. Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan
produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya
endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih
5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mililiter.
2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan memacu
hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang
folikel untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen
juga menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa.

8
Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga
mendukung kehidupan sperma.
3. Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke
14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise
mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus
menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya.Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit
sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan
hormon progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak
ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal
dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta
mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi
pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar
progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
menstruasi demikian seterusnya.

F. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan
sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron
dalam tubuh.

9
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel
abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii
menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke
bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat
dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada
saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah
atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di
daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah
di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang
terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan
gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat.
Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis ( Smeltzer & Bare,
2006).

10
G. PATHWAY
Factor internal Factor eksternal

Genetik (keturunan) Merokok, mimuman alcohol,


kurang berolahraga, stress

Gen abnormal Menstruasi tak tertaur

Gangguan mentruasi

Kista Endometrium

Pre Op Post op

Menekan alat disekitar


endometrium Luka operasi imobilisasi

11
Hemoglobin↓ Sirkulasi darah
Rasa sebah pada
Dikontuinitas jaringan menurun
abdomen

Menekan VU
Anoreksia, mual, Ggn.rasa nyaman nyeri Imunitas tubuh
muntah menurun

Gangguan
miksi Resiko sNutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Resiko infeksi

Retensio urine

12
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
1. Uji serum
a. Protein plasent: Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
b. Antibodi endometrial : Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound : Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
sensitifitas 11%
b.  MRI : 90% sensitif dan 98% spesifik
3.      Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi obat : terapi menggunakan obat dengan mekanisme kerja menekan pengeluaran
hormon estrogen menggunakan GnRH antagonis, pil kontrasepsi, progestin, danazol,
antiprogesteron, dan obat pereda nyeri
2.  Terapi operasi : dipertimbangkan pada wanita infertil (tidak subur) atau pada wanita yang
nyerinya tidak berkurang dengan obat-obatan. Tindakan operasi yang dilakukan adalah
histerektomi total (pengangkatan rahim keseluruhan) atau operasi konservatif yang tetap
mempertahankan rahim.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien. Data yang terkumpul dari pasien, pengkajian terdiri dari
pengumpulan, pengelompokan data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.
1.  Pengumpulan Data
 Identitas
a. Identitas Klien

13
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan,pekerjaan, suku, status
perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no medrek dan
alamat.
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.
2.  Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian dengan menggunakan
metode PQRST :
P : Provokatif atau paliatif yang menyebabkan nyeri dirasakan.
Q: Kualitas nyeri yang dirasakan, apakah tertusuk, kram, kaku, terjepit, atau
tertekan.
R : Region, nyeri yang dirasakan mempengaruhi system tubuh atau tidak seperti
nadi, tekanan darah, pernafasan, serta apakah mempengaruhi aktifitas selama
perubahan posisi atau nyeri dirasakan menjalar ke area lain.
S : Saverity, nyeri dirasakan hebat. Menengah – sedang, atau sedikit, tentukan
dengan menggunakan skala 0 – 10
T : Time, apakah nyeri secara khas terus – menerus, cepat hilang dan dirasakan
menetap.
b.  Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan sesampainya di rumah
sakit hingga saat dilakukan pengkajian. Tindakan yang dilakukan sebelumnya, dan
pengobatan yang didapat setelah masuk rumah sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang keluar, keteraturan
menstruasi, lamanya, keluhan yang menyertai.
d. Riwayat Obstetri
Kaji tanggal partus, umur hamil, jenis partus, tempat penolong, jenis kelamin bayi,
berat dan panjang badan bayi, masalah yang terjadi saat hamil, lahir, nifas dan
keadaan bayi yang dilahirkan.

14
e. Riwayat Keluarga Berencana
Kaji penggunaan KB pada klien, jenis kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan
penggunaan alat kontrasepsi, adakah masalah yang terjadi dengan alat kontrasepsi.
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami dan berhubungan dengan sistem
reproduksi, dan riwayat pengobatan klien.
g. Riwayat pernikahan
Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan, dan pernikahan yang keberapa.
h. Riwayat seksual
Kaji usia pertama kali klien melakukan hubungan seksual, frekuensi perminggu,
respon pasca hubungan seksual : Nyeri / perdarahan / tidak ada keluhan.
i. Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama, penyakit
keturunan atau riwayat penyakit menular.
J. Riwayat kebiasaan sehari – hari
3. Personal hygiene
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut, mulut dan gigi,
pakaian, kuku, vulva hygiene.
4. Pola makan
Kaji pola makan klien meliputi kebiasaan makan klien dalam porsi makan, frekuensi
makan, nafsu makan, sumber dan jenis makanan yang di sukai dan makanan yang
tidak disukai, alergi makanan, serta kaji kebiasaan minum klien.
5. Pola eliminasi
a. BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan saat BAB.
b. BAK
Kaji frekuensi, warna, bau dan keluhan saat berkemih.
6. Pola aktifitas dan latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang sebelum dan selama
dirawat di rumah sakit.

15
7. Pola tidur dan istirahat
Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat tidur, dan
kesulitan dalam tidur.
8. Riwayat penggunaan zat
Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat – obatan.
9. Riwayat sosial ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial, dan hubungan dalam keluarga.
10. Riwayat psiko sosial dan spiritual
a.  Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini, dan mekanisme koping klien.
b. Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di rumah dan di rumah sakit.
11. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital.
a. Kepala
Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan, distribusi
rambut, dan kebersihan rambut.
b. Mata
Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan fungsi penglihatan.
c. Hidung
Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.
d. Mulut
Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan,
keadaan mulut dan fungsi menelan.
e. Telinga
Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.
f. Leher
Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena
jugularis,pebesaran kelenjar getah bening.

16
g. Daerah dada
Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung,
bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan,
karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
i. Genitalia Eksterna
Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan 
kebersihan.
j. Anus
Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
k. Ektremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks - refleks, dan
kesulitan pergerakan.
12. Pemeriksaan Penunjang
Pre operasi : Kaji hemoglobin, Pembekuan darah dan USG
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan, cancer cahexia.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek fisiologis neoplasma
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
e. Resiko cidera perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor pembekuan
f. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan tulang mengecil dan lemah
g. Perubahan proses keluarga berhunbungan dengan kondisi anak.

3. Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan, cancer cahexia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi

17
Kriteria hasil:
a. BB tetap/ meningkat
b. Klien menyatakan mual muntah berkurang/ hilang
c. Klien menyatakan nafsu makan meningkat
d. Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
Intervensi:
a. Identifikasi mual, muntah dan nafsu makan klien
b. Berikan / anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dalam keadaan hangat
dan sedikit-sedikit tapi sering
c. Berikan ijin klien untuk memilih makanan yang disukai asal masih dalam batas
toleransi diit klien.
d. Timbang berat badan klien setiap hari dengan timbangan yang sama.
e. Mempertahankan kebersihan mulut klien.
f. Kolaborasi: berikan diit khusus untuk menambah asupan nutrisi klien.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek fisiologis neoplasma
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri klien teratasi
Kriteria hasil:
a. Klien menyatakan nyeri berkurang/ hilang
b. Ekspresi wajah klien lebih rileks
TTV: TD 120/80 mmHg, N 80-100x/mnt, RR16-24 x/mnt, suhu 36,5-37,5 ˚ C
(disesuaikan usia anak)
Intervensi:
1. Identifikasi nyeri klien: karakteristik, lokasi, skala, penyebab nyeri
bertambah dan berkurang, durasi.
2. Monitor TTV
3. Lakukan kompres hangat pada daerah yang nyeri
4. Ajarkan pada keluarga cara mengompres daerah nyeri
5. Kolaborasi: berikan analgetik
2. Resiko cidera perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor pembekuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi
perdarahan pada anak.

18
Kriteria hasil:
c. TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100 x/mnt reguler kuat
d. Tidak ada tanda-tanda perdarahan seperti melena, epistaksis, perdarahan membran
mukosa, petechie.
e. CRT < 2 detik, ekstremitas hangat.
Intervensi:
a. Evaluasi tanda-tanda perdarahan setiap hari
b. Ukur tekanan darah dan nadi
c. Ukur CRT setiap hari
d. Gunakan sikat gigi yang lembut
e. Kolaborasi: pantau trombosit
4. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh
sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur,
imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
1. Normotermia
2. Hasil kultur negatif
3. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
2. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.
3. Awsi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan
kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi,
perubahan mental samar.
4. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres
5. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
6. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi terhadap
perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau sputum kental, urine
bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.

19
7. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Besihkan kulit
dengan larutan antibakterial.
8. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus.
9. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan betadine
atau Hibiclens bila diindiksikan.
10. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
11. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
12. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
Kolaborasi :
13. Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap, apakah SDP
turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas.
14. Kaji ulang seri foto dada.
15. Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
16. Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.
17. Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Joan, Lyndon. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Medikal-Bedah.Tanggerang Selatan : Binarupa
Aksara Publiser
2. NANDA NIC-NIC .2014.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, Jakarta : EGC
3. Smeltzer Suzanne C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC
4. Winkjosastro Hanifa. 2008. Ilmu Kanduungan. PT. bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai