2. Etiologi
Manuba (2011) Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur uteri
iminen, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor
Sectio Caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio Caesaria
sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Dispropotion ( CPD ) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan parinatal paling penting dalam ilmu kebidanan, Karena
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah
36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
4. Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
1) Pendarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi dapat disebabkan oleh :
a) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
b) Perdarahan atau edema jaringan otak
c) Kerusakan medula oblongata
d) Kerusakan persendian tulang leher
e) Kematian bayi karena asfiksia berat.
2) Trauma persalinan
a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala;
fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau telinga ;
kerusakan pada jaringan otak.
3) Infeksi, dapat terjadi karena :
a) Persalinan berlangsung lama
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologi
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan setartegi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaboransi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. D.0142 L.14137 I.14539
Resiko Infeksi : Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Setelah dilakukan asuhan Definisi :
keperawatan selama 3x 24 Mengidentifikasi dan
jam diharapkan tingkat menurunkan resiko terserang
infeksi menurun dengan organisme patogenik
kriteria hasil :
1. Demam menurun Tindakan
2. Kemerahan menurun Observasi :
3. Nyeri menurun 1. Monitor tanda dan
4. Bengkak menurun gejala infeksi lokal dan
5. Vesikal menurun sistemik
Terapeutik :
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Berikan perawatan
kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cuci tangan
yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka oprasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
3. D.0056 L.05047 I.1.05718
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Setelah dilakukan asuhan Definisi :
keperawatan selama 3x 24 Mengidentifikasi dan
jam diharapkan toleransi mengelola penggunaan energi
aktivitas meningkat dengan untuk mengatasi atau
kriteria hasil : mencegah kelelahan dan
1. Saturasi oksigen mengoptimalkan proses
meningkat pemulihan
2. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat Tindakan
3. Keluhan lelah Observasi :
menurun 1. Indentifikasi fungsi
4. Dispnea saat aktivitas tubuh yang
menurun mengakibatkan
5. Dispnea setelah kelemahan
aktivitas menurun 2. Monitor kelelahan fisik
6. Sianosis menurun dan emosional
7. Tekanan darah 3. Monitor pola dan jam
meningkat tidur
8. Frekuensi nafas 4. Monitor lokasi
membaik ketidaknyamanan.
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan tinggi
stimulus
2. Lakukan latihan rentan
gerak pasif dan
aktivitas aktif
3. berikan aktifitas
dristraksi yang
menenangkan
4. Pasilitasi duduk disisi
tempat tidur jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
F. DAFTAR PUSTAKA
Tim SDKI DPP PPNI. (2018). Standar diagnose keperawatan Indonesia : definisi
dan indikatordiagnostik edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim SLKI DPP PPNI . (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : edisi I.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim SIKI DPP PPNI . (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia : edisi I.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.