Anda di halaman 1dari 24

Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA


DENGAN GANGGUAN SINDROM GERIATRI DEMENSIA

Oleh:

Oleh:
SRI MULIANA, S.KEP
NIM: 70900120047

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021

1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi Demensia
Demensia adalah gangguan yang melibatkan defisit kognitif multiple,
meliputi kerusakan memori. Demensia primer adalah gangguan
degenerative yang progresif, ireversibel, dan tidak dapat dihubungkan
dengan kondisi lain. Tipe dasar adalah demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskuler (dulunya multi infark). Demensia sekunder juga
permanen dan menyertai banyak gangguan, seperti infeksi (AIDS,
meningitis kronik, sifilis), gangguan degenerative (penyakit Parkinson),
trauma kepala, tumor otak, kondisi inflamasi, toksin, dan gangguan
metabolic (Nettina, 2002)
Demensia adalah hilangnya fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan
bernalar) dan kemampuan perilaku sedemikian rupa sehingga mengganggu
kehidupan dan aktivitas sehari-hari seseorang. Fungsi tersebut meliputi
memori, keterampilan bahasa, persepsi visual, pemecahan masalah,
manajemen diri, dan kemampuan untuk fokus dan memperhatikan.
Beberapa penderita demensia tidak dapat mengendalikan emosi mereka,
dan kepribadian mereka dapat berubah. Tingkat keparahan demensia
berkisar dari tahap yang paling ringan, saat itu baru mulai memengaruhi
fungsi seseorang, hingga tahap yang paling parah, ketika orang tersebut
harus bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk kegiatan dasar
kehidupan (National Institute of Aging, 2017)
Demensia adalah sindrom (biasanya bersifat kronis atau progresif) di
mana terjadi penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan untuk
memproses pikiran) melebihi apa yang diharapkan dari penuaan normal.
Ini mempengaruhi memori, pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan,
kapasitas belajar, bahasa, dan penilaian. Kesadaran tidak terpengaruh.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului,
oleh penurunan kontrol emosional, perilaku sosial, atau motivasi (WHO,
2020)

2
B. Etiologi
a. Penyakit Alzheimer : Ini adalah penyebab paling umum dari demensia.
Pada penyakit Alzheimer, protein abnormal mengelilingi sel-sel otak
dan protein lain merusak struktur internalnya. Belakangan, hubungan
kimiawi antara sel-sel otak terputus dan sel-sel mulai mati. Masalah
dengan ingatan sehari-hari sering kali menjadi hal pertama yang harus
diperhatikan, tetapi gejala lain mungkin termasuk kesulitan menemukan
kata yang tepat, memecahkan masalah, membuat keputusan, atau
memahami sesuatu dalam tiga dimensi (NHS UK, 2021)
b. Demensia vascular : Jika suplai oksigen ke otak berkurang karena
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, beberapa sel otak
menjadi rusak atau mati. Inilah yang terjadi pada demensia vaskular.
Gejalanya bisa terjadi secara tiba-tiba, setelah satu serangan stroke
besar. Atau mereka bisa berkembang seiring waktu, karena serangkaian
pukulan kecil. Demensia vaskular juga dapat disebabkan oleh penyakit
yang menyerang pembuluh darah kecil jauh di dalam otak, yang dikenal
sebagai demensia vaskular subkortikal. Gejala demensia vaskular
bervariasi dan mungkin tumpang tindih dengan gejala penyakit
Alzheimer. Banyak orang mengalami kesulitan dengan pemecahan
masalah atau perencanaan, berpikir cepat dan berkonsentrasi. Mereka
mungkin juga mengalami periode singkat ketika mereka menjadi sangat
bingung (N. Kalaria, 2018)
c. Demensia campuran : Ini terjadi ketika seseorang menderita lebih dari
satu jenis demensia, dan gejala campuran dari jenis tersebut. Sangat
umum bagi seseorang untuk menderita penyakit Alzheimer dan
demensia vaskular bersamaan (NHS UK, 2021)
d. Demensia dengan badan Lewy : Jenis demensia ini melibatkan struktur
abnormal kecil (badan Lewy) yang terbentuk di dalam sel otak. Mereka
mengganggu kimiawi otak dan menyebabkan kematian sel-sel otak.
Gejala awal dapat mencakup kewaspadaan yang bervariasi sepanjang

3
hari, halusinasi, dan kesulitan menilai jarak. Daya ingat seseorang
sehari-hari biasanya kurang terpengaruh dibandingkan pada tahap awal
penyakit Alzheimer. Demensia dengan badan Lewy terkait erat dengan
penyakit Parkinson dan seringkali memiliki beberapa gejala yang sama,
termasuk kesulitan bergerak (NHS UK, 2021)
e. Demensia frontotemporal (termasuk penyakit Pick) : Pada demensia
frontotemporal, bagian depan dan samping otak rusak. Gumpalan
protein abnormal terbentuk di dalam sel otak, menyebabkannya mati.
Pada awalnya, perubahan kepribadian dan perilaku mungkin merupakan
tanda yang paling jelas. Bergantung pada area otak mana yang rusak,
orang tersebut mungkin mengalami kesulitan berbicara dengan lancar
atau lupa arti kata-katanya (NHS UK, 2021)
C. Patofisiologi
Demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Kerusakan ini
mengganggu kemampuan sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain.
Ketika sel-sel otak tidak dapat berkomunikasi secara normal, pemikiran,
perilaku, dan perasaan dapat terpengaruh. Otak memiliki banyak wilayah
berbeda, yang masing-masing bertanggung jawab atas fungsi yang berbeda
(misalnya, ingatan, penilaian, dan gerakan). Ketika sel-sel di daerah
tertentu mengalami kerusakan, daerah itu tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal.
Berbagai jenis demensia dikaitkan dengan jenis kerusakan sel otak
tertentu di wilayah otak tertentu. Misalnya, pada penyakit Alzheimer,
tingginya tingkat protein tertentu di dalam dan di luar sel otak membuat sel
otak sulit untuk tetap sehat dan berkomunikasi satu sama lain. Wilayah
otak yang disebut hipokampus adalah pusat pembelajaran dan memori di
otak, dan sel-sel otak di wilayah ini sering kali menjadi yang pertama
mengalami kerusakan. Itulah mengapa kehilangan ingatan seringkali
menjadi salah satu gejala awal Alzheimer.

4
D. Manifestasi klinis
Demensia memengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda,
bergantung pada dampak penyakit dan kepribadian orang tersebut sebelum
jatuh sakit. Tanda dan gejala yang terkait dengan demensia dapat dipahami
dalam tiga tahap (WHO, 2020)
a. Tahap awal : tahap awal demensia sering terlewatkan, karena onsetnya
bertahap. Gejala umum termasuk:
1) kelupaan
2) lupa waktu
3) tersesat di tempat yang sudah dikenal.
b. Stadium tengah: saat demensia berlanjut ke stadium tengah, tanda dan
gejala menjadi lebih jelas dan lebih membatasi. Ini termasuk:
1) menjadi pelupa peristiwa baru-baru ini dan nama orang-orang
2) tersesat di rumah
3) mengalami kesulitan komunikasi yang semakin meningkat
4) membutuhkan bantuan dengan perawatan pribadi
5) mengalami perubahan perilaku, termasuk mengembara dan bertanya
berulang-ulang.
c. Tahap akhir: tahap akhir demensia adalah salah satu dari
ketergantungan dan ketidakaktifan yang hampir total. Gangguan ingatan
serius dan tanda serta gejala fisik menjadi lebih jelas. Gejalanya
meliputi:
1) menjadi tidak sadar akan waktu dan tempat
2) mengalami kesulitan mengenali kerabat dan teman
3) memiliki kebutuhan yang meningkat untuk perawatan diri terbantu
4) mengalami kesulitan berjalan
5) mengalami perubahan perilaku yang mungkin meningkat dan
termasuk agresi.
E. Komplikasi

5
Demensia yang semakin memburuk seiring waktu dapat menimbulkan
komplikasi, di antaranya adalah:

a. Kekurangan nutrisi
Kondisi terjadi karena pasien lupa untuk makan dengan baik, atau
mungkin tidak bisa menelan dan mengunyah.
b. Pneumonia (radang paru-paru)
Kesulitan menelan meningkatkan risiko tersedak atau menyedot
makanan ke dalam paru-paru, yang dapat menghalangi pernapasan dan
menyebabkan pneumonia.
c. Tidak bisa merawat diri
Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri, seperti mandi,
berpakaian, menyikat rambut atau gigi, menggunakan toilet sendiri, dan
minum obat secara akurat.
d. Kematian
Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian, seringkali
karena infeksi (Clinic, 2019).
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis demensia cukup sulit dilakukan karena gejalanya mirip
dengan penyakit lain. Oleh karena itu, dokter perlu melakukan serangkaian
pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.
Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala yang dialami
pasien untuk mengetahui seberapa besar gejala tersebut memengaruhi
aktivitas sehari-hari. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan
pasien serta keluarga untuk mengetahui apakah ada riwayat demensia
dalam keluarga (Willy, 2019). Setelah itu, dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan tambahan yang meliputi:
a. Pemeriksaan saraf : Pemeriksaan saraf dilakukan untuk menilai
kekuatan otot serta melihat refleks tubuh.
b. Pemeriksaan mental : Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan metode
mini-mental state examination (MMSE), yaitu serangkaian pertanyaan

6
yang akan diberikan nilai oleh dokter untuk mengukur seberapa besar
gangguan kognitif yang dialami.
c. Tes fungsi luhur : Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
berpikir seseorang, misalnya dengan meminta pasien berhitung mundur
dari angka 100 atau menggambar jarum jam untuk menunjukan waktu
tertentu.
Pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan bila ada penyakit lain yang
menimbulkan gejala demensia, seperti stroke, tumor otak, atau gangguan
tiroid. Pemeriksaan tersebut meliputi:
a. Pencitraan otak dengan CT scan, MRI, atau PET scan.
b. Pemeriksaan listrik otak dengan EEG.
c. Pemeriksaan darah.
G. Penatalaksanaan medis
Pengobatan demensia bertujuan untuk membantu penderita beradaptasi
dengan kondisinya, menghambat gejala yang muncul, dan menghindari
komplikasi. Berikut adalah prosedur yang dapat digunakan sebagai
pengobatan untuk demensia:
a. Terapi khusus
Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menangani gejala
dan perilaku yang muncul akibat demensia, yaitu:
1) Terapi stimulasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk merangsang daya ingat, kemampuan
memecahkan masalah, serta kemampuan berbahasa, dengan
melakukan kegiatan kelompok atau olahraga (NHS, 2020)
2) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan penderita cara melakukan
aktivitas sehari-hari dengan aman sesuai kondisinya, serta
mengajarkan cara mengontrol emosi dalam menghadapi
perkembangan gejala.
3) Terapi ingatan

7
Terapi ini berguna untuk membantu penderita mengingat riwayat
hidupnya, seperti kampung halaman, masa sekolah, pekerjaan,
hingga hobi.
4) Rehabilitasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk melatih bagian otak yang tidak berfungsi,
menggunakan bagian otak yang masih sehat. Teknik ini melibatkan
bekerja dengan profesional terlatih, seperti terapis okupasi, dan
kerabat atau teman untuk mencapai tujuan pribadi, seperti belajar
menggunakan ponsel atau tugas sehari-hari lainnya (NHS, 2020)
b. Dukungan Keluarga
Selain terapi-terapi di atas, untuk menjaga kualitas hidup penderita
demensia, diperlukan dukungan dari keluarga atau kerabat (Willy,
2019). Dukungan atau bantuan tersebut dapat meliputi:
1) Berkomunikasi dengan penderita menggunakan kalimat yang singkat
dan mudah dimengerti, disertai dengan gerakan, isyarat dan kontak
mata.
2) Melakukan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan,
keseimbangan, dan kesehatan jantung bersama penderita.
3) Melakukan aktivitas menyenangkan bersama penderita, seperti
memasak, berkebun, melukis, atau bermain musik.
4) Menciptakan kebiasaan sebelum tidur untuk penderita, seperti tidak
menonton televisi dan menghidupkan lampu rumah.
5) Membuat agenda atau kalender sebagai alat bantu mengingat acara
dan aktivitas yang harus dilakukan penderita, serta jadwal
pengobatan.
6) Membuat perencanaan pengobatan selanjutnya bersama penderita,
untuk menentukan pengobatan apa yang harus dijalaninya.
c. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala
demensia adalah acetylcholinesterase inhibitors, memantine,
antiansietas, antipsikotik, dan antidepresan.

8
d. Operasi
Demensia dapat ditangani dengan operasi jika disebabkan oleh tumor
otak, cedera otak, atau hidrosefalus. Tindakan operasi dapat membantu
memulihkan gejala jika belum terjadi kerusakan permanen pada otak
(Willy, 2019).
H. Prognosis
Prognosis dementia kurang baik karena penyakit ini mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga memengaruhi kualitas
hidup, ekonomi, sosial, dan fungsi pasien. Selain itu, dementia juga
berhubungan dengan berbagai komplikasi seperti delirium, infeksi saluran
kemih, ulkus dekubitus, dehidrasi, pneumonia, dan penyakit jantung.
Pasien berisiko lebih tinggi untuk mengalami depresi, bahkan bunuh diri
(Rao et al., 2016).

9
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa / latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang
berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah
kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang
menurun dan tidak mau makan, defisit perawatan diri.
d. Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat. Tetapi
tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
e. Status mental
Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya
sendiri. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren. Aktivitas motorik,
Perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan
motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
f. Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa.
g. Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan
perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaan tersebut
dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek
yang digunakan klien untuk melindungi dirinya, karena afek yang telah

10
berubah memampukan klien mengingkari dampak emosional yang
menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka
pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak
sesuai, berlebihan dan ambivalen.
h. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.
i. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau
kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang
dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering
ditemukan adalah halusinasi.
j. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya
cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang
tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penilaian realitas
secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis (Pemikiran
autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran
autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan
dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir
abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit
misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
k. Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan
orang :
1) Memori : Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu).

11
2) Tingkat konsentrasi : Klien tidak mampu berkonsentrasi.
3) Kemampuan penilaian : Gangguan berat dalam penilaian atau
keputusan.
l. Kebutuhan klien sehari-hari :
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk
dan gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur
kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga
tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya
hanya sedikit, karena putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas
terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi.
d. Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadangkadang lebih
sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang
dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
m. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan
menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidakmampuan
mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer
terbentuknya pola tingkah laku patologis. Koping mekanisme yang
digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi
kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel)
dan menutup diri.
n. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan

12
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

o. Pengkajian status kognitif


1) SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah
penilaian fungsi intelektual lansia.
Benar Salah No Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir? (Minimal tahun)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
TOTAL NILAI
2) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari
fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan Bahasa
Nilai Maksimum Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 Tahun, musim, tgl, hari, bulan, apa
sekarang?
5 Dimana kita (negara bagian,

13
wilayah, kota ) di RS mana ? ruang
apa
Registrasi
3 Nama 3 obyek (1 detik untuk
mengatakan masingmasing)
tanyakan pada lansia ke 3 obyek
setelah Anda katakan. Beri point
untuk jawaban benar, ulangi sampai
lansia mempelajari ke 3 nya dan
jumlahkan skor yang telah dicapai
Perhatian dan Kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7 huruf, misal
kata “panduan”, berhenti setelah 5
huruf, beri 1 point tiap jawaban
benar, kemudian dilanjutkan,
apakah lansia masih ingat huruf
lanjutannya)
Mengingat
3 Minta untuk mengulangi ke 3
obyek di atas, beri 1 point untuk
tiap jawaban benar

Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 point)
30

B. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


a. Gangguan komunikasi verbal
b. Gangguan interaksi social
c. Gangguan memori
d. Deficit perawatan diri
e. Resiko cedera

14
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
(Tim Pokja SDKI DPP (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
PPNI, 2017)
1 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan intervensi Promosi komunikasi : defisit bicara
keperawatan maka tingkat komunikasi Observasi :
verbal
verbal meningkat dengan kriteria 1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas,
hasil : volume dan diksi bicara
1. Kemampuan bicara meningkat Terapeutik :
2. Kemampuan mendengar 1. Gunakan komunikasi alternative
meningkat 2. Sesuaikan gaya komunikasi dengan
3. Kesesuaian ekspresi wajah/tibuh kebutuhan
meningkat 3. Ulangi apa yang disampaikan pasien
4. Kontak mata meningkat 4. Berikan dukungan psikologi
5. Pelo menurun Edukasi :
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan bicara.
Kolaborasi :
1. Rujuk keahli patologi bicara atau terapis
2 Gangguan interaksi social Setelah dilakukan intervensi Manajemen demensia
keperawatan maka tingkat interaksi Observasi
social meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi riwayat fisik sosial psikologis
hasil : dan kebiasaan
1. Perasaan nyaman dengan situasi 2. Identifikasi pola aktivitas
social meningkat Terapeutik

15
2. Kontak mata meningkat 1. Sediakan lingkungan aman, nyaman,
3. Perasaan mudah menerima atau konsisten dan rendah stimulus
mengkomunikasikan perasaan 2. Orientasikan waktu, tempat dan orang
meningkat 3. Libatkan keluarga dalam merencanakan,
4. Responsive pada orang lain menyediakan, dan mengevaluasi perawatan
meningkat Edukasi
5. Gelisah cemas menurun 1. Anjurkan memperbanyak istirahat
2. Ajarkan keluarga cara perawatan demensia
3 Gangguan memori Latihan memori
Observasi
1. Identifikasi masalah memori yang dialami
2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
Terapeutik
1. Koreksi kesalahan orientasi
2. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman
masa lalu
3. Fasilitasi kemampuan konsentrasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan teknik memori yang tepat
Kolaborasi
1. Merujuk pada terapi okupasi
4 Deficit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
keperawatan maka tingkat perawatan Observasi
diri meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
1. Kemampuan mandi meningkat keperawatan diri sesuai usia
2. Kemampuan mengenakkan 2. Monitor tingkat kemandirian
pakaian meningkat 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu

16
3. Kemampuan ke toilet kebersihan diri, berpakaian, berhias dan
(BAB/BAK) makan
4. Mempertahankan kebersihan diri Terapeutik
meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
5. Mempertahankan kebersihan 2. Siapkan keperluan pribadi
mulut meningkat 3. Damping dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
4. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
5 Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan Manajement keselamatan lingkungan
keperawatan, maka tingkat cedera Observasi
menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
1) 1. Toleransi aktivitas meningkat 2. Monitor perubahan status keselamatan
2) 2. Nafsu makan meningkat lingkungan
3) 3. Toleransi makan meningkat Teraupetik
4) 4. Kejadian cedera menurun 1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
5) 5. Gangguan mobilitas menurun 2. Modifikasi lingkungan untuk
6) 6. Tekanan darah membaik meminimalkan bahaya dan risiko
7) 7. Frekuensi nadi membaik 3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
8) 8. Frekuensi napas membaik 4. Gunakan perangkat pelindung
9) 9. Pola tidur membaik 5. Fasilitasi relokasi kelingkungan yang aman
6. Lakukan program skrining bahay
lingkungan
Edukasi

17
1. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungan

18
D. Implementasi
Implementasi atau tidakan adalah mengelolaaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Ariga, 2020)
1. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap yang menetukan apakah tujuan dapat
tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan dan rencana keperawatan
(Ariga, 2020).

19
PATHWAY

20
MK :
GANGGUAN
KOMUNIKASI
VERBAL

MK : GANGGUAN
INTERAKSI SOSIAL 21
MK : GANGGUAN
MEMORI
Demensia adalah sindrom (biasanya bersifat kronis atau MIND MAPPING
progresif) di mana terjadi penurunan fungsi kognitif (yaitu
Operasi kemampuan untuk memproses pikiran) melebihi apa yang
diharapkan dari penuaan normal. Ini mempengaruhi memori,
pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas
Obat-obatan belajar, bahasa, dan penilaian. Kesadaran tidak terpengaruh.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai, dan kadang- Penyakit Alzheimer Demensia dengan badan
kadang didahului, oleh penurunan kontrol emosional, Lewy Demensia
Dukungan Keluarga perilaku sosial, atau motivasi (WHO, 2020)
frontotemporal
(termasuk penyakit Pick)
Demensia vascular Demensia campuran
Terapi khusus
DEFINISI
ETIOLOGI Demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Kerusakan ini mengganggu
PENATALAKSANAAN
kemampuan sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain. Ketika sel-sel otak
tidak dapat berkomunikasi secara normal, pemikiran, perilaku, dan perasaan
dapat terpengaruh. Otak memiliki banyak wilayah berbeda, yang masing-
PATOFISIOLOGI masing bertanggung jawab atas fungsi yang berbeda (misalnya, ingatan,
MANIFESTASI KLINIS DIMENSIA penilaian, dan gerakan). Ketika sel-sel di daerah tertentu mengalami
PADA LANSIA kerusakan, daerah itu tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.

Tanda dan gejala yang


terkait dengan demensia
dapat dipahami dalam tiga Diangnosa
tahap (WHO, 2020) KOMPLIKASI PEMERIKSAAN PENUNJANG Pengkajian
1. Tahap awal
2. Stadium tengah Kekurangan nutrisi
Pencitraan otak dengan CT scan, MRI,
3. Tahap akhir atau PET scan.
Evaluasi KONSEP
Pneumonia (radang paru-
paru) KEPERAWATAN
Pemeriksaan listrik otak dengan EEG.
Tidak bisa merawat diri

Pemeriksaan darah Intervensi


Kematian
Implementasi
Referensi

(WHO, 2020), (NHS UK, 2021), (Clinic, 2019), (Willy, 2019),


(NHS, 2020), (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2018), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). 22
DAFTAR PUSTAKA
Ariga, R. A. (2020). Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam
Keperawatan (G. D. A. & A. Y. Wati (ed.); pertama). Grup Penerbitan CV
Budi Utama.
Clinic, M. (2019). Dementia – Symptoms and causes.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dementia/symptoms-
causes/syc-20352013
Ekasari, Riasmini, & Hartini. (2019). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia:
Konsep & Berbagai Strategi Intervensi. Wineka Media.
Lumongga, N. (2016). Psikologi Kespro: Wanita & Perkembangan
Reproduksinya Ditinjau dari Aspek Fisik & Psikologinya. Kencana.
N. Kalaria, R. (2018). The pathology and pathophysiology of vascular dementia.
Elsevier, 134, 226–239.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.neuropharm.2017.12.030
National Institute of Aging. (2017). Basics of Alzheimer’s Disease and Dementia
What Is Dementia? Symptoms, Types, and Diagnosis. U.S. Depertement of
Health & Human Services.
Nettina, S. M. (2002). Pedoman Praktik Keperawatan Edisi Bahasa Indonesia (A.
Hany (ed.)). EGC.
NHS. (2020). What are the treatments for dementia? Dementia guide. National
Health Service.
NHS UK. (2021). Causes of Dementia, Dementia Guide. National Health Service.
Rao, A., Suliman, A., Vuik, S., Aylin, P., & Darzi, A. (2016). Outcomes of
dementia: Systematic review and meta-analysis of hospital administrative
database studies. Archives of Gerontology and Geriatrics, 66, 198–204.
https://doi.org/10.1016/j.archger.2016.06.008
Rekawati, E., Hamid, A. Y. S., Sahar, J., Widyatuti, W., & Sari, N. L. P. D. Y.
(2019). Model Keperawatan Keluarga Santun Lansia dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Asuhan Keluarga pada Lansia: A Literature Review.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Volume 10,.
Sitanggang, Y. F., Frisca, S., Sihombing, R. M., Koerniawan, D., Tahulending, P.

23
S., Febrina, C., Purba, D., Rahayu, B., Paula, V., Pranata, L., & Siswandi, Y.
(2021). Keperawatan Gerontik. YayasaN Kita Menulis.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
WHO. (2020). Fact Sheets of Dementia. World Health Organization.
Willy, T. (2019). Demensia. Alodokter.Com.
Yanti, & Vera. (2020). Penyuluhan Cara Penggunaan Obat Hipertensi secara
Benar Kepada Lansia di Desa Labuhan Labo. Jurnal Education and
Development, Vol. 8, No.

24

Anda mungkin juga menyukai