Oleh :
VILDA AMALIAH, S.Kep
70900120048
( ) ( )
60
KATA PENGANTAR
60
DAFTAR ISI
B.Klasifikasi....................................................................................................3
C.Etiologi.........................................................................................................4
D.Patofisiologi.................................................................................................4
E.Faktor resiko................................................................................................5
F.Manifestasi klinis.........................................................................................6
G.Komplikasi...................................................................................................7
H.Pemeriksaan penunjang...............................................................................7
I.Penatalaksanaan............................................................................................8
J.Pathway.........................................................................................................12
B.Diagnosis Keperawatan...............................................................................14
C.Intervensi Keperawatan...............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
60
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
60
dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di kota
Medan, dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta
50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%
(Depkes RI, 2018). Sedangkan di Provinsi Riau, setiap tahunnya gastritis masuk
kedalam kategori 10 penyakit terbesar, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Riau penyakit gastritis pada tahun 2018 dengan jumlah sebesar 13.471
kasus (3,7%) (Dinkes Provinsi Riau, 2018)
2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan dan menerangkan proses Asuhan
Keperawatan terhadap klien dengan masalah gastritis.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah gastritis.
60
BAB II
KONSEP TEORI
1. Definisi
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis
yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis
(Hardi. K & Huda. A.N, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya
inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus atau
parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor gastritis akut
adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan
yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat
menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen (Dewit,
Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut Gomez (2012) penyebab gastritis adalah sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri.
d. Stress.
e. Autoimun
60
Selain penyebab gastritis diatas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
a. Nyeri epigastrium.
b. Mual .
c. Muntah.
d. Perut terasa penuh.
e. Muntah darah.
f. Bersendawa
3. Patofisiologi
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis
adalah mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan
perlindungan ini ketika mukosa barrier rusak maka timbul peradangan pada
mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya
bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin refluks isi
duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti
vaskuler, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal dari
gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya
tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran
lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan
mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk. Ketika
fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang.
Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12
60
dalam batas menipis secara merata yang mengakibatkan anemia yang berat.
Degenerasi mungkin ditemukan pada sel utama dan pariental sekresi asam
lambung menurun secara berangsur, baik dalam jumlah maupun konsentrasi
asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang
berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik.
Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau dengan
luka yang disebabkan oleh gastritis.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan
hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang
maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
4. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2011), klasifikasi gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :
1) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
2) Gastritis akut hemoragik, disebut hemoragic karena pada penyakit ini
akan dijumpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan
perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,
menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
60
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan
yaitu :
1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa
pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker
lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari
penurunan jumlah sel parietal dan sel chief
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul
pada mukosa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir
sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum, mual dan muntah,
sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusianah, 2010)
Tanda dan gejala gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
1) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
2) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena,
kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
60
b. Gastritis Kronis.
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan.
6. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2011) antara lain :
a. endarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
b. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
d. Anemia pernisiosa, keganasan lambung
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000)
sebagai berikut :
a. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.
b. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
c. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
d. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastriris, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat
ulkus jaringan atau cidera.
e. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklork dan
pembentukan asam noktura.
g. Penyebab ulkus duodenal.
h. Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak
meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
60
i. Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu
metabolism dan ekresi urea atau transfuse darah lengkap dan jumlah besar
diberikan
j. Natrium : Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
k. Kalium : Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
l. Amilase serum : Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
8. Penatalaksanaan
60
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
60
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak.
60
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
b. Riwayat kesehatan
60
1) Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebelah kiri bawah.
a) Pola nutrisi
60
b) Pola eliminasi
e) Pola kognisi-perceptual
c. Kebutuhan dasar
Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi dan kebersihan
diri dan faktor alergi.
d. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskiltasi. Menurut Doengoes (2000), data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi :
1) Data Subjektif
a) Keadaan umum, tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kwadran epigastrik.
(1) Tanda-tanda vital
(2) B1 (Breath) : Takhipnea
(3) B2 (Blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
60
(4) B3 (Brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
(5) B4 (Bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
(6) B5 (Bowel) : Anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
(7) B6 (Bone) : Kelelahan, kelemahan.
b) Kesadaran : Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/ bingung, sampai koma (tergantung pada volume sirkulasi/
oksigenasi).
2) Data objektif
a) Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah
berkerut.
b) Mata : Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering
c) Mulut dan faring : Mukosa bibir kering (peurunan cairan intrasel mukosa)
bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi
bibir dan personal hygiene).
d) Abdomen
(1) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan
bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada
sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
(2) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan,
dan hipoaktif setelah perdarahan.
(3) Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bisng usus meningkat).
(4) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri
tekan pada region epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung)
(Doengoes, 2000).
60
e) Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit/ membrane mukosa berkeringan
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes,
2000).
f) Pemeriksaan penunjang, menurut Priyanto (2009) yang ditemukan pada
pasien gastritis, yaitu :
(1) Endoscopy
(2) Pemeriksaan histopatologi
(3) Laboratorium
(4) Analisa gaster
(5) Gastroscopi.
10. Diagnosa Keperawatan
60
Data yang dikelompokan, dianalisa dan dipriositaskan masalahnya
maka ditentukan beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien
gastritis. Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan pada klien dengan
gastritis adalah:
a. Befokus pada pasien, yaitu harus menunjukan apa yang akan dilakukan,
kapan dan sejauh mana tindakan dapat dilakukan.
60
b. Singkat dan jelas, yaitu untuk memudahkan perawat untuk mengidentifikasi
tujuan dan rencana tindakan.
c. Dapat diobservasi dan diukur, (measurable) adalah suatu kata kerja yang
menjelaskan perilaku pasien atau keluarga yang diharapkan akan terjadi jika
tujuan telah tercapai.
d. Ada batas waktunya, batas pencapaian hasil harus dinyatakan dalam
penulisan kriteria hasil. Komponen batas waktu dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Jangka panjang Suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam jangka
waktu lama, biasanya lebih dari 1 minggu atau 1 bulan, kriteria hasil tersebut
ditujukan pada unsur “problem” masalah dalam diagnosa keperawatan
2) Jangka pendek Suatu tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam waktu
yang singkat, biasanya kurang dari 1 minggu, kriteria hasil tersebut ditujukan
pada unsur etiologi dan symptom dalam diagnosa keperawatan aktual ataupun
resiko.
e. Realistis, yaitu harus bisa dicapai sesuai dengan saran dan prasarana yang
tersedia, meliputi biaya, perlatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek-emosi
dan kondisi fisik.
f. Ditentukan oleh perawat dan pasien/keluarga pasien, selama pengkajian
perawat mulai melibatkan pasien/keluarga pasien dalam intervensi. Misalnya
pada waktu wawancara, perawat mempelajari apa yang bisa dikerjakan atau
dilihat pasien sebagai masalah utama, sehingga muncul diagnosa keperawatan.
Kemudian perawat dan keluarga pasien mendiskusikan kriteria hasil dan
rencana tindakan untuk memvalidasi. Intervensi asuhan keperawatan yang
direncanakan pada pasien dengan gastritis berdasarkan diagnosa keperawatan
menurut Doenges (2000) adalah sebagai berikut :
60
1. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
60
kurang dari intervensi kebutuhan mengurangi resiko
kebutuhan tubuh selama x24 jam individua. dehidrasi pasien.
berhubungan diharapkan Anjurkan klien 2. Indikator dehidrasi atau
dengan intake yang intake cairan untuk minum hypovolemia,
tidak adekuat dan klien adekuat (dewasa: 40-60 keadekuatan penggantian
output cair yang dengan kriteria cc/kg/jam) cairan.
berlebih (mual dan hasil : 2. Kaji turgor 3. Menunjukkan status
muntah). 1. Mukosa bibir kulit. dehidrasi atau
lembab. 3. Awasi tanda- kemungkinan kebutuhan
2. Turgor kulit tanda vital, untuk peningkatan
baik. pengisian penggantian cairan.
3. Pengisian kapiler dan
kapiler baik. membran 4. Mengganti cairan
4. Input dan mukosa. untuk masukan kalori
4. Catat input yang berdampak pada
output dan output keseimbangan elektrolit.
seimbang. cairan. 5. Mengganti kehilangan
5. Berikan cairan dan memperbaiki
cairan tambahan keseimbangan cairan
dalam fase segera
IV sesuai 6. Cimetidine dan
indikasi ranitidine berfungsi untuk
6. Kolaborasi menghambat sekresi asam
pemberian lambung.
cimetidine dan
ranitidine.
3 Ketidakseimbangan Setelah
nutrisi kurang dari dilakukan 1. Anjurkan 1. Menjaga nutrisi pasien
kebutuhan tubuh intervensi pasien untuk tetap stabil dan mencegah
berhubungan selama x24 makan dengan rasa
dengan kurangnya diharapkan porsi yang
intake makanan. kebutuhan mual dan muntah.
nutrisi pasien sedikit tapi 2. Untuk mempermudah
terpenuhi sering. pasien menelan.
dengan kriteria 2. Berikan 3. Kebersihan mulut
hasil : makanan yang dapat merangsang nafsu
1. Keadaan lunak. makan pasien.
umum cukup. 3. Lakukan oral 4. Mengetahui
2. Turgor kulit hygiene perkembangan status
baik. 4. Timbang BB nutrisi pasien.
3. BB dengan teratur. 5. Membantu dalam
meningkat. 5. Auskultasi menentukan respon untuk
4. Klien tidak bising usus. makan atau
mual dan 6. Tentukan berkembangnya
60
muntah. makanan yang komplikasi.
tidak 6. Dapat mempengaruhi
membentuk gas. nafsu makan/ pencernaan
dan membatasi masukan
nutrisi.
Intoleransi aktivitas Setelah
berhubungan dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui aktivitas
dengan kelemahan intervensi sejauh mana yang
fisik. selama x24 jam
diharapkan klien klien dapat dapat dilakukan klien.
dapat melakukan 2. Meningkatkan istirahat
beraktivitas aktivitas. klien.
dengan kriteria 2. Berikan 3. Membantu bila perlu,
hasil : lingkungan yang harga diri ditingkatkan
1. Klien dapat tenang. bila klien melakukan
beraktivitas 3. Berikan sesuatu sendiri.
tanpa bantuan. bantuan dalam 4. Klien tahu pentingnya
2. Skala aktivitas. beraktivitas.
aktivitas 0-1. 4. Jelaskan 5. Tirah baring dapat
pentingnya meningkatkan stamina
beraktivitas bagi tubuh pasien sehingga
klien. pasien dapat beraktivitas
5. Tingkatkan kembali.
tirah baring atau
duduk dan
berikan obat
sesuai dengan
indikasi.
5 Kurang Setelah
pengetahuan dilakukan 1. Beri penkes 1. Membantu
tentang intervensi tentang individu dan
penyakitnya selama x24 jam penyakitnya. keluarga
berhubungan diharapkan 2. Berikan untuk
dengan klien mengerti kesempatan menggunakan
kurangnya tentang pada klien untuk gaya hidup
informasi. penyakitnya yang baik.
dengan kriteria menanyakan hal
hasil : yang ingin 2. Memberikan
1. diketahui pengetahuan dasar
Mengungkapkan berhubungan dimana klien dapat
mengerti dengan penyakit mengontrol masalah
tentang proses yang kesehatan.
penyakitnya. dideritanya. 3. Memberikan
3. Berikan pengetahuan dasar
60
kesempatan dimana klien dapat
pada klien untuk mengontrol masalah
mengulangi kesehatan.
kembali
penjelasan yang
diberikan
perawat
6 Ansietas Setelah
berhubungan dilakukan 1. Awasi respon 1. Dapat menjadi
dengan perubahan intervensi fisiologis indikatif derajat takut
status kesehatan, selama x24 jam missal: yang dialami pasien.
ancaman diharapkan takipnea,pusing. 2. Membuat hubungan
kematian, nyeri klien mengerti 2. Dorong terapiutik.
tentang pernyataan 3. Memindahkan pasien
perubahan takut dan dari stesor luar
status ansietas, meningkatkan relaksasi,
kesehatannya. berikan umpan dapat meningkatkan
balik.
3. Berikan ketrampilan koping.
lingkungan 4. Membantu
tenang untuk menurunkan takut.
istirahat. 5. Belajar cara untuk
4. Dorong rileks dapat membantu
orang terdekat menurunkan takut dan
tinggal dengan ansietas
pasien.
5. Tunjukan
teknik relaksasi.
60
untuk setiap tindakan yang diberikn kepada pasien. Dalam melakukan
tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu independen,
dependen, interdependen.
1. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.
2. Tindakan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis.
3. Tindakan interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Keterampilan yang harus dipunyai perawat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor. Dalam melakukan
tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang harus diperhatikan
adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan pendidikan kesehatan
pada klien. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
disusun sebelum ke pasien
3. Evaluasi Keperawatan
Menurut Doenges (2000), evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul
masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakn segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai
dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi dari diagnosa
60
keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri klien berkurang,
apakah klien dapat mengkomsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat
tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
gastritis dan perubahan kesehatannya. Proses evaluasi menurut Rohmah dan
Walid (2014),
Proses evaluasi, meliputi :
a. Mengatur pencapaian tujuan
1) Tujuan dari aspek kognitif, pengukuran kognitif dapat dilakukan dengan
empat cara yaitu : interview, komprehensif, aplikasi fakta dan tulis.
b. Macam-macam evaluasi
60
Penggunaan tergantung dari kebijakan setempat. Menurut Rohmah dan
Walid (2014), pengertian SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
O : Data Objektif
Data obejektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atay observasi perawat
secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan
A : Analisis Interperestasi dari data subjektif dan data obejktif,
analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
P : Planning Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan di
modifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya
4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan
harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga
berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan
besar akan ikut berubah atau disesuaikan.
5. Evaluasi
60
Adalah tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil
yang telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan atau asuhan.
60
Pengkajian Keluarga
A. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Muh Ali
a. Inisial pengambil keputusan : Tn. A
b. Usia : 41 Thn
c. Pendidikan : SMA
d. pekerjaan KK : Buruh Harian
2. Alamat dan Telpon
a. Tempat tinggal klien : RT 1 RW 1 Dusun Pa’bundukang
b. Telpon yang dapat dihubungi : 082197449449
3. Komposisi Keluarga : KK dan anggota keluarga
P/ Hub dgn TTl/ Status Status
No Nama L KK Umur Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Kesehatan
60
Genogram
? ? ? ? ? ? ? ? 41
? 36 ? ?
?
20 20 16
Keterangan :
: Perempuan : meninggal
: garis pernikahan
: garis keturunan
G1 : ayah dari Tn. A sudah meninggal dengan faktor yang tidak diketahui,
ibu dari Tn. A sudah meninggal dengan penyakit Hipertensi, orang tua dari
Ny S sudah meninggal dengan faktor tidak diketahui
G II : Tn. A berusia 41 thn dan Ny. S berusia 36 thn yang sekarang memiliki
riwayat penyakit Kolestrol
G III : Tn A dan Ny. S memiliki anak 3 dan anak pertamanya sudah menikah
yang sudah berumur 20 thn dan sudah memiliki 1 orang anak yang sekarang
tinggal serumah
60
4. Tipe keluarga : Keluarga ini termasuk kedalam tipe keluarga extended
family yang terdiri suami, istri, anak, menantu dan cucu
5. Suku : Dalam keluarga hanya memiliki satu suku yaitu suku Makassar, dan
bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa
Makassar
6. Agama : Dalam keluarga menganut agama islam.
7. Status sosial ekonomi : Status ekonomi keluarga termasuk kedalam tingkat
ekonomi menengah dilihat dari penghasilan kepala keluarga yang berada
<UMR, serta usaha didepan rumah yaitu loster dan BAK WC
8. Aktivitas rekreasi : Ny S mengatakan dirinya tidak pernah bepergian untuk
rekreasi hanya anak-anaknya yang sering bepergian untuk rekreasi, tempat
yang selalu dikunjungi oleh anaknya yaitu ke wisata kebun gowa (wiskeb)
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A saat ini ialah tahap perkembangan
keenam yaitu keluarga mulai melepas anak sebagai anak dewasa
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Jika dilihat saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yakni
keluarga usia pertengahan (middle age family). Anak tertua Tn. A sudah
menikah dan tetap tinggal bersama dengan Tn. A.
3. Riwayat keluarga inti
1) Tn. A sebagai kepala keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
2) Ny. S memiliki riwayat penyakit yaitu kolestrol, Ny.S menjaga kolestrol
dengan mengomsumsi rebusan daun kelor dan obat simvastatin
3) Anak pertama Tn A memiliki penyakit asma sampai sekarang dan anak Tn
A memiliki alergi debu, anak pertama Tn A sudah menikah dan memiliki
anak 1 yaitu laki-laki dan tinggal serumah dengan Tn A dan Ny S.
4) Anak kedua Tn. A memiliki riwayat penyakit yaitu Asma, anak Tn A
sejak kecil pernah mengalami sesak jika batuk keras dan pernah dirawat di
60
Rs faisal dan di rujuk ke Balai Paru untuk pemeriksaan lanjutan, semenjak
mengomsumsi obat dari balai paru sampai saat ini asma tidak kambuh
lagi.
5) Anak ketiga Tn A memiliki riwayat penyakit Gastritis, anak Tn A tidak
mengomsumsi obat-obatan, Ny S mengatakan selalu mengingatkan
anaknya untuk makan terutama di pagi hari kadang-kadang Ny S lupa
untuk mengingatkan jadwal makannya sehingga anak kedua Tn A maag
nya kambuh lagi
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. S mengatakan bahwa dari keluarga suaminya memiliki riwayat
penyakit Hipertensi.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Jenis rumah Tn. A yaitu permanen dengan status kepemilikan rumah pribadi
yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, atap
dari seng, lantai dari keramik dan berdinding tembok
1) Ventilasi
Rumah keuarga Tn. A memiliki ventilasi yang kurang dengan
jendela yang kurang dan sirkulasi udara yang kurang baik, di mana
tidak terdapat ventilasi di ruang tamu dan ventilasi di disetiap kamar,
hanya ventilasi di bagian dapur.
2) Pencahayaan
Pencahayaan rumah kurang baik, pada saat siang hari cahaya
masuk ke ruangan lewat pintu depan, pada malam hari terdapat lampu
menerangi tiap ruangan.
3) Saluran pembuangan limbah
Rumah Tn. A memiliki saluran pembuangan yang terhubung
dengan bak untuk membuang limbah dari air mandi dan air cucian.
4) Sumber air bersih
60
Sumber air bersih berasal dari PDAM yang digunakan untuk
mandi, dan mencuci,keseharian minum dengan air galon. Karakteristik
air ialah bersih dan tidak berbau dan tidak berubah warna.
5) Jamban
Jamban yang digunakan keluarga adalah jamban yang jongkok
yang letaknya di dalam rumah.
6) Tempat sampah
Tn. A dan Ny. S memisahkan antara sampah basah dan sampah
kering. Untuk sampah basah seperti sisa nasi atau makanan diberikan
kepada hewan ternak (ayam atau bebek) dan untuk sampah kering
akan dibakar setiap sore di halaman rumahnya.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas (RW)
Tn. A tinggal di Desa Pacellekang Dusun Pa’bundukang, jarak antar rumah
dengan rumah lainnya berdekatan. hubungan sosial antara keluarga Tn. A
dengan tetangga sangat baik apalagi memiliki hubungan keluarga yaitu
keponakan dan saudara dari Tn A dan Ny S. selama pandemi jarang untuk
berkumpul didepan rumah dikarenakan juga cuaca sering hujan dan
kesibukan menjaga cucunya
3. Mobilitas geografis keluarga
Ny. S sebelumnya tinggal dimakassar tepatnya di Jl. Pettarani selama
10 tahun dengan rumah yang kecil kemudian Tn A dan Ny S membangun
rumah dikampung halaman suaminya Tn A dengan rumah yang sederhana dan
Ny S menceritakan kehidupannya yang sangat diuji tetapi dengan kesabaran
keluarganya dan sampai saat ini kehidupannya sudah mencukupi kehidupan
keluarganya dan saat ini Ny. S tinggal bersama dengan suami, anak, menantu
dan 1 cucu laki-lakinya hanya saat ini menantunya sering tinggal diluar daerah
karna kerjaannya. Tn. A memilki sebuah sepeda motor yang digunakan
sebagai media transportasi untuk pergi ke tempat lainnya
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
60
Ny. S Mengatakan hubungan dengan tetangga sangat baik, setiap
hari atau sore hari selalu berbincang-bincang, selama pandemi jarang untuk
berkumpul didepan rumah dikarenakan juga cuaca sering hujan dan
kesibukan menjaga cucunya, dan klien mengatakan bahwa tetangganya
memiliki hubungan keluarga sehingga silaturahmi tetap baik. Ny S
mengatakan sering terlibat dalam kegiatan masyarakat di dusun pa’bundukang
khususnya RW 1 seperti kerja bakti.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga dalam rumah ada 7 orang, dan dimana anak klien
sudah menikah dan mempunyai anak 1 orang, dan selalu saling mendukung
dan memperhatikan satu sama lain.
D. Struktur keluarga
1. Pola kemunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik dan sopan,
keluarga mengatakan ketika ada masalah dan keputusan semua dibicarakan
dan mencari solusi bersama, dan Ny S mengatakan jika memiliki masalah
hanya dengan suami yang tahu dan membicarakan hanya berdua tanpa
anaknya tahu permasalahannya, Ny S juga mengatakan jika Ny S dan Tn A
jarang memiliki masalah karena mereka sepemikiran dan merasa dirinya
cocok dan paham satu sama lain sehingga masalah dalam keluarganya tetap
terjaga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga berada pada kepala keluarga yaitu Tn.A dimana
dirinya mampu memberikan pandangan baik dan buruk terhadap setiap
keputusan yang akan dipilihnya.
3. Struktur peran
Peran keluarga berjalan dengan sebagaimana mestinya, suami sebagai
kepala keluarga yang memberikan perlindungan serta mencari nafkah untuk
60
keluarganya, istri sebagai pengatur segala persoalan didalam rumah dan anak
sebagai harapan dari orang tua Serta menantu dari Tn. A yang juga memiliki peran
terhadap keluarganya dengan bekerja di salah satu perusahaan dan istri yang
memiliki peran yaitu juga sebagai ibu rumah tangga dan kerja di daerah
sungguminasa
4. Nilai dan norma budaya
Adapun keyakinan keluarga hanya kepada Allah SWT dan rasullah
SAW, tidak terdapat budaya-budaya terkait kesehatan yang melenceng dari
ajaran rasulullah, ketika sakit keluarga tetap bersabar dan memohon
kesembuhan dan menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat. Dalam
keluarga tetap menekankan etika dan sopan santun dalam pergaulan. Keluarga
menyatakan dalam keluarga menghormati satu sama lain terlebih pada orang
yang lebih tua
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Ny S mengatakan bahwa walaupun didalam rumah memiliki 2
keluarga akan tetapi keluarga tetap saling mengasuh, membantu saling
mendukung antar keluarga dan saling menghargai anggota keluarga dan
mengakui keberadaan keluarga dan Tn. A termasuk keluarga yang harmonis.
Interaksi dengan keluarga berjalan baik. Antar anggota keluarga saling
memperhatikan, menghormati dan menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih
kasih.
2. Fungsi sosialisasi
Ny. S mengatakan bahwa sosialisasi setiap anggota keluarga memiliki
nilai sosial yang baik terhadap tetangga, keluarga yang lain dan kepada
individu yang lainnya. Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah dan
bermain dengan cucunya yang masih bayi, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
60
1) Mengenal masalah kesehatan
Ny S mengetahui bahwa dirinya memiliki riwayat penyakit
kolestrol. Karenanya, ia selalu mengatur pola hidup yang sehat.
sedangkan anak pertamanya memiliki penyakit asma dan anak pertama
Tn A memiliki alergi debu, anak keduanya memiliki riwayat penyakit
asma namun sudah sembuh dan tidak kambuh lagi, dan anak ketiga
dari Tn A memiliki penyakit gastritis dan Ny S selalu mengingat
jadwal makan anaknya agar tidak kambuh tapi kadang-kadang Ny S
lupa untuk mengingatkan anaknya untuk makan dan maag anaknya
kambuh lagi. Ny S mengatakan Tn A merokok dan tampak dirumah
Ny S memiliki bayi yang tinggal serumah dengan cucunya dan Ny S
memiliki anak yang mempunyai penyakit asma.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Jika maagnya kambuh akibat terlambat makan Ny S hanya
memberikan segera makanan untuk anaknya, apabila belum sembuh
keluarga mengambil keputusan untuk mengonsumsi obat-obatan yang
didapatkan di warung terlebih dahulu, jika tidak lekas sembuh, keluarga
baru membawanya ke Puskesmas, Ny S mengatakan hanya mengontrol
kolestrol dengan membuat rebusan daun kelor dan obat simvastatin, Ny S
mengatakan hanya mengetahui rebusan daun kelor saja untuk mengontrol
kolestrol dan mengomsumsi obat-obatan, Ny S mengatakan jika sesak
anaknya kambuh dia merasa cemas dan langsung dibawa ke RS dan Ny S
tidak tahu panangan mandiri dirumah dan langsung dibawa ke Rs
3) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Ny S mengatakan kemampuan merawat penyakit kolestrolnya
selalu mengomsumsi rebusan daun kelor dan mengomsumsi obat, dan
selama Ny S rajin mengomsumsi ramuan herbal tersebut kolestrol selalu
terkontrol dan sudah lama tidak kambuh lagi. Ny S mengatakan jika maag
anaknya kambuh Ny S hanya memberikan makan saja dan jika belum
60
sembuh Ny S membeli obat diwarung dan jika itu belum sembuh juga Ny
S membawa ke puskesmas, Ny S tidak mengetahui cara penanganan
secara mandiri selain memberi makanan langsung dengan anaknya, Ny S
mengatakan tidak mengetahui cara penanganan dirumah saat penyakit
asma anaknya kambuh, keluarga langsung membawa anaknya ke RS,
Keluarga sudah mampu merawat anggota keluarganya yang sakit, seperti
cucu Ny. R apabila deman biasanya keluarga mengompres cucunya
kadang menggunakan air hangat dan air biasa.
4) Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
Keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan
gastritis dan kolestrol. Untuk gastritis, membantu anaknya mengatur
pola makan dan untuk kolestrol selalu mengatur pola hidup yang sehat
baik itu pola makannya dan selalu mengomsumsi rebusan daun kelor
tersebut.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan di
masyarakat
Keluarga Tn. A mengatakan baru menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di sekitar rumahnya yaitu Puskesmas
Pacellekang atau klinik langganan keluarganya, jika ada anggota
keluarga yang sakit yang sudah dirawat di rumah namun tak kunjung
sembuh.
F. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Saat ini, Ny. S kadang dibuat stress karena banyaknya aktivitas yang
dilakukan saat pagi yaitu mengurus Suami (Tn. A) yang akan berangkat ke
sawah, mengurus anaknya yang akan berangkat sekolah dan kerja dan
mengurus cucunya yang masih berusia 5 bulan
2. Stressor jangka panjang
60
Keluarga Ny. S mengatakan bahwa stressor jangka panjang yang
dialaminya akibat dari masalah kesehatan anaknya yaitu penyakit maag dan
anaknya yang sudah berkeluarga memiliki penyakit asma yang sangat mudah
terkena karna anaknya alergi debu sehingga mudah kambuh sesaknya dan
selalu dirawat di Rs dengan penyakit asma tersebut sehinga membuat klien
cemas dan sering berpikir mengenai masalah kesehatan anaknya, Ny. S
berharap agar keluarganya selalu sehat dan terjauhkan dari
penyakit.
3. Strategi koping yang digunakan yaitu berdiskusi dengan keluarga
dalam pengambilan suatu keputusan .
a. Reaksi terhadap stressor : Ny. S mengatakan ketika ada masalah
selalu mengatakan bahwa masalah ini akan selesai dan untuk
menghilangkan stress sering bermain dengan cucunya yang masih kecil
. Ny S mengatakan sudah bisa mengatasi dan beradaptasi dengan
stressor tersebut baik akitivitas maupun penyakit-penyakitnya.
b. Strategi koping internal : Ny. S mengatakan bahwa ketika ada
masalah, dia dan keluarganya saling berdiskusi dan memberikan
solusi bersama.
c. Strategi koping eksternal : Ny. S percaya dengan keyakinan dan
selalu berdoa untuk masalah kesehatannya dan masalah lainnya
d. Strategi adaptasi disfungsional : dari hasil pengkajian keluarga
dapat menyelesaikan stressor yang dialami oleh keluarganya.
G. Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar keluarganya selalu sehat dan berharap bisa
mendapatkan berbagai informasi kesehatan yang dibutuhkan dan tetap saling
menjaga keutuhan keluarga.
H. Pemeriksaan fisik
No. Pemeriksaan Tn. A Ny. S
1. Keadaan umum Baik Baik
60
2. Tanda – tanda vital : TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
• TD (mmHg) N : 85 x/i N : 78 x/i
• Nadi (x/menit) P : 24 x/i P : 24x/i
• Suhu (celcius) Suhu : 36,5o C Suhu : 36o C
• RR (x/menit)
6. Mulut dan Hidung Simetris, tidak ada polip, Simetris, tidak ada polip,
Gigi sudah ada yang Gigi sudah ada yang tanggal,
tanggal, mulut bersih, tidak mulut bersih, tidak ada lesi,
ada lesi, bentuk simetris. bentuk simetris.
7. Telinga Bersih, simetris, tidak ada Bersih, simetris, tidak ada
massa.Tidak ada serumen massa.Tidak ada serumen
5 5 5 5
60
11. Eliminasi BAB 1-2 X/hari BAB 1-2 X/hari
BAK 4-5/hari BAK 5-6/hari
14 Capillaryrefill <2 detik < 2 detik
ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERWATAN
60
5) Keluarga sudah mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit,
seperti anaknya Ny. S apabila
Manajemen kesehatan tidak efektif
maagnya kambuh Ny S memberi
makan langsung dan membeli
obat diwarung.
DO
1). Ny S tampak bingung
2) Ny S tampak tidak mampu
menjelaskan cara mengobati anaknya
yang sakit
DS
1) Ny S mengatakan anak ketiganya
memiliki riwayat penyakit
Gastritis, anak Tn A tidak
mengomsumsi obat-obatan
puskesmas hanya mengomsumsi
obat dari warung
2) Ny S mengatakan selalu
mengingatkan anaknya untuk
makan terutama di pagi hari
kadang-kadang Ny S lupa untuk Perilaku kesehatan cenderung berisiko
mengingatkan jadwal makannya
sehingga anak kedua Tn A maag
nya kambuh lagi
3) Ny S mengatakan jika maag
anaknya kambuh Ny S hanya
60
memberikan makan saja dan jika
belum sembuh Ny S membeli obat
diwarung dan jika itu belum
sembuh juga Ny S membawa ke
puskesmas
4) Ny S mengatakan tidak mengetahui
cara penanganan dirumah saat
penyakit asma anaknya kambuh,
keluarga langsung membawa
anaknya ke Rs
DO
1). Ny S tidak mengetahui penanganan
untuk anaknya yang asma
2). Ny S hanya mengetahui cara
mengatasi maag anaknya dengan
langsung memberi makan dan obat
diwarung
DS
1) Ny S mengatakan Tn A merokok
2) Anak pertama dan kedua Tn A
memiliki riwayat asma dan anak
pertama Tn A sudah menikah dan
memiliki anak 1 yaitu laki-laki dan
tinggal serumah dengan Tn A dan
Ny S
3) Rumah keuarga Tn. A memiliki
ventilasi yang kurang dengan
60
jendela yang kurang dan sirkulasi
udara yang kurang baik, di mana
tidak terdapat ventilasi di ruang
tamu dan ventilasi di disetiap
kamar, hanya ventilasi di bagian
dapur.
DO
1. tampak dirumah Ny S memiliki
bayi yang tinggal serumah dengan
cucunya dan Ny S memiliki anak
yang mempunyai penyakit asma
2. tampak tidak memiliki jendela
dibagian ruang tamu dan kamar
SKORING MASALAH
60
Sifat masalah 1 3× 1 Ny S mengatakan jika maag anak
=1
3
1. Keadaan sejahtera keduanya kambuh langsung
(3) memberi makan untuk
2. Deficit penanganan anaknya dan setelah
kesehatan/actual (3) itu jika belum sembuh Ny S
3. Ancaman membeli obat diwarung, Ny S
kesehatan/risiko (2) tidak mengetahui cara penanganan
4. Krisis yang dialami/ secara mandiri selain memberi
potensial (1) makanan langsung dengan
anaknya
Kemungkinan masalah 2 2× 2 Ny. S mengatakan memiliki
=2
2
dapat diubah : riwayat penyakit yaitu kolestrol
1. Mudah (2) sejak lama, Ny.S hanya
2. Sebagian (1) mengetahui rebusan daun kelor
3. Tidak dapat (0) saja untuk mengontrol kolestrol
dan mengomsumsi obat-obatan
60
diatasi (2) debu, Ny. S berharap agar
2. Tidak membutuhkan keluarganya selalu sehat dan
perhatian dan tidak terjauhkan dari penyakit
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan
sebagai masalah
atau kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
total 5,0
60
5. Cukup (2) memberikan makan saja dan
6. Rendah (1) jika belum sembuh Ny S
membeli obat diwarung dan
jika itu belum sembuh juga
Ny S membawa ke
puskesmas
Menonjolnya masalah: 1 2× 1 Ny S mengatakan tidak
=1
2
1. Membutuhkan perhatian dan mengetahui cara penanganan
segera diatasi (2) dirumah saat penyakit asma
2. Tidak membutuhkan perhatian dan anaknya kambuh, keluarga
tidak segera diatasi (1) langsung membawa anaknya
3. Tidak dirasakan sebagai masalah ke Rs
atau
4. kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 4,0
60
dialami/ potensial
(1)
Kemungkinan masalah 2 1× 2 Rumah keuarga Tn. A memiliki
=1
2 ventilasi yang kurang dengan
dapat diubah :
jendela yang kurang dan sirkulasi
5) Mudah (2)
udara yang kurang baik, di mana
6) Sebagian (1) tidak terdapat ventilasi di ruang
7) Tidak dapat (0) tamu dan ventilasi di disetiap
kamar, hanya ventilasi di bagian
dapur.
60
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
60
INTERVENSI KEPERAWATAN
60
pananganan mandiri dirumah hasil : TUK 3 : Mampu Merawat Anggota
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Yang Sakit Bimbingan Sistem
dan langsung dibawa ke Rs
L.12106 Kesehatan I.12360
4) Ny. S berharap agar 1. Kemampuan 1. Identifikasi masalah Kesehatan
menjalankan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
keluarganya selalu sehat
sehat 2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
dan terjauhkan dari Kesehatan mandiri
TUK 3:
penyakit
Keluarga mampu TUK 4 : Mampu Mengatasi Masalah
5) Keluarga sudah mampu bertindak merawat Identifikasi Risiko I.14502
anggota keluarganya 1. Identifikasi risiko biologis, lingkungan
merawat anggota
yang sakit dan perilaku
keluarganya yang sakit, Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
seperti anaknya Ny. S
keluarga mampu bertindak
apabila maagnya kambuh Ny merawat anggota TUK 5 : Mampu Menjalankan
keluarganya yang sakit Perawatan Difasilitas Kesehatan
S memberi makan langsung
dengan kriteria hasil : Edukasi perilaku upaya Kesehatan
dan membeli obat diwarung. Manajemen Kesehatan I.12435
keluarga L.12105 1. Jelaskan penanganan masalah
DO
1. Aktivitas keluarga kesehatan kepada keluarga
1). Ny S tampak bingung mengatasi masalah 2. Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan tepat pelayanan Kesehatan
2) Ny S tampak tidak mampu
2. Melakukan tindakan 3. Ajarkan cara pemeliharaan Kesehatan
menjelaskan cara mengobati untuk mengurangi
factor resiko
anaknya yang sakit
3) Keluarga mampu menjelaskan TUK 4:
perawatan untuk keluarganya Keluarga mampu
yang sakit memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah
kesehatan
60
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan kriteia
hasil :
Manajemen Kesehatan
L.12104
1. Melakukan tindakan
untuk mengurangi
faktor resiko
TUK 5:
Keluarga mampu
menjalankan perawatan
di fasilitas Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
keluarga mampu
menjalankan perawatan di
fasilitas Kesehatan dengan
kriteria hasil :
Pemeliharaan Kesehatan
L.12106
Menunjukan minat
meningkatkan perilaku
60
sehat
60
Ny S membawa ke hasil : dilakukan keluarga
Manajemen kesehatan 2. Ciptakan perubahan lingkungan rumah
puskesmas
keluarga L.12105 secara optimal (sesuai kondisi yang
4) Ny S mengatakan tidak Melakukan aktivitas yang dibutuhkan)
dapat mengatasi masalah
mengetahui cara penanganan
kesehatan dengan tepat Edukasi perilaku upaya kesehatan
dirumah saat penyakit asma TUK 3: 2. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
Keluarga mampu kepada keluarga
anaknya kambuh, keluarga
bertindak merawat 3. Anjurkan menggunakan fasilitas
langsung membawa anaknya anggota keluarganya pelayanan kesehatan
yang sakit Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
ke Rs
Setelah dilakukan tindakan
Do : keperawatan diharapkan Dukungan Keluarga Merencanakan
1). Ny S tidak mengetahui keluarga mampu bertindak Perawatan
merawat anggota
penanganan untuk anaknya yang
keluarganya yang sakit 1. Identifikasi kebutuhan dan harapan
asma dengan kriteria hasil : keluarga tentang kesehatan
Manajemen kesehatan
2). Ny S hanya mengetahui cara
keluarga L.12105 2. Identifikasi tindakan yang dapat
mengatasi maag anaknya dengan
Tindakan untuk dilakukan keluarga
langsung memberi makan dan
mengurangi faktor risiko
obat diwarung
TUK 4: 3. Ajarkan cara perawatan yang bisa
Keluarga mampu dilakukan keluarga
memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah 4. Ciptakan perubahan lingkungan rumah
kesehatan secara optimal ( sesuai kondisi yang
Setelah dilakukan tindakan dibutuhkan)
keperawatan diharapkan
keluarga mampu 5. Anjurkan menggunakan fasilitas
memodifikasi lingkungan kesehatan yang ada.
dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan kriteria
60
hasil :
1. Menunjukkan
pemahaman perilaku
sehat
2. Kemampuan
menjalankan perilaku
sehat
TUK 5:
Keluarga mampu
menjalankan perawatan
di fasilitas Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
keluarga mampu
menjalankan perawatan di
fasilitas Kesehatan dengan
kriteria hasil :
1. Perilaku mencari
bantuan
2. Menunjukkan minat
60
menikah dan memiliki anak 1 masalah kesehatan dengan kesepakatan
kriteia hasil: 4. Jelaskan faktor risiko yang dapat
yaitu laki-laki dan tinggal
Kemampuan melakukan mempengaruhi kesehatan
serumah dengan Tn A dan tindakan pencegahan
Dukungan pengambilan keputusan
masalah kesehatan
Ny S 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
3) Rumah keuarga Tn. A TUK 2: harapan yang membantu membuat
Keluarga mampu pilihan yang memicu konflik
memiliki ventilasi yang
mengambil keputusan 2. Fasilitasi mengungkapkan perawatam
kurang dengan jendela yang untuk memutuskan yamg di harapkan
tindakan yang tepat 3. Fasiitasi pengambilan keputusan secara
kurang dan sirkulasi udara
dalam perawatan
kolaboratif
yang kurang baik, di mana Setelah dilakukan tindakan
4. Informasikan alternatif solusi secara
tidak terdapat ventilasi di keperawatan diharpkan
jelas
keluarga mampu
ruang tamu dan ventilasi di 5. Berikan informasi yang di minta pasien
mengambil keputusan
disetiap kamar, hanya Bimbingan sistem kesehatan
untuk memutuskan
1. Identifikasi masalah kesehatan keluarga
ventilasi di bagian dapur. tindakan yang tepat dalam
2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
perawatan dengan kriteia
DO kesehatan mandiri
hasil :
1. tampak dirumah Ny S 3. Bimbing untuk bertanggung jawab
Pencapaian pengendalian
mengidentifikasi dan megembangkan
memiliki bayi yang tinggal kesehatan
kemampuan memecahkan masalah
serumah dengan cucunya kesehatan
TUK 3:
dan Ny S memiliki anak Keluarga mampu Edukasi perilaku upaya kesehatan
60
dan kamar keluarga mampu bertindak kesepakatan
merawat anggota 4. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
keluarganya yang sakit 5. Informasikan sumber yang tepat yang
dengan kriteria hasil : tersedia di masyarakat
Penerimaan terhadap 6. Anjurkan menggunakan fasilitas
perubahan status kesehatan
kesehatan Dukungan berhenti merokok
1. Identifikasi keinginan berhenti merokok
TUK 4: 2. Identifikasi upaya berhenti merokok
Keluarga mampu 3. Diskusikan motivasi penghentian
memodifikasi lingkungan merokok
dalam mengatasi masalah
4. Diskusikan kesiapan perubahan gaya
kesehatan
Setelah dilakukan tindakan merokok
keperawatan diharapkan Jelaskan efek langsung berhenti merokok
keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan kriteia
hasil :
Melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor resiko
TUK 5:
Keluarga mampu
menjalankan perawatan
di fasilitas Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
60
keluarga mampu
menjalankan perawatan di
fasilitas Kesehatan dengan
kriteria hasil :
Kemampuan peningkatan
kesehatan
60
DAFTAR PUSTAKA