Anda di halaman 1dari 58

Departemen Keperawatan Komunitas Keluarga

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN MASALAH UTAMA GASTRITIS
DI DUSUN PA’BUNDUKANG DESA PACELLEKANG KECAMATAN
PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA

Oleh :
VILDA AMALIAH, S.Kep
70900120048

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

60
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ‫ ﷻ‬karena dengan rahmat,


karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan asuhan
keperawatan keluarga ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap laporan asuhan keperawatan keluarga terkait dengan


penyakit Gastritis ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita, penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan yang telah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan pendahuluan asuhan keperawatan keluarga terkait penyakit


Gastritis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan pendahuluan asuhan keperawatan keluarga yang telah disusun ini dapat
berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gowa, 16 November 2021

Vilda Amaliah, S.Kep

60
DAFTAR ISI

BAB I KONSEP MEDIS........................................................................................3


A.Defenisi........................................................................................................3

B.Klasifikasi....................................................................................................3

C.Etiologi.........................................................................................................4

D.Patofisiologi.................................................................................................4

E.Faktor resiko................................................................................................5

F.Manifestasi klinis.........................................................................................6

G.Komplikasi...................................................................................................7

H.Pemeriksaan penunjang...............................................................................7

I.Penatalaksanaan............................................................................................8

J.Pathway.........................................................................................................12

BAB II KONSEP KEPERAWATAN.....................................................................13


A.Pengkajian Keperawatan.............................................................................13

B.Diagnosis Keperawatan...............................................................................14

C.Intervensi Keperawatan...............................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

60
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan mukosa lambung


yang dapat bersifat akut dan kronik. Penyebab gastritis meliputi : stress, alkohol,
pola makan tidak teratur, serta Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS). Tanda
dan gejala dari gastritis adalah nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa asam di mulut,
dan anoreksia. Nyeri ulu hati merupakan salah satu tanda gejala khas pada
penderita gastritis. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di
lingkungan masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan yang banyak
terjadi di masyarakat. (Rahayuningsih, 2012).
Badan penelitian kesehatan dunia Word Health Organization (WHO)
(2017) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan
hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%,
Cina 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Sedangkan yang
terjadi di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.
Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di
Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi dari pada populasi di
barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (Tussakinah ddk dalam Jurnal
Kesehatan Andalas, 2018).
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
(2017) adalah 40,8%, dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia
cukup tinggi dengan angka kejadian 274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa
p(Sunarmi, 2018). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2018, gastritis
merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap
di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). Penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (2018) angka kejadian gastritis

60
dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di kota
Medan, dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta
50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%
(Depkes RI, 2018). Sedangkan di Provinsi Riau, setiap tahunnya gastritis masuk
kedalam kategori 10 penyakit terbesar, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Riau penyakit gastritis pada tahun 2018 dengan jumlah sebesar 13.471
kasus (3,7%) (Dinkes Provinsi Riau, 2018)
2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan dan menerangkan proses Asuhan
Keperawatan terhadap klien dengan masalah gastritis.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah gastritis.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien sesuai dengan


prioritas masalah.

c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan/ intervensi sesuai dengan


masalah yang telah di prioritaskan. .

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan/ implementasi sesuai


intervensi yang telah disusun menurut prioritas pada asuhan keperawatan.

e. Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan


terhadap klien dengan masalah gastritis.

f. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk


narasi.

60
BAB II

KONSEP TEORI

1. Definisi
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis
yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis
(Hardi. K & Huda. A.N, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya
inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus atau
parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor gastritis akut
adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan
yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat
menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen (Dewit,
Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut Gomez (2012) penyebab gastritis adalah sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri.

b. Sering menggunakan pereda nyeri.

c. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan.

d. Stress.

e. Autoimun

60
Selain penyebab gastritis diatas, ada penderita yang merasakan
gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
a. Nyeri epigastrium.

b. Mual .

c. Muntah.
d. Perut terasa penuh.

e. Muntah darah.

f. Bersendawa

3. Patofisiologi
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis
adalah mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan
perlindungan ini ketika mukosa barrier rusak maka timbul peradangan pada
mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan
menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya
bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin refluks isi
duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti
vaskuler, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal dari
gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya
tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran
lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan
mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk. Ketika
fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang.
Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12

60
dalam batas menipis secara merata yang mengakibatkan anemia yang berat.
Degenerasi mungkin ditemukan pada sel utama dan pariental sekresi asam
lambung menurun secara berangsur, baik dalam jumlah maupun konsentrasi
asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang
berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik.
Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau dengan
luka yang disebabkan oleh gastritis.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan
hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang
maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
4. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2011), klasifikasi gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :
1) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
2) Gastritis akut hemoragik, disebut hemoragic karena pada penyakit ini
akan dijumpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan
perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,
menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

60
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan
yaitu :
1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa
pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker
lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari
penurunan jumlah sel parietal dan sel chief
3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul
pada mukosa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir
sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum, mual dan muntah,
sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusianah, 2010)
Tanda dan gejala gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
1) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
2) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena,
kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

60
b. Gastritis Kronis.
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan.
6. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2011) antara lain :
a. endarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
b. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
d. Anemia pernisiosa, keganasan lambung
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000)
sebagai berikut :
a. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.
b. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
c. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
d. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastriris, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat
ulkus jaringan atau cidera.
e. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklork dan
pembentukan asam noktura.
g. Penyebab ulkus duodenal.
h. Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak
meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.

60
i. Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu
metabolism dan ekresi urea atau transfuse darah lengkap dan jumlah besar
diberikan
j. Natrium : Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
k. Kalium : Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
l. Amilase serum : Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
8. Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :


1) Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
2) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala
mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan
istirahat.
3) Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
5) Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
6) Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.
7) Penatalaksanaan pada gastritis secara medis menurut Smeltzer (2001)
meliputi :
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien

60
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal : alumunium


hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka
encer.
2) Bila korosi luas atau berat, emetic, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasim analgesik dan sedatif,
antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau
jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H.Pylory data diatasi dengan antibiotic (seperti
tetrasiklin atau amoxiline) dan gram bismu (pepto bismo). Pasien dengan
gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan
oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsic

b. Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan (2010) meliputi :


1) Tirah baring.
2) Mengurangi stress.
3) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agaragar dan
sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian makanan-makanan

60
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak.

60
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Gastritis Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang


dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf optimal
melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu kebutuhan klien
(Nursalam, 2005).
Dalam asuhan keperawatan pasien dengan gastritis, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan (implementasi), dan evaluasi. Proses keperawatan ini
merupakan pedoman untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan uraian
masing-masing sebagai:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilakukan secara sistematisdalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,
2012). Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data
sekunder), dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan
melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis
yaitu sebagai berikut :
a. Data dasar (Identitas Klien) : Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat
dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama, bahasa yang digunakan, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, sumber dana/ biaya serta identitas orang tua.

b. Riwayat kesehatan

60
1) Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan perut sebelah kiri bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari


gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

3) Riwayat kesehatan terdahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan


dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian
obat.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Dihubungkan dengan kemungkinan adanya


penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit
menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada pasien
gastritis, dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit
keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini
ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya
minum-minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan
pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan rokok.
5) Genogram : Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi sesuai
dengan kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat
dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi
keatas.
6) Riwayat psikososial : Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien
untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara
klien menerima keadaannya.
7) Pola kebiasaan sehari-hari. Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan
seharihari pada pasien gastritis, yaitu :

a) Pola nutrisi

60
b) Pola eliminasi

c) Pola istirahat dan tidur

d) Pola aktivitas/ latihan

e) Pola kognisi-perceptual

f) Pola toleransi-koping stress

g) Pola persepsi diri/ konsep koping

h) Pola seksual reproduktif

i) Pola hubungan dan peran

j) Pola nilai dan keyakinan.

c. Kebutuhan dasar
Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi dan kebersihan
diri dan faktor alergi.
d. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskiltasi. Menurut Doengoes (2000), data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi :

1) Data Subjektif
a) Keadaan umum, tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kwadran epigastrik.
(1) Tanda-tanda vital
(2) B1 (Breath) : Takhipnea
(3) B2 (Blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

60
(4) B3 (Brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
(5) B4 (Bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
(6) B5 (Bowel) : Anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
(7) B6 (Bone) : Kelelahan, kelemahan.
b) Kesadaran : Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/ bingung, sampai koma (tergantung pada volume sirkulasi/
oksigenasi).
2) Data objektif
a) Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah
berkerut.
b) Mata : Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering
c) Mulut dan faring : Mukosa bibir kering (peurunan cairan intrasel mukosa)
bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi
bibir dan personal hygiene).
d) Abdomen
(1) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan
bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada
sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
(2) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan,
dan hipoaktif setelah perdarahan.
(3) Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bisng usus meningkat).
(4) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat nyeri
tekan pada region epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung)
(Doengoes, 2000).

60
e) Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit/ membrane mukosa berkeringan
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes,
2000).
f) Pemeriksaan penunjang, menurut Priyanto (2009) yang ditemukan pada
pasien gastritis, yaitu :
(1) Endoscopy
(2) Pemeriksaan histopatologi
(3) Laboratorium
(4) Analisa gaster
(5) Gastroscopi.
10. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon


pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi
masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan keputusan klinis tentang respon seorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial.

Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien


individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Tujuan pencacatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat
komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan
merupakan tanggung jawab seorang perawat terhadap masalah yang
diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan rencana
intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

60
Data yang dikelompokan, dianalisa dan dipriositaskan masalahnya
maka ditentukan beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien
gastritis. Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan pada klien dengan
gastritis adalah:

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam lambung


bikarbonat yang naik turun.
b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan
muntah).
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya intake makanan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian nyeri
11. Perencanaan Keperawatan (Intervensi)

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian


dalam proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan
memecahkan masalah yang tertulis (Bulechek, 2016). Menurut Doenges
(2000) Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan masalah
dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien. Adapun
kriteria hasil tersebut harus berpedoman pada SMART yaitu:

a. Befokus pada pasien, yaitu harus menunjukan apa yang akan dilakukan,
kapan dan sejauh mana tindakan dapat dilakukan.

60
b. Singkat dan jelas, yaitu untuk memudahkan perawat untuk mengidentifikasi
tujuan dan rencana tindakan.
c. Dapat diobservasi dan diukur, (measurable) adalah suatu kata kerja yang
menjelaskan perilaku pasien atau keluarga yang diharapkan akan terjadi jika
tujuan telah tercapai.
d. Ada batas waktunya, batas pencapaian hasil harus dinyatakan dalam
penulisan kriteria hasil. Komponen batas waktu dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Jangka panjang Suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam jangka
waktu lama, biasanya lebih dari 1 minggu atau 1 bulan, kriteria hasil tersebut
ditujukan pada unsur “problem” masalah dalam diagnosa keperawatan
2) Jangka pendek Suatu tujuan yang diharapkan bisa dicapai dalam waktu
yang singkat, biasanya kurang dari 1 minggu, kriteria hasil tersebut ditujukan
pada unsur etiologi dan symptom dalam diagnosa keperawatan aktual ataupun
resiko.
e. Realistis, yaitu harus bisa dicapai sesuai dengan saran dan prasarana yang
tersedia, meliputi biaya, perlatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, affek-emosi
dan kondisi fisik.
f. Ditentukan oleh perawat dan pasien/keluarga pasien, selama pengkajian
perawat mulai melibatkan pasien/keluarga pasien dalam intervensi. Misalnya
pada waktu wawancara, perawat mempelajari apa yang bisa dikerjakan atau
dilihat pasien sebagai masalah utama, sehingga muncul diagnosa keperawatan.
Kemudian perawat dan keluarga pasien mendiskusikan kriteria hasil dan
rencana tindakan untuk memvalidasi. Intervensi asuhan keperawatan yang
direncanakan pada pasien dengan gastritis berdasarkan diagnosa keperawatan
menurut Doenges (2000) adalah sebagai berikut :

60
1. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri berhubungan Setelah
dengan iritasi dilakukan 1. Pantau 1. Untuk mengetahui
mukosa lambung intervensi keluhan nyeri, letak nyeri dan
sekresi asam selama x24 jam perhatikan memudahkan intervensi
lambung diharapkan lokasi, intensitas yang akan dilakukan.
bikarbonat yang nyeri dapat nyeri, dan skala Intervensi dini pada
naik turun. berkurang nyeri serta control nyeri
dengan kriteria anjurkan pasien memudahkan pemulihan
hasil : untuk otot dengan menurunkan
1. Klien melaporkan tegangan otot.
mengungkapkan nyeri segera saat 2. Respon autonomik
nyeri yang mulai. meliputi, perubahan pada
dirasakan 2. Pantau tanda- TD, nadi, RR, yang
berkurang atau tanda vital. berhubungan dengan
hilang. 3. Anjurkan
2. Klien tidak istirahat selama penghilangan nyeri.
menyeringai fase akut. 3. Mengurangi nyeri yang
kesakitan. 4. Anjurkan diperberat oleh gerakan.
3. TTV dalam teknik distraksi 4. Menurunkan tegangan
batasan normal. dan relaksasi. otot, meningkatkan
4. Intensitas 5. Kolaborasi relaksasi, dan
nyeri berkurang dengan tim meningkatkan rasa
(skala nyeri medis dalam kontrol dan kemampuan
berkurang 1-10). pemberin koping.
5. Menunjukkan tindakan. 5. Menghilangkan atau
rileks, istirahat 6. Berikan obat mengurangi keluhan nyeri
tidur, sesuai indikasi klien.
peningkatan mis : antasida. 6. Menurunkan keasaman
aktivitas dengan 7. Obat gaster dengan absorpsi
cepat. antikolinergik atau dengan menetralisir
(Belladonna, kimia.
atropine). 7. Diberikan pada waktu
tidur untuk menurunkan
mortilitas gaster,
menekan produksi asam,
memperlambat
pengosongan gaster dan
menghilangkan nyeri.
2 Kekurangan Setelah
volume cairan dilakukan 1. Penuhi 1. dekuat akan

60
kurang dari intervensi kebutuhan mengurangi resiko
kebutuhan tubuh selama x24 jam individua. dehidrasi pasien.
berhubungan diharapkan Anjurkan klien 2. Indikator dehidrasi atau
dengan intake yang intake cairan untuk minum hypovolemia,
tidak adekuat dan klien adekuat (dewasa: 40-60 keadekuatan penggantian
output cair yang dengan kriteria cc/kg/jam) cairan.
berlebih (mual dan hasil : 2. Kaji turgor 3. Menunjukkan status
muntah). 1. Mukosa bibir kulit. dehidrasi atau
lembab. 3. Awasi tanda- kemungkinan kebutuhan
2. Turgor kulit tanda vital, untuk peningkatan
baik. pengisian penggantian cairan.
3. Pengisian kapiler dan
kapiler baik. membran 4. Mengganti cairan
4. Input dan mukosa. untuk masukan kalori
4. Catat input yang berdampak pada
output dan output keseimbangan elektrolit.
seimbang. cairan. 5. Mengganti kehilangan
5. Berikan cairan dan memperbaiki
cairan tambahan keseimbangan cairan
dalam fase segera
IV sesuai 6. Cimetidine dan
indikasi ranitidine berfungsi untuk
6. Kolaborasi menghambat sekresi asam
pemberian lambung.
cimetidine dan
ranitidine.
3 Ketidakseimbangan Setelah
nutrisi kurang dari dilakukan 1. Anjurkan 1. Menjaga nutrisi pasien
kebutuhan tubuh intervensi pasien untuk tetap stabil dan mencegah
berhubungan selama x24 makan dengan rasa
dengan kurangnya diharapkan porsi yang
intake makanan. kebutuhan mual dan muntah.
nutrisi pasien sedikit tapi 2. Untuk mempermudah
terpenuhi sering. pasien menelan.
dengan kriteria 2. Berikan 3. Kebersihan mulut
hasil : makanan yang dapat merangsang nafsu
1. Keadaan lunak. makan pasien.
umum cukup. 3. Lakukan oral 4. Mengetahui
2. Turgor kulit hygiene perkembangan status
baik. 4. Timbang BB nutrisi pasien.
3. BB dengan teratur. 5. Membantu dalam
meningkat. 5. Auskultasi menentukan respon untuk
4. Klien tidak bising usus. makan atau
mual dan 6. Tentukan berkembangnya

60
muntah. makanan yang komplikasi.
tidak 6. Dapat mempengaruhi
membentuk gas. nafsu makan/ pencernaan
dan membatasi masukan
nutrisi.
Intoleransi aktivitas Setelah
berhubungan dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui aktivitas
dengan kelemahan intervensi sejauh mana yang
fisik. selama x24 jam
diharapkan klien klien dapat dapat dilakukan klien.
dapat melakukan 2. Meningkatkan istirahat
beraktivitas aktivitas. klien.
dengan kriteria 2. Berikan 3. Membantu bila perlu,
hasil : lingkungan yang harga diri ditingkatkan
1. Klien dapat tenang. bila klien melakukan
beraktivitas 3. Berikan sesuatu sendiri.
tanpa bantuan. bantuan dalam 4. Klien tahu pentingnya
2. Skala aktivitas. beraktivitas.
aktivitas 0-1. 4. Jelaskan 5. Tirah baring dapat
pentingnya meningkatkan stamina
beraktivitas bagi tubuh pasien sehingga
klien. pasien dapat beraktivitas
5. Tingkatkan kembali.
tirah baring atau
duduk dan
berikan obat
sesuai dengan
indikasi.
5 Kurang Setelah
pengetahuan dilakukan 1. Beri penkes 1. Membantu
tentang intervensi tentang individu dan
penyakitnya selama x24 jam penyakitnya. keluarga
berhubungan diharapkan 2. Berikan untuk
dengan klien mengerti kesempatan menggunakan
kurangnya tentang pada klien untuk gaya hidup
informasi. penyakitnya yang baik.
dengan kriteria menanyakan hal
hasil : yang ingin 2. Memberikan
1. diketahui pengetahuan dasar
Mengungkapkan berhubungan dimana klien dapat
mengerti dengan penyakit mengontrol masalah
tentang proses yang kesehatan.
penyakitnya. dideritanya. 3. Memberikan
3. Berikan pengetahuan dasar

60
kesempatan dimana klien dapat
pada klien untuk mengontrol masalah
mengulangi kesehatan.
kembali
penjelasan yang
diberikan
perawat

6 Ansietas Setelah
berhubungan dilakukan 1. Awasi respon 1. Dapat menjadi
dengan perubahan intervensi fisiologis indikatif derajat takut
status kesehatan, selama x24 jam missal: yang dialami pasien.
ancaman diharapkan takipnea,pusing. 2. Membuat hubungan
kematian, nyeri klien mengerti 2. Dorong terapiutik.
tentang pernyataan 3. Memindahkan pasien
perubahan takut dan dari stesor luar
status ansietas, meningkatkan relaksasi,
kesehatannya. berikan umpan dapat meningkatkan
balik.
3. Berikan ketrampilan koping.
lingkungan 4. Membantu
tenang untuk menurunkan takut.
istirahat. 5. Belajar cara untuk
4. Dorong rileks dapat membantu
orang terdekat menurunkan takut dan
tinggal dengan ansietas
pasien.

5. Tunjukan
teknik relaksasi.

2. Pelaksanaan Keperawatan (Implementasi)


Menurut Doenges (2000), implementasi adalah tindakan pemberian
keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan

60
untuk setiap tindakan yang diberikn kepada pasien. Dalam melakukan
tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu independen,
dependen, interdependen.
1. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.
2. Tindakan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis.
3. Tindakan interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan
suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Keterampilan yang harus dipunyai perawat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor. Dalam melakukan
tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang harus diperhatikan
adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan pendidikan kesehatan
pada klien. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
disusun sebelum ke pasien
3. Evaluasi Keperawatan
Menurut Doenges (2000), evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul
masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakn segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai
dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi dari diagnosa

60
keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri klien berkurang,
apakah klien dapat mengkomsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat
tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
gastritis dan perubahan kesehatannya. Proses evaluasi menurut Rohmah dan
Walid (2014),
Proses evaluasi, meliputi :
a. Mengatur pencapaian tujuan
1) Tujuan dari aspek kognitif, pengukuran kognitif dapat dilakukan dengan
empat cara yaitu : interview, komprehensif, aplikasi fakta dan tulis.

2) Tujuan aspek afektif, untuk mengukur pencapaian tujuan aspek afektif.


Dapat dilakukan dengan cara observasi, feed back dari kesehatan lain,
psikomotor, perubahan fungsi tubuh.

b. Macam-macam evaluasi

1) Evaluasi proses (Formatif)


a) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
b) Berorientasi pada etiologis.
c) Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai
2) Evaluasi hasil (Suamatif)
a) Evaluasi yang dilakuakn akhir tindakan keperawatan secara lengkap.
b) Berorientasi pada masalah keperawatan.
c) Menjelaskan keberhasilan/ ketidak berhasilan.
d) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang telah ditetapkan.

3) Komponen SOAP Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau


memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP.

60
Penggunaan tergantung dari kebijakan setempat. Menurut Rohmah dan
Walid (2014), pengertian SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
O : Data Objektif
Data obejektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atay observasi perawat
secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan
A : Analisis Interperestasi dari data subjektif dan data obejktif,
analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
P : Planning Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan di
modifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya
4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan
harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga
berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan
besar akan ikut berubah atau disesuaikan.

5. Evaluasi

60
Adalah tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil
yang telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan atau asuhan.

Format Asuhan Keperawatan Keluarga

60
Pengkajian Keluarga
A. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Muh Ali
a. Inisial pengambil keputusan : Tn. A
b. Usia : 41 Thn
c. Pendidikan : SMA
d. pekerjaan KK : Buruh Harian
2. Alamat dan Telpon
a. Tempat tinggal klien : RT 1 RW 1 Dusun Pa’bundukang
b. Telpon yang dapat dihubungi : 082197449449
3. Komposisi Keluarga : KK dan anggota keluarga
P/ Hub dgn TTl/ Status Status
No Nama L KK Umur Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Kesehatan

1. Tn. A L KK 41 SMA Penjual Lengkap -


tahun ikan

2. Ny. S P Istri 36 SD IRT Lengkap Kolestrol


tahun

3 Nn. R P Anak 20 SMA - Lengkap Riwayat


tahun asma

4 Nn. A P Anak 16 SMA - Lengkap Gastritis


tahun

60
Genogram

? ? ? ? ? ? ? ? 41
? 36 ? ?
?

20 20 16

Keterangan :
: Perempuan : meninggal

: laki-laki ? : umur tidak diketahui


: Klien

: garis pernikahan

: garis keturunan

G1 : ayah dari Tn. A sudah meninggal dengan faktor yang tidak diketahui,
ibu dari Tn. A sudah meninggal dengan penyakit Hipertensi, orang tua dari
Ny S sudah meninggal dengan faktor tidak diketahui
G II : Tn. A berusia 41 thn dan Ny. S berusia 36 thn yang sekarang memiliki
riwayat penyakit Kolestrol
G III : Tn A dan Ny. S memiliki anak 3 dan anak pertamanya sudah menikah
yang sudah berumur 20 thn dan sudah memiliki 1 orang anak yang sekarang
tinggal serumah

60
4. Tipe keluarga : Keluarga ini termasuk kedalam tipe keluarga extended
family yang terdiri suami, istri, anak, menantu dan cucu
5. Suku : Dalam keluarga hanya memiliki satu suku yaitu suku Makassar, dan
bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa
Makassar
6. Agama : Dalam keluarga menganut agama islam.
7. Status sosial ekonomi : Status ekonomi keluarga termasuk kedalam tingkat
ekonomi menengah dilihat dari penghasilan kepala keluarga yang berada
<UMR, serta usaha didepan rumah yaitu loster dan BAK WC
8. Aktivitas rekreasi : Ny S mengatakan dirinya tidak pernah bepergian untuk
rekreasi hanya anak-anaknya yang sering bepergian untuk rekreasi, tempat
yang selalu dikunjungi oleh anaknya yaitu ke wisata kebun gowa (wiskeb)
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A saat ini ialah tahap perkembangan
keenam yaitu keluarga mulai melepas anak sebagai anak dewasa
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Jika dilihat saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yakni
keluarga usia pertengahan (middle age family). Anak tertua Tn. A sudah
menikah dan tetap tinggal bersama dengan Tn. A.
3. Riwayat keluarga inti
1) Tn. A sebagai kepala keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
2) Ny. S memiliki riwayat penyakit yaitu kolestrol, Ny.S menjaga kolestrol
dengan mengomsumsi rebusan daun kelor dan obat simvastatin
3) Anak pertama Tn A memiliki penyakit asma sampai sekarang dan anak Tn
A memiliki alergi debu, anak pertama Tn A sudah menikah dan memiliki
anak 1 yaitu laki-laki dan tinggal serumah dengan Tn A dan Ny S.
4) Anak kedua Tn. A memiliki riwayat penyakit yaitu Asma, anak Tn A
sejak kecil pernah mengalami sesak jika batuk keras dan pernah dirawat di

60
Rs faisal dan di rujuk ke Balai Paru untuk pemeriksaan lanjutan, semenjak
mengomsumsi obat dari balai paru sampai saat ini asma tidak kambuh
lagi.
5) Anak ketiga Tn A memiliki riwayat penyakit Gastritis, anak Tn A tidak
mengomsumsi obat-obatan, Ny S mengatakan selalu mengingatkan
anaknya untuk makan terutama di pagi hari kadang-kadang Ny S lupa
untuk mengingatkan jadwal makannya sehingga anak kedua Tn A maag
nya kambuh lagi
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. S mengatakan bahwa dari keluarga suaminya memiliki riwayat
penyakit Hipertensi.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Jenis rumah Tn. A yaitu permanen dengan status kepemilikan rumah pribadi
yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, atap
dari seng, lantai dari keramik dan berdinding tembok
1) Ventilasi
Rumah keuarga Tn. A memiliki ventilasi yang kurang dengan
jendela yang kurang dan sirkulasi udara yang kurang baik, di mana
tidak terdapat ventilasi di ruang tamu dan ventilasi di disetiap kamar,
hanya ventilasi di bagian dapur.
2) Pencahayaan
Pencahayaan rumah kurang baik, pada saat siang hari cahaya
masuk ke ruangan lewat pintu depan, pada malam hari terdapat lampu
menerangi tiap ruangan.
3) Saluran pembuangan limbah
Rumah Tn. A memiliki saluran pembuangan yang terhubung
dengan bak untuk membuang limbah dari air mandi dan air cucian.
4) Sumber air bersih

60
Sumber air bersih berasal dari PDAM yang digunakan untuk
mandi, dan mencuci,keseharian minum dengan air galon. Karakteristik
air ialah bersih dan tidak berbau dan tidak berubah warna.
5) Jamban
Jamban yang digunakan keluarga adalah jamban yang jongkok
yang letaknya di dalam rumah.
6) Tempat sampah
Tn. A dan Ny. S memisahkan antara sampah basah dan sampah
kering. Untuk sampah basah seperti sisa nasi atau makanan diberikan
kepada hewan ternak (ayam atau bebek) dan untuk sampah kering
akan dibakar setiap sore di halaman rumahnya.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas (RW)
Tn. A tinggal di Desa Pacellekang Dusun Pa’bundukang, jarak antar rumah
dengan rumah lainnya berdekatan. hubungan sosial antara keluarga Tn. A
dengan tetangga sangat baik apalagi memiliki hubungan keluarga yaitu
keponakan dan saudara dari Tn A dan Ny S. selama pandemi jarang untuk
berkumpul didepan rumah dikarenakan juga cuaca sering hujan dan
kesibukan menjaga cucunya
3. Mobilitas geografis keluarga
Ny. S sebelumnya tinggal dimakassar tepatnya di Jl. Pettarani selama
10 tahun dengan rumah yang kecil kemudian Tn A dan Ny S membangun
rumah dikampung halaman suaminya Tn A dengan rumah yang sederhana dan
Ny S menceritakan kehidupannya yang sangat diuji tetapi dengan kesabaran
keluarganya dan sampai saat ini kehidupannya sudah mencukupi kehidupan
keluarganya dan saat ini Ny. S tinggal bersama dengan suami, anak, menantu
dan 1 cucu laki-lakinya hanya saat ini menantunya sering tinggal diluar daerah
karna kerjaannya. Tn. A memilki sebuah sepeda motor yang digunakan
sebagai media transportasi untuk pergi ke tempat lainnya
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

60
Ny. S Mengatakan hubungan dengan tetangga sangat baik, setiap
hari atau sore hari selalu berbincang-bincang, selama pandemi jarang untuk
berkumpul didepan rumah dikarenakan juga cuaca sering hujan dan
kesibukan menjaga cucunya, dan klien mengatakan bahwa tetangganya
memiliki hubungan keluarga sehingga silaturahmi tetap baik. Ny S
mengatakan sering terlibat dalam kegiatan masyarakat di dusun pa’bundukang
khususnya RW 1 seperti kerja bakti.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga dalam rumah ada 7 orang, dan dimana anak klien
sudah menikah dan mempunyai anak 1 orang, dan selalu saling mendukung
dan memperhatikan satu sama lain.
D. Struktur keluarga
1. Pola kemunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik dan sopan,
keluarga mengatakan ketika ada masalah dan keputusan semua dibicarakan
dan mencari solusi bersama, dan Ny S mengatakan jika memiliki masalah
hanya dengan suami yang tahu dan membicarakan hanya berdua tanpa
anaknya tahu permasalahannya, Ny S juga mengatakan jika Ny S dan Tn A
jarang memiliki masalah karena mereka sepemikiran dan merasa dirinya
cocok dan paham satu sama lain sehingga masalah dalam keluarganya tetap
terjaga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga berada pada kepala keluarga yaitu Tn.A dimana
dirinya mampu memberikan pandangan baik dan buruk terhadap setiap
keputusan yang akan dipilihnya.

3. Struktur peran
Peran keluarga berjalan dengan sebagaimana mestinya, suami sebagai
kepala keluarga yang memberikan perlindungan serta mencari nafkah untuk

60
keluarganya, istri sebagai pengatur segala persoalan didalam rumah dan anak
sebagai harapan dari orang tua Serta menantu dari Tn. A yang juga memiliki peran
terhadap keluarganya dengan bekerja di salah satu perusahaan dan istri yang
memiliki peran yaitu juga sebagai ibu rumah tangga dan kerja di daerah
sungguminasa
4. Nilai dan norma budaya
Adapun keyakinan keluarga hanya kepada Allah SWT dan rasullah
SAW, tidak terdapat budaya-budaya terkait kesehatan yang melenceng dari
ajaran rasulullah, ketika sakit keluarga tetap bersabar dan memohon
kesembuhan dan menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat. Dalam
keluarga tetap menekankan etika dan sopan santun dalam pergaulan. Keluarga
menyatakan dalam keluarga menghormati satu sama lain terlebih pada orang
yang lebih tua
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Ny S mengatakan bahwa walaupun didalam rumah memiliki 2
keluarga akan tetapi keluarga tetap saling mengasuh, membantu saling
mendukung antar keluarga dan saling menghargai anggota keluarga dan
mengakui keberadaan keluarga dan Tn. A termasuk keluarga yang harmonis.
Interaksi dengan keluarga berjalan baik. Antar anggota keluarga saling
memperhatikan, menghormati dan menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih
kasih.
2. Fungsi sosialisasi
Ny. S mengatakan bahwa sosialisasi setiap anggota keluarga memiliki
nilai sosial yang baik terhadap tetangga, keluarga yang lain dan kepada
individu yang lainnya. Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah dan
bermain dengan cucunya yang masih bayi, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan keluarga

60
1) Mengenal masalah kesehatan
Ny S mengetahui bahwa dirinya memiliki riwayat penyakit
kolestrol. Karenanya, ia selalu mengatur pola hidup yang sehat.
sedangkan anak pertamanya memiliki penyakit asma dan anak pertama
Tn A memiliki alergi debu, anak keduanya memiliki riwayat penyakit
asma namun sudah sembuh dan tidak kambuh lagi, dan anak ketiga
dari Tn A memiliki penyakit gastritis dan Ny S selalu mengingat
jadwal makan anaknya agar tidak kambuh tapi kadang-kadang Ny S
lupa untuk mengingatkan anaknya untuk makan dan maag anaknya
kambuh lagi. Ny S mengatakan Tn A merokok dan tampak dirumah
Ny S memiliki bayi yang tinggal serumah dengan cucunya dan Ny S
memiliki anak yang mempunyai penyakit asma.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Jika maagnya kambuh akibat terlambat makan Ny S hanya
memberikan segera makanan untuk anaknya, apabila belum sembuh
keluarga mengambil keputusan untuk mengonsumsi obat-obatan yang
didapatkan di warung terlebih dahulu, jika tidak lekas sembuh, keluarga
baru membawanya ke Puskesmas, Ny S mengatakan hanya mengontrol
kolestrol dengan membuat rebusan daun kelor dan obat simvastatin, Ny S
mengatakan hanya mengetahui rebusan daun kelor saja untuk mengontrol
kolestrol dan mengomsumsi obat-obatan, Ny S mengatakan jika sesak
anaknya kambuh dia merasa cemas dan langsung dibawa ke RS dan Ny S
tidak tahu panangan mandiri dirumah dan langsung dibawa ke Rs
3) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Ny S mengatakan kemampuan merawat penyakit kolestrolnya
selalu mengomsumsi rebusan daun kelor dan mengomsumsi obat, dan
selama Ny S rajin mengomsumsi ramuan herbal tersebut kolestrol selalu
terkontrol dan sudah lama tidak kambuh lagi. Ny S mengatakan jika maag
anaknya kambuh Ny S hanya memberikan makan saja dan jika belum

60
sembuh Ny S membeli obat diwarung dan jika itu belum sembuh juga Ny
S membawa ke puskesmas, Ny S tidak mengetahui cara penanganan
secara mandiri selain memberi makanan langsung dengan anaknya, Ny S
mengatakan tidak mengetahui cara penanganan dirumah saat penyakit
asma anaknya kambuh, keluarga langsung membawa anaknya ke RS,
Keluarga sudah mampu merawat anggota keluarganya yang sakit, seperti
cucu Ny. R apabila deman biasanya keluarga mengompres cucunya
kadang menggunakan air hangat dan air biasa.
4) Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
Keluarga memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan
gastritis dan kolestrol. Untuk gastritis, membantu anaknya mengatur
pola makan dan untuk kolestrol selalu mengatur pola hidup yang sehat
baik itu pola makannya dan selalu mengomsumsi rebusan daun kelor
tersebut.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan di
masyarakat
Keluarga Tn. A mengatakan baru menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di sekitar rumahnya yaitu Puskesmas
Pacellekang atau klinik langganan keluarganya, jika ada anggota
keluarga yang sakit yang sudah dirawat di rumah namun tak kunjung
sembuh.
F. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Saat ini, Ny. S kadang dibuat stress karena banyaknya aktivitas yang
dilakukan saat pagi yaitu mengurus Suami (Tn. A) yang akan berangkat ke
sawah, mengurus anaknya yang akan berangkat sekolah dan kerja dan
mengurus cucunya yang masih berusia 5 bulan
2. Stressor jangka panjang

60
Keluarga Ny. S mengatakan bahwa stressor jangka panjang yang
dialaminya akibat dari masalah kesehatan anaknya yaitu penyakit maag dan
anaknya yang sudah berkeluarga memiliki penyakit asma yang sangat mudah
terkena karna anaknya alergi debu sehingga mudah kambuh sesaknya dan
selalu dirawat di Rs dengan penyakit asma tersebut sehinga membuat klien
cemas dan sering berpikir mengenai masalah kesehatan anaknya, Ny. S
berharap agar keluarganya selalu sehat dan terjauhkan dari
penyakit.
3. Strategi koping yang digunakan yaitu berdiskusi dengan keluarga
dalam pengambilan suatu keputusan .
a. Reaksi terhadap stressor : Ny. S mengatakan ketika ada masalah
selalu mengatakan bahwa masalah ini akan selesai dan untuk
menghilangkan stress sering bermain dengan cucunya yang masih kecil
. Ny S mengatakan sudah bisa mengatasi dan beradaptasi dengan
stressor tersebut baik akitivitas maupun penyakit-penyakitnya.
b. Strategi koping internal : Ny. S mengatakan bahwa ketika ada
masalah, dia dan keluarganya saling berdiskusi dan memberikan
solusi bersama.
c. Strategi koping eksternal : Ny. S percaya dengan keyakinan dan
selalu berdoa untuk masalah kesehatannya dan masalah lainnya
d. Strategi adaptasi disfungsional : dari hasil pengkajian keluarga
dapat menyelesaikan stressor yang dialami oleh keluarganya.
G. Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar keluarganya selalu sehat dan berharap bisa
mendapatkan berbagai informasi kesehatan yang dibutuhkan dan tetap saling
menjaga keutuhan keluarga.
H. Pemeriksaan fisik
No. Pemeriksaan Tn. A Ny. S
1. Keadaan umum Baik Baik

60
2. Tanda – tanda vital : TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
• TD (mmHg) N : 85 x/i N : 78 x/i
• Nadi (x/menit) P : 24 x/i P : 24x/i
• Suhu (celcius) Suhu : 36,5o C Suhu : 36o C
• RR (x/menit)

3. TB (cm) & BB (kg) 159 cm/65 kg 157cm/ 47 kg

4. Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala normocephal,


normocephal, rambut rambut beruban dan pendek,
beruban, tidak ada tidak ada benjolan.
benjolan, tidak ada nyeri
tekan
5. Mata Simetris, tidak anemis. Simetris, tidak anemis.

6. Mulut dan Hidung Simetris, tidak ada polip, Simetris, tidak ada polip,
Gigi sudah ada yang Gigi sudah ada yang tanggal,
tanggal, mulut bersih, tidak mulut bersih, tidak ada lesi,
ada lesi, bentuk simetris. bentuk simetris.
7. Telinga Bersih, simetris, tidak ada Bersih, simetris, tidak ada
massa.Tidak ada serumen massa.Tidak ada serumen

8. Leher Tidak terdapat pembesaran Tidak terdapat pembesaran


kelenjar tiroid, tidak kelenjar tiroid, tidak
kesulitan menelan kesulitan menelan

9. Dada Bentuk Simetris, tidak Bentuk Simetris, tidak


terdapat suara nafas terdapat suara nafas
tambahan tambahan
10. Abdomen Bentuk datar, peristaltik Bentuk datar, peristaltik
terdengar 8x/menit, tidak terdengar 8x/menit, tidak
terdapat pembesaran hepar terdapat pembesaran hepar
dan tidak ada nyeri tekan. dan tidak ada nyeri tekan.
11 Ekstremitas atas Tidak ada edema, tidak ada Tidak ada edema, tidak ada
kelemahan anggota gerak. kelemahan anggota gerak.
12 Ekstremitas bawah Tidak ada edema, kekuatan Tidak ada edema, kekuatan
otot baik otot baik
5 5 5 5

5 5 5 5

60
11. Eliminasi BAB 1-2 X/hari BAB 1-2 X/hari
BAK 4-5/hari BAK 5-6/hari
14 Capillaryrefill <2 detik < 2 detik

ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERWATAN

DS kesiapan peningkatan manajemen


1) Ny. S mengatakan memiliki kesehatan
riwayat penyakit yaitu kolestrol
sejak lama, Ny.S hanya
mengetahui rebusan daun kelor
saja untuk mengontrol kolestrol
dan mengomsumsi obat-obatan
2) Ny S mengatakan jika maag anak
keduanya kambuh langsung
memberi makan untuk
penanganan anaknya dan setelah
itu jika belum sembuh Ny S
membeli obat diwarung, Ny S
tidak mengetahui cara
penanganan secara mandiri selain
memberi makanan langsung
dengan anaknya
3) Ny S mengatakan tidak tahu
pananganan mandiri dirumah dan
langsung dibawa ke Rs
4) Ny. S berharap agar
keluarganya selalu sehat dan
terjauhkan dari penyakit

60
5) Keluarga sudah mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit,
seperti anaknya Ny. S apabila
Manajemen kesehatan tidak efektif
maagnya kambuh Ny S memberi
makan langsung dan membeli
obat diwarung.
DO
1). Ny S tampak bingung
2) Ny S tampak tidak mampu
menjelaskan cara mengobati anaknya
yang sakit

DS
1) Ny S mengatakan anak ketiganya
memiliki riwayat penyakit
Gastritis, anak Tn A tidak
mengomsumsi obat-obatan
puskesmas hanya mengomsumsi
obat dari warung
2) Ny S mengatakan selalu
mengingatkan anaknya untuk
makan terutama di pagi hari
kadang-kadang Ny S lupa untuk Perilaku kesehatan cenderung berisiko
mengingatkan jadwal makannya
sehingga anak kedua Tn A maag
nya kambuh lagi
3) Ny S mengatakan jika maag
anaknya kambuh Ny S hanya

60
memberikan makan saja dan jika
belum sembuh Ny S membeli obat
diwarung dan jika itu belum
sembuh juga Ny S membawa ke
puskesmas
4) Ny S mengatakan tidak mengetahui
cara penanganan dirumah saat
penyakit asma anaknya kambuh,
keluarga langsung membawa
anaknya ke Rs
DO
1). Ny S tidak mengetahui penanganan
untuk anaknya yang asma
2). Ny S hanya mengetahui cara
mengatasi maag anaknya dengan
langsung memberi makan dan obat
diwarung

DS
1) Ny S mengatakan Tn A merokok
2) Anak pertama dan kedua Tn A
memiliki riwayat asma dan anak
pertama Tn A sudah menikah dan
memiliki anak 1 yaitu laki-laki dan
tinggal serumah dengan Tn A dan
Ny S
3) Rumah keuarga Tn. A memiliki
ventilasi yang kurang dengan

60
jendela yang kurang dan sirkulasi
udara yang kurang baik, di mana
tidak terdapat ventilasi di ruang
tamu dan ventilasi di disetiap
kamar, hanya ventilasi di bagian
dapur.

DO
1. tampak dirumah Ny S memiliki
bayi yang tinggal serumah dengan
cucunya dan Ny S memiliki anak
yang mempunyai penyakit asma
2. tampak tidak memiliki jendela
dibagian ruang tamu dan kamar

SKORING MASALAH

Diagnosa : kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

KRITERIA DAN BOBOT TOTAL PEMBENARAN


SKOR

60
Sifat masalah 1 3× 1 Ny S mengatakan jika maag anak
=1
3
1. Keadaan sejahtera keduanya kambuh langsung
(3) memberi makan untuk
2. Deficit penanganan anaknya dan setelah
kesehatan/actual (3) itu jika belum sembuh Ny S
3. Ancaman membeli obat diwarung, Ny S
kesehatan/risiko (2) tidak mengetahui cara penanganan
4. Krisis yang dialami/ secara mandiri selain memberi
potensial (1) makanan langsung dengan
anaknya
Kemungkinan masalah 2 2× 2 Ny. S mengatakan memiliki
=2
2
dapat diubah : riwayat penyakit yaitu kolestrol
1. Mudah (2) sejak lama, Ny.S hanya
2. Sebagian (1) mengetahui rebusan daun kelor
3. Tidak dapat (0) saja untuk mengontrol kolestrol
dan mengomsumsi obat-obatan

Potensial masalah untuk 1 3× 1 Ny S mengatakan tidak tahu


=1
3
dicegah pananganan mandiri dirumah dan
1. Tinggi (3) langsung dibawa ke Rs, Keluarga
2. Cukup (2) sudah mampu merawat anggota
3. Rendah (1) keluarganya yang sakit, seperti
anaknya Ny. S apabila maagnya
kambuh Ny S memberi makan
langsung dan membeli obat
diwarung.
Menonjolnya masalah: 1 2× 1 Anak pertama Tn A memiliki
=1
2
1. Membutuhkan penyakit asma sampai sekarang
perhatian dan segera dan anak Tn A memiliki alergi

60
diatasi (2) debu, Ny. S berharap agar
2. Tidak membutuhkan keluarganya selalu sehat dan
perhatian dan tidak terjauhkan dari penyakit
segera diatasi (1)
3. Tidak dirasakan
sebagai masalah
atau kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
total 5,0

Diagnosa : Manajemen kesehatan tidak efektif

KRITERIA DAN SKOR BOBOT TOTAL PEMBENARAN


Sifat masalah 1 3× 1 Ny S mengatakan selalu
=1
3
1. Keadaan sejahtera (3) mengingatkan anaknya untuk
2. Deficit kesehatan/actual (3) makan terutama di pagi hari
3. Ancaman kesehatan/risiko (2) kadang-kadang Ny S lupa
4. Krisis yang dialami/ potensial (1) untuk mengingatkan jadwal
makannya sehingga anak
kedua Tn A maag nya
kambuh lagi
Kemungkinan masalah dapat diubah : 2 1× 2 Ny S mengatakan anak
=1
2
1. Mudah (2) ketiganya memiliki riwayat
2. Sebagian (1) penyakit Gastritis, anak Tn A
3. Tidak dapat (0) tidak mengomsumsi obat-
obatan

Potensial masalah untuk dicegah 1 3× 1 Ny S mengatakan jika maag


=1
3
4. Tinggi (3) anaknya kambuh Ny S hanya

60
5. Cukup (2) memberikan makan saja dan
6. Rendah (1) jika belum sembuh Ny S
membeli obat diwarung dan
jika itu belum sembuh juga
Ny S membawa ke
puskesmas
Menonjolnya masalah: 1 2× 1 Ny S mengatakan tidak
=1
2
1. Membutuhkan perhatian dan mengetahui cara penanganan
segera diatasi (2) dirumah saat penyakit asma
2. Tidak membutuhkan perhatian dan anaknya kambuh, keluarga
tidak segera diatasi (1) langsung membawa anaknya
3. Tidak dirasakan sebagai masalah ke Rs
atau
4. kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 4,0

Diagnosa : perilaku kesehatan cenderung berisiko

KRITERIA DAN BOBOT TOTAL PEMBENARAN


SKOR
Sifat masalah 1 2× 1 Anak pertama dan kedua Tn A
=0,6
3
1) Keadaan memiliki riwayat asma dan anak
sejahtera (3) pertama Tn A sudah menikah dan
2) Deficit memiliki anak 1 yaitu laki-laki
kesehatan/actual (3) dan tinggal serumah dengan Tn A
3) Ancaman dan Ny S
kesehatan/risiko (2)
4) Krisis yang

60
dialami/ potensial
(1)
Kemungkinan masalah 2 1× 2 Rumah keuarga Tn. A memiliki
=1
2 ventilasi yang kurang dengan
dapat diubah :
jendela yang kurang dan sirkulasi
5) Mudah (2)
udara yang kurang baik, di mana
6) Sebagian (1) tidak terdapat ventilasi di ruang
7) Tidak dapat (0) tamu dan ventilasi di disetiap
kamar, hanya ventilasi di bagian
dapur.

Potensial masalah untuk 1 1× 1 Ny S mengatakan Tn A merokok


=0,3
3
dicegah
8) Tinggi (3)
9) Cukup (2)
10) Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 2× 1 Anak pertama dan kedua Tn A
=1
2
4. Membutuhkan memiliki riwayat asma dan anak
perhatian dan segera pertama Tn A sudah menikah dan
diatasi (2) memiliki anak 1 yaitu laki-laki
5. Tidak membutuhkan dan tinggal serumah dengan Tn A
perhatian dan tidak dan Ny S, Ny S mengatakan Tn A
segera diatasi (1) merokok
6. Tidak dirasakan
sebagai masalah
atau kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
total 2,9

60
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan Skor


1 Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan 5,0
2 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif 4,0
3 perilaku kesehatan cenderung berisiko 2,9

60
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Data Diagnosis Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. 1) Ny. S mengatakan memiliki Kesiapan Peningkatkan TUK 1 : TUK 1 : Mengenal Masalah Kesehatan
Manajemen Kesehatan Keluarga mampu Keluarga
riwayat penyakit yaitu
mengenal masalah Edukasi Kesehatan I.12383
kolestrol sejak lama, Ny.S kesehatan 1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Setelah dilakukan tindakan meningkatkan dan menurunkan perilaku
hanya mengetahui rebusan
keperawatan diharapkan hidup sehat dan bersih.
daun kelor saja untuk keluarga mampu mengenal 2. Ajarkan perilaku hidup sehat dan bersih
masalah kesehatan dengan 3. Anjurkan membawa keluarga yang sakit
mengontrol kolestrol dan
kriteia hasil: ke fasilitas kesehatan jika di perlukan
mengomsumsi obat-obatan Pemeliharaan Kesehatan
L.12106
2) Ny S mengatakan jika maag
1. Menunjukan
anak keduanya kambuh pemahaman perilaku TUK 2 : Keluarga mampu mengambil
sehat keputusan
langsung memberi makan
Dukungan Pengambilan Keputusan
untuk penanganan anaknya TUK 2: I.09265
Keluarga mampu 1. Identifikasi persepsi mengenal masalah
dan setelah itu jika belum
mengambil keputusan dan informasi yang memicu konflik
sembuh Ny S membeli obat untuk memutuskan 2. Motivasi mengungkapkan tujuan
tindakan yang tepat perawatan yang diharapkan
diwarung, Ny S tidak
dalam perawatan
mengetahui cara penanganan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharpkan
secara mandiri selain
keluarga mampu
memberi makanan langsung mengambil keputusan
untuk memutuskan
dengan anaknya
tindakan yang tepat dalam
3) Ny S mengatakan tidak tahu perawatan dengan kriteia

60
pananganan mandiri dirumah hasil : TUK 3 : Mampu Merawat Anggota
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Yang Sakit Bimbingan Sistem
dan langsung dibawa ke Rs
L.12106 Kesehatan I.12360
4) Ny. S berharap agar 1. Kemampuan 1. Identifikasi masalah Kesehatan
menjalankan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
keluarganya selalu sehat
sehat 2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
dan terjauhkan dari Kesehatan mandiri
TUK 3:
penyakit
Keluarga mampu TUK 4 : Mampu Mengatasi Masalah
5) Keluarga sudah mampu bertindak merawat Identifikasi Risiko I.14502
anggota keluarganya 1. Identifikasi risiko biologis, lingkungan
merawat anggota
yang sakit dan perilaku
keluarganya yang sakit, Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
seperti anaknya Ny. S
keluarga mampu bertindak
apabila maagnya kambuh Ny merawat anggota TUK 5 : Mampu Menjalankan
keluarganya yang sakit Perawatan Difasilitas Kesehatan
S memberi makan langsung
dengan kriteria hasil : Edukasi perilaku upaya Kesehatan
dan membeli obat diwarung. Manajemen Kesehatan I.12435
keluarga L.12105 1. Jelaskan penanganan masalah
DO
1. Aktivitas keluarga kesehatan kepada keluarga
1). Ny S tampak bingung mengatasi masalah 2. Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan tepat pelayanan Kesehatan
2) Ny S tampak tidak mampu
2. Melakukan tindakan 3. Ajarkan cara pemeliharaan Kesehatan
menjelaskan cara mengobati untuk mengurangi
factor resiko
anaknya yang sakit
3) Keluarga mampu menjelaskan TUK 4:
perawatan untuk keluarganya Keluarga mampu
yang sakit memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah
kesehatan

60
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan kriteia
hasil :
Manajemen Kesehatan
L.12104
1. Melakukan tindakan
untuk mengurangi
faktor resiko

TUK 5:
Keluarga mampu
menjalankan perawatan
di fasilitas Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
keluarga mampu
menjalankan perawatan di
fasilitas Kesehatan dengan
kriteria hasil :
Pemeliharaan Kesehatan
L.12106
Menunjukan minat
meningkatkan perilaku

60
sehat

2. Ds: Manajemen kesehatan TUK 1 : Edukasi Kesehatan


1) Ny S mengatakan anak keluarga kurang efektif Keluarga mampu 1. Identifikasi kesiapan dan
mengenal masalah kemampuan menerima informasi
ketiganya memiliki riwayat
kesehatan 1. Sediakan materi dan media
penyakit Gastritis, anak Tn A Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan
keperawatan diharapkan 2. Jelaskan faktor risiko yang dapat
tidak mengomsumsi obat-
keluarga mampu mengenal mempengaruhi kesehatan.
obatan masalah kesehatan dengan
kriteia hasil:
2) Ny S mengatakan selalu Dukungan Pengambilan Keputusan
Manajemen kesehatan
mengingatkan anaknya untuk keluarga L.12105 1. Identifikasi persepsi mengenal masalah
Mampu menjelaskan dan informasi yang memicu konflik
makan terutama di pagi hari 2. Diskusikan kelebihan dan kekurangan
masalah kesehatan yang di
kadang-kadang Ny S lupa dari setiap solusi
alami
3. Hormati hak pasien untuk menerima atau
untuk mengingatkan jadwal menolak informasi
makannya sehingga anak TUK 2:
Keluarga mampu Pelibatan Keluarga
kedua Tn A maag nya mengambil keputusan 2. Identifikasi kesiapan keluarga untuk
kambuh lagi untuk memutuskan terlibat dalam perawatan
tindakan yang tepat 3. Diskusikan cara perawatan di rumah
3) Ny S mengatakan jika maag dalam perawatan
(mis. kelompok, perawatan di rumah,
anaknya kambuh Ny S hanya Setelah dilakukan tindakan
atau rumah singgah)
keperawatan diharpkan
memberikan makan saja dan 4. Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
keluarga mampu
jika belum sembuh Ny S mengambil keputusan
untuk memutuskan
membeli obat diwarung dan tindakan yang tepat dalam Dukungan Keluarga Merencanakan
perawatan dengan kriteia Perawatan
jika itu belum sembuh juga 1. Ajarkan cara perawatan yang bisa

60
Ny S membawa ke hasil : dilakukan keluarga
Manajemen kesehatan 2. Ciptakan perubahan lingkungan rumah
puskesmas
keluarga L.12105 secara optimal (sesuai kondisi yang
4) Ny S mengatakan tidak Melakukan aktivitas yang dibutuhkan)
dapat mengatasi masalah
mengetahui cara penanganan
kesehatan dengan tepat Edukasi perilaku upaya kesehatan
dirumah saat penyakit asma TUK 3: 2. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
Keluarga mampu kepada keluarga
anaknya kambuh, keluarga
bertindak merawat 3. Anjurkan menggunakan fasilitas
langsung membawa anaknya anggota keluarganya pelayanan kesehatan
yang sakit Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
ke Rs
Setelah dilakukan tindakan
Do : keperawatan diharapkan Dukungan Keluarga Merencanakan
1). Ny S tidak mengetahui keluarga mampu bertindak Perawatan
merawat anggota
penanganan untuk anaknya yang
keluarganya yang sakit 1. Identifikasi kebutuhan dan harapan
asma dengan kriteria hasil : keluarga tentang kesehatan
Manajemen kesehatan
2). Ny S hanya mengetahui cara
keluarga L.12105 2. Identifikasi tindakan yang dapat
mengatasi maag anaknya dengan
Tindakan untuk dilakukan keluarga
langsung memberi makan dan
mengurangi faktor risiko
obat diwarung
TUK 4: 3. Ajarkan cara perawatan yang bisa
Keluarga mampu dilakukan keluarga
memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah 4. Ciptakan perubahan lingkungan rumah
kesehatan secara optimal ( sesuai kondisi yang
Setelah dilakukan tindakan dibutuhkan)
keperawatan diharapkan
keluarga mampu 5. Anjurkan menggunakan fasilitas
memodifikasi lingkungan kesehatan yang ada.
dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan kriteria

60
hasil :
1. Menunjukkan
pemahaman perilaku
sehat
2. Kemampuan
menjalankan perilaku
sehat
TUK 5:
Keluarga mampu
menjalankan perawatan
di fasilitas Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
keluarga mampu
menjalankan perawatan di
fasilitas Kesehatan dengan
kriteria hasil :
1. Perilaku mencari
bantuan
2. Menunjukkan minat

3 1) Ny S mengatakan Tn A perilaku kesehatan TUK 1 : Edukasi kesehatan


cenderung berisiko Keluarga mampu 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
merokok
mengenal masalah menerima informasi
2) Anak pertama dan kedua Tn kesehatan 2. Sediakan materi dan media pendidikan
Setelah dilakukan tindakan
A memiliki riwayat asma dan kesehatan
keperawatan diharapkan
anak pertama Tn A sudah keluarga mampu mengenal 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuain

60
menikah dan memiliki anak 1 masalah kesehatan dengan kesepakatan
kriteia hasil: 4. Jelaskan faktor risiko yang dapat
yaitu laki-laki dan tinggal
Kemampuan melakukan mempengaruhi kesehatan
serumah dengan Tn A dan tindakan pencegahan
Dukungan pengambilan keputusan
masalah kesehatan
Ny S 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
3) Rumah keuarga Tn. A TUK 2: harapan yang membantu membuat
Keluarga mampu pilihan yang memicu konflik
memiliki ventilasi yang
mengambil keputusan 2. Fasilitasi mengungkapkan perawatam
kurang dengan jendela yang untuk memutuskan yamg di harapkan
tindakan yang tepat 3. Fasiitasi pengambilan keputusan secara
kurang dan sirkulasi udara
dalam perawatan
kolaboratif
yang kurang baik, di mana Setelah dilakukan tindakan
4. Informasikan alternatif solusi secara
tidak terdapat ventilasi di keperawatan diharpkan
jelas
keluarga mampu
ruang tamu dan ventilasi di 5. Berikan informasi yang di minta pasien
mengambil keputusan
disetiap kamar, hanya Bimbingan sistem kesehatan
untuk memutuskan
1. Identifikasi masalah kesehatan keluarga
ventilasi di bagian dapur. tindakan yang tepat dalam
2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan
perawatan dengan kriteia
DO kesehatan mandiri
hasil :
1. tampak dirumah Ny S 3. Bimbing untuk bertanggung jawab
Pencapaian pengendalian
mengidentifikasi dan megembangkan
memiliki bayi yang tinggal kesehatan
kemampuan memecahkan masalah
serumah dengan cucunya kesehatan
TUK 3:
dan Ny S memiliki anak Keluarga mampu Edukasi perilaku upaya kesehatan

yang mempunyai penyakit bertindak merawat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan


anggota keluarganya menerima informasi
asma yang sakit 2. Sediakan materi dan media pendidikan
2. tampak tidak memiliki Setelah dilakukan tindakan kesehatan
keperawatan diharapkan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
jendela dibagian ruang tamu

60
dan kamar keluarga mampu bertindak kesepakatan
merawat anggota 4. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
keluarganya yang sakit 5. Informasikan sumber yang tepat yang
dengan kriteria hasil : tersedia di masyarakat
Penerimaan terhadap 6. Anjurkan menggunakan fasilitas
perubahan status kesehatan
kesehatan Dukungan berhenti merokok
1. Identifikasi keinginan berhenti merokok
TUK 4: 2. Identifikasi upaya berhenti merokok
Keluarga mampu 3. Diskusikan motivasi penghentian
memodifikasi lingkungan merokok
dalam mengatasi masalah
4. Diskusikan kesiapan perubahan gaya
kesehatan
Setelah dilakukan tindakan merokok
keperawatan diharapkan Jelaskan efek langsung berhenti merokok
keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan kriteia
hasil :
Melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor resiko
TUK 5:
Keluarga mampu
menjalankan perawatan
di fasilitas Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan

60
keluarga mampu
menjalankan perawatan di
fasilitas Kesehatan dengan
kriteria hasil :
Kemampuan peningkatan
kesehatan

60
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. 2016. Edisi Enam Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore:


Elsevier Global Rights
Deden, Dermawan, T. R. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Depkes RI. 2018. Angka Kejadian Gastritis. Depertemen Kesehatan RI
Dewit, S. C., Stromberg, H., & Dallred, C. 2016. Medical Surgical Nursing : Concept and
Practice. Philadelphia: Elsevier. Philadelphia: Elsevier
Dinkes Prov. Riau. 2018. Angka Kejadian Gastritis di Riau. Riau: Dinas Kesehatan Provinsi
Riau
Doenges, Marilynn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa Made Karyono, Ni Made Sumawarti,
Edisi. 3. Jakarta: EGC
Gordon, N. F. 2009. The Cooper Clinik and Research Institute Fitness Series. Fajar
Interpratama Offset
Gomez-Mejja, Luis R and David B. Balkin and Robert L. Cardy. 2012. Managing Human
Resources. New Jersey: Pearson Education inc Publishing as Prentice Hall
Hardi. K & Huda. A.N. 2015. Aplikaso Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc (2nd ed). Yogyakarta: Mediaction Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi. 3 Jilid 2. Jakarta: FKUI Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011.
Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2005. Perilaku Kesehatan : Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Leskonfi, Depok Profil Kesehatan
Kabupaten Kampar. 2016.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII

Anda mungkin juga menyukai